Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KESIAPAN

MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V DAN VI DI SDN 15


SUNGAI RAYA
Dosen Pembimbing : Ns. Yenni Lukita, M.Pd
SKRIPSI

DISUSUN OLEH
YOLA KAMISA
SR19213098
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMDIYAH
PONTIANAK
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja adalah masa perubahan dari masa anak-anak ke masa dewasa,
yang telah mencakup semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan untuk
memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut mencakup aspek
fisik, psikis, dan psikososial. Masa remaja yakni salah satu periode dari
perkembangan manusia. Remaja ialah masa perubahan dari anak-anak ke masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, psikologis, dan sosial
(Sofia&Adiyanto,2013). Masa remaja akan dihadapkan dengan kematangan
seksual yang disebut dengan fase pubertas. Remaja menghadapi perubahan baru
dalam hidup mereka. Butuh penyesuaian mental. Perubahan bentuk tubuh dan
kematangan seksual sangat mempengaruhi kehidupan mental remaja. penolakan
biasanya terjadi pada tahap ini (Sulistyoningsih, 2014).

Manarche berasal dari kata Yunani mens (bulan) dan Arche (awal) adalah
siklus menstruasi pertama, yaitu awal dari siklus menstruasi pertama seorang
wanita. Menarche adalah masa haid atau haid yang terjadi pertama kali pada
seorang wanita yang mencapai usia dewasa (Prawirohardjo, 2014 ). Kecemasan
menarche adalah keadaan suasana hati yang ditandai dengan ketegangan fisik,
kecemasan dan anggapan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi selama
menarche. Seorang anak yang tidak mempersiapkan kedatangan menarche
menanggapi menarche dengan kaget, terkejut dan takut. Hal ini dikarenakan
ketidaktahuan anak tentang menstruasi dapat membuat anak sulit menerima
menstruasi.
Data WHO menunjukan bahwa seperlima dari penduduk dunia adalah
remaja berusia 10-19 tahun dimana 900 juta berada di negara sedang berkembang.
Di asia pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia,
seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Sedangkan penelitian yang
dilakukan Lee et al tahun 2016 di korea persentanse remaja yang mengalami
manarche sebelum usia 11 tahun pada 2001 adalah 21,4% dan meningkat menjadi
34,6% pada periode 2010/2011. Menurut hasil Laporan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (2017) menunjukkan bahwa sebagian besar remaja (76,6%)
memiliki usia menarche antara 11 dan 14 tahun, dengan kemungkinan kejadian
awal kurang dari 8 tahun. dan paling lama berumur 17 tahun. Di Indonesia,
menarche mengalami penurunan berdasarkan hasil Rikesdes, (2013) di Indonesia,
5,2% anak di bawah 12 tahun mencapai menstruasi, 25,3% anak perempuan
mengalami menstruasi pada usia 12 tahun dengan yang termuda usia menarche 9
tahun. Indonesia sendiri menempati urutan ke-15 dari 67 negara, dan angka
harapan menarce turun menjadi 0,145 tahun per dekade. Menurut (Prawirohardjo,
2014), menarche terjadi antara usia 10 dan 15 tahun, namun ada juga yang
mengalaminya lebih awal atau pada usia yang lebih muda. Menarche yang
dimulai sebelum usia 8 tahun disebut menstruasi dini (Menstruasi Prekoks).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018), mengemukakan bahwa rata-
rata usia menarche di Indonesia adalah 12,4 tahun dan prevalensinya 60%, bahkan
2,6% pada usia 9-10 tahun. Pada usia 11-12, bahkan 30,3% dan pada usia 13,
bahkan 30%. Sisanya mengalami menarche lebih dari 13 tahun. (Rikesdas 2018),
provinsi Kalimantan Barat menyatakan bahwa sebanyak 1,28% remaja putri yang
mengalami menarche pada saat SD sedangkan di Kabupaten Kubu Raya sebanyak
1,34 % remaja putri yang mengalami menarche pada saat SD.

Remaja putri membutuhkan informasi tentang menstruasi. Diperlukan


pengetahuan dan sikap yang memadai tentang perubahan fisik dan psikologis
yang menyertai datangnya menstruasi. Kebingungan, kecemasan dan
ketidaknyamanan selalu menyelimuti perasaan seorang wanita yang mengalami
menstruasi pertama kali (menarche). Gejala lain menjelang haid terjadi hampir
seluruh bagian tubuh, seperti sakit pinggang, pegal-pegal, jerawat, dan lain-lain.
Menstruasi atau haid pertama merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap
wanita normal dan tidak perlu dikhawatirkan. Namun yang lebih parah adalah
ketika pengetahuan remaja tentang menstruasi tidak lengkap dan pendidikan
orang tua kurang, hal ini dilarang untuk membicarakannya, dengan mengganggap
anak-anak sendiri yang mengetahuinya. Menstruasi yang tidak teratur membuat
remaja beranggapan bahwa datangnya menstruasi merupakan gejala datangnya
suatu penyakit yang menimbulkan kepanikan, dan juga sebagian remaja
beranggapan akan merasa sangat kotor pada saat menstruasi pertama, sehingga
merasa malu yang menyebabkan remaja wanita belum siap menghadapi
datangnya menstruasi. Menurut Sulistioningsih (2014 :10), efek tidak
mempersiapkan diri untuk menstruasi adalah 4,079 kali risiko perilaku kebersihan
vagina yang buruk dibandingkan dengan remaja putri yang siap menghadapi
menstruasi.

Datangnya menarche seringkali dianggap sebagai penyakit yang memicu


kecemasan. Sebuah penelitian (Soleha, 2016) menyatakan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kesiapan siswi menghadapi menarche dengan tingkat
kecemasan siswa penurunan prestasi belajar dapat mempengaruhi kecemasan
siswi (Liana, 2017). Kesiapan pertama (menarche) adalah suatu kondisi yang
menandakan bahwa seseorang sudah siap untuk mencapai salah satu kematangan
fisik, yaitu datangnya haid pertama (menarche). Hal ini menunjukkan pemahaman
yang mendalam tentang siklus menstruasi, sehingga mereka siap menerima dan
mengalami menstruasi pertama sebagai proses yang norma

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan melakukan wawancara


sebanyak 10 siswi di SDN 15 SUNGAI RAYA didapatkan hasil belum pernah
dilakukan pendidikan kesehatan reproduksi terutama tentang menarche. Dari 10
siswi tidak mengetahui tentang menarche (kurangnya pengetahuan siswi tentang
menarche atau haid pertama), sedangkan untuk kesiapan, ada 7 siswi mengatakan
belum siap menghadapi menarche. Dan 3 siswi lagi mengatakan siap menghadapi
menarche yang akan datang. Dari data diatas menunjukkan tingkat pengetahuan
menarche yang rendah sehingga siswi tersebut belum siap menghadapi menarche.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada
Siswi kelas V dan VI di SD Negri 15 Sungai Raya”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat pengetahuan
dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi kelas V dan Vl di SDN 15
Sungai Raya.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapan
menghadapi menarche pada siswi kelas V dan Vl di SDN 15 Sungai Raya.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan siswi kelas V dan Vl di SDN 15
Sungai Raya tentang menarche
b. Mengidentifikasi tingkat kesiapan pada siswi kelas V dan Vl di SDN 15
Sungai Raya dalam menghadapi menarche
c. Mengidentifikasi apakah ada hubungan tingkat pengetahuan tentang
kesiapan menghadapi menarche pada siswi kelas V dan Vl di SDN 15
Sungai Raya
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Dilakukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana keperawatan
selain itu juga bisa menambah referensi dan pembelajaran bagi peneliti untuk
mengetahui dan melakukan penelitian secara langsung
2. Bagi siswi
Sebagai informasi dan pengetahuan bagi siswi tentang pengetahuan dengan
kesiapan menghadapi menarche sehingga para siswi bisa menghadapi
menarche dengan tidak merasa cemas dan siap
3. Bagi kesehatan (khususnya keperawatan)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan khusunya ilmu
keperawatan serta dapat memberitahukan tentang hubungan pengetahuan
dengan kesiapan menghadapi menarche siswi kelas V dan Vl SDN 15 Sungai
Raya
4. Bagi penelitian selanjutnya
Sebagai bahan referensi untuk peelitian yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai