Anda di halaman 1dari 9

SKRIPSI

PENGARUH EDUKASI ELEKTRONIK PADA


PENGETAHUAN PENCEGAHAN SERANGAN ASMA DI
RUMAH SAKIT X

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana terapan
keperawatan

I MADE ARYA PUTRA

P1337420617044

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma adalah penyakut dengan spekrum gejala yang luas yang
ditandai dengan serangan sesak napas dan mengi yang berulang. Beberapa
penyebab dan pemicu umum terjadi pada semua penderita asma, dan
beberapa lebih individual. Meskipun penyebab dasar asma tidak
sepenuhnya dipahami, faktor risiko terkuat untuk mengembangkan asma
adalah pemicu asma inhalasi. (WHO,2018).
Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), ada
417.918 kematian akibat asma di tingkat global dan 24,8 juta disebabkan
Asma pada tahun 2016. Lebih dari 339 juta orang hidup dengan asma.
Lebih dari 80% kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan
rendah dan menengah ke bawah. (WHO,2018). Selama tahun 2015-2017
di Indonesia jumlah pasien asma rawat jalan selalu lebih banyak
dibandingkan dengan pasien yang rawat inap. Total pasien rawat jalan
selama tahun 2015-2017 juga bertambah lebih dari empat kali lipat selama
perode waktu tersebut (Infodatin asma,2019)
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) Nasional
tahun 2018, proporsi kekambuhan asma di provinsi Jawa Tengah sebesar
55,1%. Berdasarkan pendidikan, proporsi kekambuhan asma terbesar pada
jenjang tidak / yang belum pernah sekolah sebesar 64,4%, sedangkan
berdasarkan pekerjaan, proporsi kekambuhan asma terbesar pada petani
atau buruh tani sebesar 63,6%. Berdasarkan tempat tinggal, proporsi
kekambuhan asma terbesar pada pedesaan sebesar 61,9%.
Berdasarkan laporan Riskesda Jateng tahun 2018, proporsi
kekambuhan asma di kota Demak sebesar 71,69%. Berdasarkan
pendidikan, proporsi kekambuhan asma terbesar pada jenjang Tamat SD /
MI sebesar 62,36%. sedangkan berdasarkan pekerjaan, proporsi
kekambuhan asma terbesar pada nelayan sebesar 61,62%. Berdasarkan
tempat tinggal, proporsi kekambuhan asma terbesar pada pedesaan sebesar
56,85%.

Sesak napas, batuk dan mengi merupakan gejala dari serangan


asma. Tingkat keparahan dan frekuensi gejala bervariasi dari orang ke
orang, dan untuk beberapa, menjadi lebih buruk selama aktivitas fisik dan
malam hari. Gejala terkadang menjadi lebih buruk secara signifikan. Ini
umumnya dikenal sebagai serangan asma. Pemeriksaan rutin dan
pengobatan yang tepat akan membantu mencegah serangan Asma (WHO,
2018).

Asma tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dikendalikan. Perawatan


dan kewaspadaan serta pemeriksaan kesehatan rutin sangat penting. Pasien
bisa hidup bermanfaat, memenuhi hidup dengan pengobatan yang tepat.
Asma sering diobati dengan menggunakan inhaler untuk menghirup obat-
obatan. Orang dengan gejala yang sedang berlangsung perlu minum obat
setiap hari untuk jangka panjang. Penting juga bagi penderita asma untuk
menghindari pemicunya (WHO,2018).
Upaya pencegahan asma sebelum gejala asma manifes yaitu
mencegah terjadinya sensitisasi pada anak, orang tua, terutama ibu, di
anjurkan untuk tidak merokok, mencegah infeksi saluran nafas pada anak,
pemberian air susu ibu. Upaya pencegahan asma Sesudah gejala asma
manifes yaitu menghindari factor pencetus, menggunakan obat anti asma
dan imunoterapi ( Dra. Arini Setiawati, Ph. D., 1990: hal 38-44 ).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanto mengenai


Cost‐Effectiveness Analysis Pemberian Edukasi Melalui Tele Care
(Telephone) Pada Pasien Asma Rawat Jalan, bahwa Pemberian edukasi
melalui pharmacy telecare (telephone) terhadap pasien asma dapat
meningkatkan pengetahuan, kontrol asma dan fungsi paru dan Edukasi
melalui pemberian pharmacy telecare (telephone) terhadap pasien asma
lebih cost-effective. Dari penelitian tersebut didapatkan harga nilai p value
adalah p ˃ 0,05 dimana secara statistik menunjukan bahwa data tersebut
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok uji kecuali untuk golongan obat SABA inhalasi dimana di dapat
nilai p < 0,05 secara statistik menunjukan adanya perbedaan yang
signifikan antara kelompok kontrol dan uji.
Menurut Luluk Anisyah (2016) dalam penelitian Cost-
Effectiveness Analysis Pemberian Edukasi Melalui Home Care Pada
Pasien Asma Rawat Jalan, bahwa Dengan dilakukannya pemberian
edukasi secara Home Care Terjadi peningkatan pengetahuan asma.,
Perbaikan kontrol asma, Perbaikan fungsi paru dan Pelayanan pharmacy
home care lebih cost - effective dibandingkan tanpa dilakukan pharmacy
home care.
Edukasi pada pasien asthma sebaiknya tidak dilakukan hanya
sekali saja, melainkan proses yang berkelanjutan dan berulang. Poin-poin
yang harus ditekankan dalam edukasi pada pasien asthma antara lain:
penyakit asthma yang bersifat kronis dan dapat kambuh, cara penggunaan
obat-obat inhalasi, kebutuhan penggunaan obat-obatan jangka panjang,
perbedaan antara obat controllers dan relievers, melanjutkan penggunaan
obat-obatan walau tidak ada gejala, demonstrasi penggunaan obat dengan
alat inhalasi, menghindari faktor pemicu serangan asthma antara lain asap
rokok, infeksi, dan alergen (Papadopoulos, Arakawa , Carlsen , Custovic, 2012).
Hasil penelitian Luluk Anisyah (2016) dan Dwika Hermia Putri
(2016) yang di kuatkan Sugiyanto (2016) melaporkan bahwa pemberian
edukasi pada pasien dengan serangan astma dapat meningkatkan
pengetahuan pasien untuk mencegah serangan astma.
Berdasarkan pernyataan di atas, pemberian edukasi untuk
pencegahan serangan asma menggunakan aplikasi dari smartphone yang
akan di gunakan untuk memutar video edukasi yang dibuat oleh peneliti.
Dengan adanya pemberian edukasi tersebut Tersebut diharapkan dapat
mengkontrol serangan astma yang terjadi di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari penjelasan diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ adakah pengaruh edukasi elektronik pada
pengetahuan pencegahan serangan astma.”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh edukasi elektronik pada pengetahuan
pencegahan serangan astma
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik respoden astma meliputi: umur,
pendidikan dan pekerjaan serta lama menerita astma.
b. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan penderita asma sebelum dan
sesudah diberikan edukasi
c. Menganalisis pengaruh edukasi elektronik pada pengetahuan
pencegahan serangan astma
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah kepustakaan sebagai salah satu sarana menambah
pengetahuan tentang pengaruh edukasi elektronik pada pengetahuan
pencegahan serangan astma
2. Bagi Puskesmas atau Rumah sakit
Dapat menambah alternative baru dalam mengurangi serangan astma
dengan pencegahan serangan astma melalui edukasi elektronik
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya

E. Ruang Lingkup
1. Variabel yang diteliti
Dalam penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu :
Variabel bebas : edukasi melalui media elektronik
Variabel terikat : tingkat pengetahuan penderita astma
2. Ruang Lingkup responden
Responden yang digunakan yaitu penderita astma
3. Ruang lingkup waktu
Waktu penelitian dilakukan pada ....
4. Ruang lingkup tempat
Lokasi penelitian di wilayah ...

F. Keaslian Penelitian

No Nama, Judul Rancangan Hasil


Tahun Penelitian

1. Dwika Hubungan penelitian Hasil penelitian menunjukkan


Hermia Antara Tingkat analitik bahwa terdapat hubungan
Putri, Pengetahuan observasional bermakna antara tingkat
2016 Mengenai Asma dengan desain pengetahuan mengenai asma
Terhadap potong lintang terhadap tingkat kontrol asma pada
Tingkat Kontrol dengan pasien asma di unit pengobatan
Asma dilakukan penyakit paru-paru (UP4)
secara Pontianak secara statistik.
Pada Pasien consecutive Pengetahuan pasien yang baik
sampling tentang asma dapat meningkatkan
Asma Di Unit
perilaku kontrol asma pasien
Pengobatan sebesar 6,682 kali.
Penyakit Paru-
Paru (Up4)
Pontianak
2. Luluk Cost- Penelitian ini Hasil penelitian pada kondisi
Anisyah effectiveness menggunakan fungsi paru pada pasien asma
2016 analysis rancangan terlihat adanya
pemberian randomized perbaikan yang signifikan setelah
control trial diberikannya edukasi secara Home
edukasi melalui
(RCT) Care selama
home care pada satu bulan yaitu (P = 0,002),
pasien Asma sedangkan hasil PEF minggu awal
rawat jalan penelitian sampai
minggu kedua yaitu (P = 0,095),
dan hasil PEF minggu kedua
sampai minggu
keempat yaitu (P = 0,090).
3. Sugiyanto Cost- Penelitian ini Hasil dari penelitian ini, untuk
2016 effectiveness menggunakan nilai pengetahuan pasien asma
analysis rancangan pada kelompok uji
pemberian randomized sesudah diberikan intervensi
edukasi melalui control trial (22,53 ± 2,83) berbeda signifikan
telecare (RCT) dibandingkan kelompok
(telephon) pada kontrol (19,57 ±3,12). Nilai
pasien asma kontrol asma pasien asma pada
rawat jalan kelompok uji sesudah
diberikan intervensi (21,63 ± 1,73)
berbeda signifikan dibandingkan
kelompok kontrol
(17,40 ± 2,77). Nilai fungsi paru
pasien asma pada kelompok uji
sesudah diberikan
intervensi (290,00 ± 80,13)
berbeda signifikan dibandingkan
kelompok kontrol (216,33
± 64,57). Nilai ACER fungsi paru
pada kelompok uji = Rp 2.249,26;
sedangkan pada
kelompok kontrol = Rp 3.084,66.
Nilai ACER kontrol asma pada
kelompok uji = Rp
30.489,16; sedangkan pada
kelompok kontrol = Rp 57.927,99.
Nilai ICER fungsi paru =
Rp 658,00; sedangkan nilai ICER
kontrol asma = Rp 5.830,41.
Kesimpulan dari
penelitian ini, Pemberian edukasi
secara Tele Care memberikan
pengaruh terhadap
peningkatkan pengetahuan asma;
kontrol asma dan fungsi paru
disertai biaya yang lebih
mahal.
4. Margareta This study has shown that patients
Emtner , This was a with COPD and an acute ER visit
Impact of patient
prospective are more sedentary, have more co
characteristics, study of
education and morbidity, and had had more ER
patients with visits the previous year compared
knowledge on asthma or to patients with asthma. Most
emergency room COPD, who patients had received information,
visits in patients had ER visit but a minority had good
because of knowledge about the disease.
with asthma and
exacerbation. Patients with "good knowledge"
COPD: a The University were younger, were more likely to
descriptive and hospital in have asthma diagnose, and had a
correlative study Uppsala, higher educational background.
Sweden, one COPD patients were also more
local hospital, likely to have repeated ER visits
and four during the follow-up than patients
general with asthma
practitioners in
the area in and
around
Uppsala, took
part in the
study. The
study was
approved by
the ethical
committee,
Uppsala
University.
Informed
consent was
obtained from
the patients.
5. Meg Wise Education and nurse case
2014 On receipt of a management delivered via clinic,
Internet
2-week asthma telephone, or home visits improve
Telehealth for diary, parents
Pediatric Asthma pediatric asthma management but
are several barriers (inconvenient time
Case randomized to and location, lack of ongoing
Management: CHESS or the support or phone access) can
Integrating usual care impede participation in such
control group. interventions. Health education
Computerized
programs on the Internet (eHealth)
The CHESS have been used successfully for
and Case
group receives chronic disease management.
Manager a training
Features for Home eHealth use is increasing
session on across all social strata, and costs of
Tailoring a Web- using CHESS delivery are decreasing.
Based Asthma and computer Thus, we hypothesized that
Education (a computer integrating monthly, telephone,
and Web asthma-nurse case management
Program
access are into a tailored eHealth program
provided, as could improve both case-
needed). management delivery and
pediatric medication adherence
and asthma control.

Anda mungkin juga menyukai