MUHAMMAD AL KADRIE
Disusun Oleh
Kelompok 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada
lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan
atau pengobatan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat
mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya
hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat
menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi
kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat dirumah sakit.
Hospitalisasi pada anak akan memberikan dampak negatif seperti trauma,
cemas dan ketakutan.
Menurut Landreth (2001) di dalam Fatmawati Dkk (2016),
mendefinisikan terapi bermain sebagai hubungan interpesrsonal yang
dinamis antara anak dengan terapis yang terlatih dalam prosedur terapi
bermain yang menyediakan materi permainan yang dipilih dan
memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk
sepenuh nya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran,
pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain. International
Association for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi bermain yang
berpusat di Amerika, dalam situsnya di internet mendefinisikan terapi
bermain sebagai penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk
memantapkan proses interpersonal dimana terapis bermain menggunakan
kekuatan terapeutik permainan untuk membantu klien mencegah atau
menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal. Beberapa definisi terapi bermain
tersebut mengarah pada beberapa hal penting, yaitu: (a) tipe dan jumlah
permainan yang digunakan. (b) konteks permainan. (c) partisipan yang
terlibat. (d) urutan permainan. (e) ruang yang digunakan. (f) gaya bermain)
(g) tingkat usaha yang dicurahkan dalam permainan.
Melihat pentingnya bermain bagi seorang anak terutama anak yang
mengalami hospitalisasi, maka kami akan mengadakan terapi bermain
dengan sasaran usia sekolah (>4 tahun sampai 10 tahun) yang berada di
ruang rawat inap anak RS Kota Pontianak . kami berharap dengan
diadakannya terapi bermain ini, anak yang dirawat tetap dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai tahap tumbuh kembangnya
B. Tujuan Proposal
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain
dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
a. meningkatkan volume cairan di dalam tubuh anak.
b. merangsang kemauan anak untuk mengkonsumsi minuman yang
dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.
c. gerakan motorik halusnya lebih terarah.
d. mengembangkan kognitifnya.
e. mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh anak.
f. mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman yang
dirawat di ruang yang sama.
g. mampu mengurangi kejenuhan selama dirawat di RS.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang
ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan
anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan
mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak
dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat.
Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu
mengenali tingkat perkembangan anak.
Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit Wahidin Sudirohusodo
Makassar diruangan Lontara 4 Atas Depan didapatkan jumlah anak
usia toddler (1-4 tahun) sebanyak 10 orang anak. Anak-anak dapat
memainkan sesuatu dengan tangannya yaitu dengan bongkar pasang yang
bisa melatih kecerdasan otak anak dan berpikir secara logis untuk
menyelesaikan gambar yang bisa menjadi sesuatu yang menarik seperi
binatang atau orang
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil
warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif
sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya
kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi
kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada
anak usia toddler dengan cara mewarnai gambar
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kreativitas pada anak
b. Mengembangkan imajinasi pada anak
c. Anak dapat lebih mengenali warna
d. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
e. Beradaptasi dengan lingkungan
f. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4. Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
a. Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan, Dll.
c. Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temanny
d. Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.
Contohnya:
a. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b. Mendengarkan cerita atau musik
c. Menonton televisi
KEGIATAN BERMAIN
A. Rancangan Bermain
Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini adalah
“menggambar dan bermain origami” kegiatan ini terdiri 2 sesi yaitu : pada
sesi pertama dengan mengajak anak untuk bermain melipat kertas dengan
bebas dengan arahan dari fasilitator. Lalu pada sesi kedua, anak di ajak
untuk menggambar buku gambar yang sudah di sediakan, kemudian hasil
kreasi yang telah di gambar dan lipatan origami disimpan oleh klien.
B. Media Dan Alat
1. Kertas origami
2. Kertas gambar
3. krayon
C. Sasaran
1. Kelompok usia 3 – 6 tahun (pre school)
2. Kriteria anak :
a. Anak usia 3 – 6 tahun (pre school)
b. Anak yang tidak m
D. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Sabtu, 23 September 2023
2. Waktu : Pukul 13.00 – Selesai
3. Tempat : Ruang rawat inap anak RS Kota Pontianak
Waktu yang di pilih untuk memberikan permainan pada anak, yaitu
pada saat anak tersebut sedang santai, atau tidak pada waktu makan
dan tidur, misalnya pada pagi hari sekital pukul 10.00 atau pada sore
hari sekitar pukul 15.00. durasi atau lamanya bermain adalah sekitas
40 menit untuk menghindari anak merasa bosan dengan permainan
tersebut.
E. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Arya
Leader : Agung
Co leader : Anton
Fasilitator : Azril, Athifah, Adia, Yuni
F. Pembagian Tugas
1. Leader
a. Mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan
cara memberi motivasi kepada kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
2. Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang di gunakan leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau
kelompok yang akan datang
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari
luar maupun dari dalam kelompok
G. Susunan Kegiatan
H. Evaluasi
1. Evaluasi struktu yang di harapkan
a. Alat yang di gunakan lengkap
b. Kegiatan yang di rencanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang di harapkan
a. Terapi dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapu bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi hasil yang di harapkan
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan
satu origami.
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
I. Hambatan
Hambatan yang mungkin di temui dalam permainan ini, antara lain:
1. anak tidak mau bermain karna sakit yang dia rasakan
2. anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orang tua nya
3. anak merasa bosan dengan permainan yang di berikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak
yangmencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social
anak tersebut,tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau
memberikan informasi, memberikesenangan maupun mengembangkan
imajinasi anak, dimana dalam bermain anak akan menemukan kekuatan
serta kelemahannya sendiri, minatnya, serta caramenyelesaikan tugas-
tugas dalam bermain. Bermain bagi anak adalah suatu kebutuhan
selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di
rumahsangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak
hospitalisasi yang diasakanoleh anak. :engan bermain, anak tetap dapat
melanjutkan tumbuh kembangnya tanpaterhambat oleh adanya dampak
hospitalisasi tersebut.
B. Saran
1. Orang tua
sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi
anak agar anak dapat tumbuh dengan optimal. pemilihan permainan
yang tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat
dari permainan tersebut. faktor keamanan dari permainan yang dipilih
juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah sakit
sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi
dengan menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. karena dengan terapi bermain yang tepat, maka
anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun
dirumah sakit.