Anda di halaman 1dari 21

TERAPI BERMAIN

OLEH :

ENDANG SETYORINI
IRFAN
YULIA AGUSTINA
TURSIMAN
DWI FAMILI RAHMAWATI
SEPRIDA
DEVI RIZKI AGUSTIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang berencana atau darurat mengharuskan


anak untuk tinggal di Rumah Sakit menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat
mengalami berbagai kejadian yang sangat traumatic dan penuh stress.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini
tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di
rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Bermain sangat
penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau
anak di rumah sakit (Wong, 2009).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian teori bermain?
2. Apa saja fungsi terapi bermain?
3. Apa tujuan dari terapi bermain?
4. Apa saja prinsip-prinsip dalam bermain?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi bermain?
6. Bagaiman klasifikasi tahapan usia dan jenis permainan dalam terapi bermain?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian tori bermain
2. Mengetahui fungsi terapi bermain
3. Mengetahui tujuan dari terapi bermain
4. Mengetahui prinsip-prinsip dalam bermain
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bermain
6. Mengetahui klasifikasi tahapan usia dalam dan jenis permainan dalam terapi
bermain
BAB II

KONSEP TEORI BERMAIN PADA ANAK

A. KONSEP TEORI BERMAIN


1. PENGERTIAN
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat
dilakukan dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000)
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginannya sendiri dan
memperoleh kesenangan (Foster, 1989)
Bermain adalah cara ilmiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting
dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif utuk
menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan
emosional anak (Champbell dan Glaser, 1995)

2. FUNGSI
a. Perkembangan Sensori - Motorik
 Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi

 Meningkatkan perkembangan semua indra

 Memberikan pelampiasan kelebihan energi


b. Perkembangan yang intelektual
 Memberikan sumber – sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
 Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.
 Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
c. Perkembangan Sosial
 Anak belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam kelompok
 Mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah yang terkait
dengan hubungan tersebut
d. Perkembangan kreativitas
 Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif
 Memungkinkan fantasi dan imajinasi
 Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
e. Perkembangan Kesadaran Diri
 Anak akan mengembangkan kemampuannnya dalam mengatur tingkah laku
 Belajar mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain
 Anak akan belajar mengerti akan dampak tingkah lakunya terhadap orang lain
f. Bermain sebagai Terapi
 Meminimalkan dampak hospitalisasi sehingga melalui bermain anak dapat
mengekpresikan perasaannya.

3. TUJUAN
a. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit.
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai
perasaan yang tidak menyenangkan.
c. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk
mencipakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan di rawat di RS.

4. PRINSIP – PRINSIP BERMAIN


Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
a. Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang
memadai. Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak
yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif
maupun bermain pasif. Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya
menurun karena energi yang ada dugunakan untuk mengatasi penyakitnya.
b. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang
diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang
cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
c. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga
alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai
unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman,
bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk
bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat
menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.
e. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau
diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak
lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat
permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari
alat permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak
cenderung menjadi kurang hangat.
f. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau
orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat
menemukan kebutuhannya sendiri. Bermain yang dilakukan bersama orang
tuanya akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan
kepada orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh
anaknya. Teman diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan
membantu anak dalam memahami perbedaan.
5. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERMAIN
a. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan
jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi
anak pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak
sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.
c. Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan jenis
kelamin laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa
permainan adalah salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini
dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki –
laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
d. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai
cukup ruang untuk bermain.
e. Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan
harus aman bagi anak.

6. KLASIFIKASI BERMAIN
a. Menurut isi permainan
 Sosial affective play

Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara


anak dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan
tertawa).
 Sense of pleasure play

Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air
dan pasir).
 Skiil play

Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya


motorik kasar dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan benda).
 Dramatik Role play

Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainanny. (misal: dokter dan perawat).
 Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan /
skor (Contoh : ular tangga, congklak).
 Un occupied behaviour

Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang
ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-
jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).

b. Menurut karakter sosial


 Onlooker play

Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif
untuk ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
 Solitary play

Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri
dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda
dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja sama. Dilakukan oleh
anak toddler
 Parallel play

Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak
dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu
dengan lainya tidak ada sosialisasi. Dilakukan anak usia toddler atau preschool
 Associative play

Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain,
tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak
jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).
 Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).

c. Menurut Usia (tahap perkembangan)


1) Bayi usia 0 – 3 bulan
 Interaksi sosial yang menyenangkan antara bayi dengan orang tua atau
orang dewasa disekitarnya, misal : mainan gantung dengan warna cerah
dan bunyi yang menarik
 Ajak bayi berbicara, berikan kesempaatan untuk mendengar pembicaraan,
nyanyian dan musik
2) Bayi usia 4-6 bulan
 Stimulus penglihatan : nonton TV, bercermin
 Stimulus pendengaran : memanggil nama
 Stimulus taktil : berikan mainan yang dapat digenggam, bermain sambil
mandi
3) Bayi usia 7-9 bulan
 Stimulus penglihatan : memainkan kaca dan membiarkan anak bermain
dengan kaca serta berbicara sendiri
 Stimulus pendengaran : memanggil nama anak, mengulangi kata-kata yang
diucapkan seperti mama, papa
 Stimulus taktil : membiarkan anak bermain pada air mengalir
 Kinetik : melatih anak untuk berdiri, merangkak.
4) Umur 10-12 bln
 Stimulus penglihatan : memperlihatkan gambar terang dalam buku.
 Stimulus pendengaran : membunyikan suara binatang tiruang,
menunjukkan tubuh dan menyebutnya.
 Stimulus taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat,
membiarkan anak merasakan angin.
 Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau
didorong, seperti sepeda atau kereta.
5) Anak usia Toddler (> 1-3 tahun)
 Banyak bergerak, mulai mengembangkan diri untuk otonomi, rasa ingin
tahu yang besar
 Solitary play atau parallel play
 Jenis mainan : sepeda, alat memasak, boneka, buku gambar
6) Anak usia pra sekolah (3-6 tahun)
 Associative play, dramatic play, skill play
 Sudah dapat bermain kelompok
 Jenis mainan : mobil-mobilan, berenang
7) Anak usia sekolah (6-12 tahun)
 Bermain dalam kelompok dengan jenis kelamin yang sama, belajar
independen, kooperatif, bersaing, menerima orang lain
 Cooperative play
 Jenis mainan : mobil-mobilan, alat memasak, olahraga bersama, alat
gambar, pekerjaan tangan, mengumpulkan perangko
8) Anak usia remaja (13-18 tahun)
 Anak bermain dalam kelompok
 Jenis mainan : main musik, momputer, sepak bola

B. BERMAIN DI RUMAH SAKIT

Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik
bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat
mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama degan petugas kesehatan
selama dalam masa perawatan. Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di
RS akan memberikan keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan klien dan perawat
2. Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak
3. Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.
4. Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.
Prinsip – prinsip bermain di rumah sakit :
1. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
2. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3. Sesuai dengan kelompok usia.
4. Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan.
5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.
Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :
1. Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan umur
perkembangannya
2. Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi
3. Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak
4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan
kondisi anak.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain
sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu
untuk perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri,
moral sekaligus terapi anak saat sakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya
mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu
anak untuk beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di
Rumah Sakit.

B. SARAN
Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di RS
juga disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah sakit.
Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat

menerapkan terapi di rumah dan di rumah sakit.


SATUAN ACARA BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak dengan hospitalisasi di RS

Sub Pokok Bahasan : Bermain mewarnai dan melipat kertas.

Sasaran : Anak usia 6 – 12 tahun

Pelaksana : Mahasiswa PSIK UB Pediatrik nursing 2 kelompok 6

Waktu Pelaksanaannya : Senin, 25 September 2017

Tempat : Ruang Kuliah Biomedik FKUB

1. LATAR BELAKANG
Definisi bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kepuasan atau kesenangan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional dan sosial. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain anak – anak akan berkomunikasi, belajar beradaptasi dengan lingkungannya,
melakukan apa yang dapat dilakukannya, serta dapat mengenal waktu, jarak, dan suara.
( WONG 2008 )
Konsep Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan RS
untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat
mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta gangguan emosi dan tingkah laku yang
mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama di rawat di RS.
Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari dampak
perpisahan, pembatasan aktifitas, perlukaan tubuh dan nyeri, dimana stresor tidak
dapat diadaptasikan. Untuk itu anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan
perasaan tersebut dan mampu bekerjasama dengan petugas kesehatan selama masa
perawatan. Hospitalisasi selama kanak kanak adalah pengalaman yang memiliki efek
yang lama, kira – kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi. ( Foster and
Humberger , 1998 ).
Faktor – faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak :
a. Anxietas
b. Gangguan kontak sosial
c. Nyeri
d. Prosedur yang menyakitkan
e. Takut akan cacat atau mati
f. Berpisah dengan orangtua.
Fungsi bermain :
Merangsang perkembangan : sensorik motorik, kognitif, sosial, kreatifitas, kesadaran
diri, moral dan bermain sebagai terapi.
Konsep mewarnai :
Menurut Femi Olivia dalam bukunya Gembira Bermain corat – coret mewarnai
merupakan suatu bentuk kegiatan kreativitas dimana anak diajak untuk memberikan
satu atau beberapa goresan warna pada suatu bentuk atau pola gambar sehingga
terciptalah suatu kreasi seni.
Konsep melipat kertas:
Dr Sumanto, (2006) melipat atau origami adalah suatu teknik berkarya seni/ kerajinan
tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas dengan tujuan untuk menghasilkan
aneka bentuk main, hiasan, benda fungsional, alat peraga dan kreasi lainnya.

2. TUJUAN :
a. Tujuan intruksional umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit diharapkan anak dapat
terstimulasi kemampuan motorik dan kreatifitasnya.
b. Tujuan instruksional khusus
1. Anak dapat melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan teman sesamanya.
2. Menurunkan perasaan hospitalisasi.
3. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan di rawat.
4. Meningkatkan latihan konsentrasi
5. Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan
6. Melanjutkan perkembangan motorik, kognitif, sensorik, sosial, kreatifitas,
kesadaran diri, moral dan bermain sebagai terapi.
3. SASARAN
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain saat ini adalah anak usia 6 – 12 tahun ( usia
sekolah )
Keadaan umum : baik, kooperatif dan tidak berpenyakit menular.
Menyetujui / bersedia
Tidak ada gangguan pada fungsi motorik ektremitas atas yang menganggu pergerakan.

4. PRINSIP BERMAIN
a. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
b. Mempertimbangkan keamanan
c. Kelompok umur yang sama
d. Melibatkan orangtua
e. Tidak bertentangan dengan pengobatan.

5. PROSES SELEKSI
a. Merekrut anak yang berusia sekolah
b. Identifikasi anak yang termasuk kriteria anggota bermain.
c. Membuat kontrak dengan anak dan orangtua yang menyetujui untuk bermain :
1. Mendahului dengan ajakan bermain
2. Setelah anak menyetujui bermain, baru dilaksanakan terapi bermain di ruang
yang telah ditentukan / tempat tidur.

6. SARANA DAN MEDIA


Sarana : ruangan tempat bermain dan atau di tempat tidur.
Media :
o kertas manila/karton yang sudah di beri pola
o lem
o pensil gambar/ crayon
o jam pengukur waktu
o reward/hadiah.
7. MATERI
Mewarnai dan melipat kertas adalah kegiatan bermain bagi anak-anak usia sekolah.
Kegiatan ini dimulai dengan mewarnai gambar yang ada di kertas manila/karton berpola
sesuai kreasi masing-masing anak. Kemudian dilanjutkan dengan melipat kertas berpola
menjadi sebuah bentuk bangun ruang. Dengan harapan gambar tersebut tersusun rapi
sesuai urutan. Setiap anak mengerjakan satu bangun ruang. Anak yang menyelesaikan
paling cepat akan mendapatkan hadiah.

8. SUSUNAN ACARA
Permainan mewarnai dan melipat kertas dilakukan dalam waktu kurang lebih 30
menit dengan susunan acara sebagai berikut :

WAKTU KEGIATAN PERAWAT KEGIATAN PESERTA


Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Membalas salam
(5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dan penjelasan
peraturan kegiatan 3. Mendengarkan
4. Menjelaskan media yang akan penjelasan
dijadikan media permainan
4. Mendengarkan
penjelasan
Permainan 1. Mengumpulkan klien yang 1. Ikut berkumpul
(20 menit) telah diseleksi
2. Meminta kepada setiap klien 2. Memperkenalkan diri dan
untuk menyebutkan nama bersalaman dengan
masing-masing dan peserta lain
bersalaman dengan semua
peserta lain 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan kembali tentang penjelasan
permainan beserta alat-
alatnya dan hadiah yang akan
diberikan 4. Bersiap - siap memulai
4. Membagikan peralatan kegiatan
mewarnai dan kertas manila 5. Memulai kegiatan
5. Meminta klien untuk memulai
permainan 6. Menyelesaikan kegiatan
6. Catat waktu yang tercepat dan
berikan hadiah kepada klien
Penutup 1. Memberikan kesimpulan 1. Mendengarkan
(5 menit) permainan
2. Mengucapkan salam penutup 2. Menjawab salam

9. SKEMA TERAPI BERMAIN

a. Deskripsi tugas Terapis


Leader
 Memimpin jalannya acara bermain
 Membuka perkenalan
 Membuat dan mengatur setting tempat dan waktu
 Memberikan reward / hadiah
 Menutup kegiatan bermain

Fasilitator
 Mendampingi / membantu peserta dalam bermain

Observer
 Mengobservasi jalannya acara permainan
 Memberikan sekilas penilaian
 Memberikan kritik dan saran setelah acara selesai
 Mengevaluasi dan memberikan feedback pada leader
b. Setting Tempat

KETERANGAN :

Leader

Peserta

Fasilitator

Observer

10. EVALUASI
Yang dievaluasi dalam kegiatan ini adalah:
A. Persiapan
 Kesiapan alat-alat permainan dan ruangan untuk bermain
 Kesiapan peserta dalam mengikuti permainan
 Ketepatan waktu
B. Proses
 Kemampuan leader memimpin permainan
 Kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi anak
 Respon anak selama bermain (kontak mata, kehadiran penuh, antusiasme anak
selama bermain)

C. Hasil
 Kesan –kesan anak setelah melakukan terapi bermain
LAMPIRAN 1

DAFTAR HADIR PESERTA

1.
2.
3.
LAMPIRAN 2
LEMBAR EVALUASI

RESPON PESERTA :
1.

2.

3.

4.

5.
DAFTAR PUSTAKA

Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company,
Philadelpia USA.
Wong, Donna L. 2000. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing). Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Cetakan 1, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai