Anda di halaman 1dari 23

PRINSIP - PRINSIP DASAR MANAJEMEN MODERN

STUDI KASUS PT GARUDA INDONESIA TBK


MATA KULIAH BUSINESS AND MANAGEMENT

Oleh :
Kelompok I
A.Hutami Adhiningsih (A012192028)
A.Siti Fadilah Nasir (A012192024)

UNIVERSITAS HASANUDDIN
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Management berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Dalam


hal mengatur, akan timbul masalah (problem), proses dan pertanyaan tentang
apa yang diatur, siapa yang mengatur, mengapa harus diatur dan apa tujuan
pengaturan tersebut. Manajemen juga menganalisa, menetapkan
tujuan/sasaran serta mendeterminasi tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban
secara baik, efektif dan efisien.
Secara umum aktivitas manajemen ada dalam organisasi yang diarahkan
untuk mencapai tujuan organisasis secara efektif dan efesien. Efektif berarti
bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sedangkan efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan
sesuai dengan tujuan organisasi. Menurut James A.F Stoner definisi
manajemen lebih kompleks dan mencakup aspek-aspek penting pengelolaan,
sebagai berikut : manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Proses tersebut terdiri dari kegiatan-
kegiatan manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan.
Terry (1973) menjelaskan “management is performance of conceiving and
avhieving desired results by means of group efforts consisting of utilizing
human talent and resources”. Proses mengarahkan dan menggerakkan sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya, seperti material, uang, metode dan
pasar untuk mencapai tujuan organisasi. Hersey dan Blanchard (1988)
mengemukakan “management is a process of working with amd through
individuals and groups and other resources to accomplish organizational
goals”. Proses bekerja sama antara individu dan kelompok serta sumber daya
lainnya dalam mencapai tujuan organisasi adalah sebagai aktivitas
manajemen.
Manajemen terdiri atas manajemen personalia (personal management),
manajemen keuangan, manajemen produksi, manajemen perkantoran,
manajemen pemasaran. Pada dasarnya, manajemen erat kaitannya dengan
organisasi. Orgnisasi adalah sekelompok orang yang berkerja sama dalam
struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu.
Sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan untuk
mewujudkan tujuannya melalui kerjasama. Organisasi menurut Griffin
memiliki sumber daya, yaitu : sumber daya manusia (human resources),
sumber daya alam (natural resources), sumber daya dana (financial
resources) atau keuntungan (funds) dan sumber daya informasi (informational
resources).
Tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh organisasi
untuk memenuhi kebijakan lingkungan. Oleh karena itu, dengan adanya
prinsip-prinsip manajemen karyawan dan pimpinan dapat menghasilkan
produk semaksial mungkin dan memanfaatkan potensi mereka secara optimal.
Prinsip manajemen terkait dengan prosedur-prosedur yang harus diikuti dalam
melaksanakan tugas sehingga tujuan atau sasaran sedapat mungkin harus dapat
terukur (measurable), dapat dilaksanakan (workable) dan dapat dicapai
(achievable), serta sedapat mungkin selalu menggunakan pendekatan
pencegahan (prevention).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa prinsip-prinsip dasar manajemen modern?
2. Apa keterkaitan prinsip - prinsip dasar manajemen dengan kasus
penyelundupan barang mewah pada PT. Garuda Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Dari Berbagai Sudut Pandang:


 Menurut Wikipedia, bahwa kata Manajemen berasa dari bahasa Perancis kuno yaitu
"Ménagement", artinya seni melaksanakan dan mengatur.

 Robbins and Coulter (2007) mendefinisikan bahwa manajemen sebagai seni


menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, dimana seorang manajer bertugas untuk
mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.

 Griffin (2006) mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan,


pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan atau pengendalian sumber
daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efisien.

 APICS Dictionary (2010) mendefinisikan manajemen sebagai fungsi-fungsi


perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian proses-proses transformasi dan
utilitasnya dalan memberikan barang dan atau jasa kepada pelanggan.

Bagan 1.1 PDCA (Plan-Do-Check-Act) dalam Continual Improvement and Innovation


2.2 Tingkat-tingkat Manajemen (Management Levels)
a) Manajemen Puncak (Top Management)

Manajemen puncak merupakan sumber utama otoritas serta mengelola sasaran dan
tujuan-tujuan strategik beserta kebijakan organisasi agar sesuai dengan Visi, Misi,
dan Nilai-nilai organisasi. Tingkatan ini dalam entitas terdiri dari dewan direksi, CEO,
dan para direktur.
b) Manajemen Menengah (Middle Management)

Manajemen Menengah memiliki tanggung jawab terhadap manajemen puncak untuk


fungsi departemen. Tingkatan ini terdiri dari manajer cabang dan manajer
departemen. Dalam organisasi kecil hanya satu lapisan tingkat menengah sedangkan
di perusahaan besar biasa terdapat tingkat manajer senior dan manajer menengah.
c) Manajemen lini/bawah (Lower Management of First Line Management)

Manajemen lini pertama sering terlibat dalam berbagai tim peningkatan kualitas total
perusahaan, misalnya GKM Gugus-gugus Kendali Mutu), Aktivitas Kelompok Kecil
(Small Group Activities).
Tingkatan ini sering disebut sebagai Supervisor, Mandor, dan Pemimpin Tim.

2.3 Membangun Tim Kerja Sama dan Partisipasi Total


Tim kerja sama merupakan sekumpulan orang yang memilki keterampilan dan
pengetahuan berkaitan dengan proses-proses organisasi yang bekerja sama untuk
memperbaiki proses-proses itu terus-menerus agar mampu meningkatkan kualitas total
sehingga memberikan kepuasan terus menerus kepada pelanggan.
Pada dasarnya terdapat empat kelompok orang uanh terlibat dalam operasi dan
perbaikan proses-proses organisasi, yaitu :
1. Pelanggan (customer)

Merupakan orang yang akan menggunakan output secara langsung atau orang yang
akan menggunakan output itu sebagai input dalam proses-proses kerja mereka
selanjutnya.
2. Kelompok Kerja (Work Group)
Merupakan orang-orang yang bekerja dalam proses-proses untuk menghasilkan dan
menyerahkan output yang diinginkan itu.
3. Pemasok (Supplier)

Merupakan orang yang memberikan input ke proses kerja. Orang-orang yang bekerja
dalam proses pada kenyataannya merupakan pelanggan dari pemasok.
4. Pemilik Proses (Process Owner)

Merupakan orang yang bertanggung jawab untuk operasi dari proses-proses dan
untuk perbaikan proses-proses itu.
Berkaitan dengan keempat kelompok orang yang terlibat dalan proses-proses
organisasi tersebut, maka pembentukan tim kerja sama seyogianya mengacu kepada
beberapa pertanyaan berikut :
1) Siapa yang bertanggung jawab dalam perbaikan proses ?
2) Siapa yang akan memimpin tim kerja sama tersebut?
3) Apakah anggota tim merupakan representasi atau perwakilan dari hubungan rantai
proses (pemasok-pembuat-pelanggan) dalam batas-batas proses yang akan
diperbaiki?
4) Apakah karyawan yang bekerja sangat dekat pada bagian proses merupakan
anggota tim kerja sama?
5) Siapa yang menjadi fasilitator atau penasehat yang akan memberikan petunjuk-
petunjuk teknikal dan bantuan pendidikan/pelatihan kepada tim kerja sama?
6) Apa yang menjadi rencana atau peta tindakan untuk tim kerja sama dalam
perbaikan proses?

Wewenang dan tanggung jawab dari tim kerja sama itu harus diberikan melalui
delegasi manajemen. Dalam hal ini harus ada pemberdayaan (empowerment) terhadap
tim kerja sama. Suatu delegasi yang efektif membutuhkan beberapa hal berikut.
 Kejelasan tanggung jawab, dimana setiap orang yang terlibat dalam tim itu
mengetahui secara jelas akan tanggung jawabnya.

 Memprioritaskan tanggung jawab dan proyek. Dalam hal ini manajer dan bawahannya
harus belajar bagaimana mengorganisasikan tugas-tugas mereka ke dqlam perbedaan
kategori kepentingan. Salah satu aturan yang dapat dipergunakan adalah
memprioritaskan berdasarkan prinsip pareto yaitu 80% hasil berasal dari 20% kerja
efektif.
 Menetapkan bersama tujuan jangka pendek dan janhka panjang secara tepat untuk
individu dan unit.

 Memberikan wewenang spesifik untuk setiap tanggung jawab.

 Mengijinkan orang-orang untuk benas mencapai tujuan mereka.

 Mengembangkan pengendalian atas tugas-tugas yang didelegasikan secada tepat.


Delegasi yang efwktif mencakup penetapan pengendalian secara tepat atas tugas-
tugas yang didelegasikan.

 Berpartisipasi dengan orang-orang dalam menentukan tanggungjawab prioritas,


tujuan, dan wewenang.

 Mengembangkan orang-orang dan kelompok untuk secara bertahap membuat


keputusan-keputusan yang kompleks.

 Memerikan nasehat-nasehat, pelatihan, dan dukungan kepada orang-orang dan tim


ketika mereka bekerja manuju tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

 Memilih orang-orang yang mampu untuk diberikan delegasi.

 Memberikan pengakuan dan penghargaan kepada individu-individu dan kelompom


berdasarkan pada kinerja.

Dalam membentuk tim kerja sama guna menciptakan partisipasi total membutuhkan
beberapa persyaratan yang disebut prinsip 11 K, antara lain:
1. Komitmen

Berarti pembentukan tim harus berlandaskan pada kesepakatan semua pihak yang
terlibat dalam proses itu.
2. Kesatuan tujuan

Berarti semua anggota tim harus mempunyai tujuan yang sama untum perbaikan
proses terus menerus. Tujuan ini harus menunjang tujuan strategik organisasi.
3. Kepercayaan

Berarti adanya suatu keyakinan bahwa kerja sama dalam perbaikan proses adalah
lebih baik daripada kerja terpisah-pisah atau kerja individual.
4. Keterbukaan
Berarti harus terjadi komunikasi timbal-balik yang baik antara semua pihak yang
terlibat serta adanya kesediaan untuk menyumbang ide-ide kreatif kreatif dan
pengalamannya.
5. Keyakinan dan kebanggaan

Berarti ada keyakinan dan kebanggan dari orang-orang yang terlibat dan bekerja
dalam tim.
6. Ketergantungan

Berarti orang-orang yang terlibat dalam tim merasa saling membutuhkan dan semua
harus tunduk dan patuh oada kesepakatan bersama yang telah dibuat.
7. Komunikasi

Berarti hatus ada komunikasi antar sesama anggota tim dan antara tjm dan manajemen
puncak.
8. Kesabaran

Berarti setiap orang harus mampu menahan emosi, keridaksesuaian pendapat, dan
lain-lain.
9. Kebijaksanaan

Berarti harus bijaksana tidak saling mencela pendapat, serta pembagian tugas dan
tanggungjawab dalam tim berdasarkan pada kemampuan dan pengalaman dari
masing-masing anggota tim.
10. Ketabahan

Berarti harus tabah dalam menghadapi masalah yang kemungkinan terdapat


kegagalan atau hambatab-hambatan ketika menyelesaikan masalah.
11. Kredibilitas

Berarti setiap anggota tim harus menunjukkan bahwa ia dapat dipercaya dalam segala
hal berkaitan dengan perbaikan proses untuk peningkatan kinerja organisasi.

Sebaliknya keutuhan tim kerja sama tidak akan dapat bertahan lama apabila terdapat
sikap anggota tim sebagai berikut:
 Meremehkan anggota tim lain
 Tidak mendengarkan apa yang dibicarakan dalam tim.
 Sering melakukan interupsi pada saat anggota lain dalam tim berbicara atau
mengemukakan pendapat.
 Tidak memgikutsertakan beberapa anggota tim karwna alasan tertentu.
 Mengguruti anggota-anggota lain dalam tim ketika sedang mengemukakan suatunide.
 Merasa rendah diri
 Mengabaikan kemampuan positif dari beberapa anggota tim
 Menomorsatukan beberapa orang diantara anggota tim
 Terdapat anggota tim yang tidak mampu berbicara atau meyakinkan ide-idenya
 Tidak melaksanakan tugas sebagaimana telah disepakati bersama
 Merasa diri tidak berarti dan tidak terpakai dalam tim
 Membicarakan hal-hal ideal namun bertentangan dengan perilaku sehari-hari.

Bagan 1.2 Membangun Tim Kerja Sama dan Partisipasi Total Melalui Struktur Manajemen Organisasi
yang Overlapping (Overlapping Management Team Structure)

Apabila tim kerja sama dan partisipasi total dihubungkan dengan struktur organisasi,
maka akan tampak model seperti bagan 1.2 di samping. Dimana melibatkan manajemen
puncak, manajemen menengah, manajemen lini pertama dan seluruh karyawan.
Sedangkan apabila tim kerja sama itu telah terbentuk dan bekerja efektif dalam sistem
manajemen kualitas total (TQM) yang merupakan sistem kualitas total modern, maka
akan tampak seperti model di samping bagan 1.3
Bagan 1.3 Tim Kerja Sama dalam Aktivitas Kerja Harian
Dimensi manusia menjadi sangat dominan dalam sistem manajemen kualitas total/
TQM ( Total Quality Management), karena memainkan peranan penting dalam proses orang
yang secara otomatis akan mempengaruhi proses informasi dan proses kerja. Dengan
demikian diperlukan suatu transisi dari organisasi tradisional ke organisasi manajemen
kualitas total (TQM) melalui implementasi prinsip-prinsip sistem manajemen kualitas total
tersebut.
Pada bagan diatas tampak bahwa manajemen kualitas total berfokus pada pelanggan
dan sebagai ujung tombak dari perusahaan adalah karyawan dan supervisor yang
merupakan manajemen lini pertama (first line management). Dari sudut pandang
pelanggan, karyawan dan supervisor adalah perusahaan itu sendiri sehingga reputasi dan
citra dari suatu perusahaan di mata pelanggan eksternal adalah tergantung pada karyawan
dan supervisor dari perusahaan tersebut.
Dengan demikian, untuk membuat transisi dari manajemen tradisional ke
manajemen kualitas total atau modern maka harus dipertimbangkan pertama kali adalah
konseptualisasi dari bagan organisasi yang baru. Konsep tersebut tidak mengubah hirarki
dan aliran wewenang dalam struktur organisasi, tetapi dalam manajemen puncak tidak
lagi berfungsi sebagai bos yang ditakuti tetapi telah berfungsi sebagai pemimpin yang
disenangi dalam mengendalikan penerapan manajemen kualitas total pada perusahaan
bisnis dan industry modern.
Dalam kaitan ini, manajemen puncak (top management) dan manajemen menengah
(middle management) dalam manajemen kualitas total akan berfungsi sebagai fasilitator,
penasehat, dan integrator, yang bertugas menghilangkan hambatan-hambatan yang ada
sehingga memungkinkan karyawan dan supervisor (first line management) dapat
menyelesaikan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien guna meningkatkan kualitas
total agar memuaskan pelanggan.
Dengan demikian, dalam manajemen kualitas total, tanggubjawab kualitas total
akan berada pada setiap orang dan tidak hanya dibebankan kepada Departemen Jaminan
Kualitas dari organisasi perusahaan itu.

2.4 Keterampilan Dasar Manajemen dalam Total Quality Management (TQM)


Berdasarkan prinsip-prinsip manajemen kualitas total (TQM) maka diperlukan
beberapa keterampilan dasar manajemen berikut :
1) Keterampilan konseptual
2) Keterampilan Hubungan Sosial
3) Keterampilan Teknikal
4) Keterampilan Manajemen Waktu
5) Keterampilan Solusi Masalah dan Membuat Keputusan
6) Keterampilan untuk menjadi pembelajar terus-menerus

2.5 Kebutuhan Manajemen Sistem Bisnis dan Industri Modern

Berdasarkan konsep manajemen system bisnis dan industry modern diatas, maka
setiap manajer yang akan bekerja dalam system bisnis dan industry harus memiliki
kemampuan solusi masalah-masalah bisnis dan industri yang berkaitan dengan bidang
ilmu manajemen yang dikuasainya berdasarkan informasi yang relevan agar
menghasilkan keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan untuk meningkatkan kinerja
sistem bisnis dan industri.
Menurut Kemenade and Garre (2001) mengidentifikasi delapan kategori prinsisp-
prinsip yang dibutuhkan dari lulusan perguruan tinggi untuk memenuhi permintaan bisnis
dan industri di Belgia, Belanda, Finlandia, dan Inggris, yaitu :
1) Berorientasi pada pelanggan
2) Memilki pengetahuan praktis dan aplikasi alat-alat Total Quality Management
(TQM)
3) Mampu membuat keputusan berdasarkan fakta
4) Memiliki pemahaman bahwa bekerja adalah suatu proses
5) Berorientasi pada kelompok (teamwork)
6) Memiliki komitmen untuk peningkatan terus-menerus
7) Pembelajaran aktif (active learning)
8) Memiliki perspektif sistem

2.6 Prinsip-prinsip Manajemen Modern Secara Umum

Prinsip dalam manajemen bersifat lentur, dalam arti perlu dipertimbangkan sesuai
dengan kondisi-kondisi khusus serta situasi-situasi yang berubah. Menurut Henry
Fayol pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip
umum manajemen modern terdiri atas:

1) Pembagian kerja (division of work)


2) Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
3) Disiplin (discipline)
4) Kesatuan perintah (unity of command)
5) Kesatuan pengarahan (unity of direction)
6) Mengutamakan kepentingan organisasi
7) Penggajian pegawai
8) Pemusatan (centralization)
9) Hierarki (tingkatan)
10) Ketertiban (order)
11) Keadilan dan kejujuran
12) Inisiatif
13) Asas Kesatuan
14) Kestabilan Jabatan
Sedangkan Douglas merumuskan prinsip-prinsip manajemen sebagai berikut:
a) Memprioritaskan kepentingan tujuan di atas kepentingan pribadi dan
kepentingan mekanisme kerja.
b) Mengkoordinasikan wewenang dan tanggung jawab.
c) Memberikan tanggungjawab pada personil sekolah hendaknya sesuai
dengan sifat-sifat dan kemampuannya.
d) Mengenal secara baik faktor-faktor psikologis manusia.
e) Relatifitas nilai-nilai.

Pengertian masing-masing prinsip dasar manajemen :

a. Pembagian kerja (division of work)


Prinsip ini sangat penting, karena adanya limit factors, artinya adanya
keterbatasan-keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua pekerjaan,
yaitu:
1) keterbatasan waktu;
2) keterbatasan pengetahuan;
3) keterbatasan kemampuan;
4) keterbatasan perhatian.
Keterbatasan-keterbatasan ini mengharuskan diadakannya pembagian
pekerjaan. Tujuannya untuk memperoleh efisiensi organisasi dan
pembagian kerja yang berdasarkan spesialisasi sangat diperlukan, baik
pada bidang teknis maupun pada bidang kepemimpinan. Asas pembagian
kerja ini mutlak harus diadakan pada setiap organisasi karena tanpa
pembagian kerja berarti tidak ada organisasi dan kerja sama di antara
anggotanya. Dengan pembagian kerja maka daya guna dan hasil guna
organisasi dapat ditingkatkan demi tercapainya tujuan.

b. Wewenang dan Tanggung Jawab


Menurut asas ini perlu adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab
antara atasan dan bawahan; wewenang harus seimbang dengan tanggung
jawab. Misalnya wewenang sebesar X maka tanggung jawab pun sebesar
X. Wewenang (authority) menimbulkan “hak”, sedangkan tanggung jawab
menimbulkan “kewajiban”. Hak dan kewajiban menyebabkan adanya
interaksi atau komunikasi antara atasan dan bawahan.

c. Disiplin
Menurut asal ini, hendaknya semua perjanjian, peraturan yang telah
ditetapkan, dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi, serta
dilaksanakan sepenuhnya.

d. Kesatuan Perintah
Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya menerima perintah
dari seorang atasan dan bertanggung jawab hanya kepada seorang atasan
pula. Tetapi seorang atasan dapat memberi perintah kepada beberapa
orang bawahan. Asas kesatuan perintah ini perlu, karena jika seorang
bawahan diperintah oleh beberapa orang atasan maka ia akan bingung.

e. Kesatuan Pengarahan
Setiap orang (sekelompok) bawahan hanya mempunyai satu rencana, satu
tujuan, satu perintah, dan satu atasan, supaya terwujud kesatuan arah,
kesatuan gerak, dan kesatuan tindakan menuju sasaran yang sama. Unity
of command berhubungan dengan karyawan, sedangkan Unity Of
Direction bersangkutan dengan seluruh perusahaan.

f. Mengutamakan kepentingan organisasi


Mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau setiap
orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan bersama
(organisasi), di atas kepentingan pribadi. Misalnya pekerjaan kantor
sehari-hari harus diutamakan daripada pekerjaan sendiri.

g. Penggajian Pegawai (Remuneration of Personnel )


Menurut asas ini, hendaknya gaji dan jaminan-jaminan sosial harus adil,
wajar, dan seimbang dengan kebutuhan, sehingga memberikan kepuasan
yang maksimal baik bagi karyawan maupun majikan.

h. Pusat Wewenang
Setiap organisasi harus mempunyai pusat wewenang, Mengoptimalkan
pengelolaan organisasi secara efektif dan efesien artinya wewenang itu
dipusatkan atau dibagi-bagikan tanpa mengabaikan situasi-situasi tertentu,
yang akan memberikan hasil keseluruhan yang memuaskan.
Centralization ini sifatnya dalam arti relatif, bukan absolut (mutlak).

i. Hirarkis (Tingkatan)
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas ke bawah harus
merupakan mata rantai vertikal yang jelas, tidak terputus, dan dengan jarak
terpendek. Maksudnya perintah harus berjenjang dari jabatan tertinggi ke
jabatan terendah dengan cara yang berurutan.

j. Keterlibatan (Order)
Asas ini dibagi atas material order dan social order, artinya keteraturan dan
ketertiban dalam penempatan barang-barang dan karyawan. Material order
artinya barang-barang atau alatalat organisasi perusahaan harus
ditempatkan pada tempat yang sebenarnya, jangan disimpan di rumah.
Social order artinya penempatan karyawan harus sesuai dengan keahlian
atau bidang spesialisasinya.

k. Keadilan dan Kejujuran


Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam pemberian
gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman. Perlakuau yang adil akan
mendorong bawahan mematuhi perintah-perintah atasan dan gairah kerja.
Jika tidak adil bawahan akan malas dan cenderang menyepelekan tugas-
tugas dan perintah-perintah atasannya.
l. Inisiatif
Menurut asas ini, seorang pimpinan harus memberikan dorongan dan
keseinpatan kepada bawahannya untuk berinisiatif, dengan memberikan
kebebasan agar bawahan secara aktif memikirkan dan menyelesaikan
sendiri tugas-tugasnya.

m. Asas Kesatuan
Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus dikembangkan dan dibina
melalui sistem komunikasi yung baik, sehingga terwujud kekompakan
kerja (team work) dan timbul keinginan untuk mencapai hasil yang baik.
Pimpinan perusahaan harus membina para bawahannya sedemikian rupa,
supaya karyawan merasa ikut memiliki perusahaan itu.

n. Kestabilan Jabatan
Menurut asas ini, pimpinan perusahaan harus berusaha agar mutasi dan
keluar masuknya karyawan tidak terlalu sering, karena akan
mengakibatkan ketidakstabilan organisasi, biayabiaya semakin besar, dan
perusahaan tidak mendapat karyawan yang berpengalaman. Pimpinan
perusahaan harus berusaha, agar setiap karyawan betah bekerja sampai
masa pensiunnya. Jika karyawan sering berhenti perlu manajer
menyelidiki penyebabnya. Apakah karena gaji terlalu kecil, perlakuan
yang kurang baik, dan lain sebagainya? Perlu diketahui dan dihayati
bahwa inti sari manajemen adalah mencapai tujuan yang optimal dengan
meningkatkan daya guna.

2.7 Penerapan Prinsip-prinsip Manajemen Terhadap Kasus


Penyelundupan Barang Mewah (Motor Harley Davidson dan Sepeda
Brompton) Pada PT. Garuda Indonesia Tbk

Kronologi Kasus :
Direktur Utama PT. Garuda Indonesia menyelundupkan sebuah motor
Harley Davidson dan dua buah sepeda Brompton melalui pesawat garuda
Indonesia yang baru dibeli dari Airbus (Touluse Prancis). Hal ini diketahui
oleh petugas Direktorat Jendral Bea dan Cukai (DIBC) menemukan adanya
15 kemasan berisi parts motor Harley Davidson dan 3 kemasan berisi 2 unit
sepeda Brompton M6L Explore. Penemuan tersebut terjadi pada tanggal 17
November 2019, dimana Negara mengalami kerugian senilai Rp 532 juta
hingga Rp.15 miliar. Kasus ini di ketahui ketika pihak Bea Cukai Bandara
Internasional Soekarno Hatta melakukan pemeriksaan atas pesawat baru dari
GA971 Airbus A330900, jadi pesawat ini terbang khusus untuk pengadaan
Garuda dari Prancis ke Cengkareng masuk GMF dan di dalam pesawat
tersebut hanya ada 22 orang penumpang termasuk Direktur utama PT.Garuda
Indonesia yaitu I Gusti Ngurah Askara dan di pesawat yang di tumpanginya
tidak ada tercatat satupun kargo dalam penerbangan tersebut.

Analisa Kasus:

Pada kasus diatas, kami menganalisa keterkaitan antara prinsip - prinsip


manajemen dengan kasus penyelundupan barang mewah tersebut. Bagaimana
penerapan prinsip-prinsip manajemen terhadap sebuah organisasi besar atau
instansi? Apakah dijalankan dengan baik atau sebaliknya?
Pertama, berdasarkan prinsip manajemen yaitu “Wewenang dan
Tanggung Jawab” dimana prinsip ini perlu adanya pembagian wewenang
dan tanggung jawab baik antara atasan dan bawahan. Wewenang didapatkan
oleh seseorang di dalam suatu organisasi karena jabatannya. Sedangkan
tanggung jawab adalah suatu bentuk obligasi dari seseorang yang memilki
kewenangan karena jabatan. Namun pada kenyataannya, wewenang dan
tanggung jawab masih sulit untuk dicapai oleh beberapa orang yang memiliki
jabatan penting. Salah satunya pada kasus yang menjerat Direktur Utama PT.
Garuda Indonesia. Penyalahgunaan wewenang untuk menggunakan fasilitas
umum Negara adalah suatu tindakan melanggar aturan yang bertentangan
dengan prinsip manajemen. Sebagai seorang Direktur Utama seharusnya
sudah memikirkan sejauh mana risiko-risiko yang akan muncul ketika akan
menjalankan tugas atau tanggung jawabnya. Sebuah tanggung jawab haruslah
dijalankan dengan baik. Dan apabila melakukan hal diluar dari tanggung
jawabnya maka perlu adanya evaluasi atau pencegahan terhadap
penyimpangan tersebut.
Selain itu, terdapat juga prinsip “Mengutamakan kepentingan umum
diatas kepentingan pribadi”. Sebenarnya apa yang maksud mengutamakan
kepentingan umum atau negara diatas kepentingan pribadi? Apakah
kepentingan negara tidak sama dengan kepentingan pribadi? Kepentingan
pribadi tidak penting? Kepentingan pribadi dianggap mengganggu
kepentingan negara?
Perlu dilketahui bahwa yang dimaksud dengan mengutamakan
kepentingan umum diatas kepentingan pribadi ialah ketika seseorang
(pemimpin ataupun karyawan) mampu mengorbankan kepentingan
pribadinya demi kepentingan umum. Misalnya seorang pemimpin
memanfaatkan kekuasannya untuk melayani, memakmurkan, dan menjamin
kesejahteraan karyawannya. Sebab suksesnya seorang pemimpin akan
berpengaruh besar terhadap kemajuan sebuah organisasi. Namun, apabila
kekuasaan itu membuat seorang pemimpin menjadi tidak sadar atas
kepentingan prioritasnya atau lebih mengutamakan kepentingan pribadi maka
hal ini cenderung tidak baik bagi organisasi.
Demikian kasus yang dialami oleh direktur utama PT.Garuda Indonesia.
Menurut ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) menyebutkan bahwa
direktur utama PT. Garuda Indonesia beserta rombongannya miliki maksud
terselubung atas perjalanannya dari Prancis ke Indonesia, dimana beliau
diketahui telah menyelundupkan beberapa barang mewah ke dalam kabin
pesawat baru tersebut. Tindakan ini ialah termasuk tindakan Kolusi, Korupsi,
dan Nepotisme (KKN).
Kasus ini sudah sangat jelas bertentangan dengan prinsip manajemen
dimana telah melanggar Undang - Undang Kepabean dan menikmati fasilitas
Negara demi keuntungan pribadi. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 37 tahun 2012 tentang pedoman
umum penanganan benturan kepentingan. Tertulis jelas adanya dikotomi
kepentingan negara dan pribadi bahwa kepentingan pribadi itu tidak baik
apabila berbenturan dengan kepentingan negara. Hal ini bertujuan untuk
melindungi negara agar pelayanan publik tetap efektif dan efisien, serta bebas
dari penyimpangan - penyimpangan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip


manajemen terdiri dari pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab,
disiplin, kesatuan perintah, kesatuan pengarahan, mengutamakan kepentingan
organisasi, penggajian pegawai, pemusatan, hierarki, ketertiban, keadilan dan
kejujuran, inisiatif, asas kesatuan, dan kestabilan jabatan. Prinsip-prinsip
manajemen tersebut mencakup hal yang melibatkan hubungan diantara para
karyawan dan pimpinan perusahaan, konsep kerja sama untuk membagi tugas
sesuai kegiatan masing-masing. Manajemen pun harus menyusun
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Kerja sama
yang baik di antara karyawan dan pimpinan mereka akan melancarkan usaha-
usaha yang dibuat untuk mencapai tujuan.

Sebagaimana telah diamati pada contoh kasus PT Garuda Indonesia


terkait penyelundupan Barang Mewah ini bertentangan dengan prinsip-prinsip
manajemen yaitu Pertama, Penyalahgunaan Wewenang dan Tanggung
Jawab, Kedua, Mengutamakan Kepentingan Umum Diatas Kepentingan
Pribadi. Wewenang didapatkan oleh seseorang di dalam suatu organisasi
karena jabatannya, sedangkan tanggung jawab adalah suatu bentuk obligasi
dari seseorang yang memilki kewenangan karena jabatan. Kemudian,
mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi ialah ketika
seseorang (pemimpin ataupun karyawan) mampu mengorbankan kepentingan
pribadinya demi kepentingan umum.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya skandal yang


melibatkan Direktur Utama PT Garuda Indonesia dan beberapa jajarannya
membuat rusaknya kepercayaan masyarakat terutama pemerintah dan staff
internal perusahaan itu sendiri. Oleh karena itu, Dewan Komisaris PT Garuda
Indonesia melakukan restrukturisasi secara tanggap terhadap direksi yang
terlibat. Hal ini dilakukan untuk menjaga citra perusahaan dan tetap
memberikan pelayanan terbaik serta memperbaiki sistem manajemen internal
perusahaan salah satunya melalui penerapan prinsip-prinsip manajemen di
perusahaan tersebut.

3.2 Saran
Diharapkan pembaca dapat termotivasi terhadap kasus tersebut dan
menerapkan prinsip-prinsip manajemen kedalam setiap pekerjaan yang
dilakukan agar terciptanya suatu hubungan yang baik antar karyawan dan
atasan serta kinerja yang sesuai dengan prosedur sehingga dapat lebih efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Gaspersz, Vincent. 2012. Practical Management. Bogor. Penerbit: Lean Six


Sigma Master Black Belt.

Undang ahmad dan M.Alfan, Op.Cit, 35-36.

Dadang Suhardan dkk, Manajemen Pendidikan, (Bandung : Alfabeta), 90.

Emil H. Tambunan, MA. Kunci Menuju Sukses dalam Manajemen dan


Kepemimpinan. Bandung : Indonesia Publising House. 1991.

https://permatapc.blogspot.com/2015/04/prinsip-prinsip-manajemen.html dikutip
pada tanggal Monday, 10 February 2020. Pukul 16.25 Wita.

https://www.tribunnews.com/nasional/2019/12/06/dirut-garuda-ari-askhara dipecat-
karena-penyelundupan-harley-ini-4-kasus-di-bawah kepemimpinannya. Penulis:
Miftah Salis. dikutip pada tanggal Monday, 10 February 2020. Pukul 19.54
Wita.

Anda mungkin juga menyukai