Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tahap perkembangan anak usia sekolah dimulai sejak anak berusia 6 tahun

sampai organ-organ seksualnya masak. Kemasakan seksual ini sangat bervariasi

baik antar jenis kelamin maupun antar budaya berbeda. Berdasarkan pembagian

tahapan perkembangan anak, ada dua masa perkembangan pada anak usia

sekolah, yaitu pada usia 6-9 tahun atau masa kanak-kanak tengah dan pada usia

10-12 tahun atau masa kanak-kanak akhir. Setelah menjalani masa kanak-kanak

akhir, anak akan memasuki masa remaja (Cahyani, 2014).

Remaja awal diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa

anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan psikologis, kognitif, dan sosial

emosional. Masa remaja awal ditandai dengan peningkatan yang cepat dari

pertumbuhan dan pematangan fisik (Santrock 2003, dalam Wulandari 2012).

Masa remaja merupakan fenomena fisik yang berhubungan dengan pubertas.

Pubertas pada perempuan (9-12 tahun) dapat ditandai dengan datangnya

menstruasi untuk pertama kalinya disebut sebagai menarche (Proverawati,

2012, h.1).

Menarche merupakan tanda awal masuknya seorang perempuan dalam

masa reproduksi. Rata-rata usia menarche pada umumnya adalah 12,4 tahun.

Menarche dapat terjadi lebih awal pada usia 9-10 tahun atau lebih lambat pada

usia 17 tahun. Menarche didefinisikan sebagai menstruasi untuk pertama kali,

yaitu keluarnya cairan darah dari alat kelamin wanita berupa luruhnya lapisan
2

dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah, menstruasi

awal normalnya terjadi pada usia 11-16 tahun. Tetapi, sudah lebih dari setengah

abad rata-rata usia menarche mengalami perubahan, dari usia 17 tahun, menjadi

13 tahun (Silvy, 2013).

Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak

faktor antara lain faktor gizi, suku, genetik, sosial ekonomi dan keterpaparan

terhadap media massa. Hasil penelitian World Health Organization (WHO),

menarche yang makin dini memungkinkan remaja putri lebih cepat bersentuhan

dengan kehidupan seksual sehingga kemungkinan remaja untuk hamil dan

menjadi seorang ibu semakin besar (Fitriyah, 2015). Beberapa hasil penelitian

terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia menarche yang diduga

berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen,

yaitu status sosial ekonomi keluarga, status gizi, keadaan keluarga, tempat

tinggal, kegiatan fisik dan keterpaparan terhadap media massa orang dewasa

(Renjani, 2015).

Modernisasi dan gaya hidup dianggap sebagai hal yang memiliki pengaruh

kuat terhadap penurunan rata-rata usia menarche lebih dini, hal ini disebabkan

adanya perubahan peradaban yang diikuti dengan perubahan pada manusia

diantaranya pola hidup dan pola makan (Roveny,2010). Status gizi menjadi salah

satu faktor penting yang harus diperhatikan. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) tahun 2013 terhadap status gizi anak usia 5-12 tahun disebutkan

prevalensi pendek pada anak umur 5-12 tahun adalah 30,7 %, terdiri dari 12,3%

sangat pendek dan 18,4% pendek. Prevalensi kurus 11,2 %, terdiri dari 4,0 %

sangat kurus dan 7,2 % kurus, serta prevalensi gemuk pada anak umur 5-12 tahun
3

masih tinggi yaitu 18,8 %, terdiri dari gemuk 10,8 % dan sangat gemuk

(obesitas) 8,8 %.

Nutrisi mempengaruhi kematangan seksual pada gadis remaja. Sebaliknya

pada gadis yang menstruasinya terlambat, berat badannya lebih ringan daripada

yang menstruasinya lebih dini pada usia yang sama, walaupun tinggi badan

mereka sama. Pemenuhan nutrisi dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi.

Keluarga dengan sosial ekonomi yang cukup berhubungan dengan kemudahan

untuk mendapatkan bahan makanan yang berkualitas, diantaranya protein hewani

dan lemak jenuh. Makanan sumber protein pada awal kehidupan dapat

mempengaruhi waktu pubertas karena rasio yang tinggi antara protein hewani

dan nabati pada usia 3-5 tahun berhubungan dengan terjadinya menarche dini

(Indaryani dkk., 2010).

Menarche dini yang dialami wanita lebih cepat dari kebiasaan secara umum

merupakan masalah yang menarik untuk dipelajari dan teliti lebih lanjut.

Pertumbuhan fisik yang cepat pada anak-anak mengakibatkan terjadinya

pergeseran pada usia menarche mereka. Secara fisik mereka telah tumbuh besar

seperti orang dewasa, namun secara psikis mereka mungkin masih anak-anak

(Jayusman, 2015).

Menarche dini juga dikaitkan dengan faktor risiko terjadinya gangguan

kesehatan. Penurunan usia menarche akan berdampak pada kesehatan reproduksi

wanita, khususnya kesehatan reproduksi remaja. Semakin cepat remaja

mendapatkan menarche, maka akan semakin cepat mengenal kehidupan seksual

aktif dimulai dari munculnya ketertarikan pada lawan jenis, dorongan untuk

mengetahui dan melakukan aktivitas seksual. Hal itu memperbesar risiko


4

terjadinya kehamilan remaja, aborsi pada remaja dan akhirnya mempengaruhi

tingkat kematian ibu, terutama melalui aborsi dan kehamilan remaja (Damayanti,

2010). Percepatan usia menarche juga dapat memperbesar peluang terjadinya

hiperplasia endometrium dan insiden kanker uterus dan kanker payudara juga

dihubungkan dengan menarche dini (Santrock, 2007 dalam Wulansari 2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Atmasari (2016) telah membuktikan bahwa

remaja putri yang telah mendapatkan usia menarche lebih awal 35% diantaranya

memiliki status gizi normal dan 25% status gizi gemuk. Hasil uji statistik

Spearman membuktikan bahwa terdapat hubungan bermakna antara status gizi

dengan usia menarche dini dengan nilai p = 0.030 (p < 0,05). Studi pendahuluan

yang peneliti lakukan pada tanggal 1 Februari 2018 di SD 01 dan 02 Al Irsyad

Cilacap terhadap siswi kelas IV danV didapatkan hasil bahwa terdapat 14 anak

yang mengalami menarche dini.

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk rnelakukan

penelitian tentang "Hubungan Status Gizi dengan Menarche Dini pada Siswi

kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap Tahun 2018”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah

“Apakah ada hubungan antara status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas

IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap Tahun 2018?”.


5

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al

Irsyad Cilacap tahun 2018.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran status gizi pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02

Al Irsyad Cilacap tahun 2018.

b. Mengetahui gambaran menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan

02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018.

c. Mengetahui hubungan status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas

IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat teoritis

Untuk memberikan tambahan referensi hubungan status gizi dengan

menarche dini pada siswi kelas V dan dapat dijadikan rujukan bagi peneliti

lain yang mengambil tema tentang menarche dini.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan ilmu dan teori yang telah

diperoleh di mata kuliah metodologi penelitian, serta untuk

mempraktekkan dalam kegiatan penelitian.


6

b. Bagi SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap

Sebagai tambahan wacana tentang hubungan status gizi dengan

menarche dini pada siswi kelas IV dan V, sehingga dapat dijadikan

dasar untuk melakukan kegiatan yang bekerja sama dengan dinas

kesehatan, misalnya untuk memberikan penyuluhan pada remaja putri

tentang menarche dini.

c. Bagi STIKES Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap

Berguna menambah literatur tentang kesehatan reproduksi remaja

khususnya tentang hubungan status gizi dengan menarche dini pada

siswi kelas IV dan V.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian dengan tema yang sama dengan

menggunakan menambahkan faktor lain dan dengan menggunakan

desain penelitian yang berbeda.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Status Gizi

a. Pengertian

Almatzier (2012, h.3) menjelaskan bahwa status gizi adalah

keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat

gizi yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih.

b. Penilaian status gizi berdasarkan Kementrian Kesehatan RI

Pujiati (2013) menjelaskan bahwa penilaian menggunakan teknik

pengukuran antropometri merupakan teknik yang paling banyak

digunakan karena lebih cepat dan mudah serta mampu memberikan

informasi keadaan gizi seseorang. Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)

dalam penelitian ini menggunakan umur untuk anak usia 5-18 tahun.

Penentuan status gizi dihitung dengan membagi berat badan dalam

kilogram (Kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam satuan meter

(m). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011), hasil penghitungan IMT

selanjutnya dikonversikan kedalam standar IMT/U anak usia 5-18 tahun

yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Rumus IMT adalah

sebagai berikut :

BB(Kg)
IMT =
TB2 (M )
8

c. Klasifikasi status gizi

Kategori status gizi yang digunakan berdasarkan IMT/U disajikan

dalam tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1.
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Berdasarkan
Indeks untuk anak Usia 5-18 tahun

Status Gizi Ambang Batas


Kategori
(Z-Score)
Kurus -3SD s.d. < -2SD
Normal -2SD s.d. < 1SD
Gemuk 1SD s.d. 2SD
Obesitas > 2 SD
Sumber : Kementrian Kesehatan RI, Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Direktorat Bina Gizi (2011: Lampiran 1)

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan

mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku

Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan

Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR), atau dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

4) Keterkaitan status gizi dengan menarche dini

Status gizi akan sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik

dari faktor terjadinya menarche, adanya keluhan-keluhan selama

menarche maupun lamanya hari menarche. Wanita secara psikologi yang

pertama kali akan mengeluh rasa nyeri, perutnya terasa pegal dan kurang

nyaman. Tetapi ada juga remaja yang tidak merasakan hal itu, dan itu

semua karena asupan gizi yang adekuat. Gizi kurang atau terbatas akan

mempengaruhi pertumbuhan fungsi organ tubuh, yang akan menyebabkan


9

terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan mengakibatkan gangguan

pada haid, tetapi akan berangsur baik bila asupan makanan bernutrisi baik

(Proverawati, dalam Lasandang, 2016). Dampak dari kurangnya gizi akan

mempengaruhi menarche sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap

anak sekolah dasar tersebut. Sehingga semakin baik gizi anak tersebut

maka semakin cepat terjadinya menarche (Sumini, 2014).

Remaja yang bergizi baik mempunyai kecepatan pertumbuhan yang

lebih tinggi pada masa sebelum pubertas (prapubertas) dibandingkan

dengan remaja yang kurang gizi. Remaja kurang gizi tumbuh lebih lambat

dan butuh waktu yang lebih lama, karena itu menarche juga tertunda

(Maulina, 2016).

Menurut Wong (2009, dalam Hidayati 2011), usia sekolah adalah

anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman

inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab

atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka,

teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak

memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian

diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.

Safitri (2015) menambahkan bahwa tiba masa akhir anak-anak

sulit untuk diketahui secara tepat kapan periode ini berakhir, karena

kematangan seksual sebagai kriteria yang digunakan untuk memisahkan

masa anak-anak dan pubertas timbulnya tidak selalu sama pada setiap

anak. Salah satu penyebabnya adalah karena perbedaan kematangan

seksual. Biasanya anak laki-laki mengalami masa anak-anak lebih lama


10

dibandigkan anak perempuan. Secara umum anak perempuan masa

akhir anak-anak berlangsung antara usia 6-13 tahun berarti rentang

waktunya sekitar 7 tahun.

2. Menarche

a. Pengertian menarche

Menarche adalah periode menstruasi yang pertama terjadi pada masa

pubertas seorang anak perempuan, biasanya terjadi pada usia 10-16 tahun.

Menarche merupakan ukuran dalam menentukan ciri kemasakan seksual

yang pokok yaitu suatu masa wanita bisa mengalami kehamilan dan

melahirkan (Zalni, 2017).

b. Siklus menarche

Siklus menarche terdiri dari beberapa fase, yaitu sebagai berikut :

1) Fase proliferasi

Selama fase folikular di ovarium, endometrium di bawah

pengaruh estrogen. Pada akhir haid proses regenerasi berjalan dengan

cepat. Saat ini disebut fase proliferasi, kelenjar tubular yang tersusun

rapi sejajar dengan sedikit sekresi (Saiffudin, 2012, h. 135). Fase ini

biasanya terjadi selama 7-9 hari (Yahya, 2010, h. 38).

2) Fase sekresi

Setelah ovulasi, produksi progesteron menginduksi perubahan

sekresi endometrium. Tampak sekretori dari vakuole dalam epitel

kelenjar di bawah nukleus, sekresi maternal ke dalam lumen kelenjar

dan menjadi berkelok-kelok (Saiffudin, 2012, h. 135).

3) Fase iskemia atau premenarche


11

Jika ovum tidak dibuahi, korpus luteum berdegenerasi dan

lapisan endometrium mengalami pengerutan karena penurunan

hormon progesteron dan estrogen (Yahya, 2010, h. 38). Penurunan

ini diikuti oleh kontraksi spasmodik yang intens dari bagian arteri

spiralis kemudian endometrium menjadi iskemik dan nekrosis, terjadi

pcngelupasan lapisan superfisial endometrium dan terjadilah

perdarahan (Saiffudin, 2012, h. 136).

c. Gangguan menarche

Gangguan-gangguan menarche yang dapat terjadi menurut Saiffudin,

2012, h.135) meliputi :

1) Menarche dini

Pada menarche dini terjadi haid sebelum umur 12 tahun.

Hormon gonadotropin diproduksi sebelum anak berumur 8 tahun.

Hormon ini merangsang ovarium sehingga ciri-ciri kelamin sekunder,

menarche dan kemampuan reproduksi terdapat sebelum waktunya.

2) Menarche tarda

Menarche tarda adalah menarche yang baru datang setelah

umur 14 tahun. Pubertas dianggap terlambat jika gejala-gejala

pubertas baru datang antara umur 14-16 tahun. Menarche tarda dapat

disebabkan oleh faktor herediter, gangguan kesehatan, dan

kekurangan gizi.

Menarche yaitu biasanya terjadi pada usia 12-13 tahun. Cepat atau

lambatnya kematangan seksual meliputi menstruasi, dan kematangan fisik

individual, juga di pengaruhi faktor ras atau suku bangsa, faktor iklim,

cara hidup yang melingkungi anak. Usia menarche adalah menstruasi


12

pertama yang biasanya terjadi pada perempuan umur 12-13 tahun dalam

rentang umur 10-16 tahun (Jayusman, 2016). Menarche dini (sebelum

usia 12 tahun) dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit

kardiovaskular dan kematian akibat penyakit kardiovaskular (Lakshman

et al, 2009).

Perkembangan terakhir menyebutkan risiko terjadinya kanker

payudara lebih tinggi pada wanita yang mengalami menarche dini

(sebelum usia 12 tahun). Usia menarche yang semakin menurun juga

meningkatkan risiko terjadinya kehamilan pada usia lebih muda yang

dapat berakibat pada meningkatnya angka kematian ibu dan bayi

(Hardiningsih & Kusharisupeni, 2013)

d. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Menarche Dini

Fitriyah (2015) dan Renjani (2015) menjelaskan bahwa menarche

dini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor aktivitas fisik,

status gizi, suku, sosial ekonomi dan keterpaparan terhadap media porno.

1) Olah raga

Aktivitas fisik atau olah raga juga berpengaruh dengan usia

menarche. Penelitian yang dilakukan Sofya (2015) menunjukkan

bahwa hasil uji korelasi rata-rata aktivitas fisik terhadap usia

menarche menunjukkan hubungan yang signifikan (r=0,482)

sehingga semakin tinggi aktivitas fisik maka usia menarche akan

semakin lambat. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dina (2013) dan

Wulandari (2012) juga menunjukkan adanya hubungan kebiasaan

olahraga dengan usia menarche remaja puteri.

2) Status gizi
13

Faktor status ekonomi dapat mempengaruhi siswi mengalami

menarche dini. Orang tua dengan latar belakang sosial ekonomi yang

tinggi akan berusaha memberikan asupan gizi yang baik kepada

putrinya. Berbagai jenis asupan makanan yang bernilai gizi tinggi

dan dikonsumsi siswi akan berdampak pada pertumbuhan dan

perkembangan (Wulandari, 2012).

Gad & El-Ghany (2012) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa status sosial ekonomi terbukti berhubungan dengan status

menarche pada remaja putri. Remaja putri yang memiliki tingkat

sosial-ekonomi tinggi akan lebih cepat mengalami menarche.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Indaryani (2010) menunjukkan

terdapat perbedaan status ekonomi antara subjek penelitian di

pedesaan dan perkotaan (p<0,001), sesuai dengan data Badan Pusat

Statistik pada bulan Maret 2008 bahwa sebagian besar (63,47%)

penduduk miskin berada di pedesaan. Perbedaan status ekonomi dan

status gizi antara anak perempuan di daerah perkotaan dan pedesaan

menyebabkan perbedaan bermakna usia menarche.

3) Suku

Perbedaan etnis dalam usia menarche misalnya di Amerika

Serikat paling cepat pada hispanic lebih lambat pada kulit hitam dan

paling lambat pada Caucasian. Rata-rata usia menarche remaja putri

di Indonesia adalah antara usia 12-14 tahun. Indonesia yang

merupakan daerah tropis, menarche terjadi antara umur 12-16 tahun,

sedangkan di daerah yang empat musim haid pertama ini lebih


14

lambat, bisa mencapai 17-20 tahun. Iklim yang terdapat di wilayah

Kota Tidore Kepulauan seperti umumnya daerah kepulauan beriklim

tropis. Maturitas cenderung terjadi lebih awal di daerah beriklim

hangat dan terjadi lebih lambat di daerah beriklim dingin (Aisya,

2016).

4) Keterpaparan terhadap media porno

Paparan media pada remaja akan meningkatkan banyak aspek

yang berhubungan dengan pematangan seksual anak-anak gadis.

Rangsangan-rangsangan kuat dari luar yang berupa film-film seks

(blue film), buku-buku atau majalah yang bergambar tidak senonoh

(porno), godaan dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara

langsung terhadap perbuatan seksual, masuk ke pusat pancaindera

diteruskan melalui striae terminalis menuju pusat yang disebut

pubertas inhibitor. Rangsangan yang terus menerus, kemudian

menuju hipotalamus dan selanjutnya menuju hipofise pars anterior,

melalui sistem portal. Hipofise anterior mengeluarkan hormon yang

merangsang kelenjar indung telur untuk mengeluarkan hormon

spesifik, yaitu hormon estrogen dan progesteron. Hormon yang

dikeluarkan kelenjar indung telur tersebut memberikan umpan balik

ke pusat pancaindera dan otak serta kelenjar induk hipotalamus dan

hipofise, sehingga mengeluarkan hormon berfluktuasi. Dengan

dikeluarkannya hormon tersebut mempengaruhi kematangan organ-

organ reproduksi, sehingga semua hal tersebut mengakibatkan

kematangan seksual yang lebih cepat pada diri anak (Santrock, 2007

dalam Yuliasari 2016).


15

Hasil penelitiana Brown, (2005, dalam Wulandari 2012) yang

meneliti mengenai Mass Media As A Sexual Supper Peer For Early

Maturing Girls. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa peran media

massa dapat memberikan dampak pengaruh terjadinya menarche dini

pada perempuan. Seorang perempuan yang banyak melihat media

televisi ataupun membaca majalah, mendegarkan radio yang

berkaitan dengan masalah wanita lebih cepat mengalami menarche

dini dibanding perempuan yang jarang melihat, membaca ataupun

mendengarkan media massa.

3. Anak Usia Sekolah Dasar

a. Pengertian

Alatas (2011) menjelaskan bahwa anak sekolah dasar adalah anak

yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat dibanding balita,

mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan

orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada anak

putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas

pembentukan dan pemeliharaan jaringan.

b. Tahapan masa usia sekolah dasar

Purwanti (2015) menjelaskan bahwa tahapan masa usia sekolah

dasar adalah sebagai berikut :

1) Masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar yang berlangsung antara

usia 6/7 tahun sampai dengan usia 9/10 tahun, biasanya mereka

duduk di kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar.


16

2) Masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yang berlangsung antara

usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya anak duduk di kelas 4, 5

dan 6 Sekolah Dasar.

c. Karakteristik anak usia sekolah dasar

Moehji (2013, h.46) menjelaskan bahwa karakteristik anak sekolah

adalah sebagai berikut :

1) Pertumbuhan tidak secepat bayi.

2) Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal).

3) Lebih aktif memilih makanan yang disukai.

4) Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.

5) Pertumbuhan lambat.

6) Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.

c. Perkembangan anak usia sekolah dasar

1) Perkembangan psikoseksual

Safitri (2015) menjelaskan bahwa perkembangan psikoseksual

anak usia sekolah dasar terdapat lima tahap belajar arti stereotip

peran seks yaitu sebagai berikut :

a) Tahap pertama anak belajar bahwa pria dan wanita berbeda

dalam penampilan, memakai pakaian yang berbeda dan

mempunyai gaya rambut yang berbeda.

b) Tahap kedua setelah anak belajar adanya perbedaan dalam

penampilan tersebut, anak laki-laki melakukan hal yang

berbeda dengan anak perempuan dalam hal bermain dan

berolah raga.
17

c) Tahap ketiga anak belajar bahwa laki-laki dan perempuan

mempunyai kemampuan yang berbeda. Mereka mengetahui

dari pengalaman pribadi misalnya anak perempuan dapat

membaca lebih baik dari anak laki-laki, sebaliknya saat olah

raga anak laki-laki lebih baik dari anak perempuan.

d) Tahap keempat mereka menemukan bahwa kelomopok sosial

menilai beberapa pola penampilan, berbicara, dan perilaku

tertentu sesuai dengan jenis kelamin, contohnya anak laki-laki

yang suka berdandan akan diolok-olok dan disebut banci oleh

teman-temannya, tetapi jika ank perempuan yang berdandan

akan dikagumi dan membuat iri teman perempuan seusianya

e) Tahap kelima anak belajar bahwa berbagai tingkat prestasi

dikaitkan dengan karakteristik dan pola perilaku, misalnya

mereka melihat bahwa seseorang yang bekerja diluar rumah

lebih bergengsi daripada yang bekerja dirumah karena orang

dibayar untuk bekerja diluar rumah atau saat mereka melihat

orang berpakaian rapih ke kantor lebih bergengsi dari pada

yang memakai seragam buruh pabrik. Karena gengsi

mempunyai arti superior bagi anak. Orang yang terlihat

bergengsi dianggap sebagai orang yang superior.

2) Perkembangan seksual

Margaretha (2016) menjelaskan bahwa perkembangan seksual

pada anak usia sekolah dasar adalah sebagai berikut :


18

a) Anak mulai merasakan perubahan fisik menjelang pubertas.

Perasaan ini bisa berdampak positif atau negatif. Perasaan

negatif misalnya muncul dalam bentuk rasa bersalah, bingung

dan malu.

b) Peran peer grup (teman sebaya) meningkatkan pengaruh

terhadap imej diri anak. Anak juga cenderung lebih suka

berteman dengan teman sesama jenis.

c) Beberapa anak di usia ini mulai melakukan masturbasi.

d) Anak-anak mulai memisahkan diri dari orangtua.

d. Tahapan pubertas

Wanardie (2015) menjelaskan bahwa pubertas adalah sebuah fase

yang menjadi pertanda seorang gadis telah mengalami transformasi dari

kanak-kanak menjadi remaja. Fase ini sendiri akan menimbulkan

perubahan pada fisik dan emosional yang belum pernah mereka alami

sebelumnya. Pubertas merupakan fenomena yang alami dimana hormon

seks akan memicu tubuh untuk melakukan berbagai proses biokimia

sehingga menimbulkan perubahan pada fisik dan emosional. Pada masa

ini pula, wanita akan mengalami kematangan secara seksual, masa

subur, dan juga kematangan dalam hal reproduksi. Tahapan pubertas

pada anak usia 8-13 tahun adalah sebagai berikut :

1) Tahap awal

Tahapan awal pubertas anak perempuan akan dimulai saat ia

memasuki usia 8 atau 9 tahun dimana terjadi beberapa tanda secara

internal. Tahap awal ini menjadi pertanda dari aktivitas hormon


19

FSH dan LH yang kemudian memicu ovarium dalam memproduksi

estrogen. Pada tahap ini, belum terlihat perubahan secara fisik,

termasuk dalam jaringan payudara.

2) Tahap kedua

Saat anak perempuan sudah memasuki usia 10 atau 11 tahun,

maka akan terlihat perubahan pada payudaranya. Pada tahap ini,

area di sekitar putingnya yang disebut aerola akan mulai berpigmen,

berwarna gelap, dan mengembang. Fase ini juga sudah

memungkinkan pertumbuhan rambut pada area labia.

3) Tahap ketiga

Saat berusia 11-12 tahun, mereka akan menyaksikan

pertumbuhan rambut pada area kemaluannya. Namun pertumbuhan

rambut ini masih sedikit dan tipis. Pertumbuhan rambut ini juga

akan terjadi pada bagian kaki dan ketiak yang terlihat lebih tebal.

Sementara itu, pertumbuhan dari jaringan payudara akan membuat

areola menjadi lebih luas dan bisa lebih gelap.

4) Tahap keempat

Tahapan pubertas pada wanita yang keempat akan ditandai

dengan tumbuhnya rambut yang lebih tebal di seluruh tubuh,

utamanya pada bagian labia dan ketiak. Hal ini sangat umum terjadi

ketika sang gadis berusia 12-13 tahun dan sudah memasuki periode

menstruasi. Meski demikian, periode menstruasi ini tidak selalu

terjadi pada tahap keempat, karena kedatangannya bisa lebih awal

atau pada tahap selanjutnya. Selain itu, masa ovulasi juga sudah
20

dimulai pada fase ini, namun membutuhkan waktu agar ovulasi

mereka lebih teratur (sekitar 2-3 tahun). Perubahan lain yang bisa

dilihat pada masa ini adalah ukuran vagina yang meningkat.

B. KERANGKA TEORI

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka dapat dibuat kerangka teori

sebagai berikut :

Tahapan masa usia


sekolah dasar Siklus menarche :
1. Masa kelas-kelas 1. Fase proliferasi
rendah Sekolah Dasar 2. Fase sekresi
2. Masa kelas-kelas 3. Fase iskemia atau
tinggi Sekolah Dasar premenarche

Tahapan pubertas
pada anak usia 8-13
tahun: Anak Usia Menarche
1. Tahap awal Sekolah Dasar
2. Tahap kedua
3. Tahap ketiga
4. Tahap keempat
Status gizi Menarche dini

Status gizi : Faktor-faktor yang


1. Kurus : -3 SD s.d. < -2 SD Berhubungan dengan
2. Normal : -2SD s.d. < 1SD Menarche Dini
3. Gemuk : 1 SD s.d. 2 SD 1. Aktivitas fisik
4. Obesitas : > 2 SD 2. Sosio ekonomi
3. Suku
4. Keterpaparan
terhadap media porno

Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Almatzier (2012), Direktorat Bina Gizi (2011), Saiffudin (2012),
Hardiningsih & Kusharisupeni (2013), Fitriyah & Renjani (2015),
Purwanti (2015) dan Wanardie (2015)
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. KERANGKA KONSEP

Variabel Bebas Variabel Terikat

Status gizi siswi Menarche dini


kelas IV-V SD

Bagan 3.1
Kerangka Konsep

B. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak terdapat hubungan status gizi dengan menarche dini pada siswi

kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018.

Ha : Terdapat hubungan status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas

IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018.

C. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI


OPERASIONAL

1. Identifikasi Variabel

a. Variabel bebas yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Variabel bebas dalam penelitian adalah status gizi siswi kelas IV-V di SD

01 dan 02 Al Irsyad Cilacap.


22

b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah menarche dini.

2. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Bebas :
Status gizi Keadaan tubuh Menimbang berat Untuk keperluan Ordinal
sebagai akibat badan dengan analisis, data
konsumsi menggunakan dikategorikan
makanan dan timbangan yang menjadi:
penggunaan zat- sudah ditera dan 1. Kurus : 3 SD
zat gizi pada mengukur tinggi s.d. < -2 SD
siswi kelas IV-V badan untuk 2. Gemuk : 1 SD
di SD 01 dan 02 mengetahui IMT s.d. 2 SD
3. Obesitas : > 2
Al Irsyad kemudian
SD
Cilacap dilanjutkan 4. Normal : -2SD
menghitung Z s.d. < 1SD
Score untuk
mengetahui nilai
status gizi
Terikat :
Menarche dini Haid sebelum Pengukuran Data disajikan Nominal
umur 12 tahun dilakukan menjadi dua
pada siswi kelas menggunakan kategori yaitu :
IV-V di SD 01 checklist untuk 1. Menarche dini
dan 02 Al Irsyad mengetahui awal jika awal usia
Cilacap usia haid haid < 12 tahun
2. Normal : jika
awal usia haid
12-15 tahun
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Menurut Sastroasmoro

dan Ismael (2011, h.147) menjelaskan bahwa penelitian observasional analitik

adalah penelitian dengan melakukan pengamatan atau pengukuran terhadap

berbagai variabel subjek penelitian menurut keadaan alamiah tanpa melakukan

manipulasi atau intervensi, dan pengambilan simpulan berdasarkan data yang

didapatkan dari perhitungan statistik.

Pendekatan survey dalam penelitian menggunakan survey cross sectional.

Notoatmodjo (2010, h.37) menjelaskan bahwa survey cross sectional adalah

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko

dengan efek dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada suatu saat (point time approach), artinya tiap subjek penelitian hanya

diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau

variabel subjek pada saat pemeriksaan. Penilitian dimaksudkan untuk mengetahui

hubungan status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan

02 Al Irsyad Cilacap tahun 2018.


24

B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono 2014, h. 80). Populasi dalam penelitian adalah semua siswi kelas

IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap yaitu sebanyak 175 siswi yang

terbagi di SD 01 Al Irsyad Cilacap sebanyak 76 siswi dan SD 02 Al Irsyad

Cilacap sebanyak 99 anak.

2. Sampel

Notoatmodjo (2010, h. 79) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian

yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi. Jumlah sampel untuk populasi yang kurang dari 10.000,

menggunakan rumus :

N
n=
1 + N ( d 2)
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah populasi
d : Tingkat penyimpangan yang diinginkan, dalampenelitian ini
ditentukan sebesar 15% (Slovin dalam Notoatmodjo 2010).

Dengan demikian, jumlah sampel dapat dihitung sebagai berikut :


N
n=
1 + N ( d 2)
175
n=
1 + 175 ( 0 ,1 2 )
175
n=
2 , 75
n = 63,6  64 orang.
25

Berdasarkan penghitungan sampel di atas maka sampel dalam penelitian

ini adalah sebanyak 64 orang. Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan,

maka penentuan sampel yang ditetapkan harus sesuai dengan kriteria yang

telah ditetapkan. Kriteria ini berupa kriteria inklusi dan eksklusi (Saryono

2012, h. 63). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Kriteria inklusi

1) Siswi Kelas IV-V yang berumur 9-12 tahun di SD 01 dan 02 Al Irsyad

Cilacap.

2) Siswi yang sudah mengalami menstruasi dan belum.

3) Siswi dengan tingkat sosial ekonomi menengah ke atas.

4) Siswi dengan suku Jawa

5) Siswi yang bersedia menjadi responden tidak sedang dalam

pengobatan dokter.

b. Kriteria eksklusi

1) Siswi yang saat dilakukan penelitian tidak masuk sekolah.

2) Siswi dengan disabilitas

3) Siswi yang tidak bersedia menjadi responden.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah merupakan suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada sehingga jumlah sampel

mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2009, h.75). Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random


26

sampling. Menurut Sugiyono (2014, h.83), cluster random sampling yaitu

teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang

diteliti atau sumber data sangat luas. Teknik sampling ini sering digunakan

melalui dua tahap, yaitu tahap pertama adalah menentukan sampel daerah, dan

tahap berikutnya adalah menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu

secara sampling juga.

a. Pemilihan Sampel

Pemilihan sampel dilakukan dengan langkah menentukan cluster

dan memilih sampel dalam cluster.

1) Menentukan cluster

Sampel dalam penelitian ini dikelompokkan dalam beberapa

kelas yang terbagi menjadi 12 kelas.

2) Memilih sampel

Siswi yang terdapat dalam 12 kelas tersebut diambil sejumlah

sampel. Cara menghitung jumlah sampel tiap-tiap kelas dengan

memakai rumus sebagai berikut :

Jumlah Siswi di kelas


Rumus = x 64 Jumlah Siswi di seluruh kelas

Dari rumus tersebut, maka jumlah sampel tiap-tiap kelas

disajikan pada tabel 3.2 di bawah ini.


27

Tabel 3.2
Sampel pada Tiap-tiap Kelas di SD 01 dan 02 Al Irsyad
Al Islamiyyah Cilacap Tahun 2018

Jumlah Perhitungan Jumlah


No Kelas
Populasi Sampel Sampel
10
1 SD 01 Kelas IV A 10 ×64 3
175
14
2 SD 01 Kelas IV B 14 ×64 5
175
13
3 SD 01 Kelas IV C 13 ×64 5
175
13
4 SD 01 Kelas IV A 13 ×64 5
175
13
5 SD 01 Kelas IV B 13 ×64 5
175
13
6 SD 01 Kelas IV C 13 ×64 5
175
19
7 SD 02 Kelas IV A 19 ×64 7
175
18
8 SD 02 Kelas IV B 18 ×64 7
175
14
9 SD 02 Kelas IV C 14 ×64 5
175
15
10 SD 02 Kelas V A 15 ×64 5
175
18
11 SD 02 Kelas V B 18 ×64 7
175
15
12 SD 02 Kelas V C 15 ×64 5
175
Jumlah 175 64
Sumber : Data Primer Tahun 2018

b. Cara pengambilan sampel

Berdasarkan penghitungan secara random di atas maka dapat

ditentukan jumlah sampel yang diambil pada tiap-tiap kelas di SD 01 dan

02 Al Irsyad Cilacap. Metode pengambilan sampel pada tiap-tiap kelas

dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling.

Menurut Sugiyono (2014, h.82), Simple Random Sampling adalah


28

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Metode yang digunakan

adalah dengan undian atau lotre. Garis besar pengambilan sampel dalam

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Setelah jumlah sampel tiap-tiap kelas sudah ditentukan, peneliti

membuat kocokan berdasarkan nomor urut absen siswa pada tiap-tiap

kelas.

2. Peneliti meminta ijin kepada wali kelas masing-masing kelas untuk

melakukan penelitian.

3. Sampel yang sudah terpilih diberikan lembar checklist untuk diisi

kemudian dilanjutkan dengan melakukan observasi berupa mengukur

berat badan dan tinggi badan dengan alat yang sudah ditera.

4. Hasil checklist dan observasi kemudian direkap untuk dijadikan data

penelitian.

C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap pada bulan Jan-

uari sampai dengan Juni 2018.

D. ETIKA PENELITIAN

Moleong (2012, h. 134) menjelaskan bahwa etika dalam penelitian

merupakan hal yang sangat penting karena dalam pelaksanaannya berhubungan

langsung dengan manusia. Selain itu penelitian bertujuan untuk melindungi dan

menjamin kerahasiaan responden. Peneliti berhubungan secara langsung dengan

seseorang yang memiliki adat kebiasaan, norma, nilai sosial dan nilai pribadi
29

yang ada pada diri seseorang tersebut. Oleh sebab itu peneliti menghormati,

mematuhi, nilai-nilai dalam diri seseorang tersebut agar tidak terjadi benturan

antara peneliti dengan respondennya. Etika penelitian dalam penelitian ini antara

lain :

1. Peneliti selalu mencantumkan nama dan sumber dalam mengambil karya

orang lain.

2. Peneliti menjaga privasi responden penelitian dengan tidak mencantumkan

nama responden (anonymity). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data pada lembar observasi.

3. Peneliti menjaga kerahasiaan semua informasi yang telah didapatkan dari

responden dalam penelitian (confidentiality).

4. Peneliti selalu melakukan Informed consent orang tua atau wali murid

terlebih dahulu sebelum penelitian, dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Peneliti menjelaskan secara detail tentang tujuan

dilakukan penelitian, manfaat, kerahasiaan, prosedur pelaksanaan, partisipasi

responden, serta jenis data yang dibutuhkan dalam penelitan.

E. ALAT PENGUMPULAN DATA

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data (Sugiyono, 2014, h.116). Menurut sumbernya, data dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu :

1. Data primer

Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan

menggunakan alat pengukuran data langsung pada subyek sebagai sumber


30

informasi yang dicari (Saryono, 2012, h. 77). Data primer dalam penelitian

ini didapat dari pengisian kuesioner untuk mengetahui usia menarche yang

diberikan peneliti kepada siswi kelas IV-V dan untuk mengetahui kejadian

menarche dini dan lembar observasi untuk mengetahui status gizi siswi kelas

IV-V dengan mengukur tinggi badan dan berat badan menggunakan

timbangan injak yang sudah ditera.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak

langsung diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya berupa data

dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Saryono 2012, h. 77).

Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dari SD 01 dan 02 Al Irsyad

Cilacap untuk mengetahui jumlah siswi kelas IV dan V.

F. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

berbagai tahap. Tahap yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Peneliti mempersiapkan materi dan konsep yang mendukung dalam

penelitian. Selanjutnya menyusun proposal penelitian yang terlebih dahulu

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing I dan II. Setelah mendapatkan

izin dari pihak STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap untuk melakukan

studi pendahuluan, peneliti kemudian melakukan koordinasi dengan pihak

terkait (SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap). Peneliti menghubungi Kepala


31

Sekolah SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap untuk mengidentifikasi jumlah

siswi kelas IV dan V.

Tahap selanjutnya adalah melaksanakan ujian proposal penelitian dan

merevisi proposal penelitian. Setelah mendapatkan izin dari STIKES Al-

Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap untuk melakukan penelitian, peneliti meminta

izin kepada kantor Kesatuan Bangsa, politik, dan Perlindungan Masyarakat

(Kesbangpolinmas), diteruskan ke Badan Perencanaan Penelitian dan

Pengembangan Kabupaten Cilacap (BAPELITBANG), kemudian diserahkan

kepada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cilacap dan

terakhir diserahkan kepada SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap untuk

mengadakan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

berbagai tahap. Tahap yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan, meliputi mengajukan proposal penelitian dan

menyusun checklist yang digunakan.

b. Tahap pelaksanaan, pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan checklist dan lembar observasi. Gambaran tahap

pelaksanaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Langkah awal peneliti adalah dengan menyebarkan checklist kepada

siswi kelas IV-V yang dijadikan sampel untuk diisi.


32

2) Peneliti meneliti cheklist, jika masih terdapat cheklist yang belum

diisi, peneliti meminta kepada siswi untuk mengisi ulang cheklist

tersebut.

3) Setelah pengisian cheklist selesai, kemudian peneliti melakukan

observasi dengan mengukur tinggi dan berat badan siswi kelas IV-V

yang diisikan ke dalam lembar observasi.

4) Pengukuran tinggi dan berat badan siswi kelas IV-V dengan

menggunakan timbangan injak yang sudah di tera, peneliti dibantu

oleh 1 asisten yang sebelumnya sudah dijelaskan maksud dan tujuan

dalam penelitian ini. Asisten dalam penelitian ini bertugas menulis

hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan dalam lembar

observasi sedangkan peneliti bertugas mengukur berat badan dan

tinggi badan.

5) Data yang sudah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan

komputerisasi.

G. ANALISIS DATA

1. Pengolahan Data

Suyanto dan Salamah (2009, h.57-59) menjelaskan bahwa sebelum

melaksanakan analisa data beberapa tahapan yang harus dilakukan adalah

sebagai berikut :

a. Cleaning

Tahapan ini dilakukan pada saat mengumpulkan data dari pengisian

checklist dan hasil observasi. Peneliti memeriksa kembali hasil pengisian


33

checklist atau hasil observasi dan semua data yang dikumpulkan telah

lengkap sehingga semua data digunakan sebagai data penelitian.

b. Coding

Coding adalah tahapan memberikan kode pada jawaban responden

yang terdiri dari : memberi kode identitas responden untuk menjaga

kerahasiaan identitas responden dan mempermudah proses penelusuran

biodata responden bila diperlukan, selain itu juga untuk mempermudah

penyimpanan dalam arsip data dan menetapkan kode untuk scoring

jawaban responden atau hasil observasi yang telah dilakukan. Coding

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Menarche dini

a) Menarche dini = 1

b) Normal = 2

2) Status gizi

a) Kurus = 1

b) Normal = 2

c) Gemuk = 3

d) Obesitas = 4

c. Entering

Memasukkan data yang telah diskor ke dalam komputer.

2. Analisis Data

Langkah terakhir dari suatu penelitian adalah melakukan analisis data.

Analisa data dilakukan secara bertahap dan dilakukan melalui proses

komputerisasi. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan

menggunakan analisis univariat dan bivariat.


34

a. Analisa univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya

dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase

dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010, h. 182). Untuk menghitung

distribusi frekuensi status gizi dengan menarche dini pada siswi kelas V

SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap digunakan rumus sebagai berikut:

f
P= x 100 %
N

Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi responden
N : Jumlah seluruh responden
100 : Bilangan Tetap (Arikunto 2009, h. 236).

b. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat, hasilnya akan diketahui

karaktersitik atau distribusi setiap variabel dan dapat dilanjutkan dengan

analisis bivariat untuk mengetahui hubungan atau korelasi dari dua

variabel (Notoatmodjo 2010, h.183). Analisis bivariat adalah analisis

untuk mengetahui interaksi dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif

maupun korelatif (Saryono 2012, h. 100).

Analisa untuk menguji hipotesis asosiatif atau hubungan bila

datanya berbentuk ordinal adalah dengan menggunakan teknik statistik

korelasi Spearman Rank (Sugiyono 2008; h. 11). Analisa dalam

penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan

menarche dini pada siswi kelas IV-V di SD 01 dan 02 Al Irsyad Cilacap


35

tahun 2018. Selanjutnya analisa data dilakukan dengan komputerisasi.

Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

6 ∑ b 21
ρ=1−
n( n2 −1)

Keterangan :
ρ = Koefisien korelasi Spearman Rank
n = Jumlah sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini lebih dari 30, menurut Akbar

(2017), jika jumlah sampel dalam penelitian > 30, maka pengambilan

keputusan adalah dengan membandingkan antara Z hitung dengan Z tabel

(α = 0,05 dengan uji dua sisi (two tailed), maka Z tabel = 1,96) sedangkan

Z hitung diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Z=ρ √ n−1

Keterangan :
 = rho hitung
N = jumlah sampel

Interpretasi uji Z adalah jika Z hitung lebih besar darinilai Z tabel dan pv

< 0,05, maka berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis

observasi (Ho) ditolak.

Anda mungkin juga menyukai