Oleh :
Kelompok I
A.Hutami Adhiningsih (A012192028)
A.Siti Fadilah Nasir (A012192024)
UNIVERSITAS HASANUDDIN
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
Manajemen puncak merupakan sumber utama otoritas serta mengelola sasaran dan
tujuan-tujuan strategik beserta kebijakan organisasi agar sesuai dengan Visi, Misi,
dan Nilai-nilai organisasi. Tingkatan ini dalam entitas terdiri dari dewan direksi, CEO,
dan para direktur.
b) Manajemen Menengah (Middle Management)
Manajemen lini pertama sering terlibat dalam berbagai tim peningkatan kualitas total
perusahaan, misalnya GKM Gugus-gugus Kendali Mutu), Aktivitas Kelompok Kecil
(Small Group Activities).
Tingkatan ini sering disebut sebagai Supervisor, Mandor, dan Pemimpin Tim.
Merupakan orang yang akan menggunakan output secara langsung atau orang yang
akan menggunakan output itu sebagai input dalam proses-proses kerja mereka
selanjutnya.
2. Kelompok Kerja (Work Group)
Merupakan orang-orang yang bekerja dalam proses-proses untuk menghasilkan dan
menyerahkan output yang diinginkan itu.
3. Pemasok (Supplier)
Merupakan orang yang memberikan input ke proses kerja. Orang-orang yang bekerja
dalam proses pada kenyataannya merupakan pelanggan dari pemasok.
4. Pemilik Proses (Process Owner)
Merupakan orang yang bertanggung jawab untuk operasi dari proses-proses dan
untuk perbaikan proses-proses itu.
Berkaitan dengan keempat kelompok orang yang terlibat dalan proses-proses
organisasi tersebut, maka pembentukan tim kerja sama seyogianya mengacu kepada
beberapa pertanyaan berikut :
1) Siapa yang bertanggung jawab dalam perbaikan proses ?
2) Siapa yang akan memimpin tim kerja sama tersebut?
3) Apakah anggota tim merupakan representasi atau perwakilan dari hubungan rantai
proses (pemasok-pembuat-pelanggan) dalam batas-batas proses yang akan
diperbaiki?
4) Apakah karyawan yang bekerja sangat dekat pada bagian proses merupakan
anggota tim kerja sama?
5) Siapa yang menjadi fasilitator atau penasehat yang akan memberikan petunjuk-
petunjuk teknikal dan bantuan pendidikan/pelatihan kepada tim kerja sama?
6) Apa yang menjadi rencana atau peta tindakan untuk tim kerja sama dalam
perbaikan proses?
Wewenang dan tanggung jawab dari tim kerja sama itu harus diberikan melalui
delegasi manajemen. Dalam hal ini harus ada pemberdayaan (empowerment) terhadap
tim kerja sama. Suatu delegasi yang efektif membutuhkan beberapa hal berikut.
Kejelasan tanggung jawab, dimana setiap orang yang terlibat dalam tim itu
mengetahui secara jelas akan tanggung jawabnya.
Memprioritaskan tanggung jawab dan proyek. Dalam hal ini manajer dan bawahannya
harus belajar bagaimana mengorganisasikan tugas-tugas mereka ke dqlam perbedaan
kategori kepentingan. Salah satu aturan yang dapat dipergunakan adalah
memprioritaskan berdasarkan prinsip pareto yaitu 80% hasil berasal dari 20% kerja
efektif.
Menetapkan bersama tujuan jangka pendek dan janhka panjang secara tepat untuk
individu dan unit.
Dalam membentuk tim kerja sama guna menciptakan partisipasi total membutuhkan
beberapa persyaratan yang disebut prinsip 11 K, antara lain:
1. Komitmen
Berarti pembentukan tim harus berlandaskan pada kesepakatan semua pihak yang
terlibat dalam proses itu.
2. Kesatuan tujuan
Berarti semua anggota tim harus mempunyai tujuan yang sama untum perbaikan
proses terus menerus. Tujuan ini harus menunjang tujuan strategik organisasi.
3. Kepercayaan
Berarti adanya suatu keyakinan bahwa kerja sama dalam perbaikan proses adalah
lebih baik daripada kerja terpisah-pisah atau kerja individual.
4. Keterbukaan
Berarti harus terjadi komunikasi timbal-balik yang baik antara semua pihak yang
terlibat serta adanya kesediaan untuk menyumbang ide-ide kreatif kreatif dan
pengalamannya.
5. Keyakinan dan kebanggaan
Berarti ada keyakinan dan kebanggan dari orang-orang yang terlibat dan bekerja
dalam tim.
6. Ketergantungan
Berarti orang-orang yang terlibat dalam tim merasa saling membutuhkan dan semua
harus tunduk dan patuh oada kesepakatan bersama yang telah dibuat.
7. Komunikasi
Berarti hatus ada komunikasi antar sesama anggota tim dan antara tjm dan manajemen
puncak.
8. Kesabaran
Berarti setiap orang harus mampu menahan emosi, keridaksesuaian pendapat, dan
lain-lain.
9. Kebijaksanaan
Berarti harus bijaksana tidak saling mencela pendapat, serta pembagian tugas dan
tanggungjawab dalam tim berdasarkan pada kemampuan dan pengalaman dari
masing-masing anggota tim.
10. Ketabahan
Berarti setiap anggota tim harus menunjukkan bahwa ia dapat dipercaya dalam segala
hal berkaitan dengan perbaikan proses untuk peningkatan kinerja organisasi.
Sebaliknya keutuhan tim kerja sama tidak akan dapat bertahan lama apabila terdapat
sikap anggota tim sebagai berikut:
Meremehkan anggota tim lain
Tidak mendengarkan apa yang dibicarakan dalam tim.
Sering melakukan interupsi pada saat anggota lain dalam tim berbicara atau
mengemukakan pendapat.
Tidak memgikutsertakan beberapa anggota tim karwna alasan tertentu.
Mengguruti anggota-anggota lain dalam tim ketika sedang mengemukakan suatunide.
Merasa rendah diri
Mengabaikan kemampuan positif dari beberapa anggota tim
Menomorsatukan beberapa orang diantara anggota tim
Terdapat anggota tim yang tidak mampu berbicara atau meyakinkan ide-idenya
Tidak melaksanakan tugas sebagaimana telah disepakati bersama
Merasa diri tidak berarti dan tidak terpakai dalam tim
Membicarakan hal-hal ideal namun bertentangan dengan perilaku sehari-hari.
Bagan 1.2 Membangun Tim Kerja Sama dan Partisipasi Total Melalui Struktur Manajemen Organisasi
yang Overlapping (Overlapping Management Team Structure)
Apabila tim kerja sama dan partisipasi total dihubungkan dengan struktur organisasi,
maka akan tampak model seperti bagan 1.2 di samping. Dimana melibatkan manajemen
puncak, manajemen menengah, manajemen lini pertama dan seluruh karyawan.
Sedangkan apabila tim kerja sama itu telah terbentuk dan bekerja efektif dalam sistem
manajemen kualitas total (TQM) yang merupakan sistem kualitas total modern, maka
akan tampak seperti model di samping bagan 1.3
Bagan 1.3 Tim Kerja Sama dalam Aktivitas Kerja Harian
Dimensi manusia menjadi sangat dominan dalam sistem manajemen kualitas total/
TQM ( Total Quality Management), karena memainkan peranan penting dalam proses orang
yang secara otomatis akan mempengaruhi proses informasi dan proses kerja. Dengan
demikian diperlukan suatu transisi dari organisasi tradisional ke organisasi manajemen
kualitas total (TQM) melalui implementasi prinsip-prinsip sistem manajemen kualitas total
tersebut.
Pada bagan diatas tampak bahwa manajemen kualitas total berfokus pada pelanggan
dan sebagai ujung tombak dari perusahaan adalah karyawan dan supervisor yang
merupakan manajemen lini pertama (first line management). Dari sudut pandang
pelanggan, karyawan dan supervisor adalah perusahaan itu sendiri sehingga reputasi dan
citra dari suatu perusahaan di mata pelanggan eksternal adalah tergantung pada karyawan
dan supervisor dari perusahaan tersebut.
Dengan demikian, untuk membuat transisi dari manajemen tradisional ke
manajemen kualitas total atau modern maka harus dipertimbangkan pertama kali adalah
konseptualisasi dari bagan organisasi yang baru. Konsep tersebut tidak mengubah hirarki
dan aliran wewenang dalam struktur organisasi, tetapi dalam manajemen puncak tidak
lagi berfungsi sebagai bos yang ditakuti tetapi telah berfungsi sebagai pemimpin yang
disenangi dalam mengendalikan penerapan manajemen kualitas total pada perusahaan
bisnis dan industry modern.
Dalam kaitan ini, manajemen puncak (top management) dan manajemen menengah
(middle management) dalam manajemen kualitas total akan berfungsi sebagai fasilitator,
penasehat, dan integrator, yang bertugas menghilangkan hambatan-hambatan yang ada
sehingga memungkinkan karyawan dan supervisor (first line management) dapat
menyelesaikan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien guna meningkatkan kualitas
total agar memuaskan pelanggan.
Dengan demikian, dalam manajemen kualitas total, tanggubjawab kualitas total
akan berada pada setiap orang dan tidak hanya dibebankan kepada Departemen Jaminan
Kualitas dari organisasi perusahaan itu.
Berdasarkan konsep manajemen system bisnis dan industry modern diatas, maka
setiap manajer yang akan bekerja dalam system bisnis dan industry harus memiliki
kemampuan solusi masalah-masalah bisnis dan industri yang berkaitan dengan bidang
ilmu manajemen yang dikuasainya berdasarkan informasi yang relevan agar
menghasilkan keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan untuk meningkatkan kinerja
sistem bisnis dan industri.
Menurut Kemenade and Garre (2001) mengidentifikasi delapan kategori prinsisp-
prinsip yang dibutuhkan dari lulusan perguruan tinggi untuk memenuhi permintaan bisnis
dan industri di Belgia, Belanda, Finlandia, dan Inggris, yaitu :
1) Berorientasi pada pelanggan
2) Memilki pengetahuan praktis dan aplikasi alat-alat Total Quality Management
(TQM)
3) Mampu membuat keputusan berdasarkan fakta
4) Memiliki pemahaman bahwa bekerja adalah suatu proses
5) Berorientasi pada kelompok (teamwork)
6) Memiliki komitmen untuk peningkatan terus-menerus
7) Pembelajaran aktif (active learning)
8) Memiliki perspektif sistem
Prinsip dalam manajemen bersifat lentur, dalam arti perlu dipertimbangkan sesuai
dengan kondisi-kondisi khusus serta situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry
Fayol pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip
umum manajemen modern terdiri atas:
c. Disiplin
Menurut asal ini, hendaknya semua perjanjian, peraturan yang telah
ditetapkan, dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi, serta
dilaksanakan sepenuhnya.
d. Kesatuan Perintah
Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah
dari seorang atasan dan bertanggung jawab hanya kepada seorang atasan
pula. Tetapi seorang atasan dapat memberi perintah kepada beberapa
orang bawahan. Asas kesatuan perintah ini perlu, karena jika seorang
bawahan diperintah oleh beberapa orang atasan maka ia akan bingung.
e. Kesatuan Pengarahan
Setiap orang (sekelompok) bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu
tujuan, satu perintah, dan satu atasan, supaya terwujud kesatuan arah,
kesatuan gerak, dan kesatuan tindakan menuju sasaran yang sama. Unity
of command berhubungan dengan karyawan, sedangkan Unity Of
Direction bersangkutan dengan seluruh perusahaan.
h. Pusat Wewenang
Setiap organisasi harus mempunyai pusat wewenang, Mengoptimalkan
pengelolaan organisasi secara efektif dan efesien artinya wewenang itu
dipusatkan atau dibagi-bagikan tanpa mengabaikan situasi-situasi tertentu,
yang akan memberikan hasil keseluruhan yang memuaskan.
Centralization ini sifatnya dalam arti relatif, bukan absolut (mutlak).
i. Hirarkis (Tingkatan)
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas ke bawah harus
merupakan mata rantai vertikal yang jelas, tidak terputus, dan dengan jarak
terpendek. Maksudnya perintah harus berjenjang dari jabatan tertinggi ke
jabatan terendah dengan cara yang berurutan.
j. Keterlibatan (Order)
Asas ini dibagi atas material order dan social order, artinya keteraturan dan
ketertiban dalam penempatan barang-barang dan karyawan. Material order
artinya barang-barang atau alatalat organisasi perusahaan harus
ditempatkan pada tempat yang sebenarnya, jangan disimpan di rumah.
Social order artinya penempatan karyawan harus sesuai dengan keahlian
atau bidang spesialisasinya.
m. Asas Kesatuan
Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus dikembangkan dan dibina
melalui sistem komunikasi yung baik, sehingga terwujud kekompakan
kerja (team work) dan timbul keinginan untuk mencapai hasil yang baik.
Pimpinan perusahaan harus membina para bawahannya sedemikian rupa,
supaya karyawan merasa ikut memiliki perusahaan itu.
n. Kestabilan Jabatan
Menurut asas ini, pimpinan perusahaan harus berusaha agar mutasi dan
keluar masuknya karyawan tidak terlalu sering, karena akan
mengakibatkan ketidakstabilan organisasi, biayabiaya semakin besar, dan
perusahaan tidak mendapat karyawan yang berpengalaman. Pimpinan
perusahaan harus berusaha, agar setiap karyawan betah bekerja sampai
masa pensiunnya. Jika karyawan sering berhenti perlu manajer
menyelidiki penyebabnya. Apakah karena gaji terlalu kecil, perlakuan
yang kurang baik, dan lain sebagainya? Perlu diketahui dan dihayati
bahwa inti sari manajemen adalah mencapai tujuan yang optimal dengan
meningkatkan daya guna.
Kronologi Kasus :
Direktur Utama PT. Garuda Indonesia menyelundupkan sebuah motor
Harley Davidson dan dua buah sepeda Brompton melalui pesawat garuda
Indonesia yang baru dibeli dari Airbus (Touluse Prancis). Hal ini diketahui
oleh petugas Direktorat Jendral Bea dan Cukai (DIBC) menemukan adanya
15 kemasan berisi parts motor Harley Davidson dan 3 kemasan berisi 2 unit
sepeda Brompton M6L Explore. Penemuan tersebut terjadi pada tanggal 17
November 2019, dimana Negara mengalami kerugian senilai Rp 532 juta
hingga Rp.15 miliar. Kasus ini di ketahui ketika pihak Bea Cukai Bandara
Internasional Soekarno Hatta melakukan pemeriksaan atas pesawat baru dari
GA971 Airbus A330900, jadi pesawat ini terbang khusus untuk pengadaan
Garuda dari Prancis ke Cengkareng masuk GMF dan di dalam pesawat
tersebut hanya ada 22 orang penumpang termasuk Direktur utama PT.Garuda
Indonesia yaitu I Gusti Ngurah Askara dan di pesawat yang di tumpanginya
tidak ada tercatat satupun kargo dalam penerbangan tersebut.
Analisa Kasus:
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat termotivasi terhadap kasus tersebut dan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen kedalam setiap pekerjaan yang
dilakukan agar terciptanya suatu hubungan yang baik antar karyawan dan
atasan serta kinerja yang sesuai dengan prosedur sehingga dapat lebih efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA
https://permatapc.blogspot.com/2015/04/prinsip-prinsip-manajemen.html dikutip
pada tanggal Monday, 10 February 2020. Pukul 16.25 Wita.
https://www.tribunnews.com/nasional/2019/12/06/dirut-garuda-ari-askhara dipecat-
karena-penyelundupan-harley-ini-4-kasus-di-bawah kepemimpinannya. Penulis:
Miftah Salis. dikutip pada tanggal Monday, 10 February 2020. Pukul 19.54
Wita.