Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,
perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman
hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan
anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena
itu bermain merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk
membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan
dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain
pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting
dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian
besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000).
Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan
kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang
tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 2003).
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi
anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi,
sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin
lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah
satunya adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan
perpisahan dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari
lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong, 2001).
Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum
hospitalisasi, selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak
dapat melakukan kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan
dan orang-orang yang asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur
yang harus dijalaninya terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat
menjadi sumber utama stress dan kecemasan / ketakutan. Hospitalisasi
merupakan masalah yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak.
Dengan demikian berarti menambah permasalahan baru yang bila tidak
ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah sakit. Aktivitas
bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal
(Carson, dkk, 2002).
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini
tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat
dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan
secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih
efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain
tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 35 menit, diharapkan
kreativitas anak-anak berkembang baik anak merasa tenang dan senang selama
berada di ruang perawatan anak di ruang Melati RSUD dr. R. Koesma Tuban
dapat bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh kembang anak dan
dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan
oleh anak-anak akibat hospitalisasi.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan anak :
1. Bisa merasa tenang dan senang selama berada di ruang perawatan.
2. Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya.
3. Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi.
4. Anak menjadi lebih percaya diri dan tidak takut dengan perawat.

1.2 Jenis Terapi Bermain


1.2.1 Deskripsi Bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling penting untuk penatalaksanakan stres karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering
disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan
rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan
kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain
tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil
warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif
sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya
kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi
kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada
anak usia toddler dengan cara mewarnai gambar.

1.2.2 Tujuan Permainan


1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yang normal pada saat sakit.
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan dan fantasi serta ide-idenya.
Permainan adalah media yang sangat efektif untuk mengekspresikan
berbagai perasaan yang tidak menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan permainan akan menstimulasi daya pikir,
imajinasi dan fantasinya untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam
pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan di rawat di
rumah sakit.
5. Mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-
anak akibat hospitalisasi.

1.2.3 Jenis Permainan


Mewarnai merupakan permainan aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan
timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam bentuk kesenangan bermain
alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami, puzzle dan menempel
gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain peran misalnya
bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata (Hurlock, 1998).
Pada permainan ini anak akan di ajak bermain untuk mewarnai gambar yang
telah disediakan.
Sedangkan menurut klasifikasi bermain merupakan permainan keterampilan
(skill play). Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya
motorik kasar dan halus.
Misalnya, anak akan terampil dalam menyocokan warna pada gambar sesuai
dengan imajinasinya. Jadi keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan
kegiatan permainan yang dilakukan. Pada permainan ini anak diajarkan
mewarnai gambar.

1.3 SASARAN
Anak-anak yang berada di ruang perawatan anak di ruang Melati RSUD dr.
R. Koesma Tuban usia pra-sekolah. Peserta yang mengikuti terapi bermain ini
adalah anak usia pra-sekolah (3-6 tahun) yang sedang menjalani perawatan di
ruang anak dengan kesadaran compos mentis, dan keadaan umum baik.

1.4 PENGORGANISASIAN
1.4.1 Waktu dan Tempat :
Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Desembr 2019
Tempat : Ruang Melati RSUD dr. R. Koesma Tuban
Sasaran : Anak usia pra-sekolah di Ruang Melati RSUD
dr. R. Koesma Tuban
Tema : Lipat Kertas Origami
Jumlah anak : 6 orang

1.4.2 Tim Pelaksana


1. Pembimbing Pendidikan : Novia Dwi Astuti, S.Kep., Ns., M.Kep
2. Pembimbing Klinik : Maya Nurmalasari, S.Kep., Ns
3. Kepala Ruangan : HJ. Narti, S.Kep., Ns
4. Mahasiswa Program Studi Profesi Ners 2019
Tugas :
1) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi bermain sebelum
kegiatan dimulai.
2) Menjelaskan Kegiatan ,mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam
proses kegiatan bermain. Mampu memimpin Terapi bermain dengan
baik dan tertib, serta menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam
kelompok.
3) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas anak
dan mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
4) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, memotivasi anak
yang kurang aktif, membantu leader memfasilitasi peserta untuk
berperan aktif dan memfasilitasi peserta.
5) Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal dan
non verbal anak selama kegiatan berlangsung

1.4.3 Media (Alat dan Bahan)


1. Alat bermain
1) Kertas origami berbeda warna
2) Gunting
3) Selotip
4) Karpet
5) Daftar hadir
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991).  Bermain adalah suatu
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan
(Foster, 1989). Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).
Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang
diekspresikan melalui bio-psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan
(Cindy Smith).
Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan
konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang
diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.

2.2 Kategori Bermain


1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau
kegembiraan timbul dari apa yang dilakukan oleh anak.
Contoh: bermain sepak bola.

2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya
melihat), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain.
Contoh: memberikan support, menonton televisi.

2.3 Jenis Permainan

1. Permainan Anak
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun.
Contoh: petak umpet, dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan Perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan
prasekolah.
Contoh: menendang bola.
3. Permainan Tetangga

Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi

dan penjahat.

4. Permainan tim

Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah dan
remaja. Contoh: sepakbola, kasti, lari.

5. Permainan dalam ruang

Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan.

Contoh: main kartu, tebak-tebakan, teka-teki.

2.4 Ciri-ciri Bermain

1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda.

2. Selalu ada timbal balik, sifat interaksi.

3. Selalu dinamis, berkembang.

4. Ada aturan tertentu.

5. Menuntut ruangan tertentu.

2.5. Klasifikasi Bermain

1. Menurut Isi

1) Social affective play

Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain

terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,


misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan

bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.

2) Sense of pleasure play

Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,

dengan bermain dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain air

atau pasir, mengenal rasa, bau.

3) Skill play

Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh keterampilan

tertentu dan anak melakukan secara berulang-ulang, misalnya

mengendarai sepeda roda tiga.

4) Dramatika play (Role play)

Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau


ibu.

2.6 Menurut Karakteristik Sosial

1. Solitary play

Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa

orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita

todler.

2. Paralel play

Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing

mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak

ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak

todler dan pre school. Contoh : bermain balok.

3. Asosiatif play

Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang


sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,

anak bermain sesukanya, satu sama lain kadang saling meminjamkan.

4. Kooperatif play

Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan

terencana dan ada aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan

tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah dan adolescent.

2.6 Fungsi Bermain

1. Perkembangan Sensorik Motorik

Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya.

Bayi dengan penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah

melalui gerakan tubuh, dimana kematangan dan maturitas akan membedakan

masing-masing usia.

2. Perkembangan Kognitif/intelektual

Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan

ini diperoleh melalui eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam
hal warna, ukuran, dan pentingnya benda tersebut. Contoh: bermain mengisi
teka-teki silang.

3. Kreatifitas

Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua

media, puas dengan kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi.

Misalnya menyusun balok.

4. Perkembangan Sosial

Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari

peran dalam kelompok, belajar memberi dan menerima, belajar benar salah,

dan mampu mengenal tanggungjawab.

5. Kesadaran Diri (Self awarness)


Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku
terhadap orang lain.

6. Perkembangan Moral

Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan
teman, menyesuaikan dengan aturan kelompok.

Contoh: dapat menerapkan kejujuran.

7. Terapi

Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan


yang tidak enak, misalnya: marah, takut, benci.

8. Perkembangan Komunikasi

Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.

2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan.

2. Status kesehatan, pada anak sakit maka perkembangan psikomotor dan


kognitif terganggu.

3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanika sementara
anak wanita mother role.

4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.

5. Alat permainan.

6. Intelegensia.

7. Status sosial ekonomi.

2.8 Tahap Perkembangan Bermain

1. Tahap Eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain.

2. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.

3. Tahap Bermain Sungguhan

Anak sudah ikut dalam perminan.

4. Tahap Melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

2.9 Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan

1. Bayi (1 bulan)

1) Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm), gantungkan
benda yang terang dan menyolok.
2) Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
3) Taktil: memeluk, menggendong, memberi kehangatan.
4) Kinetik: mengayun, naik kereta dorong.

2. Bayi (2-3 bulan)


1) Visual : buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa bayi
ke ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
2) Auditori : bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam
pertemuan keluarga.
3) Taktil : memandikan, mengganti popok, menyisir rambut dengan lembut,
gosok dengan lotion/bedak.
4) Kinetik : jalan dengan kereta, gerakan berenang, bermain air.

3. Bayi (4-6 bulan)

1) Visual : bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna terang.
2) Auditori : anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas kertas
didekat telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
3) Taktil : beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
4) Kinetik : bantu tengkurap, sokong waktu duduk.

4. Bayi (6-9 bulan)

1) Visual : mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri kertas


untuk dirobek-robek.
2) Auditori : panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh,
beri tahu yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah
sederhana.
3) Taktil : meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air

4) mengalir, berenang.

5) Kinetik : letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.

5. Bayi (9-12 bulan)

1) Visual : perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat,


bermain bola, tunjukkan bangunan agak jauh.

2) Auditori : tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara


binatang.

3) Taktil : beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan
hangat.

4) Kinetik : beri mainan yang dapat ditarik dan didorong.

Permainan yang dianjurkan untuk bayi 6-12 bulan:

1) Blockies warna-warni jumlah, ukuran.


2) Buku dengan gambar menarik.
3) Balon, cangkir dan sendok.
4) Boneka bayi.
5) Mainan yang dapat didorong dan ditarik.

6. Todler (2-3 tahun)

1) Mulai berjalan, memanjat, berlari.


2) Dapat memainkan sesuatu dengan tangannya.
3) Senang melempar, mendorong, mengambil sesuatu.
4) Perhatiannya singkat.
5) Mulai mengerti memiliki “ Ini milikku ….”
6) Karakteristik bermain “Paralel Play”
7) Toddler selalu bertengkar saling memperebutkan mainan/sesuatu.
8) Senang musik/irama.

Permainan untuk toddler:


1) Mainan yang dapat ditarik dan didorong.
2) Alat masak.
3) Malam, lilin.
4) Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat
dipukul, krayon, kertas.

8. Pra-sekolah (4-5 tahun)

1) Dapat melompat, berlari, bermain dan bersepeda.


2) Sangat energik dan imaginatif.
3) Mulai terbentuk perkembangan moral.
4) Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dengan kelompok.
5) Karakteristik bermain: assosiative play, dramatic play, skill play.
6) Laki-laki aktif bermain di luar, perempuan didalam rumah.

Permainan untuk pra-sekolah:

1) Peralatan rumah tangga.


2) Sepeda roda tiga.
3) Papan tulis/kapur.
4) Lilin, boneka, kertas.
5) Drum, buku dengan kata sederhana, kapal terbang, mobil, truk.

8. Usia Sekolah (6-12 tahun)


1) Bermain dengan kelompok yang berjenis kelamin sama.
2) Dapat belajar dengan aturan kelompok.
3) Belajar independent, cooperative, bersaing, menerima orang lain.
4) Karakteristik “Cooperative Play”.
5) Laki-laki: Mechanical, perempuan : Mother Role.

Permainan untuk anak usia sekolah:


1. 6-8 tahun

Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat,
sepeda.

2. 8-12 tahun
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah
raga bersama, sepeda, sepatu roda.

9. Remaja ( 13-18 tahun)


1) Bermain dalam kelompok seperti sepak bola, basket, bulutangkis.
2) Senang mendengarkan musik, melihat TV, mendengarkan radio.
3) Membaca majalah, buku.
2.10 ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)

1. Pengertian

APE adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan


anak disesusikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.

2. Kegunaan
1) Pengembangan aspek fisik: merangsang pertumbuhan fisik anak.
2) Pengembangan bahasa: melatih bicara dan menggunakan kalimat yang
benar.
3) Pengembangan aspek kognitif: pengenalan suara, bentuk, ukuran, dan
warna.
4) Pengembangan aspek sosial: hubungan atau interaksi ibu-anak,
keluarga, masyarakat.

3. Syarat
1) Aman, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak.
2) Ukuran dan berat sesuai usia.
3) Desainnya harus jelas. Memiliki ukuran, susunan, warna tertentu serta
jelas maksud dan tujuannya.
4) Berfungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak
(motorik, bahasa, kognitif, sosialisasi).
5) Dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tidak terlalu sulit dan tidak
terlalu mudah.
6) Harus tetap menarik.
7) Mudah diterima oleh semua kebudayaan.
8) Tidak mudah rusak. Jika ada bagian yang rusak mudah diperbaiki dan
diganti, pemeliharaan mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat,
harga terjangkau.

Alat Permainan Balita dan Perkembangan yang Distimuli


1) Motorik kasar: sepeda roda tiga/dua, mainan yang ditarik dan
didorong.
2) Motorik halus: gunting, bola, balok, lilin.
3) Kognitif: buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna.
4) Bahasa: buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, televisi.
5) Menolong diri sendiri: gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos
kaki.
6) Tingkah laku sosial: alat permainan yang dapat dipakai bersama
seperti bola, tali, dakon.
Kesalahan dalam Pemilihan Alat
1) Memberikan sekaligus banyak mainan.
2) Alat permainan dianggap bagus atau perlu oleh orang tua tapi
kontradiksi bagi anak.
3) Alat terlalu mahal.
4) Terlalu lengkap dan sempurna.
5) Tidak sesuai dengan umur anak.
6) Terlalu banyak mainan dengan tipe yang sama.
7) Tidak teliti keamanannya.
BAB 3

EVALUASI DAN DOKUMENTASI

3.1 EVALUASI
1. Apakah anak bersedia berkenalan dan bersalaman dengan perawat tanpa rasa
takut.
2. Apakah anak mengikuti proses bermain dari awal hingga akhir
3. Apakah pasien / anak ikut berpartisipasi aktif dalam terapi bermain dan
dapat menyelesaikan proses melipat kertas hingga selesai
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini maka kesimpulan yang dapat peneliti


simpulkan adalah sebagai berikut:
1. Gambaran kecemasan pada anak usia pra-sekolah yang mengalami
hospitalisasi tampak jelas dari ekspresi wajahnya.
2. Berdasarkan hasil dari 10 anak yang mengalani dampak hospitalisasi terdapat
6 anak yang mengalami kecemasan akibat dari hospitalisasi.

4.2 SARAN
4.3 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. maka peneliti ingin
menyampaikan beberapa saran kepada:
1. Orang tua
Bagi orang tua yang mempunyai anak usia pra-sekolah yang sementara dirawat
di rumah sakit, diharapkan dapat mendampingi dan memperhatikan kebutuhan
anak selama dirawat di rumah sakit, termasuk kebutuhan bermain, misalnya
dengan membacakan buku cerita, agar dapat mengurangi stressor pada anak
terhadap lingkungan yang baru.
2. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi perawat dan
pihak Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien anak yang mengalami dampak hospitalisasi,
yaitu dengan meningkatkan perhatian dan memberikan terapi bermain sesuai
dengan tahap perkembangan anak serta diharapkan kepada pihak rumah sakit
untuk menyediakan sarana bermain dan buku cerita, agar anak-anak selama
dalam perawatan di rumah sakit, karena dengan adanya aktivitas bermain, anak-
anak akan merasa aman dan nyaman selama dalam perawatan.
Sarana bermain disesuaikan dengan kebutuhan anak selama sakit, missal
memberikan buku cerita sesuai usia.
3. Instansi Pendidikan Keperawatan
Bagi pendidikan keperawatan diharapkan dapat menyusun dan memberikan
buku cerita sesuai dengan tahap perkembangan anak sebagai sarana pengobatan
dan diharapakan dapat menjadi tambahan ilmu bagi profesi perawatan dalam
pengembangan ilmu serta skill sehingga dapat memberikan mamfaat bagi
masyarakat luar.
4. Peneliti Selanjutnya
Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah variabel yang
mempengaruhi kecemasan pada pasien anak usia prasekolah seperti jenis
kelamin, dan lama hari rawat, atau dengan menggunakan metode penelitian yang
lain misalnya dengan metode penelitian kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.


Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Suryanti,Sodikun, Mustiah. 2011 Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan rigami
Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia
Pra Sekolah Di Rsud Dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga.
Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai