Anda di halaman 1dari 11

SAP TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRE SEKOLAH

BERMAIN TEBAK KARTU BERGAMBAR

Disusun Oleh

1. Dian Ayu Pangestu C1019012


2. Fatma Ira Anjani C1019071
3. Niken Jawaz A.P C1019084
4. Wina Dwi Astuti C1019051
5. Winda Astika M C1019103
6. Yuliani C1019105

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN DAN NERS

UNIVERSITAS BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan, perawatan,
dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman hidup yang nyata.
Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental,
sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain merupakan stimulasi untuk
tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2010).

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk membantu
anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap
sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi
penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan
ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Depkes RI, 2010).

Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi, selama
hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan kebiasaannya
bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang asing baginya serta
perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi anak yang baru
pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan kecemasan atau ketakutan (Adriana,
2011). Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan bagi
anak. Dengan demikian berarti menambah permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi
akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah sakit (Samih, 2009).

Pemberian terapi bermain ini dapat menunjang kreativitas anak dengan baik. Pada
kenyataannya tidak semua anak dapat melewati masa pertumbuhan dengan baik, ada sebagian
yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan. Dengan
memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka perlu adanya program terapi bermain di rumah
sakit khususnya di ruang perawatan anak, sehingga diharapkan asuhan keperawatan dapat
menunjang proses penyembuhan.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah diberikan terapi bermain, diharapkan kreativitas anak-anak berkembang baik dan
dapat mengasah kemampuan anak dalam memecahkan masalah.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti terapi bermain anak-anak diharapkan mampu :
a. Mengurangi kecemasan dan rasa bosan anak selama proses hospitalisasi
b. Mengembalikan rasa semangat
c. Memberikan kesenangan dan kepuasan tersendiri bagi anak selama hospitalisasi

C. SASARAN
Sesuai dengan kemampuan kognitif dan lebih kooperatif kami memilih kategori usia
sekolah yaitu kisaran umur 3-6 tahun di RSI PKU MUHAMMADIYAH TEGAL dengan
jumlah anak yang mengikuti permainan ada 5 anak.
BAB II

DISKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN

Sasaran adalah anak usia pre-sekolah (3-6 tahun) dengan non infeksius,anak mampu yang
bermain dengan kooperatif dan anak tidak menangis. Anak usia prasekolah menunjukkan
karakteristik yang khas yaitu kemampuan bermain dengan permainan sederhana,
menangis jika dimarahi, membuat permintaansederhana dengan gaya tubuh,
menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, serta mengenali anggota
keluarga (Wong, 2003).Kriteria inklusi dari program bermain ini antara lain : anak yang
dalamkeadaan sadar penuh atau tidak post operasi, memiliki atau tidak
memilikigangguan pernafasan dan orang tua setuju.

B. ANALISA KASUS
Kondisi di Ruang Shofa nyaman, menggunakan pendingin ruangan yang cukup, seprei
bed, perlak dan selimut yang bersih. Namun ada 5 anak yang terus menerus meminta
pulang karena cemas ketika perawat datang untuk memberikan injeksi atau observasi dan
merasa bosan karna aktivitasnya hanya tiduran di tempat tidur selama hospitalisasi .
Jumlah pasien di ruang Shofa ada 22. Jumlah anak yang mengikuti permainan tebak kartu
bergambar karna kecemasan dan bosan ada 5 dengan An.K usia 3 Tahun, An.C usia 5
Tahun dirawat di Ruang 224. An.R usia 4 Tahun, An.H usia 4 tahun, An.B usia 5 Tahun
dirawat di Ruang 231 sehingga diperlukan terapi bermain tebak bergambar tersebut
supaya tidak lagi cemas dan untuk mengurangi rasa bosan pada diri anak tersebut.
Jenis permainan yang dipilih adalah terapi tebak gambar

C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI


 Pengertian
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan ketrampilan memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa(Hidayat, 2008).
 Tujuan
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak
akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik,
emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang
kreatif, cerdas dan penuh inovatif.

 Prinsip bermain
- Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat, dan sederhana.
- Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak.
- Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama.
- Menjaga keamanaan anak
D. KARAKTERISTIK PERMAINAN MENURUT TEORI
Karakteristik permainan pada anak usia pre sekolah adalah yang dapat menumbuhkan
krativitas serta membantu meningkatkan perkembangannya. Pada anak, fungsi bermain
mempunyai pengaruh yang besar sekali bagi perkembangan karena sebagian besar dari
perbuatannya diarahkan untuk bermain (Kartono, 2007).
Berdasarkan pemeriksaan DDST menebak gambar pada anak usia pre sekolah (3-6 tahun)
dapat melatih kognitif. Karakteristik bermain pada anak usia pre sekolah adalah meniru
orang lain yang lebih besar, anak bermain bersama dengan jenis permainan yang
terorgainisasi dan terencana. Bermain bagi anak merupakan kegiatan yang tidak hanya
sekedar mengisiwaktu tetapi kebutuhan anak seperti halnya makan, minum, kasih sayang.
Anak memerlukan variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental, emosi, intelektual,
kreatifitas dan sosial.
BAB III

METODELOGI BERMAIN

A. JUDUL PERMAINAN
Tebak kartu bergambar

B. DESKRIPSI PERMAINAN
Permainan tebak gambar adalah permaian universal, yang dilakukan oleh sekelompok
orang dimana satu anggota kelompoknya menjadi juru gambar dan anggota yang lain
menebak gambar dari kartu yang ditunjukkan oleh penyuluh. Permainan tebak gambar
bukan sekedar bermain, tetapi dalam permainan ini anak-anak juga dapat belajar Kebutuhan
atau dorongan internal sangat memungkinkan anak melakukan berbagai aktivitas permainan
tanpa mengenal lelah. Dengan permainan tebak gambar anak dapat menyalurkan kelebihan
energi yang terkandung dalam tubuhnya, sekaligus belajar atau berlatih dalam suasana
senang untuk meningkatkan fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. 

C. TUJUAN PERMAINAN
Tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai. Manfaat dalam permainan tebak gambar ini
antara lain.
1. Meningkatkan kreativitas, imajinasi serta daya ingat..
2. Membangun kerjasama antar kelompok melalui komunikasi lewat gambar.
3. Meningkatkan perkembangan emosi.
4. Pengembangan keterampilan sosial dasar anak

D. KETRAMPILAN YANG DIPERLUKAN


 Untuk mengetahui kondisi objektif keterampilan berbicara anak
 Untuk mengetahui pelaksanaan permainan tebak gambar dalam upaya
meningkatkan keterampilan anak serta daya tahan ingat anak tersebut.
 Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan keterampilan berbicara serta
daya tahan ingat anak tersebut dengan permainan tebak gambar.

E. JENIS PERMAINAN
Tebak gambar
F. ALAT YANG DIPERLUKAN
 Kartu dengan berbagai macam gambar
 Kertas karton untuk menempel gambar berdasarkan kategori yang sudah di
tentukan.
G. WAKTU PELAKSANAAN PROSES BERMAIN
Tempat : ruang shofa
Hari/tgl : Rabu, 8 Desember 2021
Pukul : 10.00 – selesai
H. HAL-HAL YANG PERLU DIWASPADAI
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu
apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk
aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain

I. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN

Hambatan dapat diantisipasi dengan cara menjalin hubungan interpersonal yang baik dengan
anak dan keluarga pada hari sebelumnya karena itu akan membuat anak merasa terbuka dan
mengeluhkan perasaan yang dirasakan. Ajak keluarga untuk mendampingi, agar anak tidak
merasa ditinggal dan takut dengan perawat. Ajak klien untuk melakukan permainan disaat
yang tepat misalkan tidak mengajaknya di jam orang melakukan tidur siang karena itu akan
mengganggu gairah seseorang dalam beraktivitas ketika memang dipaksakan bermain,
begitu juga dalam memberikan pengetahuan tentang permainan yang akan dilakukan,
kesalahan dalam menginformasikan akan membuat kemungkinan anak tidak mengerti dan
tidak bergairah. Dalam waktu pelaksanaan diharapkan untuk tidak terlalu lama karena untuk
mengurangi resiko gerak tangan yang dilakukan

J. PENGORGANISASIAN & DENAH BERMAIN

Keterangan :

= Leader

= Anak-anak

= Fasilitator

= Observer

Struktur Organisasi

Leader : Winda
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi aktivitas, yaitu membuka dan menutup
kegiatan ini.
Fasilitator : Niken , Fatma dan Dian
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap peserta dalam
mengikuti terapi aktivitas.
Observer Wina dan Yuliani
Memfasilitasi pelaksanaan terapi bermain; terapi kreativitas dan mengamati, mencatat
jalannya terapi aktivitas.

Pembagian Kelompok
Leader : Winda
Observer : Wina dan Yuliani
Fasilitator : Fatma, Niken dan Dian

Rencana Pelaksanaan

Respon yang
No Tahap Waktu
diharapkan

1 Persiapan: Tempat bermain,


a. Menyiapkan Tempat alat, peserta (anak)
terapi bermain. dan keluarga siap.
b. menyiapkan alat
10 menit
c. menyiapkan peserta
yang akan ikut terapi
bermain beserta
orangtua anak.
2 Proses: 25 menit
a. Membuka proses
Menjawab salam,
terapi bermain
Memperkenalkan
dengan mengucap
diri, Memperhatikan.
kan salam,
memperkenalkan diri.
b. Menjelaskan pada Bermain bersama
anak dan keluarga dengan antusias dan
tentang tujuan dan mengungkapkan
manfaat bermain, perasaannya
menjelaskan cara
permainan.
c. Mengajak anak
bermain .
d. Mengevaluasi respon
anak dan keluarga.
3 Evaluasi: Memperhatikan dan
a. Mengevaluasi hasil menjawab salam.
terapi bermain 10 menit

b. Menutup ter api


bermain

K. KRITERIA EVALUASI

1)    Evaluasi Struktur


a. Kondisi lingkungan kondusif sehingga anak dapat melakukan terapi bermain
dengan nyaman
b. Alat yang digunakan memenuhi dan dalam kondisi baik
c. Leader, fasilitator, observer berperan sesuai tugasnya
2)     Evaluasi Proses
a. Leader mampu memimpin terapi bermain
b. Fasilitator mampu memotivasi anak selama mengikuti terapi bermain
c. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan selama terapi bermain
d. Anak mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
e. Anak merasakan senang saat melakukan terapi bermain
3)       Evaluasi Hasil
a. Kemampuan dan kreatifitas anak dalam memecahkan masalah saat bermain lompat
tali Meningkat
b. Kecemasan anak saat dirawat di rumah sakit berkurang
c. Anak merasa senang dan puas
d. Anak merasa percaya diri dan semangat berusaha

DAFTAR PUSTAKA

Adriana, 2011. Tumbuh Kembang dan Bermain pada Anak. Jakarta : Salemba
Medik

Supartini, (2014). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai