OLEH :
ENDANG SETYORINI
IRFAN
YULIA AGUSTINA
TURSIMAN
DWI FAMILI RAHMAWATI
SEPRIDA
DEVI RIZKI AGUSTIN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian teori bermain?
2. Apa saja fungsi terapi bermain?
3. Apa tujuan dari terapi bermain?
4. Apa saja prinsip-prinsip dalam bermain?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi bermain?
6. Bagaiman klasifikasi tahapan usia dan jenis permainan dalam terapi bermain?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian tori bermain
2. Mengetahui fungsi terapi bermain
3. Mengetahui tujuan dari terapi bermain
4. Mengetahui prinsip-prinsip dalam bermain
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bermain
6. Mengetahui klasifikasi tahapan usia dalam dan jenis permainan dalam terapi
bermain
BAB II
2. FUNGSI
a. Perkembangan Sensori - Motorik
Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
3. TUJUAN
a. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit.
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai
perasaan yang tidak menyenangkan.
c. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.
Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk
mencipakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan di rawat di RS.
6. KLASIFIKASI BERMAIN
a. Menurut isi permainan
Sosial affective play
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air
dan pasir).
Skiil play
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainanny. (misal: dokter dan perawat).
Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan /
skor (Contoh : ular tangga, congklak).
Un occupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang
ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-
jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif
untuk ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri
dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda
dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja sama. Dilakukan oleh
anak toddler
Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak
dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu
dengan lainya tidak ada sosialisasi. Dilakukan anak usia toddler atau preschool
Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain,
tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak
jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).
Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).
Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik
bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat
mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama degan petugas kesehatan
selama dalam masa perawatan. Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di
RS akan memberikan keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan klien dan perawat
2. Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak
3. Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.
4. Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.
Prinsip – prinsip bermain di rumah sakit :
1. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
2. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3. Sesuai dengan kelompok usia.
4. Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan.
5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.
Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :
1. Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan umur
perkembangannya
2. Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi
3. Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak
4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan
kondisi anak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain
sama saja bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu
untuk perkembangan sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri,
moral sekaligus terapi anak saat sakit.
Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang
normal, mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya
mengembangkan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu
anak untuk beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di
Rumah Sakit.
B. SARAN
Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di RS
juga disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah sakit.
Mensosialisasikan terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat
1. LATAR BELAKANG
Definisi bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kepuasan atau kesenangan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional dan sosial. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain anak – anak akan berkomunikasi, belajar beradaptasi dengan lingkungannya,
melakukan apa yang dapat dilakukannya, serta dapat mengenal waktu, jarak, dan suara.
( WONG 2008 )
Konsep Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan RS
untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat
mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta gangguan emosi dan tingkah laku yang
mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama di rawat di RS.
Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari dampak
perpisahan, pembatasan aktifitas, perlukaan tubuh dan nyeri, dimana stresor tidak
dapat diadaptasikan. Untuk itu anak memerlukan media yang dapat mengekspresikan
perasaan tersebut dan mampu bekerjasama dengan petugas kesehatan selama masa
perawatan. Hospitalisasi selama kanak kanak adalah pengalaman yang memiliki efek
yang lama, kira – kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi. ( Foster and
Humberger , 1998 ).
Faktor – faktor yang mempengaruhi hospitalisasi pada anak :
a. Anxietas
b. Gangguan kontak sosial
c. Nyeri
d. Prosedur yang menyakitkan
e. Takut akan cacat atau mati
f. Berpisah dengan orangtua.
Fungsi bermain :
Merangsang perkembangan : sensorik motorik, kognitif, sosial, kreatifitas, kesadaran
diri, moral dan bermain sebagai terapi.
Konsep mewarnai :
Menurut Femi Olivia dalam bukunya Gembira Bermain corat – coret mewarnai
merupakan suatu bentuk kegiatan kreativitas dimana anak diajak untuk memberikan
satu atau beberapa goresan warna pada suatu bentuk atau pola gambar sehingga
terciptalah suatu kreasi seni.
Konsep melipat kertas:
Dr Sumanto, (2006) melipat atau origami adalah suatu teknik berkarya seni/ kerajinan
tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas dengan tujuan untuk menghasilkan
aneka bentuk main, hiasan, benda fungsional, alat peraga dan kreasi lainnya.
2. TUJUAN :
a. Tujuan intruksional umum
Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit diharapkan anak dapat
terstimulasi kemampuan motorik dan kreatifitasnya.
b. Tujuan instruksional khusus
1. Anak dapat melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan teman sesamanya.
2. Menurunkan perasaan hospitalisasi.
3. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan di rawat.
4. Meningkatkan latihan konsentrasi
5. Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan
6. Melanjutkan perkembangan motorik, kognitif, sensorik, sosial, kreatifitas,
kesadaran diri, moral dan bermain sebagai terapi.
3. SASARAN
Yang menjadi sasaran dalam terapi bermain saat ini adalah anak usia 6 – 12 tahun ( usia
sekolah )
Keadaan umum : baik, kooperatif dan tidak berpenyakit menular.
Menyetujui / bersedia
Tidak ada gangguan pada fungsi motorik ektremitas atas yang menganggu pergerakan.
4. PRINSIP BERMAIN
a. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
b. Mempertimbangkan keamanan
c. Kelompok umur yang sama
d. Melibatkan orangtua
e. Tidak bertentangan dengan pengobatan.
5. PROSES SELEKSI
a. Merekrut anak yang berusia sekolah
b. Identifikasi anak yang termasuk kriteria anggota bermain.
c. Membuat kontrak dengan anak dan orangtua yang menyetujui untuk bermain :
1. Mendahului dengan ajakan bermain
2. Setelah anak menyetujui bermain, baru dilaksanakan terapi bermain di ruang
yang telah ditentukan / tempat tidur.
8. SUSUNAN ACARA
Permainan mewarnai dan melipat kertas dilakukan dalam waktu kurang lebih 30
menit dengan susunan acara sebagai berikut :
Fasilitator
Mendampingi / membantu peserta dalam bermain
Observer
Mengobservasi jalannya acara permainan
Memberikan sekilas penilaian
Memberikan kritik dan saran setelah acara selesai
Mengevaluasi dan memberikan feedback pada leader
b. Setting Tempat
KETERANGAN :
Leader
Peserta
Fasilitator
Observer
10. EVALUASI
Yang dievaluasi dalam kegiatan ini adalah:
A. Persiapan
Kesiapan alat-alat permainan dan ruangan untuk bermain
Kesiapan peserta dalam mengikuti permainan
Ketepatan waktu
B. Proses
Kemampuan leader memimpin permainan
Kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi anak
Respon anak selama bermain (kontak mata, kehadiran penuh, antusiasme anak
selama bermain)
C. Hasil
Kesan –kesan anak setelah melakukan terapi bermain
LAMPIRAN 1
1.
2.
3.
LAMPIRAN 2
LEMBAR EVALUASI
RESPON PESERTA :
1.
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders Company,
Philadelpia USA.
Wong, Donna L. 2000. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Wong’s Essentials of Pediatric
Nursing). Terjemahan oleh Andry Hartono. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Cetakan 1, Jakarta : EGC.