Anda di halaman 1dari 14

PRE PLANNING

TERAPI BERMAIN: UNO STACKO DI RUANG ANAK LANTAI DASAR


RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Disusun untuk memenuhi tugas praktik profesi Keperawatan Stase Keperawatan Anak

Pembimbing Akademik: Ns. Elsa Naviati, M.Kep.Sp.Kep. An.


Pembimbing Klinik : Ns. Sri Mulyani, S.Kep

Disusun Oleh :
Sara Syntia Indriani, S. Kep
22020119210003

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXIV


DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau
darurat dan mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Anak yang sakit dan harus
dirawat di rumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan
kebiasaan seperti biasanya (Pratiwi 2013). Hospitalisasi pada anak dapat
menimbulkan perasaan trauma dan stress pada saat pertama kali dirawat inap di
rumah sakit.
Hospitalisasi pada anak merupakan pengalaman yang penuh dengan stress,
baik bagi anak itu sendiri maupun orang tua.Banyaknya stressor yang dialami anak
ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang mengganggu
perkembangan anak (Yuli Utami, 2014). Selain itu dampak hospitalisasi pada anak
yaitu adanya perasaan cemas. Perasaan cemas pada anak ini akibat dari stressor yang
yang dialami anak terhadap lingkungan yang ada di rumah sakit. Anak merasa tidak
nyaman dengan lingkungan baru dan merasakan hal yang menyakitkan. Perasaan
cemas ini sering dialami oleh anak usia pra sekolah.
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada
anak akibat dari hospitalisasi yaitu dengan terai bermain. Bermain dapat dilakukan
oleh anak baik dala kondisi sehat maupun sakit. Sehingga walaupun sakit anak,
kebutuhan bermain anak tetep terpenuhi. Bermain merupakan salah satu alat
komunikasi yang natural bagi anak-anak. Bermain merupakan dasar pendidikan dan
aplikasi terapeutik yang membutuhkan pengembangan pada pendidikan anak usia dini
(Suryanti, 2011).
Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan
terhadap anak yang dikenal dengan sebutan Terapi Bermain. Adapun tujuan bermain
bagi anak di rumah sakit yaitu, mengurangi perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan
nyeri.
Permainan uno stacko merupakan permainan menyusun balok warna dan
angka menjadi sebuah menara dimana permainan ini dapat dimainkan 2-10 orang.
Cara bermainnya adalah dengan mengambil satu buah balok dari bagian bawah atau
tengah menara dan menaruhnya di puncak menara. Ada beberapa manfaat dari
bermain uno yaitu kognitif (kemampuan mengetahui dan mengingat),
motorik(kemampuan mengkoordinasikan anggota tubuh seperti tangan dan kaki),
logika (kemampuan berpikir secara tepat dan teratur), emosional/sosial(kemampuan
merasakan dan menjalin hubungan interpersonal), kreatif/imajinatif(kemampuan
menghasilkan ide sesuai dengan konteks), dan visual (kemampuan mata menangkap
bentuk dan warna obyek), Selain itu bermain uno juga dapat melatih motorik kasar
dan motorik halus. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan terapi bermain terhadap
tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi kecemasan akibat hospitalisai, dan
sangat banyaknya manfaat dari permainan uno, maka akan dilaksanakan terapi
bermain uno stacko.

B. TUJUAN
 Tujuan Umum
Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan meminimalkan
stress dan kecemasan akibat hospitalisasi pada anak.
 Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selama ± 40 menit, anak dapat:
1) Menyalurkan energy anak
2) Mengembangkan kreativitas anak
3) Meningkatkan motivasi anak
4) Meningkatkan kognitif anak
5) Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress dan kecemasankarena
penyakit dan dirawat

C. a. Menyalurkan energi anak


D. b. Mengembangkan kreativitas anak
E. c. Meningkatkan motivasi anak
F. d. Meningkatkan kognitif anak
G. e. Dapat
C. SASARAN
Anak usia sekolah dasar yang sedang dirawat inap di ruang anak lantai dasar RSDK
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A. KARAKTERISTIK SASARAN
 Kriteria Inklusi :
1) Anak usia 7-12 tahun (usia sekolah dasar)
2) Anak yang menalani rawat inap di ruang anak lantai dasar RSDK
3) KU anak baik dan kesadaran komposmentis
4) Anak tidak bed rest
5) Anak kooperatif
 Kriteria Ekslusi :
1) Anak menolak mengikuti permainan
2) Anak menjalani program terapi saat waktu pelaksanaan terapi bermain
B. ANALISA KASUS
Klien dengan usia 7 sampai 12 tahun yang sedang menjalani proses perawatan di ruang
anak lantai dasar RSDK
C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI
Menurut Wong, 2009, bermain merupakan kegiatan anak-anak, yang dilakukan
berdasarkan keinginannya sendiri untuk mengatasi kesulitan, stress dan tantangan yang
ditemui serta berkomunikasi untuk mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan
orang lain. Menurut Vanfleet, et al, 2010, terapi bermain merupakan suatu bentuk
permainan anak-anak, di mana mereka dapat berhubungan dengan orang lain, saling
mengenal, sehingga dapat mengungkapkan perasaannya sesuai dengan kebutuhan
mereka.
Wong, et al (2009) menyebutkan, bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan sosial anak. Seperti kebutuhan perkembangan mereka,
kebutuhan bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit atau di rumah sakit.
Sebaliknya, bermain di rumah sakit memberikan manfaat utama yaitu meminimalkan
munculnya masalah perkembangan anak, selain itu tujuan terapi bermain adalah untuk
menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka,
memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi
masalah mereka serta memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan
mencoba sesuatu yang baru. Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat
melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak
sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Prinsip dalam terapi bermain yaitu :
a) Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat
untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih sederhana.
Menurut Vanfeet, 2010, waktu yang diperlukan untuk terapi bermain pada
anak yang dirawat di rumah sakit adalah 15-20 menit. Waktu 15-20 menit
dapat membuat kedekatan antara orangtua dan anak serta tidak menyebabkan
anak kelelahan akibat bermain. Hal ini berbeda dengan Adriana, 2011, yang
menyatakan bahwa waktu untuk terapi bermain 30-35 menit yang terdiri dari
tahap persiapan 5 menit, tahap pembukaan 5 menit, tahap kegiatan 20 menit
dan tahap penutup 5 menit.
b) Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang. Permainan harus
memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa nyaman dan
yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka yang dipeluk
anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari,
mainan tidak membuat anak tersedak, tidak mengandung bahan berbahaya,
tidak tajam, tidak membuat anak terjatuh, kuat dan tahan lama serta ukurannya
menyesuaikan usia dan kekuatan anak.
c) Sesuai dengan kelompok usia
Pada rumah sakit yang mempunyai tempat bermain, hendaknya perlu
dibuatkan jadwal dan dikelompokkan sesuai usia karena kebutuhan bermain
berlainan antara usia yang lebih rendah dan yang lebih tinggi.
d) Tidak bertentangan dengan terapi
Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak. Bila program terapi
mengharuskan anak harus istirahat, maka aktivitas bermain hendaknya
dilakukan ditempat tidur. Permainan tidak boleh bertentangan dengan
pengobatan yang sedang dijalankan anak.
e) Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga
Banyak teori yang mengemukakan tentang terapi bermain, namun menurut
Wong (2009), keterlibatan orangtua dalam terapi adalah sangat penting, hal ini
disebabkan karena orangtua mempunyai kewajiban untuk tetap
melangsungkan upaya stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang
dirawat si rumah sakit.
D. KARAKTERISTIK PERMAINAN MENURUT TEORI
Karakteristik bermain anak usia 7-12 tahun (sekolah) yaitu permainan intelaktual,
membaca, seni, mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah.
Pada laki-laki biasanya berfokus pada mekanik sedangkan pada perempuan sesuai
peran ibu.
Tahap kerja terapi bermain pada anak usia 7-12 tahun (pra sekolah) yaitu :
 Stimulasi social
Anak bermain bersama teman-temannya
 Stimulasi keterampilan
Mengetahui kemapuan keterampilan yang ada pada anak sehingga dapat
mengetahui bakat anak. Contohnya: menggambar bernyanyi menari
 Stimulasi kerjasama
Anak mampu bekerasama dalam permainan. Contohnya: anak dapat bermain
bola menyusun puzzle
 Stimulai games
Misalnya memainkan permainan tertentu dengan perhitungan scor dan
kalah/menang. Misalnya : congkla, ular tangga, monopoli, uno, uno stacko,
dan lain-lain
 Stimulasi kebiasaan
Melakukan permainan secara berulan dan terus menerus, seperti bermain
jinjit-jinjit, mondar mandir pada permainan engklek.
 Stimulasi peran
Anak mampu memainkan peran sebagai orang lain melalui permainan, misal
ibu guru, ayah,kakaknya, dan sebagainya.
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A. JUDUL PERMAINAN
Uno Stacko
B. DESKRIPSI PERMAINAN
Permainan uno stacko merupakan permainan menyusun balok warna dan
angka menjadi sebuah menara dimana permainan ini dapat dimainkan 2-10 orang.
Cara bermainnya adalah dengan mengambil satu buah balok dari bagian bawah atau
tengah menara dan menaruhnya di puncak menara. Anakdiminta untuk menjaga
susunan balok agar tidak runtuh saat mengambil maupun saat meletakkan balok yang
telah diambil di puncak menara.
C. TUJUAN PERMAINAN
 Tujuan Umum
Mengurangi efek hospitalisasi pada anak
 Tujuan Khusus
1) Megembalikan daya kreativitas
2) Meningkatkan kognitif anak
3) Meningkatkan komunikasi antara pasien dengan perawat
4) Meningkatkan kerasama antar anak dan perawat
D. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN
Keterampilan dalam permaianan ini yang harus dimiliki oleh anak dan
perawat. Anak harus memiliki pengetahuan tentang cara bermain, kreativitas
yang tinggi dan semangat untuk bermain. Keterampilan yang harus dimiliki
oleh perawat adalah perawat memiliki kemampuan untuk menjelaskan permainan
sehingga anak menjadi tahu tentang cara melakukan permainannya, kesabaran
dalam membimbing proses bermain dan komunikasi yang baik sehingga
anak dapat membentuk hubungan saling percaya dengan perawat.
E. JENIS PERMAINAN
Uno Stacko
F. ALAT YANG DIPERLUKAN
Uno Stacko
G. WAKTU PELAKSANAAN
Hari, Tanggal : kamis, 1 Januari 2020
Waktu : 19.00
Tempat: ruang anak lantai dasar
H. PROSES BERMAIN
 Pembukaan
1) Mengucapkan salam
2) Perawat memperkenalkan diri pada anak
3) Perawat membina hubungan saling percaya dengan anak dan orang tua anak
dengan menjalin komunikasi 2 arah dan memberi feedback dari setiap
respon anak
4) Perawat menjelaskan tujuan dari bermain yang dilakukan pada anak dan
orang tua anak
5) Melakukan kontrak waktu
 Inti
1) Perawat menjelaskan aturan bermain
2) Perawat memberikan 1 contoh cara mengambil balok dan aturan main
dalam mengambil balok
3) Anak diminta mengambil balok dan berbamain bersama dengan perawat
secara bergantian hingga ada yang menjatuhkan susunan balok menara
4) Pemberian hadiah/pujian kepada anak
 Terminasi
1) Perawat mengevaluasi perasaan anak dan orang tua mengenai kegiatan
bermain
2) Penutup
I. HAL – HAL YANG PERLU DIWASPADAI
1) Energy
Untuk bermain diperlukan energy yang cukup. Anak yang sedang sakit cenderung
malas untuk bermain
2) Waktu
Waktu bermain harus disesuaikan dengan waktu istirahat anak. Anak yang sedang
sakit cenderung memilih untuk beristirahat dibandingkan bermain
3) Ruangan untuk bermain
Ruangan yang sempit atau terlalu besar mempengaruhi keinginan anak untuk
bermain
4) Lingkungan
Lingkungan yang terlalu ramai atau terlalu hening akan mempengaruhi konsentrasi
anak dalam bermain
5) Pengetahuan untuk bermain
Pengetahuan tentang cara melakukan permainan akan mempengaruhi proses
berlangsungnya permainan
6) Teman bermain
Teman bermain menjadi hal terpenting untuk menambah semangat anak untuk
bermain
7) Alat permainan
Senang tidaknya seorang anak terhadap alat permainan akan mempengaruhi
semangat anak dalam bermain
J. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN
1) Energy
Permainan yang dilakukan tidak membutuhkan energy yang ekstra sehingga anak
merasa santai dalam mengikuti proses bermain
2) Waktu
Waktu bermain disesuaikan dengan kondisi anak. Ketika anak sedang istirahat
maka biarkan anak untuk istirahat. Waktu uga harus disesuaikan degan mood anak
3) Ruangan untuk bermain
Ruangan bermain disesuaikan dengan keinginan anak. Ketika anak ingin bermain
diluar maka permainan dilakukan diluar atau sebaliknya
4) Lingkungan
Lingkungan dikondisikan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu ramai dan terlalu
sepi sehingga konsentrasi anak teraga dan anak tidak merasa kesepian
5) Pengetahuan untuk bermain
Menjelaskan dengan penjelasan yang ringan sekaligus memperagakan
6) Teman bermain
Meminta keluarga untuk mendampingi anak selama proses bermain atau ikut
bermain jika berkenan
7) Alat permainan
Pemilihan alat permainan disesuaikan dengan usia dan karakteristik anak
K. PENGORGANISASIAN
Pelaksana permainan : Sara Syntia Indriani
Responden : Anak
Fasilitator : orang tua anak
L. KRITERIA EVALUASI
 Evaluasi struktur
i. Pre planning kegiatan disetujui H-1 sebelum pelaksanaan terapi bermain.
ii. Kontrak waktu dengan pembimbing klinik H-1 sebelum pelaksanaan terapi
bermain.
iii. Perlengkapan yang digunakan, seperti uno stacko telah siap H-1 sebelum
pelaksanaan terapi bermain.
 Evaluasi proses
i. Mahasiswa, pembimbing klinik, dan audiens datang sesuai dengan kontrak
waktu.
ii. Menjelaskan aturan dan tata cara bermain
iii. Melibatkan keluarga dalam proses bermain.
iv. Mahasiswa bertugas sesuai job desk masing-masing.
v. Membantu anak ketika anak mengalami kesulitan dan menaga interaksi
untuk meingkatkan komunikasi pada anak.
 Evaaluasi hasil
Anak mampu meyelesaikan permainan dengan baik, memberi apresiasi pada
permainannya dan merasa senang dapat bermain bersama
BAB IV
PELAKSANAAN BERMAIN
A. WAKTU
Hari/tanggal : Kamis, 1 Januari 2020
Jam : 19.00
Ruang : Ruang anak lantai dasar kamar 9
B. PROSES
1) Persiapan
 Menyiapkan alat-alat yang digunakan dalam hal ini yaitu uno stacko
 Menyiapkan anak dan keluarganya
2) Pembukaan
 Salam teraupetik
Memberi salam teraupetik pada anak sehangat mungkin
 Evaluasi
Menanyakan perasaan anak saat ini
3) Kegiatan inti
1) Kontrak
i. Menjelaskan kepada anak dan keluarga tentang permainan dan manfaat
permainan
ii. Membuat kontrak waktu untuk bermain 30 sampai 40 menit
iii. Menjelaskan tentang cara bermain
2) Kegiatan bermain
Sebelum memuali permainan mahasiswa menelaskan teknik mewarnai gambar.
Setelah anak megeti maka permainan dimulai. Anak bermain dengan antusias
dan semangat dalam menyelesaikan gambarnya. Komunikasi dan interaksi
terjaga dengan baik selama proses bermain. Keluarga juga ikut terlibat dalam
mendampingi anak saat bermain. Proses bermain berlangsung selama 40 menit.
4) Penutup
 Menanyakan kepada anak tentang perasaannya setelah bermain
 Memberi kesimpulan untuk permainan yang telah dilakukan
 Memberi salam teraupetik
C. EVALUASI
 Evaluasi struktur
iv. Pre planning kegiatan disetujui H-1 sebelum pelaksanaan terapi bermain.
v. Kontrak waktu dengan pembimbing klinik H-1 sebelum pelaksanaan terapi
bermain.
vi. Perlengkapan yang digunakan, seperti uno stacko telah siap H-1 sebelum
pelaksanaan terapi bermain.
 Evaluasi proses
i. Mahasiswa, pembimbing klinik, dan audiens datang sesuai dengan kontrak
waktu.
ii. Terapi bermain dimulai pada pukul 19.30
iii. Orang tua antusias dan berperan aktif dalam mengikuti terapi bermain
 Evaaluasi hasil
Anak dapat meyelesaikan permainan degan baik, anak mengatakan senang
dengan permainannya
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau
darurat dan mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi
dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Anak yang sakit dan harus
dirawat di rumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan
kebiasaan seperti biasanya. Hospitalisasi pada anak dapat menimbulkan perasaan
trauma dan stress pada saat pertama kali dirawat inap di rumah sakit.
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada
anak akibat dari hospitalisasi yaitu dengan terai bermain. Bermain dapat digunakan
sebagai media psiko terapi atau pengobatan terhadap anak yang dikenal dengan
sebutan Terapi Bermain. Adapun tujuan bermain bagi anak di rumah sakit yaitu,
mengurangi perasaan takut, cemas, sedih, tegang dan nyeri.

B. SARAN

 Pemberian terapi bermain disesuaikan dengan karakter dan usia anak

 Terapi bermain sebaiknya diberikan setiap hari sesuai dengan kondisi anak
DAFTAR PUSTAKA

Adriana (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Salemba Medika: Jakarta
Nuraini, Yasmin. (2019). Intervensi resiliensi melalui play theraphy untuk menurunkan gejala
post traumatic stress disorder (PTSD). Thesis, diakses 30 Desember 2019 melalui
http://eprints.umm.ac.id/45540/
Perry & Potter. (2005). Fundamental of Nursing Fifth Edition. St.Louis: Mosby Company.
Pratiwi ES & Deswita. (2013). Perbedaan pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar
dengan Bermain Puzzle terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak
RSUP Dr. M.Djamil Padang. Ners Jurnal Keperawatan. 9 (1): 16-20
Riyadi, Sujono dan Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sari, OG. (2016). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan
Anaak Usia Pra Sekolah yang dihospitalisasi di RSKIA PKU Muhammadiyah
Kotagede Yogyakarta. Naskah Publikasi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Suryanti. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Origami Terhadap Tingkat
Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah di RSUD dr. R.
Goetheng Tarunadibrata Purbalingga. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu
Vanfleet, R., Sywulak, E. A., & Sniscak, C. C. (2010). Child-Centered Play Therapy. New
York: A Division of Guilford Publication, Inc
Utami, Yuli. (2014) Dampak Hospitalisasi Terhadap Perkembangan Anak. Jurnal Ilmiah
WIDYA. Vol. 2, No. 2, Mei-Juli
Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta: EGC
Wowiling, FE., Ismanto, AY., & Babakal A. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat
Hospitalisasi di Ruangan IRINA E BLU RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Ejournal Unsrat

Anda mungkin juga menyukai