Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK MEWARNAI & ORIGAMI

DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT SULTAN SYARIF

MUHAMMAD AL KADRIE

Disusun Oleh

Kelompok 1

1. ADE YUNI LESTARI


2. ADIA RANITA
3. ADITYA ARYA PUTRA
4. AGUNG PRAMANA PUTRA
5. ANTONIUS RONI
6. ATHIFAH
7. AZRIL KURNIA FIRMANSYAH

PROGRAM STUDI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KALIMANTAN BARAT
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada
lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan
atau pengobatan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat
mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya
hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat
menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi
kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat dirumah sakit.
Hospitalisasi pada anak akan memberikan dampak negatif seperti trauma,
cemas dan ketakutan.
Menurut Landreth (2001) di dalam Fatmawati Dkk (2016),
mendefinisikan terapi bermain sebagai hubungan interpesrsonal yang
dinamis antara anak dengan terapis yang terlatih dalam prosedur terapi
bermain yang menyediakan materi permainan yang dipilih dan
memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman bagi anak untuk
sepenuh nya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan, pikiran,
pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain. International
Association for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi bermain yang
berpusat di Amerika, dalam situsnya di internet mendefinisikan terapi
bermain sebagai penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk
memantapkan proses interpersonal dimana terapis bermain menggunakan
kekuatan terapeutik permainan untuk membantu klien mencegah atau
menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan
dan perkembangan yang optimal. Beberapa definisi terapi bermain
tersebut mengarah pada beberapa hal penting, yaitu: (a) tipe dan jumlah
permainan yang digunakan. (b) konteks permainan. (c) partisipan yang
terlibat. (d) urutan permainan. (e) ruang yang digunakan. (f) gaya bermain)
(g) tingkat usaha yang dicurahkan dalam permainan.
Melihat pentingnya bermain bagi seorang anak terutama anak yang
mengalami hospitalisasi, maka kami akan mengadakan terapi bermain
dengan sasaran usia sekolah (>4 tahun sampai 10 tahun) yang berada di
ruang rawat inap anak RS Kota Pontianak . kami berharap dengan
diadakannya terapi bermain ini, anak yang dirawat tetap dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal sesuai tahap tumbuh kembangnya

B. Tujuan Proposal
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain
dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
a. meningkatkan volume cairan di dalam tubuh anak.
b. merangsang kemauan anak untuk mengkonsumsi minuman yang
dapat membantu mempercepat proses penyembuhan.
c. gerakan motorik halusnya lebih terarah.
d. mengembangkan kognitifnya.
e. mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh anak.
f. mampu bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman yang
dirawat di ruang yang sama.
g. mampu mengurangi kejenuhan selama dirawat di RS.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan
anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit,
aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan
kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami
berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang
ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak
akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan
anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga
terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan
mewarnai gambar menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak
dan dapat menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat.
Mewarnai gambar dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu
mengenali tingkat perkembangan anak.
Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit Wahidin Sudirohusodo
Makassar diruangan Lontara 4 Atas Depan didapatkan jumlah anak
usia toddler (1-4 tahun) sebanyak 10 orang anak. Anak-anak dapat
memainkan sesuatu dengan tangannya yaitu dengan bongkar pasang yang
bisa melatih kecerdasan otak anak dan berpikir secara logis untuk
menyelesaikan gambar yang bisa menjadi sesuatu yang menarik seperi
binatang atau orang
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak bermain
dengan sesuatu yang menggunakan alat mewarnai seperti crayon atau pensil
warna akan membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif
sehingga merangsang motorik halusnya. Oleh karena sangat pentingnya
kegiatan bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi
kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain pada
anak usia toddler dengan cara mewarnai gambar

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kreativitas pada anak
b. Mengembangkan imajinasi pada anak
c. Anak dapat lebih mengenali warna
d. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
e. Beradaptasi dengan lingkungan
f. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Terapi Bermain


1. Pengertian Bermain Mewarnai
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,
menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa.
(aziz alimul, 2009)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa
mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi,
memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani
Sudono, 2000).
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai
gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah
bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif
untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada
anak.

2. Manfaat Bermain Mewarnai

1. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan sangat


terapeutik (sebagai permainan penyembuh/”therapeutic play”)
2. Dengan bereksplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan motorik
halus
3. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena
menggunakan media kertas gambar dan crayon
4. Anak dapat mengeskpresikan perasaannya atau memberikan pada anak
suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata
5. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena proses
hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya tidak
akurat dan negative
6. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk
meningkatkan ekspresi emosinal anak, termasuk pelepasan yang aman dari
rasa marah dan benci
7. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan metode
penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama dirawat di
rumah sakit.

3. Fungsi Bermain Mewarnai


Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai
terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif
sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan
yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-
motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang
banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun
halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada
saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah.
Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan
anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya
semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti
ini akan semakin terlatih kemampuan intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak
untuk mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah
dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak
belajar berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan
belajar tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi
terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak
usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk
meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji
kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui
dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak
mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan
belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam
hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika,
terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama
dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan
bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan
mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab
atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan
teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk
bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya.
Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan
prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan
nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu,
penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan
aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau
benar/salah.

4. Katagori Bermain
Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain
aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
1. Bermain aktif
a. Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-
ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-
kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan, Dll.
c. Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temanny
d. Bermain bola, tali, dan sebagainya
2. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.
Contohnya:
a. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b. Mendengarkan cerita atau musik
c. Menonton televisi

5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan


1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak
ingin bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau
sedikit.
6. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia
1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),
balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk
dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah ;
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal
dan membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
f. Bola.
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,
dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.

7. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai dan Origami Terhadap


Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah
Menurut penelitian Arifin et al (2018) terapi mewarnai gambar
sendiri merupakan salah satu permaianan yang sesuai dengan perinsip rumah
sakit dimana secara psikologis permaianan ini dapat membantu
mengekspresikan perasaan pikiran cemas, takut, sedih, tertekan dan emosi.
Selian itu pada usia prasekolah (3-6 tahun) tumbuh kembang anak berada
dalam masa bermain dimana setiap waktu anak diisi dengan bermain, oleh
karena itu terapi bermain sangat efektif diberikan pada usia ini karena sesuai
dengan tingkatan usia anak. Mewarnai gambar memberikan dampak
yang positif pada anak, dimana kegiatan mewarnai gambar dapat
memberikan efek rileks pada responden karena aktivitasnya yang
mengasikkan dimana anak mengenali gambar dan memilih warna yang yang
cocok untuk diberikan pada gambar tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan hasil bahwa terapi mewarnai gambar lebih efektif dalam
menurunkan kecemasan hospitalisasi pada usia prasekolah.

Menurut Suryanti et al (2012) pada saat dirawat di rumah sakit, anak


akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan,
seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk
itu dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan
stress yang dialaminya karena dengan melukukan per- mainan, anak akan
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan. Terapi bermain
(mewarnai dan origami) dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia
prasekolah, dari tingkat kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan
ringan. Hasil penelitian menunjukkan terapi bermain (mewarnai dan
origami) dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia pra- sekolah
terhadap hospitalisasi.

B. Konsep Perkembangan Anak


1. Pengertian Anak Usia Prasekolah
Usia prasekolah adalah usia anak dengan rentang tiga hingga enam
tahun (Potter Dan Perry, 2009). Usia 3-6 tahun merupakan periode
sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu
fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat
perkembangannya.
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun dimana
anak mengalami masa yang sangat penting sebagai pondasi atau dasar
untuk perkembangan masa depannya (Wong, 2008). Tahap ini anak
memerlukan pendidikan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta
bersifat positif dan kreatif. Pendidikan sikap, pengetahuan, keterampilan
dan daya cipta yang bersifat positif dan kreatif akan membentuk perilaku
yang lebih baik bagi anak. Anak usia prasekolah memiliki intelegensi
laten yang luar biasa, anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa serta
kemampuan menyerap pengetahuan yang tinggi.

2. Ciri-ciri Anak Usia Pra Sekolah


Ciri-ciri anak usia prasekolah menurut Patmonodewo (2003),
Hurlock (2007) dan Wong (2008) mencakup aspek fisik (motorik), sosial
dan kognitif. Keberhasilan tugas perkembangan anak prasekolah sangat
penting untuk memperhalus tugas-tugas yang telah mereka kuasai selama
masa toddler.
a. Aspek fisik (motorik).
Perkembangan motorik ini merupakan perkembangan daerah sensori
dan motorik pada korteks yang memungkinkan koordinasi lebih
baik antara apa yang diinginkan oleh anak dan apa yang
dilakukannya, seperti mengancingkan baju dan melukis gambar
yang melibatkan koordinasi mata, tangan dan otot kecil.
Perkembangan ini merupakan bentuk keterampilan motorik halus.
Keterampilan ini memberikan kesiapan anak agar dapat belajar dan
mandiri untuk memasuki usia sekolah (Wong, 2008). Motorik anak
usia prasekolah mampu memanipulasi objek kecil, menggunakan
balok-balok dalam berbagai ukuran dan bentuk. Anak usia prasekolah
melakukan gerakan dasar seperti berlari, berjalan, memanjat dan
melompat (Hurlock, 2007).
b. Aspek sosial
Aspek sosial anak usia prasekolah mampu menjalani hubungan sosial
dengan orang-orang yang ada diluar rumah, sehingga anak
mempunyai minat yang lebih untuk bermain dengan teman sebaya,
orang-orang dewasa yang ada disekitarnya dan saudara kandung
didalam keluarganya (Hurlock, 2007). Umumnya pada tahapan ini
anak memiliki satu atau dua sahabat, akan tetapi sahabat ini biasanya
cepat berganti. Mereka umumnya sangat cepat menyesuaikan diri
secara sosial. Sahabat yang dipilih biasanya yang memiliki jenis
kelamin yang sama yang nantinya berkembang pada sahabat yang
berjenis kelamin berbeda. Anak yang lebih muda seringkali bermain
bersebelahan dengan anak yang lebih besar (Patmonodewo, 2003).
Anak prasekolah dapat berhubungan dengan orang yang tidak
dikenal dengan mudah dan dapat mentoleransi perpisahan singkat
dari orangtua dengan sedikit atau tanpa protes. Tahap ini anak
mampu melewati banyak ketakutan, fantasi, dan kecemasan yang
tidak terselesaikan melalui permainan (Wong, 2008)
c. Aspek kognitif.
Usia prasekolah umumnya telah mampu berbahasa, sebagian dari
mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya. Anak usia
prasekolah harus dilatih untuk dapat menjadi pendengar yang baik
(Patmonodewo, 2003). Anak usia prasekolah berasumsi bahwa setiap
orang berpikir seperti yang mereka pikirkan dan penjelasan singkat
mengenai pikiran mereka dipahami orang lain. Anak usia prasekolah
lebih banyak menggunakan bahasa tanpa memahami makna dari kata-
kata tersebut, terutama konsep kanan kiri, sebab akibat, dan waktu
(Wong, 2008).
3. Aspek Perkembangan Anak
Perkembangan anak usia prasekolah terdiri dari perkembangan
motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial. Aspek
perkembangan yang perlu dibina dalam menghadapi masa depan anak
terdiri dari perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan
personal sosial. Keterlambatan pada aspek-aspek ini sangat berpengaruh
pada anak ketika menginjak pada tahap perkembangan berikutnya
(Wong, 2008).
a. Perkembangan motorik kasar
Motorik kasar merupakan gerakan yang mungkin dilakukan oleh
seluruh tubuh yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan
biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang
lebih besar (Wong, 2000 dalam Hidayat, 2008). Perkembangan
motorik kasar meliputi kemampuan anak untuk duduk, berlari dan
melompat. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh
digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh.
Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan
dalam diri anak. Laju perkembangan anak yang satu dengan yang
lainnya kemungkinan akan berbeda dikarenakan proses kematangan
setiap anak yang berbeda (Hidayat, 2008). Perkembangan motorik
kasar anak usia prasekolah adalah sebagai berikut :

1) usia 3-4 tahun anak dapat mengendarai sepeda roda tiga,


melompat dari anak tangga terbawah, berdiri pada satu kaki
untuk beberapa detik, menaiki tangga dengan kaki bergantian
dan menggunakan dua kaki tiap 19 tingkat untuk turun,
melompat jauh, mencoba berdansa tetapi keseimbangan
mungkin tidak adekuat.
2) usia 4-5 tahun anak dapat melompat tali dan melompat pada satu
kaki, menangkap bola dengan tepat, melempar bola dari atas
kepala, berjalan menuruni tangga dengan kaki bergantian.
3) usia 5-6 tahun anak dapat meloncat dan melompat pada kaki
bergantian, melempar dan menangkap bola dengan baik, lompat
tali, berjalan mundur dengan tumit dan kaki, bermain papan
luncur dengan keseimbangan yang baik (Wong, 2008).
b. Perkembangan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus adalah perkembangan gerakan anak
yang menggunakan otot-otot kecil atau hanya sebagian anggota
tubuh tertentu. perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh
kesempatan anak untuk belajar dan berlatih (Hidayati, 2010).
Perkembangan motorik halus meliputi anak mulai memiliki
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau
tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar
orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda,
melambaikan tangan dan sebagainya (Wong, 2000 dalam Hidayat,
2008). Perkembangan motorik halus anak usia prasekolah adalah
sebagai berikut:
1) Usia 3-4 tahun anak mampu membangun menara dari 9-10
kubus, membangun jembatan dengan tiga kubus, secara benar
memasukkan biji bijian dalam botol berleher sempit,
menggambar, meniru lingkaran, menyebutkan apa yang telah
digambarkan, tidak dapat menggambar gambar tongkat tetapi
dapat membuat lingkaran dengan gambaran wajah.
2) Usia 4-5 tahun anak mampu menggunting gambar dengan
mengikuti garis, dapat mengikat tali sepatu tetapi tidak mampu
membuat simpul, dapat menggambar, menyalin bentuk
lingkaran, menjiplak garis silang.
3) Usia 5-6 tahun anak mampu mengikat tali sepatu, menggunakan
gunting dan peralatan sederhana seperti pensil, meniru gambar
permata dan segitiga, mencetak beberapa huruf, angka atau
kata seperti nama panggilan (Wong, 2008).
c. Bahasa
Bahasa terus berkembang selama periode prasekolah. Berbicara
terutama masih menjadi pembawa komunikasi egosentris. Anak
prasekolah semakin banyak menggunakan bahasa tanpa memahami
makna dari kata-kata tersebut terutama konsep kanan dan kiri,
sebab-akibat, dan waktu. Anak bisa menggunakan konsep secara
benar tetapi hanya dalam keadaan yang telah mereka pelajari.
Misalnya mereka bisa mengetahui bagaimana memakai sepatu
dengan mengingat bahwa kaitan sepatu selalu berada dibagian
luar kaki, namun jika memakai sepatu lain yang tidak memiliki
kaitan, mereka tidak tahu lagi sepatu mana yang cocok untuk
kakinya (Wong, 2008). Perkembangan bahasa anak usia prasekolah
adalah sebagai berikut:
1) Usia 3-4 tahun anak sudah dapat menggunakan kalimat
lengkap dari 3 sampai 4 kata, berbicara tanpa henti tanpa
peduli apakah seseorang memperhatikannya, mengulang kalimat
lebih dari 6 suku kata, mengajukan banyak pertanyaan.
2) Usia 4-5 tahun anak mampu menggunakan kalimat dari empat
sampai lima kata, menceritakan cerita yang dilebih-lebihkan,
mengetahui lagu sederhana, menyebutkan satu atau lebih
warna.
3) Usia 5-6 tahun anak mampu menggunakan kalimat dengan
enam sampai delapan kata, menyebutkan empat atau lebih
warna, menggambarkan gambar lukisan dengan banyak
komentar dan menyebutkan satu per satu, mengetahui nama-
nama hari dalam seminggu, bulan, dan kata yang
berhubungan dengan waktu lainnya, dapat mengikuti tiga
perintah sekaligus (Wong, 2008).
d. Personal Sosial
Perkembangan personal sosial anak usia prasekolah sudah tampak
jelas karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman
sebaya. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim
sosio psikologis keluarganya, apabila di lingkungan keluarga
tercipta suasana yang harmonis, saling memperhatikan, saling
membantu, maka anak akan memiliki kemampuan atau
penyesuaian sosial dalam hubungan dengan orang lain. Anak
tinggal dan diasuh oleh orang tua dan sebagian besar tumbuh
bersama dengan setidaknya satu saudara kandung dalam
lingkungan keluarga. Hubungan tersebut akan memberikan interaksi
antar individu yang akan terjadi hubungan saling berbagi
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, serta perasaan
mengenai satu sama lain dari waktu ke waktu yang akan
berpengaruh juga terhadap perkembangan anak (Supartini, 2004).
1) Usia 3-4 tahun anak mengalami peningkatan rentang perhatian,
makan sendiri, dapat menyiapkan makanan sederhana, dapat
membantu mengatur meja dan dapat mengeringkan piring tanpa
pecah, merasa takut khususnya pada kegelapan, mengetahui
jenis kelamin sendiri dan jenis kelamin orang lain.
2) Usia 4-5 tahun anak sangat mandiri, cenderung untuk keras
kepala dan tidak sabar, agresif secara fisik serta verbal,
mendapat kebanggaan dalam pencapaian, menceritakan cerita
keluarga pada orang lain tanpa batasan, masih mempunyai
banyak rasa takut
3) Usia 5-6 tahun anak lebih tenang dan berhasrat untuk
menyelesaikan urusan, mandiri tapi tidak dapat dipercaya,
mengalami sedikit rasa takut dan mengandalkan otoritas,
berhasrat untuk melakukan sesuatu dengan benar dan mudah,
menunjukkan sikap lebih baik, memperhatikan diri sendiri,
tidak siap untuk berkonsentrasi pada pekerjaan-pekerjaan
yang rumit (Wong, 2008).
BAB III

KEGIATAN BERMAIN

A. Rancangan Bermain
Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat kali ini adalah
“menggambar dan bermain origami” kegiatan ini terdiri 2 sesi yaitu : pada
sesi pertama dengan mengajak anak untuk bermain melipat kertas dengan
bebas dengan arahan dari fasilitator. Lalu pada sesi kedua, anak di ajak
untuk menggambar buku gambar yang sudah di sediakan, kemudian hasil
kreasi yang telah di gambar dan lipatan origami disimpan oleh klien.
B. Media Dan Alat
1. Kertas origami
2. Kertas gambar
3. krayon
C. Sasaran
1. Kelompok usia 3 – 6 tahun (pre school)
2. Kriteria anak :
a. Anak usia 3 – 6 tahun (pre school)
b. Anak yang tidak m
D. Waktu Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Sabtu, 23 September 2023
2. Waktu : Pukul 13.00 – Selesai
3. Tempat : Ruang rawat inap anak RS Kota Pontianak
Waktu yang di pilih untuk memberikan permainan pada anak, yaitu
pada saat anak tersebut sedang santai, atau tidak pada waktu makan
dan tidur, misalnya pada pagi hari sekital pukul 10.00 atau pada sore
hari sekitar pukul 15.00. durasi atau lamanya bermain adalah sekitas
40 menit untuk menghindari anak merasa bosan dengan permainan
tersebut.
E. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Arya
Leader : Agung
Co leader : Anton
Fasilitator : Azril, Athifah, Adia, Yuni
F. Pembagian Tugas
1. Leader
a. Mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c. Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan
cara memberi motivasi kepada kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
2. Co Leader
a. Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang di gunakan leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau
kelompok yang akan datang
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Fasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari
luar maupun dari dalam kelompok
G. Susunan Kegiatan

n waktu terapis anak ke


o t
1 5 menit - Co-Leader - menjawab salam
(Pembukaa membuka dan
n) mengucapkan
salam - mendengarkan
- Memperkenalkan
diri terapis - mendengarkan
- Memperkenalkan
pembimbing - mendenganrkan
- Memperkenalkan dan saling
anak satu per satu berkenalan
dan anak saling
berkenalan - mendengarkan
- Kontrak waktu
dengan anak - mendengarkan
- Mempersilahkan
leader
2 30 menit - leader - mendengarkan
(Bermain) menjelaskan cara
permainan - Menjawab
- menanyakan pada pertanyaan
anak, anak mau
bermain atau tidak - Menerima
- membagikan permainan
permainan
- leader, co-leader, - Bermain
dan fasilitator
memotivasi anak
- fasilitator - Bermain
mengobservasi
anak
- menanyakan - Mengungkapkan
perasaan anak perasaan
3 5 menit - Leader - Selesai bermain
(penutup) menghentikan
permainan
- Menanyakan - Mengungkapkan
perasaan anak perasaan
- Menyampaikan - Mendengarkan
hasil permainan
- Memberikan - Senang
hadiah pada anak
yang cepat
menyelesaikan
gambarnya dan
bagus
- Membagikan - Senang
souvenir/kenang-
kenangan pada
semua anak yang
bermain
- Menanyakan - Mengungkapkan
perasaan anak perasaan
- Co-Leader - Mendengarkan
menutup acara
- Mengucapkan - Menjawab salam
salam

H. Evaluasi
1. Evaluasi struktu yang di harapkan
a. Alat yang di gunakan lengkap
b. Kegiatan yang di rencanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang di harapkan
a. Terapi dapat berjalan dengan lancar
b. Anak dapat mengikuti terapu bermain dengan baik
c. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi hasil yang di harapkan
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan
satu origami.
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
I. Hambatan
Hambatan yang mungkin di temui dalam permainan ini, antara lain:
1. anak tidak mau bermain karna sakit yang dia rasakan
2. anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orang tua nya
3. anak merasa bosan dengan permainan yang di berikan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak
yangmencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social
anak tersebut,tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan atau
memberikan informasi, memberikesenangan maupun mengembangkan
imajinasi anak, dimana dalam bermain anak akan menemukan kekuatan
serta kelemahannya sendiri, minatnya, serta caramenyelesaikan tugas-
tugas dalam bermain. Bermain bagi anak adalah suatu kebutuhan
selayaknya bekerja pada orang dewasa, oleh sebab itu bermain di
rumahsangat diperlukan guna untuk mengatasi adanya dampak
hospitalisasi yang diasakanoleh anak. :engan bermain, anak tetap dapat
melanjutkan tumbuh kembangnya tanpaterhambat oleh adanya dampak
hospitalisasi tersebut.
B. Saran
1. Orang tua
sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi
anak agar anak dapat tumbuh dengan optimal. pemilihan permainan
yang tepat dapat menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat
dari permainan tersebut. faktor keamanan dari permainan yang dipilih
juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah sakit
sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi
dengan menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. karena dengan terapi bermain yang tepat, maka
anak dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun
dirumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai