Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL DAN LAPORAN TERAPI BERMAIN

SENI MELIPAT KERTAS ORIGAMI TERHADAP PERKEMBANGAN


MOTORIK HALUS DAN KOGNITIF PADA USIA PRE- SCHOOL
RSD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG

Disusun Oleh :

1. Mutiara Ramadhani Saraswati P1337420921067


2. I Made Arya P1337420921066
3. Yuni Tri Winnati P1337420921070
4. Fela Wahdania P1337420921088

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perawatan di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan hal


baru: lingkungan baru, orang-orang asing, kebiasaan baru, dan kegiatan baru.
Selain itu beberapa kondisi juga menyebabkan ketidaknyamanan, antara lain:
nyeri dan perlukaan, pembatasan aktifitas, menjalankan program terapi yang
traumatik. Situasi ini mengharuskan perawat mampu melakukan pengkajian
yang spesifik sebagai dampak hospitalisasi. Diagnosis keperawatan yang
diidentifikasi juga seharusnya mampu mendiskripsikan dengan teliti seluruh
respon yang terjadi selama proses adaptasi hospitalisasi (Rohmah, 2018).

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang


berencana atau darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah. Selama proses tersebut anak dan orangtua dapat mengalami kejadian
yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman traumatic
dan penuh dengan stress. Perasaan yang sering muncul yaitu cemas, marah,
sedih, takut, dan rasa bersalah (Wulandari & Erawati, 2017).

Anak sakit yang dirawat di Rumah Sakit umumnya mengalami krisis oleh
karena seorang anak akan mengalami stress akibat terjadi perubahan
lingkungan serta anak mengalami keterbatasan untuk mengatasi stress. Krisis
ini dipengaruhi oleh berbagai hal yaitu usia perkembangan anak, pengalaman
masa lalu tentang penyakit, perpisahan atau perawatan di rumah sakit, support
system serta keseriusan penyakit dan ancaman perawatan (Al-ihsan et al.,
2018).

Stress yang dialami seorang anak saat dirawat di Rumah Sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat di rawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat
di rawat. Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan terutama
mengurangi rasa perlukaan dan rasa sakit akibat tindakan invasif yang harus
dilakukannya adalah bermain (Al-ihsan et al., 2018).

Aktifitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak


secara optimal. Bermain merupakan cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dari dirinya. Bermain tidak sekedar mengisi waktu,
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta
kasih. Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik,
mental dan perkembangan emosinya (Arissandi et al., 2019).

Bermain dapat mengungkapkan bahasa dan keinginan dalam


mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disasarinya serta dialami dengan
kesenangan yang diekspresikan melalui psikososio yang berhubungan dengan
lingkungan tanpa memperhitungkan hasil akhirnya (Al-ihsan et al., 2018).
Sebagian besar anak yang dirawat mengalami tingkat kecemasan yang tinggi
akibat tindakan medis yang dilakukan dan lingkungan baru yang belum
dikenal, sehingga anak menangis atau menolak terhadap tindakan medis.
Dalam kondisi seperti ini anak membutuhkan suatu hiburan dalam bentuk
permainan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat mengembangkan kreatifitas
dan menjadi lebih aktif melalui pengalaman bermain, dan anak dapat
beradaptasi dengan lingkungan dan bergaul dengan teman sebayanya.
2. Tujuan Khusus
a. Mengembangkan kreatifitas pada anak
b. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul
c. Mengembangkan daya imajinasi
d. Menumbuhkan sportivitas
e. Mengembangkan kepercayaan diri
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN BERMAIN

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau


mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa
(Arissandi et al., 2019). Reaksi anak usia pra sekolah yang mengalami
kecemasan akibat hospitalisasi disebabkan karena mereka belum beradaptasi
dengan lingkungan di rumah sakit, masih merasa asing sehingga anak tidak
dapat mengontrol emosi dan mengalami stres, reaksinya berupa menolak
makan, sering bertanya, menangis dan tidak kooperatif dengan petugas
kesehatan.

Permainan yang terapeutik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi


anak merupakan aktifitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan
tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan
mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri, dan
relaksasi. Menurut Nasution (2018), bermain adalah pekerjaan atau aktivitas
anak yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan
kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya,
melalui kontak dengan dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi
percaya diri, dan masih banyak lagi manfaat lainnya.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan


yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain
sama dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak,
belajar berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental
serta sosial anak.
B. FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan Sensoris – Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan


komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat
penting untuk perkembangan fungsi otot.

2. Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap


segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat
bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah..

3. Perkembangan Social

Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan


lingkungannya. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut.

4. Perkembangan Kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan


mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya.

5. Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam


mengatur mengatur tingkah laku,mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain serta menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain

6. Perkembangan Moral

Anak akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana
yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas
segala tindakan yang telah dilakukannya.

7. Bermain Sebagai Terapi

Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai


perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas,
sedih, dan nyeri. Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi
antar anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas
kesehatan dirumah sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran
anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukkan selama melakukan
permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan anak dengan orang
tua dan teman kelompok bermainnya.

C. JENIS PERMAINAN/KARAKTERISTIK BERMAIN

1. Berdasarkan Isi Permainan

Berdasarkan isi permainan, ada enam jenis permainan, yaitu :

a) Social affective play

Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang


menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain. Permainan
yang biasa dilakukan adalah “Cilukba”.

b) Sense of pleasure play

Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa


senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya dengan
menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan,
misalnya memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain.
Cirri khas permainan ini adalah anak akan semakin asyik
bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan yang
dilakukannya sehingga susah dihentikan.
c) Skill play

Permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak, khususnya


motorik kasar dan halus. Semakin sering melakukan latihan, anak
akan semakin terampil.

d) Games atau permainan

Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan


alat tertentu yang menggunakan perhitungan dan/atau skor.
Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri dan/ atau dengan
temannya, misalnya ular tangga, congklak, puzzle, dan lain-lain.

e) Unoccupied behavior

Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,


tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau
apa saja yang ada di sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak
memainkan alat permainan tertentu, dan situasi atau obyek yang
ada di sekelilingnya yang di gunakannya sebagai alat permainan.
Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta
lingkungannya tersebut.

f) Dramatic play

Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain


melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru
orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan
sebagainya yang ingin ia tiru.

2. Berdasarkan Karakter Social

Berdasarkan karakter sosialnya, ada lima jenis permainan, yaitu :

a) Onlooker play

Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang


sedang bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam
permainan. Jadi, anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses
pengamatan terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.

b) Solitary play

Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok


permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang
dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat
permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupun
komunikasi dengan teman sepermainannya.

c) Parallel play

Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan


yang sama , tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak
terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan
anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain.

d) Associative play

Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak


dengan anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin
atau yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas.

e) Cooperative play

Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada


permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak
yang memimpin permainan mengatur dan mengarahkan
anggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan dalam permainan tersebut.

3. Berdasarkan Kelompok Usia Anak

PRE-SCHOOL (3-6 tahun)

a. Cross motor and fine motors

b. Dapat melompat,bermain dan bersepeda.

c. Sangat energik dan imaginative


d. Mulai terbentuk perkembangan moral

e. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok

f. Karakteristik bermain

g. Assosiative play

h. Dramatic play

i. Skill play
BAB III

RANCANGAN BERMAIN

TOPIK: Terapi aktivitas bermain origami anak pada usia pra sekolah (3-6 tahun)
diruang bermain ruang Yudhistira RSD K.R.M.T Wongsonegoro.

TEMPAT : Ruang Bermain/Bed Pasien


WAKTU : 20 Mei 2022
Pukul 09:00 WIB (30 menit)
A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat mengembangkan
kreatifitas dan menjadi lebih aktif melalui pengalaman bermain, dan
anak dapat beradaptasi dengan lingkungan dan bergaul dengan teman
sebayanya..

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti terapi bermain selama 30 menit diharapkan :
a. Segi kognitif
Anak dapat mengetahui berbagai macam bentuk dan warna.

b. Segi Psikomotor
Anak dapat berkreatifitas dalam melipat kertas origami, memili warna
yang disukainya dan menghias dengan stiker hasil kreasinya

c. Segi motoric
Anak dapat melatih kekuatan dan fleksibilitas tangannya dalam melipat
kertas origami

d. Segi sensorik
Anak dapat membedakan bentuk dan warna.

B. PERENCANAAN
1. Jenis Program Bermain
Belajar melipat kertas dengan kertas lipat (origami) yang telah tersedia,
2. Karakteristik Bermain
a. Melatih motorik halus dan kognitif

b. Melatih kesabaran, keterampilan, dan ketelitian

3. Karakteristik Peserta
a.Anak dengan usia 3-6 tahun
b.Jumlah peserta 1-4 orang anak
c. keadaan umum mulai membaik
d.peserta dapat kooperatif
4. Metode
a. Dengan demonstrasi
5. Alat-Alat yang digunakan
Dalam pelaksanaan terapi bermain ini menggunakan :
 Kertas lipat (origami)

 Spidol

 Stiker hadiah
6. Setting Tempat

Keterangan:

: Pasien : Orang tua/Keluarga pasien

: Mahasiswa Perawat : Pembimbing CI

7. Pengorganisasian

Leader :

1. Mengkoordinasi jumlah peserta yang telah ditentukan


2. Mampu mengatasi masalah yang timbul dalam kelompok
3. Memimpin perkenalan dan menjelaskan tujuan bermain
Co Leader :

1. Membantu tugas dari leader


2. Mengatasi masalah yang muncul bersama leader
3. Mempersiapkan segala yang akan diperlukan bersama
pelaksana yang lain
Fasilitator:

1. Memfasilitasi anak dalam bermain/melaksanakan kegiatan


2. Membimbing dan mengarahkan anak
3. Membantu meningkatkan rasa kepercayaan diri anak
4. Memotivasi anak untuk menyelesaikan kegiatan
5. Mengevaluasi kondisi anak selama kegiatan

Observer:

1. Mengevaluasi selama kegiatan terapi bermain berlangsung


2. Memberikan laporan evaluasi setelah terapi bermain selesai
3. Memberikan informasi tambahan diakhir terapi bermain
4. Mengamati tingkah laku anak
5. Memberikan kritik dan saran

Dokumentator :

1.Mendokumentasikan semua pelaksanaan kegiatan Orang


tua/keluarga

2. Membantu membimbing anak

C. STRATERGI PELAKSANAAN
NO Kegiatan Waktu Media
1 Persiapan 5 menit peralatan bermain
- menyiapkan ruangan
-menyiapkan alat
-menyiapkan peserta
2 Pembukaan 5 menit
- beri salam pembuka
-memperkenalkan diri
- menjelaskan maksud dan tujuan
3 Kegiatan Bermain 15 menit peralatan bermain
- anak diminta mengambil kertas lipat
- kemudian membantu anak untuk
melipat bentuk yang mudah
- membantu anak untuk menempelkan
stiker
4 Penutup 5 menit
- memberi reward pada anak atas hasil
karyanya
DAFTAR PUSTAKA

Al-ihsan, M., Santi, E., & Setyowati, A. (2018). Terapi Bermain Origami
Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah(3-6 Tahun) Yang Menjalani
Hospitalisasi. Dunia Keperawatan, 6(1), 63–70.
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JDK/article/view/5086

Arissandi, D., Setiawan, christina T., & Wiludjeng, R. (2019). Pengaruh


Permainan Konstruktif (Origami) Terhadap Perkembangan Motorik Halus
Pada Anak Usia Pra Sekolah 4-5 Tahun. Jurnal Borneo Cendekia, 3(2), 40–
46.

Rohmah, Nikmatur. (2018). Terapi Bermain. Jember: LPPM Universitas Muhammadiyah


Jember.

Wulandari. M & Ernawati.M. (2017). Buku ajar keperawatan anak.Yogyakarta: Pustaka


Belajar.

Anda mungkin juga menyukai