NIM : PO.62.20.1.16.129
Prodi : DIV Keperawatan Reguler 3
Mata Kuliah : Keperawatan Kegawatdaruratan
1. Kalimat kunci :
Nyeri terutama di bagian perut kanan atas
Di tusuk benda tajam 2 kali di bagian perut kanan atas dan sekali di punggung kiri
Keadaan umum: Keadaan sadar (compos mentis), merasa lemas, TTV: Nadi 13x
permenit, Tekanan nadi kecil, Respiration :32x , Tekanan darah: 80/40 mmhz,dan
Suhu 36,5.
Jawaban : b. Trauma tumpul abdomen
Pembahasan :
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan/ benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat
(hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh–
pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen,
Sumber : Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2000
2. Kalimat kunci :
Nyeri terutama di bagian perut kanan atas
Di tusuk benda tajam 2 kali di bagian perut kanan atas dan sekali di punggung kiri
Keadaan umum: Keadaan sadar (compos mentis), merasa lemas, TTV: Nadi 13x
permenit, Tekanan nadi kecil, Respiration :32x , Tekanan darah: 80/40 mmhz,dan
Suhu 36,5.
Jawaban : d. Palpasi adanya nyeri
Pembahasan :
Jika terjadi trauma penetrasi atau non penetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra
abdomen yang serius, pasien akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang disertai
penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik syok hemoragik. Bila
suatu organ viseral mengalami perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi
peritoneum cepat tampak. Tanda-tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri
tekan, nyeri spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi
peritonitis umum.
Sumber : Mansjoer,Arif.(2001).Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius.
FKUI:Jakarta)
3. Kalimat kunci :
Nyeri terutama di bagian perut kanan atas
Di tusuk benda tajam 2 kali di bagian perut kanan atas dan sekali di punggung kiri
Keadaan umum: Keadaan sadar (compos mentis), merasa lemas, TTV: Nadi 13x
permenit, Tekanan nadi kecil, Respiration :32x , Tekanan darah: 80/40 mmhz,dan
Suhu 36,5.
Jawaban : d. rontgen
Pembahasan :
Pemeriksaan thoraks berfungsi untuk melihat adanya trauma pada rongga thorak.
Pemeriksaan darah rutin. Pemeriksaan Hb dan hematokrit diperlukan untuk base line
data bila terjadi pendarahan terus-menerus. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000 per/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukan adanya perdarahan cukup
banyak kemungkinan rupture lienalis. Serum amylase yang meninggi menunjukan
kemungkinan adanya trauma pancreas atau perforasi usu halus. Kenaikan
transaminase menunjukan kemungkinan trauma padahepar.
Pain Abdomen foto tegak. Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum,
udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran
usus.
Sumber : Suddarth&Brunner.(2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC).
4. Kalimat kunci :
Perdarahan hebat karena trauma abdomen.
Keadaan umum: Pasien gelisah, kesadaran menurun, tampak keringat dingin, kedua
ekstremitas teraba dingin
TTV: TD= 100/60 mmHg, Nadi = 140x/mnt, Nadi teraba lemah, Resp = 26x/mnt,
Suhu = 36oC.
Jawaban : e. Pasang iv line dan berikan cairan
Pembahasan : Sesuai dengan teori Tujuan terapi Intravena (iv) menurut Perry &Potter,
terapi iv digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak
sadar, dehidrasi atau syok, memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori yang tidak dapat di
pertahankan secara adekuat melalui oral, memperbaiki keseimbangan asam basa,
memperbaiki volume komponen-komponen darah, memberikan jalan masuk untuk
pemberian obat-obatan kedalam tubuh, memonitor tekanan vena sentral (CVP),
memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami gangguan.
Sumber : Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2006). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC)
5. Kalimat kunci :
Kejadian kecelakaan massal.
Sebanyak 12 pasien tampak histeris dan berjalan mondar-mandir disekitar lokasi
12 orang pasien terduduk mengerang kesakitan
6 orang pasien terlihat diam telentang tidak bernafas.
Jawaban : e. Arahkan pasien yang bisa berjalan ke tempat yang aman
Pembahasan :
Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaan adalah untuk mencegah terjadinya
kecelakaan ulang yang akan memperberat kondisi korban. Keuntungannya adalah penolong
dapat memberikan pertolongan dengan tenang dan dapat lebih mengkonsetrasikan
perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila dilakukan tergesa-gesa
adalah dapat membahayakan atau memperparah kondisi korban
Sumber : https://wandasaputra93.wordpress.com/2014/01/19/158
6. Kalimat kunci :
Memberikan dopamin infus pada klien dengan syok.
Dosis yang diminta adalah 10 mcg/kg/menit.
Berat badan klien adalah 50 kg.
Anda memiliki 1 ampul dopamin berisi 5 mL (1 mL= 40 mg dopamin).
H 200.000mcg
(1) Konsentrasi obat = = = 4000mcg/cc
V 50cc
7,5 ml/jam
7,5 ml/jam
(3) = 0,125ml/menit
60 menit
7. Kalimat kunci :
Kesadaran pasien compos mentis
TD 110/70 mmHg
Frekuensi nafas 20x/mnt
Tampak sesak dan dalam.
Saturasi oksigen saat itu adalah 90%.
Order kepada anda untuk memberikan bantuan oksigen pada pasien tersebut.
Jawaban :
Pembahasan :
Nilai normal SaO2 > 95%. Hipoksia adalah penurunan sejumlah oksigen yang terdapat
dalam jaringan tanpa memperhatikan penyebab dan lokasi. Hipoksemia dibedakan
menjadiringan sedang dan berat berdasarkan nilai PaO2 dan SaO2. hipoksemia ringan
dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmHg dan SaO2 90-94%, hipoksemia sedang
PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-89% dan hipoksemia berat bila PaO2 kurang dari 40
mmHg dan SaO2kurang dari 75%.
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 –
12 liter/mntdimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
1. 6 : 55 – 60
2. 8 : 60 – 80
3. 10 : 80 – 90
4. 12 – 15 : 90
Sumber : http://nursingbegin.com/terapi-oksigen/
Brunner&Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia,
vol. 8, Jakarta, 2001
8. Kalimat kunci :
Diagnosa stroke.
Keadaan umum: Kesadaran somnolen, TD 110/60 mmHg, nadi 98x/mnt
Terpasang mayo, IV line dan kateter.
Ternyata pasien terlihat tidak bernafas.
Jawaban : a. Cek nadi
Pembahasan :
Pengecekan nadi korban dilakukan untuk memastikan apakah jantung korban masih
berdenyut atau tidak. Pada orang dewasa pengecekan nadi dilakukan pada nadi leher
(karotis) dengan menggunakan 2 jari. Caranya letakan 2 jari tangan pada jakun (tiroid)
kemudian tarik ke arah samping sampai terasa ada lekukan rasakan apakah teraba atau
tidak denyut nadi korban. Pada bayi pengecekan nadi dilakukan pada lengan atas bagian
dalam. Dengan menggunakan 2 jari rasakan ada tidaknya denyut nadi pada lengan atas
bagian dalam korban (nadi brakialis). Jika nadi tidak teraba berarti pasien mengalami
henti jantung, maka segera lakukan penekanan / kompresi pada dada korban. Jika nadi
teraba berarti jantung masih berdenyut maka lanjutkan dengan membukan jalan napas
dan pemeriksanaan napas.
Sumber : https://www.scribd.com/document/99078481/RESUSITASI-JANTUNG-
PARU
9. Kalimat kunci :
Kelemahan pada sisi kiri tubuh sejak semalam.
Kelumpuhan nervus VII, X, XII, B
Bicara pelo
Tersedak saat screening dysphagia sehingga dilakukan pemasangan NGT
CT scan: infark lobus parietal dextra.
Jawaban : d. Risiko aspirasi
Pembahasan :
Aspirasi. Dapat dianalisa dari kasus tersebut bahwa pasien mengalami stroke yang
mengakibatkan kelemahan pada sisi kiri tubuhnya. Kemudian pasien mengalami
kelumpuhan dan penurunan beberapa fungsi normal tubuh, seperti kelumpuhan nervus
VII ( mengatur ekspresi, indra perasa pada kulit wajah ), nervus X ( mengatur fungsi
berbicara dan menelan ), nervus XII (mengatur otot-otot lidah ), pasien juga berbicara
pelo, tersedak saat screening dysphagia sehingga dilakukan pemasangan NGT, CT scan :
infark lobus parental dextra.
Screening dysphagia dilakukan untuk menentukan tingkat keparahan disfagia dan
mengurangi risiko aspirasi seminimal mungkin, serta untuk menentukan diet yang sesuai
bagi pasien. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk menelan makanan /
minuman semipadat. Hasil screening dysphagia positif, jika pasien tidak mampu
menelan. Sedangkan dalam kasus di atas pasien tersedak saat screening dysphagia,
sehingga dilakukan pemasangan NGT.
Faktor risiko (Risiko Aspirasi) yang terdapat dalam kasus di atas yaitu :
1. pemberian makan melalui selang / NGT.
2. penurunan refleks muntah dan/ atau batuk.
3. gangguan menelan.
4. disfagia
Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
https://www.slideshare.net/mobile/vitakusuma/skrining-disfagia-untuk-
pasien-stroke-akut-pemeriksaan-gugging-swallowing-screen-guss