Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

PROPOSAL TERAPI BERMAIN PADA ANAK

OLEH :
NI PUTU ARI WIJAYANTI (18101110001)
NI PUTU AYU DINA FEBRIANI (18101110003)
NI PUTU EKA CINTYA DEWI (18101110006)
NI PUTU MEI SANJIWANI (18101110008)
NI PUTU RAKA DEWI (18101110012)
NI PUTU SEKARINDA AULIA PD (18101110014)
NI PUTU SINTA DEWI (18101110015)
NI MADE WITARI (18101110017)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


ADVAITA MEDIKA TABANAN
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,

perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman

hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak

baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain

merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk

membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan

ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa

pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam

perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari

waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain

di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana

lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan

(Sacharin, 2003).

Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.

Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga

timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak

mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah

peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara

atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan

sesuai dengannya (Whaley and Wong, 2001).

Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi,

selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan


kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang

asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya

terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan

kecemasan / ketakutan. Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menyebabkan

terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti menambah permasalahan

baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah

sakit (Carson, dkk, 2002).

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak

secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas

bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada

saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat

tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut

merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa

stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan

anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan

melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya

(distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.

Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan

fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas

anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi

mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan

kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit

(Wong, 2009).

Salah satu terapi bermain yang dapat diberikan di rumah sakit adalah melipat
dan mengenal bentuk origami. Menurut Pamadi (2009), manfaat bermain origami
adalah sebagai berikut:
a. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana bermain yang
aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat.
b. Lewat origami anak belajar membuat mainannya sendiri, sehingga
menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan yang sudah jadi dan
dibeli di toko mainan.
c. Membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses
tahapan ini tak pelak mengajari anak untuk tekun, sabar serta disiplin
untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan.
d. Lewat origami anak juga diajarkan untuk menciptakan sesuatu, berkarya
dan membentuk model sehingga membantu anak memperluas ladang
imajinasi mereka dengan bentukan origami yang dihasilkan.
e. Menciptakan kepuasan dan kebanggaan dan membuat anak belajar
menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain melipat dan mengenal bentuk origami
selama 40 menit, diharapkan kreativitas anak-anak berkembang baik, anak merasa
tenang dan senang selama berada di instalasi rawat inap anak Rumah Sakit
Achmad Mochtar, dapat bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh
kembang anak dan dapat membant mengurangi tingka kecemasan atau ketakutan
yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain melipat dan mengenal bentuk origami
diharapkan :
1) Anak mampu melakukan melipat dan mengenal bentuk origami sesuai
dengan harapan
2) Bisa merasa tenang dan senang selama berada di instalasi rawat inap anak
Rumah Sakit Achmad Mochtar
3) Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya
4) Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi
5) Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat

C. Sasaran
Anak-anak yang berada di instalasi rawat inap ruang anak Rumah Sakit Achmad

Mochtar yang berumur 6-7 tahun


BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. Karakteristik Sasaran
Peserta yang mengikuti terapi bermain ini adalah anak usia 6-7 tahun yang
sedang menjalani perawatan di ruang rawat inap anak Rumah Sakit Achmad Mochtar
Bukittinggi dengan kesadaran compos mentis, kooperatif, dan keadaan umum baik.

B. Prinsip bermain
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana
2. Mempertimbangkan keamanan
3. Kelompok umur yang sama
4. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak
5. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak
6. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
keterampilan tangan lebih majemuk.
7. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain
8. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit

C. Karekteristik permainan
1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain
yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing
mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada
interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preschool
Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan
terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah
Adolesen.
D. Fungsi bermain

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,


perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri,
perkembangan moral dan bermain sebagai terapi (Soetjiningsih, 1995).
1. Perkembangan Sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan
anak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak
seperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan
stimulasi kinetik.
2. Perkembangan Intelektual (Kognitif)
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala
sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur dan membedakan objek.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut.
4. Perkembangan Kreativitas
Dimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan
kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.
5. Perkembangan Kesadaran diri
Melalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap
orang lain.
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada dalam lingkungannya.
7. Bermain sebagai Terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas, sedih dan
nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk
itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi).

E. Kategori bermain
1. Bermain aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah
dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat
kertas origami, puzzle, mobil-mobilan dan menempel gambar. Bermain aktif juga
dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan
bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998).
2. Bermain pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain.
Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain
atau menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak
tenaga, tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif (Hurlock, 1998).
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. Deskripsi bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat

paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis

dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka

anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami

sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental,

emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan

bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Terapi bermain yang akan diberikan ialah melipat dan mengenal bentuk origami.

Permainan ini akan dilakukan dengan cara melipat kertas origami sesuai dengan contoh

yang sudah diberikan. Origami akan dilipat berbentuk pesawat, kapal, dll sesuai dengan

keinginan anak, setelah melipat origami anak disuruh untuk menyebutkan bentuk origami

apa yang telah di buat dan menanyakan fungsinya.

B. Jenis permainan
Melipat dan Mengenal Bentuk dengan Origami
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan melipat origami ini merupakan
bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak,
apakah dalam bentuk kesenangan. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan
bermain peran misalnya bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas
origami, puzzle, mobil-mobilan, menempel gambar, bermain dokter-dokteran dan
bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998). Pada permainan ini anak akan diajak
bermain untuk melipat dan mengenal bentuk dari kertas origami yang telat disediakan
a) Materi Origami.
Origami, berasal dari kata dari ori yang berarti “lipat”, dan kami yang
berarti “kertas” merupakan seni tradisional melipat kertas yang berkembang
menjadi suatu bentuk kesenian yang modern. Origami adalah sebuah seni lipat
yang berasal dari Jepang.Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang
biasanya berbentuk persegi.Sebuah hasil origami merupakan suatu hasil kerja
tangan yang sangat teliti dan halus pada pandangan (Pamadi, 2009).
Menurut Wijayanti (2008), usia dini atau disebut juga sebagai usia
prasekolah adalah suatu masa ketika anak-anak belum memasuki pendidikan
formal. Oleh sebab itu, pada rentang usia dini adalah saat yang tepat untuk
mengembangkan kreativitas anak. Selain mengembangkan kreativitas bermain
origami juga mampu menngurangi rasa cemas pada anak yang sedang dirawat.
Saat kecemasan menurun akan meningkatkan perasaan nyaman anak.
Perasaan nyaman juga akan merangsang tubuh untuk mengeluarkan hormon
endorphin. Peningkatan endorphin dapat mempengaruhi suasana hati dan dapat
menurunkan kecemasan pasien (Sa’diah et al, 2014).

Menurut Haruyama (2011), hormon endorphin merupakan hormon yang


diproduksi oleh bagian hipotalamus di otak. Hormon ini menyebabkan otot
menjadi rileks, sistem imun meningkat dan kadar oksigen dalam darah naik
sehingga dapat membuat pasien cenderung mengantuk dan dapat beristirahat
dengan tenang. Hormon ini juga memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi dan dikenal sebagai morfin tubuh yang menimbulkan efek
sensasi yang sehat dan nyaman.Selain mengeluarkan hormon endorphin tubuh
juga mengeluarkan GABA dan Enkephalin.Zat-zat ini dapat menimbulkan efek

analgesia sehingga nyeri pada anak prasekolah yang sakit dapat dikurangi atau

dihilangkan.Jika stressor kecemasan yang dialami anak prasekolah dapat diatasi

maka kecemasan yang dialami anak dapat menurun.

b. Metode pelaksanaan
Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung dengan
rancangan permainan melipat keertas origami. Setiap anak diberikan 1-3 kertas
origami dengan warna yang berbeda, kemudian leader dan co leader memimpin
jalannya permainan dengan menginstruksikan pada anak anak untuk membentuk
origami sesuai yang diinginkan. Fasilitator ikut berperan dalam pendampingan
anak ketika mulai bermain, kemudian observer menilai jalannya permainan.
C. Hasil yang Diharapkan
a. Anak mampu meningkatkan perkembangan yang normal pada saat sakit melalui
terapi bermain (origami).
b. Anak mampu menghilangkan dan mengurangi stresor kecemasan selama
hospitalisasi.
c. Anak mampu mengembangkan kemampuan dan kreativitas yang dimilikinya.
d. Anak mampu mengekspresikan perasaan, keinginan serta ide-idenya melalui
permainan origami.
Sasaran utama peserta pada permainan ini adalah anak usia 5-12 tahun yang
menjalani perawatan di rawat inap anak Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi.
Permainan ini dapat melatih kognitif anak dalam bermain dan melipat origami dan
melatih kemampuan motorik halus anak dalam melipat kertas, kegiatan ini juga
membuat anak lebih aktif. Selain itu permainan ini tidak menguras banyak energi
selama anak bermain dan dapat memberikan kesenangan tersendiri sehingga
mengurangi kejenuhan anak selama hospitalisasi.

D. Alat bermain
1. Kertas Origami

E. Proses bermain
No. Terapis Waktu Subjek terapi
1. Persiapan 5 menit Ruangan, alat, anak
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak
2. Proses
a. Membuka terapi dengan 20 menit Menjawab salam,
mengucapkan salam dan Memperkenalkan diri
memperkenalkan diri Memperhatikan
b. Menjelaskan pada orang tua
anak dan anak tentang
Bermain bersama dengan
tujuan dan manfaat bermain
antusias dan
c. Mengajak anak bermain
d. Kalau ingin bertanya atau mengungkapkan
menjawab angkat tangan perasaannya
terlebih dahulu baru
berbicara
e. Mengikuti kegiatan dari
awal sampai akhir
f. Mengevaluasi respon anak
3. Penutup
a. Istirahat 15 menit Memperhatikan dan
b. Evaluasi kegiatan
menjawab salam
c. Meminta anak menceritakan
kegiatan bermain
F. Waktu Pelaksanaan

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada anak di Instalasi Rawat Inap


Anak Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi
Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain anak usia 5 sampai 12 tahun
Judul Terapi Bermain : Melipat dan Mengenal Bentuk Origami
Tempat : Ruang Rawat Inap Anak RSAM Bukittinggi
Hari, tanggal : Kamis, 11 Januari 2018
Waktu : 40 menit ( jam 10.00 s.d 10.40 WIB)

G. Hal- hal yang Perlu di Waspadai


1. Kejenuhan anak dalam menyelesaikan permainan
2. Anak lelah
3. Anak tidak mau mengikuti permainan
H. Antisipasi untuk meminimalkan hambatan
1. Mengajak atau melibatkan orang tua
2. Berkomunikasi dengan baik pada anak
I. Pengorganisasian
1. Tim terapi
← Leader : Mika Herly
Tugas
Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain sebelum kegiatan
dimulai. Menjelaskan Kegiatan, mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam
proses kegiatan bermain. Mampu memimpin Terapi bermain dengan baik dan
tertib, serta menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
← Co. Leader : Yolanda Putri.
Tugas
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas anak dan
mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
c. Fasilitator : Ardiansyah Putra, Annisa Khaidir, Yendhika Ivo Apsectya,
Wezi Yetri Yeni, Refika Rahmi, Sesar Fauza Fatimah, Senci Napeli Wulandari
Tugas
Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, memotivasi anak yang
kurang aktif, membantu leader memfasilitasi peserta untuk berperan aktif dan
memfasilitasi peserta.
d. Observer : Gita Apri Lonia dan Sari Afma Yuliane
Tugas
Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal dan non
verbal anak selama kegiatan berlangsung
J. Sistem evaluasi
Peserta terapi bermain mampu :
1. Peserta aktif dalam permainan
2. Peserta dapat mengikuti permainan dari awal sampai akhir
3. Peserta dapat mengepspresikan perasaanya
4. Peserta dapat mempraktekkan tata cara permainan
5. Peserta dapat memberikan kesimpulan dari gambar yang dibuat
K. Setting tempat
Tempat yang akan dilaksanakan diruangan rawat. Anak ditempatkan bersama dalam
satu ruangan rawat. Permainan akan dilakukan di ruang bermain instalasi rawat inap
anak RSAM Bukittinggi
: Pasien

: Orang Tua
: Fasilitator

: Leader
: Co-Leader
Permainan
Anak akan diberikan 3 buah kertas origami dengan warna yang berbeda, dan
leader menunjukan cara melipat origami lalu anak diminta untuk mengikuti cara
melipat origami yang di lakukan oleh leader, setelah leader menunjukan cara bermain
kemudian menyuruh anak untuk melipat origami sendiri. Observer mengobservasi
jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal dan non verbal anak selama
kegiatan berlangsung. Anak akan diberikan waktu selama 20 menit untuk bermain
origami. Selama kegiatan berlangsung anak boleh didampingi oleh orang tua untuk
menambah semangat anak selama bermain. setelah selesai bermain melipat origami
anak didiminta untuk mengungkapkan perasaannya dan memberi kesimpulan dari
melipat origami yang telah dilaksanakannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat
anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan

sensoris-motorik, sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial,

perkembangan kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral,

dan perkembangan intelektual (kognitif).

Berdasarkan kategori bermain jenis permainan melipat dan mengenal bentuk

origami ini merupakan bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul

dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan. Bermain aktif

juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya bermain alat misalnya

mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle, mobil-mobilan, menempel

gambar, bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock,

1998). Pada permainan ini anak akan di ajak bermain melipat dan mengennal

bentuk origami.

Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat

melanjutkan tumbuh kembang yang mormal pada saat sakit, mengekspresikan

perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan

kemampuan memecahkan masalah, dapat beradaptasi secara efektif terhadap

stress karena sakit dan di rawat di RS, serta mengurangi tingkat kecemasan atau

ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC


Haruyama S. (2011). The miracle of endorphin. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Kobayashi K. (2008). Membuat Pintar: Latihan Origami. Jakarta: PT. Grasindo.

Pamadi, Hadjar & Sukardi, Evan. (2009). Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas

Terbuka.

Putra ST. (2011). Psikoneuroimunologi Kedokteran. Surabaya: AUP.

Sa'diah. et al. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Origami terhadap Tingkat Kecemasan pada

Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di Ruang Aster RSD dr. Soebandi Jember. e-

Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3) September.

Anda mungkin juga menyukai