Anda di halaman 1dari 27

KASUS PREDIABETES

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik I Diabetes Melitus

Oleh:

Desty Natalia Damayanthi


NIM: 62.20.1.16.129

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN REGULER III
2020

Studi Kasus Prediabetes

Kasus:
Ny. Y umur 55 tahun memeriksakan diri pada hari Senin, tanggal 30 Maret 2020, pukul
08.00 WIB di Puskesmas Pahandut Kota Palangka Raya. Ny. Y merasa kurang enak badan
dan mudah lelah. Ny. Y selalu sibuk berjualan ikan di pasar. Ny. Y mengatakan biasanya
setelah pulang dari bekerja dan jika merasa tidak enak badan, maka akan meminta anak
tertuanya untuk mengerok punggungnya. Ny. Y juga mengeluh mudah merasa lapar,
mudah haus, dan sering kencing. Ny. Y mengatakan ayahnya mempunyai riwayat Diabetes
Melitus Tipe 2 dan meninggal karena serangan jantung. Ny. Y juga mengeluh kurang tidur
karena sering kencing dan merasa lelah. Ny. Y tinggal serumah bersama suami dan ketiga
orang anaknya di dekat Pelabuhan Rambang. Ny. Y tampak bingung saat ditanya tentang
kondisi penyakitnya dan penanganannya. Ny. Y dilakukan pemeriksaan TTGO dan besok
harinya Selasa, tanggal 31 Maret 2020, hasil pemeriksaan TTGO-nya yaitu 180 mg/dl.
Berat badan Ny. Y saat ini 70 kg dan tinggi badan 150 cm, TD 140/80 mmHg, Nadi 88
x/mnt teratur, RR 12 x/mnt, dan Suhu 36,8C.

Pertanyaan dan Jawaban:


1. Identifikasi analisa data pada kasus di atas!
Data Fokus
Masalah Kemungkinan Penyebab
(Subjektif dan Objektif)
Data Subjektif : Ketidakstabilan kadar Herediter, sel B pankreas
1) Ny. Y merasa kurang enak glukosa darah rusak/terganggu, obesitas
badan dan mudah lelah.
2) Ny. Y selalu sibuk Produksi insulin terganggu
berjualan ikan di pasar.
3) Ny. Y mengatakan biasanya Glukoagon ↑
setelah pulang dari bekerja
dan jika merasa tidak enak Ketidakstabilan kadar glukosa
badan, maka akan meminta darah
anak tertuanya untuk
mengerok punggungnya.
4) Ny. Y juga mengeluh
mudah merasa lapar, mudah
haus, dan sering kencing.
5) Ny. Y mengatakan ayahnya
mempunyai riwayat
Diabetes Melitus Tipe 2 dan
meninggal karena serangan
jantung.
6) Ny. Y juga mengeluh
kurang tidur karena sering
kencing dan merasa lelah.
7) Ny. Y tinggal serumah
bersama suami dan ketiga
orang anaknya di dekat
Pelabuhan Rambang.

Data Objektif :
1) TTGO : 180 mg/dl.
2) Berat badan Ny. Y saat ini
70 kg
3) Tinggi badan 150 cm
4) TD 140/80 mmHg
5) Nadi 88 x/mnt teratur
6) RR 12 x/mnt
7) Suhu 36,8C
Data Subjektif : Obesitas Pola makan tidak sehat
1) Ny. Y merasa kurang enak
badan dan mudah lelah. Kurangnya aktivitas fisik
2) Ny. Y selalu sibuk
berjualan ikan di pasar. Peningkatan berat badan
3) Ny. Y juga mengeluh
mudah merasa lapar, mudah Obesitas
haus, dan sering kencing.

Data Objektif :
1) TTGO : 180 mg/dl.
2) Berat badan Ny. Y saat ini
70 kg
3) Tinggi badan 150 cm
4) TD 140/80 mmHg
5) Nadi 88 x/mnt teratur
6) RR 12 x/mnt
7) Suhu 36,8C
Data Subjektif : Intoleransi aktivitas Produksi insulin terganggu
1) Ny. Y merasa kurang enak
badan dan mudah lelah. Penurunan suplai glukosa ke
2) Ny. Y selalu sibuk jaringan dan seluler
berjualan ikan di pasar.
3) Ny. Y mengatakan biasanya Pemecahan glukagon/glikogen
setelah pulang dari bekerja empatis
dan jika merasa tidak enak
badan, maka akan meminta Metabolisme anaerob
anak tertuanya untuk
mengerok punggungnya. Menghasilkan asam laktat
4) Ny. Y juga mengeluh
kurang tidur karena sering
Penumpukan asam laktat pada otot
kencing dan merasa lelah.
5) Ny. Y tinggal serumah
bersama suami dan ketiga Kelemahan muskuloskeletal
orang anaknya di dekat
Pelabuhan Rambang. Intoleransi Aktivitas

Data Objektif :
1) TTGO : 180 mg/dl.
2) Berat badan Ny. Y saat ini
70 kg
3) Tinggi badan 150 cm
4) TD 140/80 mmHg
5) Nadi 88 x/mnt teratur
6) RR 12 x/mnt
7) Suhu 36,8C
Data Subjektif : Defisit pengetahuan Kurang tepapar informasi
1) Ny. Y merasa kurang enak
badan dan mudah lelah. Defisit pengetahuan
2) Ny. Y selalu sibuk
berjualan ikan di pasar.
3) Ny. Y mengatakan biasanya
setelah pulang dari bekerja
dan jika merasa tidak enak
badan, maka akan meminta
anak tertuanya untuk
mengerok punggungnya.
4) Ny. Y tampak bingung saat
ditanya tentang kondisi
penyakitnya dan
penanganannya

Data Objektif :
1) TTGO : 180 mg/dl.
2) Berat badan Ny. Y saat ini
70 kg
3) Tinggi badan 150 cm
4) TD 140/80 mmHg
5) Nadi 88 x/mnt teratur
6) RR 12 x/mnt
7) Suhu 36,8C

2. Buatlah daftar diagnosis keperawatan berdasarkan kasus tersebut!


1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan toleransi
glukosa darah ditandai dengan nilai TTGO 180 mg/dl
2) Obesitas berhubungan dengan kurang aktivitas fisik harian ditandai dengan IMT 31
kg/m²
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
mengeluh lelah
4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaar informasi ditandai dengan
pasien tampak bingung saat ditanya tentang kondisi penyakitnya dan
penanganannya

3. Susunlah rencana keperawatan pada kasus tersebut berdasarkan diagnosis keperawatan


yang sudah dibuat!

Nomor
Diagnosis
Tujuan/ Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
Keperawata
n
DX.1 Setelah dilakukan 1) Monitor TTV 1) Untuk mengetahui
intervensi selama 2x24 2) Monitor level glukosa keadaan umum klien
jam diharapkan kadar darah 2) Untuk mengetahui
glukosa darah klien stabil 3) Monitor tanda dan gejala nilai normal kadar gula
hiperglikemia: puliuria, darah
Kriteria Hasil : polidipsi, polipagi, 3) Untuk memberikan
1) Kadar glukosa kelemahan, letargi, tindakan medis yang
darah klien malaise, pandangan tepat
terkontrol kabur, sakit kepala 4) Untuk mencegah
2) Kadar glukosa terjadinya Asidosis
darah dalam 4) Monitor keton dalam Diabetic
rentang normal urine 5) Untuk memproses zat
5) Berikan insulin gula atau glukosa yang
berasal dari makanan
6) Monitor status cairan dan minuman
(intake dan output) 6) Agar cairan yang
masuk dan cairan yang
7) Konsultasi dengan keluar seimbang
dokter bila tanda 7) Untuk mencegah
hiperglikemi memburuk terjadinya komplikasi
atau persisten akibat dari
hiperglikemi
8) Identifikasi
8) Sebagai acuan untuk
kemungkinan penyebab
menurunkan nilai
hiperglikemia
kadar gula darah
9) Antisipasi situasi dimana 9) Untuk mencegah
kebutuhan insulin kerusakan pada sistem
meningkat organ tubuh yang lain
10) Untuk mengurangi
10) Batasi latihan bila kadar kebutuhan energi yang
gula darah lebih dari 250 berlebih
mg/dl, terutama bila ada 11) Untuk mengetahui
keton dalam urine kadar glukosa darah
apakah mengalami
11) Tinjau ulang kadar peningkatan atau
glukosa darah penurunan glukosa
DX.2 Setelah dilakukan 1) Diskusikan bersama 1) Memberikan
tindakan keperawatan pasien mengenai pengetahuan kepada
selama …. Obestas dapat hubungan antara intake pasien mengenai
teratasi/berkurang makanan, latihan, akibat buruk dan
peningkatan BB dan baiknya
Kriteria Hasil : penurunan BB 2) Mengidentifikasi dan
1) Pemusatan Intake 2) Diskusikan bersama mempengaruhi
nutrisi harian pasien mengani kondisi penentuan intervensi
2) Disfungsi pola medis yang dapat 3) Mendorong klien
makan (seperti mempengaruhi BB untuk menyusun
makan sambil 3) Diskusikan bersama tujuan lebih nyata dan
melakukan aktivitas pasien mengenai sesuai rencana
lain) kebiasaan, gaya hidup 4) Memberikan informasi
3) Makan dan factor herediter yang tentang keefketifan
sebagai respon terha dapat mempengaruhi BB program
dap 4) Diskusikan bersama 5) Terjadinya penurunan
pengaruh eksternal pasien mengenai risiko berat badan
(seperti situasi yang berhubungan 6) Kolaborasi dan nutrisi
sosial) dengan BB berlebih dan terpenuhi secara
4) Makan penurunan BB normal
sebagai respon terha 5) Dorong pasien untuk
dap merubah kebiasaan
pengaruh internal makan
(seperti kecemasan) 6) Perkirakan BB badan
5) Tingkat aktivitas ideal pasien
yang rendah
6) Skinfold triceps
wanita > 25 mm,
laki-laki > 15 mm
7) BB lebih besar 20%
dari BB ideal

DX.3 Setelah dilakukan asuhan 1) Observasi adanya 1) Menunjukkan tanda


keperawatan .... pembatasan klien dalam dan gejala keletihan
diharapkan intoleransi melakukan aktivitas 2) Mengali informasi
aktivitas dapat 2) Dorong klien untuk tentang keletihan
berkurang/teratasi mengungkapkan 3) Mengetahui faktor
perasaan terhadap penyebab keletihan
Kriteria hasil : keterbatasan 4) Energi yang adekuat
1) Memverbalisasikan 3) Kaji faktor yang mencegah terjadi
peningkatan energi menyebabkan keletihan keletihan
dan merasa lebih 4) Monitor nutrisi dan 5) Mengurangi kebutuhan
baik sumber energi yang energi yang
2) Kecemasan menurun adekuat dibutuhkan
Istirahat cukup 5) Tingkatkan tirah baring
dan pembatasan aktivitas
(tingkatkan periode
istirahat)
DX.4 Setelah dilakukan 1) Kaji tingkat pengetahuan 1) Untuk memberikan
tindakan keperawatan pasien tentang penyakit, informasi yang tepat
selama ......, diharapkan prognosa, dan pada pasien dan
pengetahuan klien pengobatannya menghindari kejemuan
bertambah dengan 2) Lakukan pemberian informasi.
pendidikan kesehatan 2) Memberikan informasi
Kriteria hasil : secara bertahap dan yang akurat dan
1) Klien menunjukkan sesuai rencana pada bermakna bagi pasien
peningkatan satuan acara dan bagi perawat dapat
pengetahuan pembelajaran (SAP). mengetahui
mengenai penyakit 3) Diskusikan bersama perkembangan
2) Klien menunjukkan pasien tentang pengetahuan pasien
perubahan perilaku penyakitnya. dengan pasti.
3) Adanya dukungan 4) Tinjau ulang program 3) Memberikan
dari keluarga pengobatan. pengetahuan dasar
dimana pasien cepat
membuat
pertimbangan dalam
memilih gaya hidup
4) Pemahaman tentang
semua aspek
penggunaan obat
meningkatkan
penggunaan yang
tepat.

4. Dokumentasikan implementasi keperawatan pada kasus tersebut!

No.Diagnosis Pelaksanaan/Tindakan Evaluasi


No. Tanggal/jam Nama mhs
Keperawatan Keperawatan Tindakan/Respons Klien
1. 1 April 2020 DX.1 1) Memonitor TTV 1) TD : 140/80 mmHg Desty
/ 08.00 WIB 2) Memonitor level N : 89 x/mnt Natalia D
glukosa darah S : 36,6 °C
3) Memonitor tanda R : 19 x/mnt
dan gejala 2) Kadar glukosa darah
hiperglikemia: sewaktu klien
puliuria, polidipsi, 180mg/dl
polipagi, 3) Klien mengatakan
kelemahan, letargi, merasakan gejala
malaise, pandangan poliuri, polidipsi,
kabur, sakit kepala polipagi, dan
kelemahan
4) Memonitor status 4) Status cairan intake
cairan (intake dan dan output klien baik
output) 5) Tidak terjadi tanda
5) Konsultasi dengan hiperglikemia yang
dokter bila tanda buruk pada klien
hiperglikemi 6) Keluarga klien
memburuk atau memiliki riwayat
persisten diabetes melitus dan
klien juga kurang
beraktivitas fisik
6) Mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab
hiperglikemia
2. 1 April 2020 DX.2 1) Mendiskusika 1) Klien memahami Desty
/ 08.45 WIB n bersama pasien mengenai hubungan Natalia D
mengenai antara intake
hubungan antara makanan, latihan,
intake makanan, peningkatan BB dan
latihan, penurunan BB
peningkatan BB 2) Klien memahami
dan penurunan BB mengenai kondisi
2) Mendiskusika medis yang dapat
n bersama pasien mempengaruhi BB
mengani kondisi 3) Kebiasaan klien yang
medis yang dapat buruk yaitu pola
mempengaruhi BB makan dan kurang
3) Mendiskusika beraktivitas fisik
n bersama pasien karena sibuk
mengenai berjualan di pasar
kebiasaan, gaya 4) Klien memahami
hidup dan factor mengenai risiko yang
herediter yang berhubungan dengan
dapat BB berlebih dan
mempengaruhi BB penurunan BB
4) Mendiskusika 5) Klien ingin merubah
n bersama pasien kebiasaan makan
mengenai risiko yang buruk
yang berhubungan 6) BB ideal klien adalah
dengan BB berlebih 43 kg
dan penurunan BB
5) Mendorong
pasien untuk
merubah kebiasaan
makan
6) Memperkiraka
n BB badan ideal
pasien

3. 1 April 2020 DX.3 1) Mengobservasi 1) Klien mengatakan Desty


/ 09.30 WIB adanya pembatasan sering merasa lelah Natalia D
klien dalam sehingga susah
melakukan beraktivitas
aktivitas 2) Klien mengatakan
2) Mendorong klien merasa sedih dengan
untuk keadaan seperti ini
mengungkapkan 3) Faktor yang
perasaan terhadap menyebabkan
keterbatasan keletihan pada klien
3) Mengkaji faktor yaitu peningkatan
yang menyebabkan glukosa darah
keletihan 4) Klien mengeluh
4) Memonitor nutrisi sering merasakan
dan sumber energi lapar walaupun sudah
yang adekuat makan
5) Meningkatkan tirah 5) Klien mengatakan
baring dan akan meningkatkan
pembatasan istrahatnya
aktivitas
(tingkatkan periode
istirahat)
4. 1 April 2020 DX.4 1) Mengkaji tingkat 1) Klien mengatakan Desty
/ 10.00 WIB pengetahuan pasien tidak tau apa-apa Natalia D
tentang penyakit, mengenai kondisinya
prognosa, dan 2) Klien kooperatif dan
pengobatannya senang ketika akan
2) Melakukan diberikan pendidikan
pemberian kesehatan
pendidikan 3) Klien kooperatif dan
kesehatan secara berdiskusi dengan
bertahap dan sesuai baik mengenai
rencana pada satuan kondisinya
acara pembelajaran 4) Ketika ditanya
(SAP). kembali mengenai
3) Mendiskusikan pendidikan kesehatan
bersama pasien yang telah diberikan,
tentang klien mampu
penyakitnya. menjawab dengan
4) Tinjau ulang baik
program
pengobatan.

5. Dokumentasikan catatan perkembangan (S.O.A.P./S.O.A.P.I.E.R.) pada kasus tersebut!

Nomor Diagnosis Nama mhs


Tanggal/Jam Catatan Perkembangan (S.O.A.P./ S.O.A.P.I.E.R)
Keperawatan
1 April 2020 DX.1 S : - Klien mengatakan merasakan gejala poliuri, Desty Natalia
/ 08.30 WIB polidipsi, polipagi, dan kelemahan D
- Status cairan intake dan output klien baik
- Tidak terjadi tanda hiperglikemia yang buruk pada
klien
- Keluarga klien memiliki riwayat diabetes melitus
dan klien juga kurang beraktivitas fisik

O : TD : 140/80 mmHg
N : 89 x/mnt
S : 36,6 °C
R : 19 x/mnt
GDS : 180mg/dl

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
1 April 2020 DX.2 S : - Klien memahami mengenai hubungan antara Desty Natalia
/ 08.20 WIB intake makanan, latihan, peningkatan BB dan D
penurunan BB
- Klien memahami mengenai kondisi medis yang
dapat mempengaruhi BB
- Kebiasaan klien yang buruk yaitu pola makan dan
kurang beraktivitas fisik karena sibuk berjualan di
pasar
- Klien memahami mengenai risiko yang
berhubungan dengan BB berlebih dan penurunan
BB
- Klien ingin merubah kebiasaan makan yang buruk
- BB ideal klien adalah 43 kg

O : TD : 140/80 mmHg
N : 89 x/mnt
S : 36,6 °C
R : 19 x/mnt
GDS : 180mg/dl
BB : 70 Kg
TB : 150 cm

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
1 April 2020 DX.3 S : - Klien mengatakan sering merasa lelah sehingga Desty Natalia
/ 09.50 WIB susah beraktivitas D
- Klien mengatakan merasa sedih dengan keadaan
seperti ini
- Faktor yang menyebabkan keletihan pada klien
yaitu peningkatan glukosa darah
- Klien mengeluh sering merasakan lapar walaupun
sudah makan
- Klien mengatakan akan meningkatkan istrahatnya

O : TD : 140/80 mmHg
N : 89 x/mnt
S : 36,6 °C
R : 19 x/mnt
GDS : 180mg/dl
BB : 70 Kg
TB : 150 cm
Klien tampak lemas

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
1 April 2020 DX.4 S : - Klien mengatakan tidak tau apa-apa mengenai Desty Natalia
/ 10.40 WIB kondisinya D
- Klien kooperatif dan senang ketika akan diberikan
pendidikan kesehatan
- Klien kooperatif dan berdiskusi dengan baik
mengenai kondisinya
- Ketika ditanya kembali mengenai pendidikan
kesehatan yang telah diberikan, klien mampu
menjawab dengan baik

O : TD : 140/80 mmHg
N : 89 x/mnt
S : 36,6 °C
R : 19 x/mnt
GDS : 180mg/dl
BB : 70 Kg
TB : 150 cm
Klien tampak tidak bingung ketika ditanya kembali
mengenai kondisinya

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

6. Buatlah Satuan Acara Penyuluhan (SAP) pada Ny. Y tersebut!

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Prediabetes
Sub Topk : Penatalaksanaan Prediabetes
Sasaran : Ny. Y
Tempat : Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Hari/Tanggal : Rabu, 1 April 2020
Waktu : 1 x 30 menit
Penyuluh : Desty Natalia Damayanthi

A. LATAR BELAKANG
Prevalensi prediabetes di Indonesia cukup tinggi, yakni ± 10,2 %, sehingga
diperkirakan 24 juta penduduk Indonesia telah menyandang prediabetes.
Penyandang prediabetes dalam perkembangannya mempunyai 3
kemungkinan: sekitar 1/3 nya akan tetap sebagai prediabetes, 1/3 kasus akan
menjadi diabetes mellitus tipe 2 (DMT2), dan 1/3 sisanya dapat kembali menjadi
normoglikemi. Prediabetes meningkatkan risiko absolut menjadi DM sebesar 2-10
kali lipat, bahkan pada beberapa populasi peningkatan resiko tersebut dapat lebih
tinggi lagi.
Resiko terjadinya penyakit kardiovaskular pada prediabetes sama besarnya
dengan DM. Berbagai keadaan tersebut semakin meyakinkan bahwa tindakan dan
program pencegahan dini DM sangat diperlukan, antara lain melalui penanganan
prediabetes. Identifikasi dan penatalaksanaan awal bagi para pasien prediabetes
yang dapat menurunkan insiden DM serta komplikasinya akan sangat bermanfaat
tidak hanya bagi pasien, namun juga bagi keluarga dan pemerintah.
Prediabetes adalah suatu kondisi yang serius. Siapapun yang mempunyai
kondisi prediabetes beresiko besar untuk didiagnosis menjadi diabetes mellitus.
Dalam hal antisipasi umtuk pencegahan prediabetes ini yang sangat perlu
diperhatikan adalah dengan memberikan penyuluhan kesehatan pada penderita
prediabetes maupun yang beresiko terkena prediabetes.
Penyuluhan kesehatan pada penderita prediabetes merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam regulasi gula darah penderita prediabetes dan mencegah atau
setidaknya menghambat munculnya/ terjadinya penyakit diabetes melitus. Dalam
hal ini diperlukan kerja sama yang baik antara penderita dan keluarganya dengan
para pengelola atau penyuluh.
Penyuluhan diperlukan karena penyakit pradiabetes adalah penyakit yang
berhubungan dengan gaya hidup. Pengobatan pradiabetes memerlukan
keseimbangan antara beberapa kegiatan yang merupakan bagian integral dari
kegiatan rutin sehari-hari seperti makan, tidur, bekerja dll. Pengaturan jumlah serta
jenis makanan serta olahraga oleh penderita serta keluarganya. Berhasilnya
pengobatan pradiabetes tergantung pada kerjasama antara petugas kesehatan
dengan penderita dan keluarganya. Pasien yang mempunyai pengetahuan cukup
tentang prediabetes, kemudian selanjutnya mengubah perilakunya, akan dapat
mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga ia dapat sembuh.
Jadi penyuluhan pradiabetes mellitus disamping sebagai upaya promotif
dilakukan juga upaya preventif serta upaya kuratif dan rehabilitative untuk
meningkatkan peningkatan pwnyakit kronik (Diabetes Melitus).

B. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit,
Bapak/Ibu dengan risiko DM diharapkan mampu memahami mengenai
prediabetes terutama pencegahannya.

2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah proses penyuluhan kesehatan tentang Prediabetes,
diharapkan Ny. Y dengan risiko DM mampu :
a. Menjelaskan pengertian Prediabetes
b. Menyebutkan faktor-faktor risiko tejadinya Prediabetes
c. Menyebutkan penyebab terjadinya Prediabetes
d. Menyebutkan tanda dan gejala Prediabetes
e. Menyebutkan diagnosis Prediabetes
f. Menyebutkan komplikasi Prediabetes
g. Menyebutkan pengobatan Prediabetes
h. Menyebutkan pencegahan Prediabetes

C. SASARAN
Ny. Y di Puskesmas Pahandut Palangka Raya

D. METODE
Metode yang digunakan dalam Penyuluhan Kesehatan Prediabetes ini adalah:
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. ALAT &MEDIA
1. Alat
Alat yang digunakan dalam Penyuluhan Kesehatan Prediabetes ini adalah:
a. Meja
b. Kursi
2. Media
Media yang digunakan dalam Penyuluhan Kesehatan Diabetes Melitusini
adalah:
a. Leaflet

F. WAKTU
Hari/ tanggal : Rabu, 1 April 2020
Jam : 10.00-10.30 WIB

G. KEGIATAN PENYULUHAN
No. Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta WAKTU
1. Pembukaan : 3 Menit
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan

3. Menjelaskan tujuan dari 3. Memperhatikan

penyuluhan
4. Memperhatikan
4. Menyebutkan materi yang
akan diberikan
2. Pelaksanaan : 15 menit
1. Menggali pengetahuan  1. Memperhatikan
tentang Prediabetes
2. Bertanya dan
2. Menjelaskan pengertian
menjawab
Prediabetes
pertanyaan yang
3. Menyebutkan faktor-faktor diajukan
risiko tejadinya Prediabetes 3. Memperhatikan
4. Menyebutkan penyebab 4. Bertanyadan
terjadinya Prediabetes menjawab
5. Menyebutkan tanda dan pertanyaanyang
gejala Prediabetes diajukan
6. Menyebutkan diagnosis
Prediabetes
7. Menyebutkan komplikasi
Prediabetes
8. Menyebutkan pengobatan
Prediabetes
9. Menyebutkan pencegahan
Prediabetes
3. Evaluasi : 10 Menit
1. Menanyakan kepada 1. Menjawab
peserta tentang materi yang pertanyaan
telah diberikan, dan
reinforcement kepada
peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. Terminasi : 2 Menit
1. Mengucapkan terimakasih 1. Mendengarkan
atas peran serta peserta. 2. Menjawab salam
2. Mengucapkan salam
penutup

I. PENGORGANISASIAN
Pamateri : Desty Natalia Damayanthi

J. RENCANA EVALUASI
1. Struktur
a. Persiapan Media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan bisa
digunakan dengan baik dalam penyuluhan yaitu :
1) Leaflet
b. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan dapat
digunakan dengan baik antara lain :
1) Meja
2) Kursi
c. Persiapan Materi
Materi disiapkan dalam bentuk makalah dan di buatkan leaflet agar
lebih mudah saat penyampaian informasi kepada peserta
penyuluhan.

2. Proses Penyuluhan
a. Penyuluhan Kesehatan tentang Prediabetes berlangsung lancar dan
terjadi proses interaksi antara penyuluh dengan Ny. Y yang
menerima penyuluhan.

3. Hasil Penyuluhan
a. Jangka pendek
Setelah diberikan penyuluhan Ny. Y mampu :
1) Memahami materi penyuluhan sebanyak 70% dari apa yang
telah disampaikan dengan kriteria mampu menjawab
pertanyaan yang akan diberikan oleh penyuluh.
2) Menjelaskan kembali pengertian Prediabetes
3) Menyebutkan kembali faktor-faktor risiko tejadinya
Prediabetes
4) Menyebutkan kembali penyebab terjadinya Prediabetes
5) Menyebutkan kembali tanda dan gejala Prediabetes
6) Menyebutkan kembali diagnosis Prediabetes
7) Menyebutkan kembali komplikasi Prediabetes
8) Menyebutkan kembali pengobatan Prediabetes
9) Menyebutkan kembali pencegahan Prediabetes
b. Jangka panjang
Meningkatkan pengetahuan sejak dini tentang upaya pencegahan
terjadinya Prediabetes Melitus serta mampu menerapkan
penanganan prediabetes jika sudah terdiagnosis dalam kehidupan
sehari-hari.

Lampiran
MATERI PENYULUHAN

A. PENGERTIAN PREDIABETES
Prediabetes adalah kondisi saat kadar gula darah di dalam tubuh seseorang
lebih dari normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes
melitus tipe 2. Kondisi prediabetes ini jika dibiarkan akan mengalami progresivitas
dan berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2.
 
B. FAKTOR RISIKO PREDIABETES
Faktor risiko yang menyebabkan prediabetes sama dengan faktor risiko dari
diabetes melitus tipe 2, antara lain adalah:
1. Berat badan yang berlebihan (obesitas).
2. Lingkar pinggang yang berlebihan (laki-laki >90 sentimeter ; wanita >80
sentimer).
3. Pola diet yang buruk, seperti terlalu banyak mengonsumsi daging merah,
makanan yang diproses, dan minuman dengan pemanis buatan.
4. Pola hidup santai yang tidak berolahraga.
5. Usia >45 tahun.
6. Memiliki riwayat keluarga dengan diabetes melitus tipe 2.
7. Ras.
8. Wanita hamil dengan riwayat diabetes gestational.
9. Wanita yang memiliki kondisi sindroma ovarium polikistik.
10. Orang yang memiliki gangguan tidur seperti OSA (obstructive sleep apnea).
Kondisi lain yang berhubungan dengan prediabetes, meliputi:
1. Tekanan darah tinggi.
2. Rendahnya kadar kolesterol HDL.
3. Tingginya kadar trigliserida.
 
C. PENYEBAB PREDIABETES
Penyebab pasti pradiabetes tidak diketahui, meskipun para peneliti telah
menemukan beberapa gen yang terkait dengan resistensi insulin. Kelebihan
lemak terutama lemak perut dan tidak beraktivitas juga tampaknya menjadi
faktor penting dalam perkembangan pradiabetes. Yang jelas adalah bahwa
orang yang memiliki pradiabetes, tubuhnya tidak bisa megelolah gula (glukosa)
dengan baik lagi. Hal ini menyebabkan gula dalam aliran darah lebih banyak dari
pada gula yang melakukan fungsi yang normal yaitu memicu sel yang membentuk
otot-otot dan jaringan lain. Sebagian besar glukosa dalam tubuh berasal dari
makanan yang kita makan, khususnya makanan yang mengandung karbohidrat.
Setiap makanan yang mengandung karbohidrat dapat mempengaruhi kadar gula
darah, tidak hanya makanan manis.
D. GEJALA PREDIABETES
Pada umumnya, pengidap prediabetes tidak memiliki gejala. Namun, gejala
sederhana dari diabetes harus diwaspadai supaya tidak berkembang menjadi
diabetes tipe 2. Gejala klasik dari diabetes tipe 2 adalah:
1. Selalu kehausan.
2. Selalu lapar.
3. Peningkatan frekuensi berkemih.
4. Mudah merasa lelah.
5. Gangguan penglihatan berupa pandangan kabur.
  
E. KOMPLIKASI PREDIABETES
Jangan pernah menganggap sepele kondisi ini, sebab jika tidak segera
ditangani, prediabetes bisa berkembang menjadi diabetes tipe 2 dan komplikasi lain
yang berbahaya, seperti:
1. Stroke.
2. Luka pada kaki yang berisiko amputasi.
3. Infeksi.
4. Penyakit jantung koroner dan penyakit arteri perifer. 
5. Gagal ginjal kronis.
6. Kerusakan mata dan kebutaan.
7. Kolesterol tinggi.
8. Tekanan darah tinggi.
9. Masalah pendengaran.
10. Alzheimer.

F. PENGOBATAN PREDIABETES
Penanganan dari prediabetes bertujuan untuk mencegah progresivitas kondisi
ini menjadi diabetes mellitus tipe 2. Cara yang digunakan adalah dengan:
1. Konsumsi makanan yang sehat.
2. Berolahraga secara teratur dengan aktivitas fisik sedang minum 30 menit
sehari.
3. Menurunkan berat badan berlebih.
4. Berhenti merokok.
5. Konsumsi obat diabetes jika dianjurkan oleh dokter.
 
G. PENCEGAHAN PREDIABETES
Pencegahan prediabetes dan diabetes mellitus adalah dengan melakukan gaya
hidup yang baik dan sehat. Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan,
antara lain: 
1. Mengonsumsi makanan yang sehat, kaya nutrisi, dan rendah lemak.
2. Berolahraga secara rutin dan teratur.
3. Menurunkan berat badan yang berlebih.
4. Mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol.

DAFTAR PUSTAKA

Meddy Setiawan.. Prediabetes dan Peran HBA1C dalam Skrining dan Diagnosis Awal
Diabetes Mellitus. Vol 17. Staf pengajar fakultas kedokteran universitas
Muhammadiyah Malang. 2011

Nasrul E, Sofitri. Hiperurisemia pada Pra Diabetes. Jurnal Kesehatan Andalas. 2012.
Bagian Patologi Klinik FK Unand

Suyono Slamet. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi ke IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.Jakarta: FKUI:2006 .Hal 1854

Tjokroprawiro A. Diabetes Mellitus-Capita Selecta In Daily Clinical Practice. (serial


online) 2011 (Diakses 31 juli 2018 ); Diunduh dari URL:
http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_diabetes%20mellitus- capita
%20selecta%20in%20daily%20clinical%20practice_39_1716
7. Buatlah Laporan Pendahuluan tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Prediabetes yang meliputi Konsep Dasar Prediabetes dan Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan pada Prediabetes!

LAPORAN PENDAHULUAN
PREDIABETES MELLITUS

A. Definisi
Menurut definisi dari the American Diabetes Association and US
Department of Health and Human Services, prediabetes adalah suatu tahapan
dimana kadar glukosa diatas normal tetapi masih di bawah kadar glukosa darah
untuk diagnosis diabetes. Kondisi ini mencakup toleransi glukosa terganggu (TGT)
dan / ataupun glukosa puasa terganggu (GPT). American Diabetes Association
(ADA) mendefinisikan prediabetes sebagai GPT yaitu kadar glukosa puasa 100
mg/dl (5,6 mmol/L) – 125 mg/dl (7,0 mmol/L) atau bila kadar glukosa darah 2 jam
setelah beban glukosa 75 gram 140-199 mg/dl (7,8 – 11 mmol/L) yang sering
disebut dengan TGT.
Menurut consensus of Management and Prevention of Diabetes Mellitus
Type- 2 di Indonesia,yang dilakukan oleh Indonesian Society for Endocrinologist,
Penegakan TGT dan GPTditegakkan sesuai dengan algoritma diagnostik standar.
Untuk pasien dengan keluhan diabetes klasik, jika setelah dua kali uji dari satu kali
glukosa darah dan glukosa darah puasa, kita mendapatkan hasil yang meragukan (di
atas normal, tetapi tidak sampai pada kriteria diabetes), pasien akan diminta untuk
melakukan tes beban OGTT (Uji Glukosa Toleransi Oral). Bila hasil darah dua jam
beban glukosa pasca glukosa 140 - 199 mg / dL , pasien akan dimasukkan dalam
kriteria toleransi glukosa terganggu.
Definisi diabetes dan prediabetes berdasarkan penilaian resiko penyakit
serta distribusi populasi plasma glukosa. Data menunjukkan bahwa level glukosa
plasma di atas nilai ambang batas memiliki insidensi retinopati meningkat secara
signifikan dan telah digunakan untuk membantu mendefinisikan diabetes.

B. Etiologi
Penyebab pasti pradiabetes tidak diketahui, meskipun para peneliti telah
menemukan beberapa gen yang terkait dengan resistensi insulin. Kelebihan lemak
terutama lemak perut dan tidak beraktivitas juga tampaknya menjadi faktor penting
dalam perkembangan pradiabetes. Yang jelas adalah bahwa orang yang memiliki
pradiabetes, tubuhnya tidak bisa megelolah gula (glukosa) dengan baik lagi. Hal ini
menyebabkan gula dalam aliran darah lebih banyak dari pada gula yang melakukan
fungsi yang normal yaitu memicu sel yang membentuk otot-otot dan jaringan lain.
Sebagian besar glukosa dalam tubuh berasal dari makanan yang kita makan,
khususnya makanan yang mengandung karbohidrat. Setiap makanan yang
mengandung karbohidrat dapat mempengaruhi kadar gula darah, tidak hanya
makanan manis.
Selama pencernaan, gula memasuki aliran darah dan dengan bantuan insulin
kemudian diserap ke dalam sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi. Insulin adalah
hormon yang berasal dari pankreas. Ketika kita makan, pankreas mengeluarkan
insulin ke dalam aliran darah. Insulin beredar merupakan seperti sebuah kunci yang
membuka pintu mikroskopis yang memungkinkan gula memasuki sel. Insulin
menurunkan jumlah gula dalam aliran darah. Apabila tingkat gula darah turun,
maka sekresi insulin dari pankreas juga akan berkurang. Bila menderita
pradiabetes, proses ini mulai bekerja tidak normal. Gula darah akan meningkat dari
pada melaksanakan fungsinya untuk membuka sel-sel. Hal ini terjadi ketika
pankreas tidak membuat cukup insulin atau sel-sel menjadi resisten terhadap
tindakan insulin atau keduanya.
Patofisiologi prediabetes umumnya didasari atas perubahan sensitivitas
insulin dan fungsi β-pancreas, biasanya karena peningkatan adiposit. Sensitivitas
insulin berbanding terbalik dengan kadar glikemik, bahkan dalam rentang glukosa
puasa normal. Peningkatan konsentrasi glukosa plasma puasa dari 70 – 125 mg/dL
(3,9 – 6,9 mmol/L) berkaitan dengan suatu penurunan sensitivitas insulin > 3 kali.
Individu dengan isolated GPT menunjukkan penurunan sensitivitas insulin sekitar
25 %, dan individu yang mengalami kombinasi GPT dan TGT menunjukkan
penurunan sensitivitas insulin sekitar 80 % dibandingan dengan individu yang
kadar glukosa puasanya berada dalam interval referensi.

C. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya prediabetes sama dengan faktor resiko terjadinya
DM tipe 2. Faktor resiko tersebut dapat dibagi menjadi faktor resiko yang dapat
dirubah ( obesitas, aktivitas fisik, nutrisi) dan yang tidak dapat dirubah ( genetik,
usia, diabetes gestasional). Faktor yang dapat dirubah yang penting adalah obesitas
( terutama perut) dan kurangnya aktivitas fisik.2
1. Faktor genetik
Gen yang berhubungan dengan resiko terjadinya DM, sampai saat ini belum
bias diidentifikasikan secara pasti. Adanya perbedaan yang nyata kejadian DM
antara grup etnik yang berbeda meskipun hidup di lingkungan yang sama
menunjukkan adanya kontribusi gen yang bermakna terjadinya DM. Meskipun
tidak jelas sebabnya, orang-orang dari ras tertentu termasuk Afrika-Amerika,
Hispanik, Indian Amerika, Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik lebih
mungkin untuk menjad prediabetes.2
2. Usia
Prevalensi DM meningkat sesuai dengan bertambahnya usia. Dalam dekade
terakhir ini, usia terjadinya DM semakin muda. Resiko pradiabetes meningkat
seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 45 tahun. Ini mungkin karena
orang cenderung kurang berolahraga, kehilangan massa otot dan menambah
berat badan dengan bertambahnya usia mereka. Namun, orang tua bukanlah
satu-satunya beresiko prediabetes dan diabetes tipe 2. Insiden gangguan ini
juga meningkat di kelompok usia yang lebih muda.2
3. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Ini
meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena
dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.Pada
diabetes gestasional toleransi glukosa biasanya kembali normal setelah
melahirkan akan tetapi wanita tersebut memiliki resiko menderita DM di
kemudian hari. Bila pernah menderita diabetes gestasional saat kehamilan,
maka resiko menderita diabetes akan meningkat. Apabila pernah melahirkan
bayi dengan berat bada lebih dari 9 pound (4,1 Kg), maka ririko DM juga
meningkat
4. Obesitas
Obesitas merupakan faktor resiko yang paling penting. Jaringan lemak lebih
banyak yang dimiliki terutama di dalam dan di antara otot dan kulit di sekitar
perut menyebabkan sel menjadi lebih tahan terhadap insulin. Beberapa studi
jangka panjang menunjukkan bahwa obesitas merupakan prediktor yang kuat
untuk timbulnya DM tipe 2. Lebih lanjut, intevensi yang bertujuan
mengurangi obesitas juga mengurangi insidensi DM tipe 2. Beberapa studi
jangka panjang juga menunjukkan bahwa lingkar pinggang atau rasio pinggang
pinggul yang menunjukkan keadaan lemak visceral ( abdominal), merupakan
indikator yang lebih baik dibandingkan indeks masa tubuh, sebagai faktor
resiko prediabetes. Data tersebut memastikan bahwa distribusi lemak lebih
penting dibanding dengan jumlah total lemak obesitas.
5. Aktivitas Fisik
Berkurangnya intensitas aktivitas fisik memberikan kontribusi yang besar
terhadap peningkatan obesitas. Berbagai studi menunjukan bahwa kurangnya
aktifitas fisik merupakan prediktor bebas terjadinya DM Tipe 2 pada pria
maupun wanita. Semakin sedikit beraktivitas, semakin besar resiko
pradiabetes. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, dengan
beraktivitas maka glukosa digunakan sebagai energi dan membuat sel-sel lebih
sensitif terhadap insulin.2
6. Nutrisi
Kalori total yang tinggi, diit rendah serat, beban glikemik yang tinggi dan rasio
poly unsaturated fatty acid ( PUFA) dibanding lemak jenuh yang rendah,
merupakan faktor resiko terjadinya DM.2.

D. Patogenesis
Regulasi glukosa post prandial tergantung pada stimulasi sekresi insulin
pada sel beta pancreas yang akan mensupresi glukoneogenesis hepar dan menekan
glikogenolisis. Insulin dilepaskan untuk meningkatkan ambilan glukosa di otot dan
jaringan perifer. Kadar glukosa puasa tergantung pada produksi glukosa hepar
(glikogenolisis dan glukoneogenesis), kadar insulin puasa dan sensitivitas insulin.
Dalam keadaan normal insulin bekerja mempertahankan kadar glukosa plasma
supaya selalu dalam batas normal (normoglikemia) saat puasa ataupun post
prandial. Hipoglikemia tidak terjadi saat puasa karena hati memproduksi glukosa
melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis, sebaliknya sesudah makan glukosa
plasma tidak terlalu meningkat karena sel beta pankreas menghasilkan insulin
yang meningkatkan asupan glukosa pada otot dan jaringan adiposa. Perjalanan
menjadi diabetes melitus (pra diabetes) awalnya masih terjadi normoglikemia,
pada tahap lanjut akan terjadi kenaikan kadar glukosa plasma puasa dan post
prandial. Insulin yang disekresikan tidak efektif menghambat glukoneogenesis hati
dan kemampuannya meningkatkan ambilan glukosa di otot dan adiposa berkurang.
Selain itu juga ditandai dengan gangguan respons terhadap fisiologi insulin
terhadap metabolisme glukosa, lipid dan protein serta pengaruh terhadap fungsi
endotel. Glucose transporter 2/GLUT-2 merupakan transporter glukosa yang
terdapat terutama di hepar dan sel beta pancreas yang berespons cepat dalam
menjaga kadar glukosa dalam plasma. Glucose transporter 4/GLUT 4 terdapat
pada otot dan jaringan adiposa yang berperan dalam ambilan glukosa. Gangguan
transpor glukosa inilah yang tejadi pada pasien dengan resistensi
insulin.Peningkatan insulin plasma (hiperinsulinemia) yang terjadi untuk
mengompensasi resistensi insulin yang terjadi akan berefek pada sel beta pankreas
dan akhirnya kelelahan sehingga tidak mampu menormalkan kadar glukosa
menjadi normoglikemia lagi. Beberapa kepustakaan menyebutkan pada tahap pra
diabetes sebenarnya sudah mulai terjadi defek sel beta pankreas hingga 70%. Pada
saat itu kadar glukosa plasma berkisar 100-125 mg/dL disebut sebagai glukosa
darah puasa terganggu (GDPT) dan kadar glukosa plasma setelah pembebanan 75
gram glukosa 140-199 mg/dL disebut sebagat toleransi glukosa terganggu(TGT).4
Peningkatan kadar glukosa plasma pada GDPT dan TGT menduga terdapat
mekanisme yang berbeda dalam patogenesisnya. Glukosa darah puasa terganggu
dan TGT berbeda pada tingkat dan lokasi dominan terjadinya resistensi insulin.
Individu dengan GDPT predominan mempunyai resistensi insulin di hepar tetapi
normal sensitivitas insulin di otot.Sedangkan individu dengan TGT memiliki
sensitivitas insulin hepar yang normal atau sedikit menurun dan resistensi insulin
sedang sampai berat di otot. Pada subjek yang sekaligus mengalami GDPT dan
TGT sudah terjadi resistensi insulin baik pada otot maupun hepar
Setelah puasa 8-10 jam di hati akan terjadi glikogenolisis untuk mencegah
hipoglikemia. Setelah itu insulin fase awal (3-5 menit) pertama akan berespons
mensupresi glikogenolisis supaya mempertahankan darah dalam keadaan
normoglikemia. Proses ini terganggu pada individu yang mengalami GDPT. Hal
ini dapat menjelaskan bagaimana terjadinya peningkatan glukosa darah puasa pada
GDPT. Respons insulin fase lambat (50- 120 menit) setelah post prandial normal
pada GDPT, sehingga glukosa darah 2 jam setelah pembebanan 75 Gram glukosa
oral normal. Respons sekresi insulin fase awal pada TGT juga terganggu dan
setelah 2 jam pemberian glukosa oral sudah terjadi defek berat pada sekresi insulin
fase lambat. Hal ini dapat menerangkan peningkatan glukosa plasma setelah 2 jam
pembebanan glukosa oral tetapi peningkatannya belum bisa dikategorikan sebagai
DM.4

E. Gejala
Seringkali, pradiabetes tidak memiliki tanda-tanda atau gejala. Adanya
suatu area kulit yang gelap, suatu kondisi yang disebuta canthosis nigricans, adalah
salah satu dari beberapa tanda-tanda yang menunjukkan risiko untuk diabetes.
Daerah umum yang mungkin akan terkena meliputi leher, ketiak, siku, lutut, dan
buku-buku jari. Gejala klasik diabetes tipe 2 yang harus dipantau meliputi:
Peningkatan rasa haus, sering buang air kecil, kelelahan dan penglihatan kabur.

F. Diagnosis
Sebuah komite internasional yang terdiri dari para ahli dari American
Diabetes Association, the European Association for the Study of Diabetes dan the
International Diabetes Federation merekomendasikan bahwa test untuk
menegakkan diagnosis pradiabetes meliputi:
1. Hemoglobin A1C atau hemoglobin glikosilasi. A1C adalah  tes yang mengukur
kadar glukosa darah rata-rata seseorang selama 2 sampai 3 bulan terakhir
2. Tes gula darah puasa. Contoh darah akan diambil setelah berpuasa selama
sedikitnya delapan jam atau semalam. Dengan tes ini, gula darah tingkat yang
lebih rendah dari 100 mg / dL - 5,6 mmol / L adalah normal. Sebuah tingkat
gula darah 100-125 mg / dL (5,6-6,9 mmol / L) dianggap pradiabetes. Hal ini
kadang-kadang disebut sebagai glukosa puasa terganggu (GPT). Apabila kadar
gula darah 126 mg / dL (7.0 mmol / L) atau lebih tinggi dapat mengindikasikan
diabetes mellitus.
3. Uji FPG adalah tes pilihan untuk mendiagnosis diabetes karena kenyamanan
dan biaya rendah.
4. Tes toleransi glukosa oral (TTGO).. Tingkat gula darah kurang dari 140 mg /
dL (7,8 mmol / L) adalah normal. Tingkat gula darah 140-199 mg / dL (7,8-
11,0 mmol / L) dianggap pradiabetes. Hal ini kadang-kadang disebut sebagai
toleransi glukosa terganggu (TGT). Apabila nilai gula darah 200 mg / dL
(11,1 mmol / L) atau lebih tinggi dapat mengindikasikan diabetes mellitus.
5. Gestational diabetes juga didiagnosis berdasarkan pada nilai-nilai glukosa
plasma diukur selama OGTT.

G. Pencegahan
Diperlukan langkah pencegahan yang segera untuk menurunkan jumlah
penderita prediabetes, DMT2 dan PKV yang terkait diabetes. 2 Langkah-langkah
pencegahan meliputi:
1. Intervensi gaya hidup
Gaya hidup merupakan pendekatan pengelolaan fundamental yang dapat
mencegah atau menunda berkembangnya prediabetes menjadi diabetes, serta
menurunkan resiko penyakit mikrovaskular dan makrovaskular. Intervensi
gaya hidup memperbaiki semua faktor resiko diabetes dan komponen sindrom
metabolik, obesitas, hipertensi, dislipidemia dan hiperglikemia.
2. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis untuk pencegahan DM biasanya direkomendasikan
sebagai intervensi sekunder yang diberikan setelah atau bersama-sama dengan
intervensi modifikasi gaya hidup.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
3. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas,
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
5. Integritas Ego
Stress, ansietas
6. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
7. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
8. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
9. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
10. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
11. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit. (Marilyn E. 2002).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake makanan yang kurang.
2. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan dieresis osmotic
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya / menurunnya aliran
darah ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
4. Resiko terjadi gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren
pada ekstrimitas.
5. Gangguan pemenuhan mobilitas berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.

C. Intervensi
Diagnosa no. 1
Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Intervensi:
1. Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien
sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2. Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya
hipoglikemia/hiperglikemia.
3. Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien ( berat badan merupakan
salah satu indikasi untuk menentukan diet ).
4. Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang
ditetapkan.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam
jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat
mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.

Diagnosa no. 2
Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan dieresis osmotic.
Tujuan : kebutuhan cairan dapat terpenuhui.
kriteria hasil : 1. Nadi perifer dapat diraba
2. turgor kulit dan pengisian kapiler baik
3. kadar elektrolitdalam batas normal
Intervensi :
1. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal
dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
2. Ukur berat badan setiap hari.
Rasional : memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
3. Pertahankan untuk memberikan cairanpaling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang
dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat diberikan.
Rasional : mempertahankan dehodrasi/volume sirkulasi.
Diagnosa 3
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya/menurunnya aliran darah
ke daerah gangren akibat adanya obstruksi pembuluh darah.
Tujuan : mempertahankan sirkulasi perifer tetap normal.
Kriteria Hasil : – Denyut nadi perifer teraba kuat dan reguler
– Warna kulit sekitar luka tidak pucat/sianosis
– Kulit sekitar luka teraba hangat.
– Oedema tidak terjadi dan luka tidak bertambah parah.
– Sensorik dan motorik membaik
intevensi:
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu
istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan
bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi
oedema.
3. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan
gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah
sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah
secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk
memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.

Diagnosa 4
Resiko terjadi Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
Tujuan : Tercapainya proses penyembuhan luka.
Kriteria hasil : 1.Berkurangnya oedema sekitar luka.
2. pus dan jaringan berkurang
3. Adanya jaringan granulasi.
4. Bau busuk luka berkurang.
intervensi:
1. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.
Rasional : Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan
membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2. Rawat luka dengan baik dan benar : membersihkan luka secara abseptik
menggunakan larutan yang tidak iritatif, angkat sisa balutan yang menempel pada
luka dan nekrotomi jaringan yang mati.
Rasional : merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga kontaminasi luka
dan larutan yang iritatif akan merusak jaringan granulasi tyang timbul, sisa balutan
jaringan nekrosis dapat menghambat proses granulasi.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin, pemeriksaan kultur pus
pemeriksaan gula darah pemberian anti biotik.
Rasional : insulin akan menurunkan kadar gula darah, pemeriksaan kultur pus untuk
mengetahui jenis kuman dan anti biotik yang tepat untuk pengobatan, pemeriksaan
kadar gula darahuntuk mengetahui perkembangan penyakit.

Diagnosa 5
Gangguan pemenuhan mobilitas berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
Tujuan : Pasien dapat mencapai tingkat kemampuan aktivitas yang optimal.
Kriteria Hasil : 1. Pergerakan paien bertambah luas
2. Pasien dapat melaksanakan aktivitas sesuai dengan kemampuan ( duduk, berdiri,
berjalan ).
3. Rasa nyeri berkurang.
4. Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri secara bertahap sesuai dengan
kemampuan.
intervensi:
1. Kaji dan identifikasi tingkat kekuatan otot pada kaki pasien.
Rasional : Untuk mengetahui derajat kekuatan otot-otot kaki pasien.
2. Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan aktivitas untuk menjaga kadar gula
darah dalam keadaan normal.
Rasional : Pasien mengerti pentingnya aktivitas sehingga dapat kooperatif dalam
tindakan keperawatan.
3. Anjurkan pasien untuk menggerakkan/mengangkat ekstrimitas bawah sesui
kemampuan.
Rasional : Untuk melatih otot – otot kaki sehingg berfungsi dengan baik.
4. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan pasien tetap dapat terpenuhi.
5. Kerja sama dengan tim kesehatan lain : dokter ( pemberian analgesik ) dan tenaga
fisioterapi.
Rasional : Analgesik dapat membantu mengurangi rasa nyeri, fisioterapi untuk
melatih pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan benar.

D. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan
interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah
selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah
dilakukan dan bagaimana respon pasien.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

DAFTAR PUSTAKA

Nugroho H. Screening for IGT Clinical Practice. ( serial online ) 2011 (Diakses 2
Maret 2013); Diunduh dari URL: http://ipd. undip. ac.id/publikasi/pustaka/13-endokrin-
metabolik/108-screening-for-igt-clinical-practice

Meddy Setiawan.. Prediabetes dan Peran HBA1C dalam Skrining dan Diagnosis Awal
Diabetes Mellitus. Vol 17. Staf pengajar fakultas kedokteran universitas Muhammadiyah
Malang. 2011

Tjokroprawiro A. Diabetes Mellitus-Capita Selecta In Daily Clinical Practice. (serial


online) 2011 (Diakses 2 Maret 2013 ); Diunduh dari URL:
http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_diabetes%20mellitus-capita%20selecta%20in
%20daily%20clinical%20practice_39_1716

Nasrul E, Sofitri. Hiperurisemia pada Pra Diabetes. Jurnal Kesehatan Andalas. 2012.
Bagian Patologi Klinik FK Unand

National Diabetes Information Clearinghouse (NDIC). Diagnosis of Diabetes and


Prediabetes. (serial online) 2012 (Diakses 2 Maret 2013); Diunduh dari URl:
http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/diagnosis/
Suyono Slamet. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi ke IV. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.Jakarta: FKUI:2006 .Hal 1854

***Selamat Mengerjakan & Semoga Sukses***

Anda mungkin juga menyukai