Puasa memiliki hikmah yang sangat besar terhadap manusia, baik terhadap individu
maupun social, terhadap ruhani maupun jasmani. Terhadap ruhani, puasa juga berfungsi
mendidik dan melatih manusia agar terbiasa mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri
setiap individu. Puasa juga mampu melatih kepekaan dan kepedulian social manusia dengan
merasakan langsung rasa lapar yang sering di derita oleh orang miskin dan di tuntunkan untuk
membantu mereka dengan memperbanyak shadaqah.
Sedangkan terhadap jasmani, puasa bisa mempertinggi kekuatan dan ketahanan jasmani
kita, karena pertama, umumnya penyakit bersumber dari makanan, dan kedua, sebenarnya Allah
SWT menciptakan makhluq-Nya termasuk manusia sudah ada kadarnya. Allah memberikan
kelebihan demikian pula keterbatasan pada manusia, termasuk keterbatasan pada soal kadar
makan-minumnya. Berikut ini hikmah yang kita dapatkan:
1. Penyucian Jiwa
Berpuasa di dalam Ramadan mengandung banyak hikmah. Diantaranya memberi
pelajaran bagi manusia untuk melatih diri (riyadhah nafs) dan penyucian jiwa (tazkiyah
al-nafs). Sehingga puasa bukanlah sekadar rutinitas belaka, melainkan bermakna secara
spiritual, psikologis, serta humanis-sosialis.
2. Muroqabatullah
Muroqabatullah artinya selalu merasa diawasi Allah. Memang benar adanya,
seseorang bisa saja mengaku berpuasa, tapi hanya Allah yang tahu kebenarannya.
Melakukan tindakan tercela selama berpuasa sepatutnya tidak dikerjakan apabila
seseorang selalu menanamkan paham muroqabatullah. Sifat ini juga dapat membuat
seseorang mempunyai imunitas (daya tahan) pada jiwa dan batinnya, tahan akan godaan
dan senantiasa merasakan ketenangan.
3. Meredam Syahwat
Hikmah puasa yang paling umum diketahui mukmin adalah meredam syahwat
termasuk hawa nafsu. Sebagaimana hadis riwayat Al-Bukhari, dari Abdurrahman bin
Yazid ia berkata, “Aku bersama ‘Alqamah dan Aswad menemui Abdullah (bin Mas’ud),
lalu Abdullah berkata, “Kami ketika masih muda pernah bersama dengan Nabi SAW lalu
beliau bersabda kepada kami, “Wahai golongan pemuda, siapa yang mampu menikah,
maka menikahlah, karena sungguh hal itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih
dapat menjaga kemaluan, dan siapa yang tidak mampu (menikah) maka hendaklah ia
berpuasa, karena itulah pengendali baginya.”
4. Membentuk Kesabaran
Kementerian Agama Kalimantan Barat menyebut hikmah puasa adalah mendidik
orang untuk memiliki sifat sabar. Jika puasa tersebut dilakukan sebaik-baiknya, maka
akan timbul dalam diri seseorang sifat sabar, karena dalam berpuasa seseorang akan
dilatih untuk bisa menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan puasa.
Misalnya makan dan minum serta amarah.
5. Menyehatkan Badan
Hikmah puasa pun dapat menyehatkan badan. Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Berpuasalah agar kamu sehat." Oleh karenanya, hikmah yang terkandung dalam puasa
bukan hanya berguna untuk menyehatkan jiwa belaka, melainkan juga dapat
menyehatkan badan. Berdasarkan pengalaman, banyak diantara orang yang sebelum
puasa menderita berbagai penyakit seperti magh, namun setelah berpuasa ternyata bisa
sembuh bahkan sehat seperti semula.
8. Meningkatkan Taqwa
Meningkatkan derajat orang mukmin menjadi orang yang bertaqwa. Sebab orang
yang bertaqwa itu adalah orang yang paling mulia di sisi Allah SWT, sesuai firman Allah
SWT (QS. Al-Hujurat: 13): "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah SWT adalah yang paling taqwa di antara kamu."
11. Menjaga Qana’ah
Hikmah puasa lainnya adalah mampu menjaga sifat qana’ah pada diri seorang
muslim. Qana’ah artinya selalu merasa bersyukur dan ridha atas nikmat yang diberikan
Allah SWT. Contoh sederhana sikap qana’ah yang mungkin terasa saat berpuasa adalah
ketika berbuka, dan menyadari bahwa hanya dengan meminum segelas air saja sudah
merupakan nikmat luar biasa.
Berbicara tentang puasa Ramadan tidak bisa lepas dari istilah ‘menahan’ karena puasa
sendiri berasal dari kata imsak yang artinya menahan. Puasa merupakan salah satu dari lima
rukun Islam, yang mana puasa adalah rukun Islam ke empat. Sedangkan makna karakter adalah
tingkah laku dan pola fikir yang terjadi secara alami, apa adanya, tanpa dibuat-buat, terjadi
secara reflek, dan bukan merupakan sandiwara. Lalu kenapa puasa bisa membentuk karakter?
karakter adalah perilaku alami yang berasal dari perfleksian jiwa (bawah sadar) dan karakter
merupakan hasil dari budaya, sedangkan budaya sendiri terlahir salah satunya karena adanya
tingkah laku ‘pembiasaan’. Sudah menjadi pengetahan umum bahwa pada setiap bulan Ramadan
terjadi pergeseran pembiasaan. Pergeseran ini terjadi karena di dalam bulan puasa ada amalan-
amalan ibadah tertentu yang dianjurkan bagi umat Islam untuk dilaksanakan pada bulan puasa
tersebut. Ibadah puasa khususnya di Indonesia telah membentuk budaya baru masyarakat.
Sehingga tidaklah salah apabila bulan Ramadan disebut sebagai bulan pelatihan
(training) bagi umat Islam, dengan kata lain bulan Ramadan adalah Madrasah (sekolah) untuk
pembentukan karakter manusia. Pernyataan ini bukanlah omong kosong belaka, namun dapat
diuji dan diteliti kebenarannya. Puasa secara total dan benar (tidak hanya menahan lapar dan
dahaga saja) bisa mengkikis ‘karakter’ hewani yang ada pada diri manusia. Lantas apakah
pembiasaan positif yang dilakukan pada bulan puasa bisa melahirkan karakter manusia yang
terpuji? Jawabannya tentu bisa, asal pembiasaan tersebut dilakukan secara konsisten (istiqomah)
dan dengan cara menilai datangnya bulan puasa bukanlah sebuah hal yang tak bermakna sama
sekali sehingga dilalui begitu saja tanpa adapencarian makna, pedalaman, dan tindak lanjut
setelahnya.
Seperti Madrasah pada umumnya, pada Madrasah Ramadan ini juga memiliki
Kurikululum (muatan pelajaran/pesan kebaikan) yang tersirat dalam bentuk tata cara berpuasa,
serta berisi anjuran-anjuran, larangan-larangan, dan perintah-perintah yang berasal dari Allah
kepada manusia baik sebelum, ketika bulan puasa datang, dan sesudahnya. Diantara ‘kurikulum;
yang bermuatan karakter mulia (positif) pada Madrasah Ramadan adalah bisa melahirkan
manusia yang mampu dan terbiasa dalam :
2. Muhasabah (Evaluasi Diri)
Salah satu anjuran dalam bulan puasa adalah melakukan iktikaf di Masjid. Iktikaf
tidak hanya berisi zikir dan doa, namun juga berisi muhasabah (sadar diri dan sadar
potensi), dan juga bisa berisi renungan-renungan lain, semisal renungan untuk masa
depan.
3. Rela Berkorban
Pengorbanan yang tidak menyakiti diri atau menyebabkan tidak baik bagi diri
sendiri, namun untuk memperoleh ganti dari Allah SWT. Dalam puasa umat Islam
dilatih tidak hanya mengorbankan diri dalam bentuk menahan makanan dan minuman
yang lezat pada siang hari, namun juga mengorbankan waktu dan tenaga untuk iktikaf
serta membaca (mengkaji) al Quran. Selain itu pengorbanan harta untuk diberikan pada
para dhuafa, dan guna memfasilitasi orang lain untuk berbuka puasa.
5. Berbuat Jujur
Ibadah puasa merupakan ibadah individu yang hanya pelaku dan Allah-lah yang
tahu apakah ia benar-benar puasa atau tidak. Jadi puasa adalah pendidikan bagi manusia
untuk berbuat jujur (tidak munafiq) pada diri sendiri, orang lain, dan jujur pada
Tuhannya.
6. Bertaqwa
Taqwa merupakan salah satu hasil yang diharapkan dari orang yang berpuasa,
taqwa dapat diartikan takut pada Allah, karena Allah adalah dari segala sesuatu yang
hanya wajib ditakuti sehingga dengan takut itu manusia akan taat pada Allah. Salah
satu ciri orang bertaqwa adalah menepati janji, sabar,
menjalin siraturrahim (persaudaraan), bersyukur, menjaga diri, kepedulian sosial,
mengendalikan diri (menahan amarah), pemaaf, berbuat kebaikan, bertaubat, ikhlas,
tawadu', penyayang, tanggung jawab, dan berperilaku adil.
8. Sikap Optimis
Sebelum bulan puasa datang umat Islam dianjurkan untuk menyambutnya dengan
penuh kegembiraan dan harapan. Bukan dengan kesedihan dan menganggap datangnya
bulan puasa sebagai beban atau ancaman (masalah). Bulan Ramadan datang setiap
tahunnya adalah sebagai solusi (sumbangan keteguhan jiwa) bagi manusia yang
menjalankannya. Datangnya bulan puasa bukan merupakan sebuah masalah atau pil
pahit (racun yang harus dihadapi). Seharusnya puasa Ramadan menjadi tantangan bagi
setiap orang. Sehingga kita harus menyambut gembira tantangan berpuasa Ramadan
tersebut. Dan tentu juga harus dikejawantahkan dalam bentuk gembira menghadapi
tantangan-tantangan dalam hidup ini.