Nim : C1018008
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,
perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman hidup
yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik fisik,
emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain merupakan
stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Depkes RI, 2010).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk membantu
anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap
sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah
kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun
pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk
bermain (Adriana, 2011). Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu
menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan
yang tidak dapat dihindarkan (Depkes RI, 2010).
Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi, selama
hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan kebiasaannya
bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang asing baginya serta
perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi anak yang baru
pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan kecemasan atau ketakutan
(Adriana, 2011). Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya
kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti menambah permasalahan baru yang bila
tidak ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah sakit (Samih, 2009).
Pemberian terapi bermain ini dapat menunjang tumbuh kembang anak dengan baik.
Pada kenyataannya tidak semua anak dapat melewati masa kanak-kanaknya dengan baik,
ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas, maka perlu adanya program terapi bermain
di rumah sakit khususnya di ruang perawatan anak, sehingga diharapkan asuhan
keperawatan dapat menunjang proses penyembuhan.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah diberikan terapi bermain, diharapkan anak-anak berkembang baik dan dapat
membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-
anak akibat hospitalisasi.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti terapi bermain anak-anak diharapkan mampu :
a. Mampu merangsang kecerdasan si anak
b. Mampu belajar mengenal anggota tubuh
c. Menambah kemampuan motorik
d. Meningkatkan interaksi social
C. SASARAN
Sesuai dengan kemampuan kognitif kami memilih kategori usia anak sekolah di usia
6-12 tahun yang di Rawat di Ruang Anak RS Bhamada .Jumlah Anak yang mengikut
Permainan ada 3 dengan An A Usia 8 tahun, An B Usia 10 tahun, di Rawat di Ruang
D1.2 An 12tahun.
BAB II
DISKRIPSI KASUS
A. KARAKTERISTIK SASARAN
Sasaran terapi bermain ini adalah anak-anak usia bayi (6-12 tahun) yang
dirawat di ruang perawat anak Amarilis berjumlah 3 anak dengan kriteria :
1. Tidak bedrest total
2. Tidak kejang
3. Tidak panas atau bebas demam
4. Bersedia mengikuti permainan
B. ANALISA KASUS
Di Ruang Amarilis RS Bhamada terdapat 3 anak usia bayi (6-12tahun) diantaranya
adalah An. A 8 tahun, An. B 10 tahun dan An. C 12tahun. Masing-masing anak
mengalami kecemasan akibat di rawat di RS sehingga anak diperlukan terapi
bermain. Terapi bermain kali ini kami menggunakan alat musik supaya si anak
dapat mengekspresikan perasaannya agar anak dapat terhibur dan tidak mengalami
stress saat berada dalam masa penyembuhan dirumah sakit ,serta dapat
meningkatkan konsentrasi dan mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI (Sesuai Karakteristik Sasaran)
1. Permainan tidak menggunakan energi
2. Waktu bermain lebih singkat untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainan
lebih sederhana
3. Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang
4. Sesuai dengan kelompok usia
5. Tidak bertentangan dengan terapi
6. Perlu keterlibatan dari orangtua dan keluarga
D. KARAKTERISTIK PERMAINAN MENURUT TEORI
Menurut Jean Piaget tahapan perkembangan bermain anak usia 6-12 disebut fase
sensor motor. Perkembanagn kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan
persepsinya yang sederhna. Ciri pokok perkembangan berdasarkan tindakan, dan
dilakukan langkah demi langkah. Contoh kegiatan ini adalah anak mampu
mengekpresikan suasana hati
Adapun alat permainan yang cocok untuk usia ini adalah yang mampu merangsang
perkembangan imajinasi anak,seperti menggambar,bermain kartu, balok/lego,puzzel.
BAB III
METODELOGI BERMAIN
A. JUDUL PERMAINAN
B. DESKRIPSI PERMAINAN
Alat musik adalah suatu alat atau benda yang dapat menghasilkan atau mengeluarkan
suara yang khas jika dipadukan dengan alat-alat lain dapat menghasilkan musik yang
indah dan mengandung keharmonisan (keselarasan) agar makna yang terkandung
didalamnya dapat tersampaikan pada pendengar.
C. TUJUAN PERMAINAN
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan tanpa paksaan, tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan anak dan merupakan salah satu sarana untuk stimulasi tumbuh kembang anak
agar dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal. Hasil akhir dari terapi aktivitas
(bermain) yang dilakukan di ruang perawatan anak Ruang Amarilis ini diharapkan dapat
meningkatkan daya kreativitas anak, menurunkan kecemasan, dan anak mampu
beradaptasi lebih efektif terhadap stres karena hospitalisasi, selain itu juga dapat
menghilangkan kebosanan dan memberikan kegembiraan pada anak, dengan demikian
proses asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik.
Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu
apabila terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif
bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain (Soetjiningsih, 2008)
Pemilihan anak untuk mengikuti permainan ini mengikuti kriteria anak yg sudah
ditetapkan Tidak bedrest total, Tidak kejang, Tidak panas atau bebas demam dan
bersedia mengikuti permainan .Selain itu kerjasama dengan keluarga sangat diperlukan
dalam permainan ini, pendampingan ibu atau keluarga terdekat anak akan memotivasi
anak untuk mengikuti hingga akhir permainan.
Keterangan :
= Leader
= Anak-anak
= Fasilitator
= Observer
Leader :
Bertanggung jawab terhadap terlaksananya terapi aktivitas, yaitu membuka dan menutup
kegiatan ini.
Fasilitator :
Mempersiapkan alat dan tempat permainan serta mendampingi setiap peserta dalam
mengikuti terapi aktivitas.
Observer :
Memfasilitasi pelaksanaan terapi bermain; terapi kreativitas dan mengamati, mencatat
jalannya terapi aktivitas.
. dan mengungkapkan
K. KRITERIA EVALUASI
. dan mengungkapkan
L. KRITERIA EVALUASI
M. KRITERIA EVALUASI
. dan mengungkapkan
N. KRITERIA EVALUASI
1. Alimul Hidayat, A.Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika
3. Perry, A,G & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.