Anda di halaman 1dari 61

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa

kanak-kanak yang tergantung menuju masa dewasa. (Tukiran

2011). Menurut World Health Organization (WHO), remaja

adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun

dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum

menikah.

Hubungan seksual pranikah menempatkan remaja pada

tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan

reproduksi. Hubungan seksual pranikah banyak dilakukan

oleh remaja yang berpacaran. Meskipun tidak semua remaja

berpacaran melakukan seks pranikah, tetapi dari fakta

menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan.

Hubungan seks pranikah yang di lakukan oleh remaja bisa

mengakibatkan kehamilan yang tidak di inginkan pada usia

<20 tahun yang dapat menyebabkan adanya aborsi yang

tidak aman menyebabkan kemandulan, kecacatan bahkan

kematian (Triningsih, 2015)


2

Kehamilan yang terjadi pada usia remaja rentan

mengalami gangguan kehamilan dan permasalahan lain yang

berhubungan dengan kehamilan di usia muda. Usia yang

terlalu muda untuk hamil memicu risiko bagi ibu dari

segi fisik dan psikis selama kehamilan. Selain berdampak

pada ibu, kehamilan pada usia muda atau remaja memicu

risiko bagi bayi antara lain kelahiran prematur, berat

bayi lahir rendah (BBLR) (PKBI 2015).

Secara global, di daerah berkembang setiap tahun

diperkirakan dari 21 juta anak perempuan berusia 15-19

tahun dan 2 juta anak perempuan berusia dibawah 15 tahun

hamil. Sekitar 16 juta anak perempuan berusia 15-19

tahun dan 2,5 juta anak perempuan dibawah 16 tahun

melahirkan (WHO, 2018). Diberbagai negara, tingkat

melahirkan pada usia remaja masih cukup tinggi yang

terdiri dari tingkat melahirkan 10,6 per 1.000 di

Massachusetts dan 39,5 per 1.000 di Arkansas pada tahun

2014 (Loaiza dan Mengjia Liang, 2013).

Angka kejadian kehamilan remaja di Indonesia

adalah 48 per 1.000 perempuan pada tahun 2012. Angka

kejadian kehamilan remaja di Indonesia tergolong tinggi

(World Bank Group). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

2013 (Riskesdas, 2013) yang mendata perempuan usia 10-

54 tahun yang sedang hamil, masih didapatkan kehamilan

pada usia sangat muda (<15 tahun) dengan proporsi


3

(0,02%) terutama di pedesaan sebesar (0,03%). Sedangkan

proporsi kehamilan pada usia muda (15-19 tahun) adalah

1,97 % dan di pedesaan lebih tinggi dibandingkan dengan

perkotaan. Dari hasil survey Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2014,

setiap tahun 15 juta remaja berusia 15-25 tahun

melahirkan dan 20 persen dari sekitar 2,5 juta kasus KTD

(kehamilan tidak diinginkan) dan aborsi di Indonesia

yang dilakukan oleh remaja.

Berdasarkan SDKI 2017, dimana persentase wanita

dan pria umur 15-19 tahun yang pernah melakukan hubungan

seksual pranikah dan memiliki pengalaman kehamilan yang

tidak diinginkan adalah sebesar 16% angka tersebut

sangat tinggi dibandingkan pada kelompok umur 20-24

tahun dengan angka 8%. kemudian berdasarkan SDKI 2012

dan 2017 memiliki persentase yang sama sebesar 43%

mengetahui pengalaman aborsi di antara teman

Penerimaan informasi kesehatan reproduksi pada

jenjang pendidikan formal dapat menunda terjadinya

hubungan seksual pranikah. Promosi kesehatan di sekolah

merupakan langkah strategis dalam upaya peningkatan

kesehatan masyarakat hal ini dikarenakan anak sekolah

merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima

perubahan atau pembaruan. Proses pendidikan kesehatan

yang menuju tercapainya tujuan promosi dipengaruhi


4

beberapa faktor yaitu faktor metode, materi dan pesan.

Penyampaian pesan dalam promosi kesehatan sangat

dibutuhkan suatu media supaya pesan yang ingin

disampaikan dapat diterima dengan jelas

(Notoatmodjo,2010).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ( Tiza

Indah 2021 ) yang berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Melalui Media Vidio Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Seks

Pranikah. Dari penelitian tersebut didapatlah hasil

bahwa pemberian pendidikan kesehatan audiovisual

efektiktif dalam meningkatkan pengetahuan remaja

tentang reproduksi remaja terhadap perilaku seks

pranikah.

Pada tahun 2019 industri film Indonesia merilis

film berjudul “Dua Garis Biru” yang tujuan penayangannya

untuk memberikan edukasi atau pendidikan mengenai

reproduksi kepada masyarakat terutama kalangan remaja.

Film tersebut menceritakan kisah cinta sepasang remaja

yang baru saja memasuki usia 17 tahun mempunyai perilaku

berpacaran yang menimbulkan sebuah kenyamanan diantara

keduanya. Namun kenyamanan tersebut menjadi tak biasa

sehingga mereka melewati batas kewajaran tanpa

memikirkan risiko yang harus ditanggungnya. Sepasang

remaja tersebut melakukan perilaku seksual berisiko


5

sehingga menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan

pernikahan dini (Bunga G 2019).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik

untuk meneliti pengaruh film dua garis biru terhadap

pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi siswa kelas X

di SMAN 2 Gerung. Upaya yang dilakukan dalam

meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja

melalui pendidikan agama islam dan biologi, namun belum

bisa merubah pengetahuan remaja tersebut pada kesempatan

ini peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas X

SMAN 2 Gerung.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan

peneliti di SMAN 2 GERUNG didapatkan informasi bahwa di

SMAN 2 Gerung belum pernah dilaksanakan penyuluhan

kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

remaja. Selain itu didapatkan informasi dari guru BK

bahwa di SMA NEGERI 2 GERUNG pada satu tahun terakhir

ini terdapat tujuh siswi yang hamil di luar nikah dan

akhirnya putus sekolah. Sedangkan berdasarkan data yang

di dapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat

pernikahan dini yang terjadi pada remaja usia 15-19

tahun sebanyak, perempuan 295 orang sedangkan laki-laki

75 orang pada tahun 2020. Hal tersebut mendorong

peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul


6

“Pengaruh Film Dua Garis Biru Terhadap Pengetahuan

Kesehatan Reproduksi Siswa kelas X di SMAN 2 Gerung”.

Jumlah keseluruhan siswa kelas X di SMAN 2 Gerung

yaitu 64 orang di bagi dalam tiga kelas yaitu X mipa 1,2

dan x ips , dalam wawancara awal yang dilakukan peneliti

pada siswa/siswi SMAN 2 Gerung banyak yang berpikir

untuk menikah dini agar beban orang tua berkurang,

hambatan ekonomi alasan terbesar terjadinya pernikahan

dini, pengetahuan yang kurang tentang kesehatan

reproduksi juga berkontribusi dalam mempengaruhi

maraknya pernikahan dini.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka

didapat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Apakah Ada Pengaruh Film Dua Garis Biru Terhadap

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Siswa kelas X di SMAN

2 Gerung”.

C. Tujuan Peneliti

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh Film Dua Garis Biru Terhadap

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Siswa kelas X di SMAN

2 Gerung.
7

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Pengetahuan Kesehatan

Reproduksi sebelum diberikan edukasi melalui film

dua gari biru pada Siswa kelas X di SMAN 2 Gerung

b. Mengidentifikasi pengetahuan kesehatan

reproduksi sesudah diberikan edukasi melalui film

dua gari biru pada Siswa kelas X di SMAN 2 Gerung

c. Menganalisa pengaruh film dua garis biru terhadap

pengetahuan kesehatan reproduksi Siswa kelas X di

SMAN 2 Gerung

D. Manfaat penelitian

Setelah penelitian ini dilaksanakan peneliti

berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1) Instansi kesehatan

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan

sebagai tambahan informasi bagi para akademisi dan

praktis yang terkait dengan ilmu perilaku dan

promosi kesehatan serta dapat di jadikan sebagai

bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

2) Bagi SMAN 2 Gerung

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebgai

pedoman pada siswa kelas x di SMAN 2 Gerung,

memberi informasi yang tepat dan positif tentang

kesehatan reproduksi remaja.


8

3) Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk dapat

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai

Pengaruh Film Dua Garis Biru Terhadap Pengetahuan

Kesehatan Reproduksi dan dapat menjadi pengalaman

nyata bagi peneliti dalam hal pelayanan kesehatan

reproduksi remaja.

4) Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

salah satu referensi untuk penelitian selanjutnya

dan rekomendasi untuk mengembangkan penelitian

dengan membandingkan efektivitas media lain.


9

E. Keaslian penelitian

Table 1.1 keaslian penelitian :

No Nama Judul Peneliti Desain Hasil

Peneliti penelitian

1. Wahyuratri Pengaruh Film Desain kuasi Ada perbedaan tingkat pengetahuan,

Sukmaningsih Pendek Melalui eksperimen sikap, praktik, perubahan sikap dan

2018 Peer Educator dengan perubahan praktik remaja SMA terkait

Terhadap Perilaku rancangan kesehatan reproduksi setelah

Remaja SMA Nonequivalent diberikan media antara kelompok

Terkait Kesehatan Control Group perlakuan dan kelompok tanpa

Reproduksi Dikota Design. perlakuan.

Semarang

2. Benita 2012 Pengaruh Penelitian Hasil penelitian penyuluhan

Penyuluhan menggunakan berpengaruh terhadap tingkat

Terhadap Tingkat rancangan quasi pengetahuan kesehatan reproduksi


10

Pengetahuan experimental remaja siswa SMP Kristen Gergaji.

Kesehatan one group Terdapat peningkatan pengetahuan pada

Reproduksi Pada pretest- topik anatomi dan fisiologi organ

Remaja Siswa SMP posttest desig reproduksi, cara memelihara kesehatan

Kristen reproduksi, serta penyakit menular

Gergaji Semarang seksual (PMS) dan HIV/AIDS

3. Tiza Indah Pengaruh penelitian Berdasarkan hasil penelitian dengan

Asnita 2021 Pendidikan kuantitatif menggunakan media video animasi

Kesehatan Melalui menggunakan didapatkan rata-rata pengetahuan

Media Video metode Pre sebelum dilakukan intervensi sebesar

Animasi Terhadap Eksperimental 8,91 dan setelah dilakukan intervensi

Pengetahuan Dan One Grup meningkat menjadi 12,20 terjadi

Sikap Remaja Pre Test dan peningkatan sebesar 3,29. Sedangkan

Tentang Seks Post Test Design rata-rata sikap sebelum dilakukkan

Pranikah Dismp intervensi sebesar 24,16 dan setelah


11

Negeri 14 Kota dilakukan intervensi meningkat

Bengkulu menjadi 35,16 terjadi peningkatan

sebesar 11.

4. Intan Pengaruh film dua Desain

Sapirah garis biru penelitian

terhadap dengan uji

pengetahuan eksperiment one

kesehatan grup pre test

reproduksi siswa dan post tes

kelas X di SMAN 2 penelitian pre-

Gerung experimental
12

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Landasan Teori

1. Remaja

a. pengertian

Remaja adalah suatu masa dimana seseorang

berkembang pada saat pertama kali menunjukkan

pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder sampai ia

mencapai kemantangan, individu akan mengalami

perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-

anak menuju dewasa, dan terjadi peralihan dari

ketergantungan sosial ekonomi keadaan yang relative

mandiri (Sarwono, 2012).

b. Tahap-Tahap Remaja

Remaja merupakan kelompok usia yang mengalami masa

peralihan dari masa kanak-kanak anak menuju masa dewasa.

Remaja mengalami perubahan biologis, psikologi dan

sosial yang harus dilalui dengan tiga tahap yaitu masa

remaja awal (10-14 tahun), remaja menengah (15-16 tahun)

dan remaja akhir (17-20 tahun). Remaja awal ditandai

dengan pertumbuhan dan pematangan fisik yang cepat,

dimasa ini penerimaan kelompok sebaya sangat penting

(Safitri, A, 2017).
13

c. Karakteristik Perkembangan Remaja

Pada masa remaja terjadi perkembangan-perkembangan

yang digunakan dalam menuju masa dewasa. Perkembagan

yang dialami oleh remaja yaitu perkembangan psikososial,

perkembangan kognitif, 9 perkembang moral, perkembangan

sosial dan perkembangan spiritual (Wong, 2009).

d. Perkembangan Fisik pada Remaja

Masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu

masa terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi

penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi

tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ

seksual) (Retnowati, 2011). Di dalam masa pubertas akan

terjadi pertumbuhan karakteristik seks sekunder dan

dicapainya kemampuan reproduksi seks. Perubahan fisik

yang menyertai perkembangan pubertas adalah sebagai

akibat langsung atau tidak langsung dari maturasi

hipotalamus, stimulasi organ seks dan sekresi steroid

seks (Anwar, 2011). Pertumbuhan fisik yang meningkat

disertai pertumbuhan payudara (thelarche) dan perubahan

rambut ketiak dan pubis (adrenarche atau pubarche)

sebagai akibat dari meningkatnya produksi androgen

adrenal dan terjadi rata-rata pada umur 7-8 tahun.

Pubertas adalah masa perkembangan fisiologik (biologik

dan fisik) setelah terjadinya reproduksi seks pertama

kali, yang merupakan stadium dari adolesen, dimulai pada


14

umur 9-10 untuk perempuan Amerika Serikat (Anwar, 2011).

Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan

bertahap dari karakteristik seksual primer dan

karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual

primer mencakup perkembangan organ-organ reproduksi,

sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup

perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin

misalnya, pada remaja putri ditandai dengan menarche

(menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis,

pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja

putra mengalami pollutio (mimpi basah pertama),

pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh

rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki,

kumis dan sebagainya (Retnowati, 2011).

e. Masalah kenakalan Remaja

Adapun secara rincinya bentuk dari masalah

kenakalan remaja lain seperti:

1. Pembullyan

Fenomena bully membully kerap terjadi di negara

kita. Hal ini sering terjadi di masa SMP dan SMA. Sampai-

sampai terdapat film Indonesia yang mengangkat tema

tentang bullying. Remaja yang suka membully biasanya

mereka yang merasa sok berkuasa di sekolah tersebut.

Mereka membully anak-anak yang dianggap lemah

seperti anak miskin, anak cupu dan lain-lain. Selain


15

itu karena adanya unsur iri dari pihak si pembully,

misalnya iri karena dia lebih pintar atau lebih cantik.

Kasus bullying ini jangan pernah dianggap sepele karena

banyak korban yang jadi trauma, baik trauma fisik maupun

batin, Bahkan ada yang sampai bunuh diri. Maka

disinilah peran guru dituntut untuk memantau siswa

dan siswinya yang mungkin mendapatkan perlakuan buruk

dari teman-temannya yang suka membully. Hendaknya setiap

sekolah membuat peraturan tentang larangan membuat geng

atau kelompok yang berdasarkan status sosial, seperti

geng si kaya dan lain-lain.

2. Tawuran Antar-Pelajar

Tawuran antar-pelajar sepertinya sudah menjadi

suatu tradisi yang turun temurun dikalangan para remaja.

Berikut ini ada satu contoh kasus perkelahian antar

pelajar (tawuran) yang terjadi di Kecamatan Wera. Salah

satu sekolah yang sering melakukan aksi tawuran yakni

SMA Negeri 1 Wera bahkan mereka sampai melibatkan orang

kampung. Pihak satu berasal dari Desa Tawali dan pihak

lainnya berasal dari Desa Nanga Wera. Aksi tawuran

tersebut berujung pada pemblokiran jalan lintas Wera

Bima yang dilakukan oleh keluarga korban yang berasal

dari Desa Nanga Wera. (Ridwan & Kader, 2019) Berdasarkan

kasus di atas, tawuran biasanya terjadi antar sekolah

yang saling berselisih. Tawuran ini terjadi karena


16

adanya rasa iri dan dendam pada diri sekelompok remaja.

Juga karena remaja yang masih labil sehingga mudah

terpancing emosi apabila geng ataupun sekolahnya dihina,

dengan tujuan ingin menjunjung solidaritas sekolahnya

tapi malah membawa celaka. Tawuran antar pelajar

tentunya banyak memberikan dampak buruk, baik bagi

remaja itu sendiri, sekolah maupun masyarakat. Seperti

mencoreng nama baik sekolah, rusaknya fasilitas umum

serta akibat yang fatal ialah apabila ada remaja yang

cedera dan tewas akibat tawuran tersebut. Sebab pelajar

yang ikut tawuran biasanya selalu membawa, kayu,

batu serta benda-benda tajam seperti pisau, celurit dan

lain-lain. Tawuran yang menyebabkan adanya korban yang

meninggal itu termasuk pada tindakan criminal.

3. Balapan Liar

Balapan liar merupakan salah satu tindakan

kenakalan remaja yang meresahkan masyarakat. Bagaimana

tidak, balapan liar ini dapat mengganggu kenyamanan

kendaraan lain di jalan. Suaranya yang bising juga

membuat masyarakat jadi terganggu. Balapan liar

biasanya dilakukan oleh anak-anak kalangan remaja.

Mereka melakukan balapan liar ada yang memang karena

hobi dan ada juga karena taruhan. Balapan liar ini

termasuk ke dalam tindak kejahatan dan ada hukum

pidananya sebab dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan


17

serta mengganggu kenyamanan masyarakat. Balapan liar

tidak akan lepas dari yang namanya geng motor. Geng

motor sebagai suatu komunitas yang memiliki tujuan yang

sama namun hubungannya cenderung bersifat negatif bahkan

sampai melakukan tindakan anarkis yang salah satu

pendorongnya ialah karena adanya anggapan atau keyakinan

bersama (Burlian, 2016). Remaja zaman sekarang tidak

merasa bahwa tindakan balapan liar mereka itu dapat

mengganggu kenyamanan masyarakat, namun lain halnya

mereka merasa itu suatu kebanggaan bagi diri mereka.

4. Penyalahgunaan Narkoba

Salah satu persoalan yang amat berkaitan dengan

meningkatnya kenakalan remaja adalah masalah

penyalahgunaan narkotika (mariyuana, heroin, morfin,

kokain, barbiturates). Sosialisasi mengenai narkoba

sudah sering diadakan sesuai dengan program anti narkoba

untuk pelajar/sekolah serta dukungan terhadap peraturan

perundangan No 35 Tahun 2009 tentang narkotika, tetapi

penggunanya setiap tahun semakin meningkat. Penelitian

BNN (Badan Narkotika Nasional) di tahun 2013 dalam

Jurnal P4GN 2013 membuktikkan bahwa penyalahgunaan

narkoba sesuai tingkat pendidikan didominasi oleh

tingkat Sekolah Menengah Atas. Pernyataan ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan Vikiat Ika Maharti

mengungkapakan bahwa mayoritas penyalahgunaan narkoba


18

adalah pada usia remaja dengan umur berkisar antara 15-

19 tahun. Hasil penelitian Vikiat memberikan gambaran

bahwa yang menawarkan narkoba lebi banyak di kalangan

teman, di tempat kerja, di luar rumah, dan teman di

sekitar rumah. Tingginya perilaku dan sikap pendukung

penyalahgunaan narkoba, memudahkan seseorang terpuruk

dalam penyalahgunaan narkoba.

Hal senada juga diungkapkan oleh Jimmy

Simangunsong dalam hasil penelitiannya menyimpulkan

bahwa faktor yang dominan penggunaan narkoba di kalangan

remaja dipicu oleh faktor pegaulan dengan teman

sepergaulan yang bebas dan tanpa kontrol sehingga remaja

ikut terjerumus dan menggunakan narkoba (Simangunsong,

2015: 63) Motivasi untuk mengkonsusmsi obat-obatan

terlarang tersebut masing-masing individu berbedabeda

antara lain sebagai penenang pikiran, menghilangkan rasa

sakit, menghasilkan euforia, agar dapat diterima sebagai

anggota suatu kelompok. Seorang pemakai obat-obat

terlarang biasanya hadir bersama individu-individu lain

yang membentuk komunitas tersendiri (Usman, 1998).

5. Seks Bebas dan kehamilan Usia Dini

Seks bebas tidak lagi menjadi hal yang ditakutkan

dan tidak lagi menjadi sesuatu yang Tabu dikalangan

masyarakat. Permasalahan pergaulan bebas telah menjadi

hal yang menjamur di Negara kita. Berdasarkan penelitian


19

di Desa Masaloka Kabupaten Bomabana yang dahulunya

sangat menjunjung tinggi yang namanya rasa malu dan hal-

hal yang dianggap Tabu. Namun sekarang pergaulan bebas

hanya dianggap sebagai suatu hal yang biasa, tidak lagi

menjadi sesuatu yang Tabu di kalangan masyarakat.

Misalnya saja seperti fenomena pacaran di kalangan

pelajar yang tidak lagi malu untuk dipertontonkan,

seperti berpelukan, berpegangan tangan dan berdua-

duaan. Selain itu kasus pelajar yang hamil di luar nikah

juga sudah terjadi di Desa Masaloka sehingga menyebabkan

mereka jadi putus sekolah. (Suhaida, Hos, & Upe, 2018).

Seks bebas kerap terjadi pada anak-anak remaja

yang masih sekolah. Berawal dari pacaran akhirnya

merusak masa depan. Gaya pacaran anak-anak remaja

saat ini sungguh sangat memprihatinkan, melebihi

pasangan suami istri. Karena terbuai oleh kesenangan

sesaat mereka seolah-olah melupakan bagaimana dampaknya

di kemudian hari. Belum lagi orang tua dan keluarga yang

harus menanggung malu atas perbuatan bodoh mereka. Oleh

karena itu, perlu ditanamkan nilai moral dan agama

pada anak-anak remaja agar mereka tidak terjerumus pada

perbuatan yang sangat-sangat dilarang baik oleh agama,

masyarakat serta negara.


20

6. Merokok dan Minum-minuman Keras

Kebiasaan merokok dan minum-minuman keras sudah

biasa dan sudah bukan hal yang lumrah dilakukan oleh

para remaja yang ada di kelurahan ini, bahkan hampir

setiap hari kegiatan ini mereka lakukan dan yang lebih

memprihatinkan lagi, hal ini dilakukan bukan hanya para

remaja Pria tetapi banyak juga para remaja wanita yang

sudah sering melakukan hal ini. Hasil wawancara dengan

NB/16 tahun/Pelajar Saya sudah merokok dan minum-minuman

keras dan nongkrong-nongkrong di pantai dengan teman-

teman saya. faktor yang membuat saya melakukan hal itu

kalau saya dikecewakan oleh pacar saya baru saya

melakukan hal itu dan teman-teman bergaul saya pun

begitu dan kami melampiaskan dengan hal-hal seperti itu,

tapi hal itu jarang kami lakukan, tidak selalu. Saya

melakukan itu di tempat-tempat tersembunyi yang tidak

bisa dilihat oleh orang lain, kecuali teman dekat saya,

kalau untuk berhenti saya tidak bisa menjamin, karena

saya melakukan hal itu hanya pada saat saya mendapat

masalah, baik masalah dalam keluarga maupun pacaran.

Saya juga tidak tahu kalau orang tua saya mengetahui

saya berbuat demikian (Vive Vike Mantiri 2014)


21

B. Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Pengertian

Menurut WHO (1992) kesehatan reproduksi adalah keadaan

sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya

bebas dari penyakit kecacata, dalam segala aspek yang

berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta

prosesnya. Dengan demikian kesehatan reproduksi dapat

diartikan pula sebagai suatu keadaan dimana manusia dapat

menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalani fungsi

dan proses reproduksinya secara sehat dan aman, termasuk

mendapatkan keturunan yang sehat. Kesehatan reproduksi

adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental dan sosial yang

utuh (tidak semata–mata bebas dari penyakit dan kecacatan)

dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,

serta fungsi dan prosesnya (Depkes, 2003). Sedangkan

kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang

menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi yang

dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-

mata bebas dari penyakit dan kecacatan namun juga sehat

secara fisik, mental dan sosial kultur (BKKBN, 2008).

b. Awal Mula Konsep Tentang Remaja

Remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa

remaja awal (usia 10-13 tahun), masa remaja tengah

yaitu (usia 14-16 tahun) dan remaja akhir (usia 17-


22

19 tahun) (Rohan & Sayito, 2013). Masa remaja menurut

Santrock (2003), yaitu usia 10-13 tahun dan berakhir

saat menginjak usia 18-22 tahun.

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada 3

tahap perkembangan remaja (Sarlito Wirawan sarwono, 2004)

yaitu :

1) Remaja Awal 10-13 tahun ( early adolescence )

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran–heran

akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan

dorongan dorongan yang menyertai perubahan- perubahan itu.

Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik

pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Dengan

di pegang bahunya saja oleh lawan jenis , ia sudah

berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebi–lebihan ini

ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego“

menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan

dimengerti orang dewasa. Remaja awal bisa juga diartikan

dengan remaja dini atau remaja seawal mungkin. Sehingga

setelah anak-anak memasuki perkembangan menuju remaja.

2) Remaja madya ( middle adolescence )

Pada tahap ini emaja sangat membutuhkan kawan kawan. Ia

senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada

kecenderungan “narcistic” yaitu mencintai diri sendiri,

dengan menyukai teman temantang punya sifat–sifat yang sama

dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi


23

kebingungan karena ia tidak tahu hars memilih mana: peka

atau tidak peduli, ramai–ramai atau sendiri, idealis atau

matrealistis dan sebagainya.

3) Remaja Akhir

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode

dewasa dan di tandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi fungsi

intelek

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman

baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan

berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada

diri sendiri diganti dengan keseimbangan antara

kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh “ dinding “ yang memisahkan diri pribadinya

(private self) dan masyarakat umum (the public).

c. Pertumbuhan Dan Perkembangan Remaja

1) Pertumbuhan remaja

Menurut (Ade Wulandari 2014) pertumbuhan remaja

yaitu :
24

1. Pertumbuhan Fisik

Pertumbuhan meningkat cepat dan mencapai puncak

kecepatan. Pada fase remaja awal (11-14 tahun)

karakteristik seks sekunder mulai tampak, seperti

penonjolan payudara pada remaja perempuan, pembesaran

testis pada remaja laki-laki, pertumbuhan rambut

ketiak, atau rambut pubis. Karakteristik seks

sekunder ini tercapai dengan baik pada tahap remaja

pertengahan (usia 14-17 tahun) dan pada tahap remaja

akhir (17-20 tahun) struktur dan pertumbuhan

reproduktif hampir komplit dan remaja telah matang

secara fisik.

2. Kemampuan berpikir

Pada tahap awal remaja mencari-cari nilai dan

energi baru serta membandingkan normalitas dengan

teman sebaya yang jenis kelaminnya sama. Sedangkan

pada remaja tahap akhir, mereka telah mampu memandang

masalah secara komprehensif dengan identitas

intelektual sudah terbentuk.

3. Identitas

Pada tahap awal, ketertarikan terhadap teman

sebaya ditunjukkan dengan penerimaan atau penolakan.

Remaja mencoba berbagai peran, mengubah citra diri,


25

kecintaan pada diri sendri meningkat, mempunyai

banyak fantasi kehidupan, idealistis. Stabilitas

harga diri dan definisi terhadap citra tubuh serta

peran jender hampir menetap pada remaja di tahap

akhir.

4. Hubungan dengan orang tua

Keinginan yang kuat untuk tetap bergantung pada

orangtua adalah ciri yang dimiliki oleh remaja pada

tahap awal. Dalam tahap ini, tidak terjadi konflik

utama terhadap kontrol orang tua. Remaja pada tahap

pertengahan mengalami konflik utama terhadap

kemandirian dan kontrol. Pada tahap ini terjadi

dorongan besar untuk emansipasi dan pelepasan diri.

Perpisahan emosional dan dan fisik dari orangtua

dapat dilalui dengan sedikit konflik ketika remaja

akhir.

5. Hubungan dengan sebaya

Remaja pada tahap awal dan pertengahan mencari

afiliasi dengan teman sebaya untuk menghadapi

ketidakstabilan yang diakibatkan oleh perubahan yang

cepat; pertemanan lebih dekat dengan jenis kelamin

yang sama, namun mereka mulai mengeksplorasi

kemampuan untuk menarik lawan jenis. Mereka berjuang

untuk mengambil tempat di dalam kelompok; standar


26

perilaku dibentuk oleh kelompok sebaya sehingga

penerimaan oleh sebaya adalah hal yang sangat

penting. Sedangkan pada tahap akhir, kelompok sebaya

mulai berkurang dalam hal kepentingan yang berbentuk

pertemanan individu. Mereka mulai menguji hubungan

antara pria dan wanita terhadap kemungkinan hubungan

yang permanen.

2) perkembangan remaja

Menurut (Dianawati,2003). Perkembangan masa remaja

antara lain meliputi 3 aspek, yang tidak besamaan

mencapai tingkat kematangannya, yakni perkembangan

fisik, perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian

yaitu:

1) Perkembangan Fisik

Pada akhir masa anak, jelas terlihat pertumbuhan fisik

yang sangat hebat, dengan bertambah tingginya anak

secaratiba-tiba dan bertambah panjangnya extremitas,

sehingga terlihat perubahan perbandingan lengan,

tungkai dan tubuh. Pertumbahan fisik ini merupakan tanda

bagi permulaan dari dimulainya proses kematangan

seksual. Tidak lama kemudian, akan timbul ciri ciri

sekunder, penumbuhan kumis, jakun, bulu bulu diketiak

dan sekitar genetalia, dan payudara remaja putri. Dengan

mulai bekerjanya kelenjar hormon dan tercapainya


27

kematang alat genetalia bagian dalam, maka berakhirlah

masa pubertas.

Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan

ditandai oleh berbagai perubhan fisik, emosi, dan

phsikis. Masa remaja, yaitu usia 10-19 tahun, merupakan

massa yang khusus dan penting, karena merupakan periode

pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut

masa pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan

masa anak anak ke masa dewasa. Pada masa remaja terjadi

perubahan fisik (organobiologik) secara cepat, yang

tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental

emosional). Perubahan yang cukup besar ini dapat

membingkungkan remaja yang mengalaminya. Karena itu

mereka memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan

lingukngan di sekitarnya, agar tumbuh dan berkembang

menjadi manusia dewasa yang sehat baik jasmani, maupun

mental dan psikososial. Pada wanita mulai berfungsinya

sistem reproduksi, ditandai dengan adanya menarche yang

umumnya terjadi pada usia 10-14 tahun. Tanda pertama

pria terjadinya ereksi, orgasmus dan ejakulasi. Perineum

adalah daerah antara tulang kemaluan dengan anus pada

perineum terletak organ genetalia eksterna wanita

terdiri dari monsveneris, klitoris, labia mayora, labia

minora, vestibula. Organ reproduksi wanita yang terletak

di dalam panggul adalah rahim atau uterus, vagina,

saluran fallopi dan ovarium. Organ genetalia eksterna


28

pria terdiri dari penis, skrotum organ reproduksi yang

didalam panggul adalah vasdeferens, vesikula seminalis

dan kelenjar prostat. Semen atau cairan sperma

dikeluarkan oleh kelenjar prostat, kelenjar prostat ini

berbentuk melingkari uretra tepat dibawah kandung kemih.

2) Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada masa ini memperlihatkan

perubahan yang tidak selalu mudah dijalani. Pada masa

ini remaja sebelumnya bergaul dengan jenis yang sama,

mulai menaruh perhatian pada lawan jenisnya. Keinginan

untuk bergaul dengan teman pria dan teman wanita tetapi

terhalang oleh penampilan fisik yang kurang

menguntungkan misalnya jerawat. Sering pula kecamasan

orang tua berpengaruh negatif dari pergaulan dan akibat-

akibat dari pergaulan bebas menyebabkan orang tua

merintangi pergaulan heteroseksual. Tugas perkembangan

dalam hal perkembangan sosial yakni bergaul dengan teman

sebaya baik yang sejenis maupun lawan jenis, sedapat

mungkin mendapat perhatian dan bimbingan, supaya tidak

terjadi hambatan maupun akibat-akibat yang negatif bagi

masa depan remaja. Membentuk dan memperoleh peranan

sosial sesuai dengan jenisnya dikembangkan baik di

lingkungan keluarga dengan ayah dan ibu. Dengan

menjalani perkembangan sosial yang lancar dan kesempatan

pergaulan baik disertai bimbingan dari tokoh-tokoh


29

identifikasi, sehingga terbentuk tingkah laku sosial

yang bertanggung jawab.

3) Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian sesungguhnya sudah perlu

diperhatikan sejak masa bayi. Pendidikan aspek-aspek

kepribadian sudah perlu dimulai sebelum aspek

intelektual di perkembangkan. Pengandilan keinginan

dengan cara mengajar anak belajar bersabar dan tidak

selalu memenuhi keinginan anak dengan segar, harus

dilanjutkan dengan latihan pengendalian emosi dan

pengendalian diri ataupun mengekang keinginan untuk

mengejar kesenangan demi tercapainya tujuan yang lebih

berarti dalam jangka panjang.

d. Tanda-tanda seks sekunder

menurut Santrock, J.W. 2003 tanda-tanda seks

sekunder yaitu :

1) Pada Laki-laki

a) Rambut

Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja adalah

rambut kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah

testes dan penis mulai mebesar. Ketika rambut

kemaluan hampir selesai tumbuh, maka menyusul


30

rambut ketiak dan rambut di wajah, seperti halnya

kumis dan jambang.

b) Kulit

Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori

membesar.

c) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dibawah kulit menjadi lebih aktif.

Seringkali menyebabkan jerawat karena produksi

minyak yang meningkat. Aktivitas kelenjar keringat

juga bertambah, terutama bagian ketiak.

d) Otot

Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar

dan kuat. Lebih-lebih bila dilakukan latihan otot,

maka akan tampak memberi bentuk pada lengan, bahu

dan tungkai kaki.

e) Suara

Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka

terjadi perubahan suara. Mula-mula agak serak,

kemudian volumenya juga meningkat.

f) Benjolan di dada

Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan

kecil-kecil di sekitar kelanjar susu. Setelah

beberapa minggu besar dan jumlahnya menurun.


31

2) Pada wanita

a) Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti

halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan

ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai

berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah

mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali

rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya,

kemudan menjadi lebih subuh, lebih kasar, lebih

gelap dan agak keriting.

b) Pinggul

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan

membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang

pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

c) Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudarajuga

membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi

secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan

makan besarnya kelenjar susu sehingga payudara

menjadi lebih besar dan lebih bulat.

d) Kulit

Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih

kasar, ebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi

berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap

lebih lembut
32

e) Kelejar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih

aktif sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan

jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk

sebelum dan selama masa haid.

f) Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar

dan kuat akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan

tungkai kaki.

g) Suara

Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarangan

terjadi pada wanita.

f. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh

beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat genital, akses

terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual

pranikah, penyalahgunaan NAPZA, pengaruh media massa,

akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang

terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja

dengan keluarganya, penyakit menular seksual (PMS)

(Medjonson, 2013).
33

1. Kebersihan Organ Genitalia

Kesehatan reproduksi remaja ditentukan

dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan

menjaga kebersihan alat genitalnya. Alat reproduksi

yang lembab dan basah akan meningkat keasaman dan

memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih

mudah terkena infeksi genital bila tidak

menjagakebersihan alat genitalnya karena organ

vagina yang letaknya dekat dengan anus (Donggori,

2012).

2. Akses terhadap Kesehatan

Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar

tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja

mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-

hal yang seharusnya dihindari. Agar remaja

mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan

reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan

di dalam lingkungan keluarga (WHO, 2014).

Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum

pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup

tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ

reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular

Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya

pencegahan kehamilan. Dengan mengetahui tentang

kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat


34

menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh

remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi

remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja

tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya

perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular

seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan di

luar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang

suram dari remaja tersebut (Kurniawan, 2008).

3. Hubungan Seksual Pranikah

Kehamilan dan persalinan membawa risiko

morbiditas dan mortalitas yang lebih besar pada

remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih

dari 20 tahun. Remaja putri yang hamil pada usia

kurang dari 16 tahun mempunyai risiko kematian dan

mengalami komplikasi pada saat hamil dan melahirkan

yang lebih besar jika dibandingkan dengan wanita yang

lebih dewasa. Komplikasi tersebut antara lain

obstruksi jalan lahir, partus preterm, dan abortus

spontan, serta masih banyak lagi komplikasi lain.

(Mbizvo, 2010).

Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja

seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak survei yang

telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan

bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di

bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan


35

atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja

seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri

dibandingkan pada mereka yang lebih tua. 5 juta

remaja di seluruh dunia yang berada pada usia 15 –

18 tahun pernah melakukan aborsi yang tidak aman

setiap tahunnya dan 70.000 di antaranya berakibat

kematian (UNFPA, 2009).

4. Penyalahgunaan Napza

NAPZA adalah singkatan untuk narkotika,

alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.

Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid,

alkohol, ekstasi, ganja, morfin, heroin, kodein, dan

lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh

akan mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari

zat tersebut adalah penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan,

rasa nikmat dan nyaman yang luar sebab virus HIV

dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai

secara bergantian (Joit, 2014).

5. Pengaruh Media Massa dan Internet

Media massa baik cetak maupun elektronik

mempunyai peranan yang cukup berarti untuk memberikan

informasi yang benar mengenai cara menjaga kesehatan

khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya


36

artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja

akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan

dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya.

Akan tetapi penggunaan internet pengawasan orang tua

karena banyak informasi yang tidak layak bagi remaja

(Azriani 2011).

6. Akses Pelayanan Kesehatan Reproduksi

Pelayanan kesehatan juga berperan dalam

memberikan tindakan preventif dan tindakan kuratif.

Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas,

rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempattempat lain

yang memungkinkan. Dengan akses yang mudah terhadap

pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan

konsultasi tentang kesehatannya khususnya kesehatan

reproduksinya dan mengetahui informasi yang benar

tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat

melakukan tindakan pengobatan apabila remaja sudah

terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang

berhubungan dengan organ reproduksinya seperti

penyakit menular seksual (Sentosa, 2010).

7. Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang

penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara

penularannya tidak hanya terbatas secara genital-


37

genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital,

atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul

akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada

daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah

ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat

terjadi dengan cara lain yaitu penggunaan peralatan

pribadi yang bersamaan, seperti handuk, pakaian,

termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular

seksual juga dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya

ketika di dalam kandungan dan melalui jalan lahir

apabila kelahirannya pervaginam (Donggori, 2012).

C. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu“ dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru

atau adopsi perilak disadari oleh pengetahuan, kesadaran

dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat

langgeng (long lasting) sebaliknya apabila perilaku itu

tidak akan berlangsung lama (Notoadmojo, 2007).


38

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam kondisi dalam kognitif

mempunyai enam tingkatan menurut (Notoadmojo, 2012).

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) sesuatu yamg spesifik dari seluruh bahan

yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Contoh: dapat

menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan

protein pada anak balita.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui, dan dapat mengintrepetasikan materi

tersebut secraa benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya

dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang

bergizi.
39

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah di pelajari pada

situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di

sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguna

hukum hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

menggunakan rumus statistik dalam perhitungan

perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan

prinsip dalam pemecahan masalah (problem solving

cyclel) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari

kasus yang diberikan.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen,

tetapi masih di dalam sati struksur organisasi, dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari pengguna kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.
40

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungan bagian bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulas baru dari formmulasi formulasi yang ada.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat

membandikan antara anak yang cukup gizi dengan anak

yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya

diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab sebab

mengapa ibu ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu menurut

(A. Wawan dan Dewi M, 2011).

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lalin

menuju kearah cita cita tertentu yang menentukan


41

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk

mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

2) Pekerjaan

Menurut thomas yang dikutip oleh nurasalam

(2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya

dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang dan

banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kehiatan yang menyita waktu. Bekerja

bagi ibu ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga.

3) Umur

Menurut Elisabeth BH yangdi kutip nursalam

(2003), usia adalah umur individu yang terhiitung

mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup

umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Menurut Anna. Mariner yang dikutip dari nursalam

(2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang

ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat


42

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

2) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima

informasi.

4. KriteriaTingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam wawan dan dewi

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diintrepetasikan dengan skala yag bersifat

kualitatif, yaitu:

1) Baik : Hasil Presentase 76% - 100%

2) Cukup : Hasil presentase 56% - 75 %

3) Kurang : Hasil Presentase < 56 %

D. Penyuluhan Kesehatan

1. Pengertian Penyuluhan Kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan

kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan,

menanamkan keyakinan, sehingga tidak hanya sadar,

tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan

suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan

(Azwar, S. 2013)
43

Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai

kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-

prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana

individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat secara

keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya

dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara

kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, N. 2003)

2. Sasaran Penyuluhan Kesehatan

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu,

keluarga, kelompok, dan masyarakat. Penyuluhan

kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah

sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan

dan masyarakat binaan (Notoatmodjo, Soekidjo. 2014)

3. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tercapainya suatu hasil promosi

kesehatan secara optimal Metode yang dikemukakan

antara lain:

a. Metode individual (perorangan)

Dalam promosi kesehatan metode ini

digunakan untuk membina perilaku baru atau

seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan

pendekatan individual ini karena setiap orang


44

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda

sehubungan dengan penerimaan tau perilaku baru

tersebut. Metode yang dapat dikemukakan antara

lain metode bimbingan dan wawancara (Notoatmodjo,

Soekidjo. 2014)

b. Metode kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok

harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta

tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk

kelompok yang besar metodenya akan berbeda dengan

kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan

tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan.

Metode ini mencakup ceramah dan seminar

(Notoatmodjo, Soekidjo. 2014)

c. etode massa

Dalam metode ini penyampaian informasi

ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa

atau publik. Oleh karena sasaran bersifat umum

dalam arti tidak membedakan golongan umur,

pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan

sebagainya, maka pesan kesehatan harus dirancang

sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh

massa tersebut. Beberapa contoh dari metode ini

adalah ceramah umum, berbincang-bincang (talk


45

show) tentang kesehatan melalui media elektronik,

simulasi, dialog antara pasien dan petugas

kesehatan, sinetron, tulisan majalah atau koran,

spanduk, poster dan sebagainya (Notoatmodjo,

Soekidjo. 2014)

d. Media Promosi Kesehatan

Media promosi kesehatan adalah semua sarana

atau upaya untuk menyampaikan informasi kesehatan

dan mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan

bagi masyarakat atau klien berdasarkan fungsinya

sebagai penyaluran pesan kesehatan, media dibagi

menjadi tiga, yaitu:

1) Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual,

biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata,

gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk

dalam media ini yaitu booklet, leaflet, flyer,

flip chart, rubric, poster dan foto yang

mengungkapkan informasi kesehatan. kelebihan media

cetak yaitu tahan lama, mencakup banyak orang,

dapat dibawa kemana-mana. Kelemahan media cetak

yaitu media ini tidak dapat menstimulir efek suara

dan efek gerak (Notoatmodjo, Soekidjo. 2014)


46

2) Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan

dinamis, dapat dilihat dan didengar dan

penyampainnya melalui alat bantu elektronika. Yang

termasuk dalam media ini yaitu televisi, radio,

video, slide dan film strip. Kelebihan media ini

yaitu sudah dikenal masyarakat, mengikutkan panca

indera dan lebih menarik. Kekurangan dari media

ini yaitu perlu persiapan matang, biaya tinggi,

sedikit rumit dan perlu keterampilan penyimpanan

(Notoatmodjo, Soekidjo. 2010)

3) Media luar ruang

Media ini menyampaikan pesannya di luar

ruang, biasanya melalui media cetak maupun

elektronik misalnya papan reklame, spanduk,

pameran, banner, dan televisi layar lebar.

Kelebihan media luar ruang yaitu sebagai informasi

umum dan hiburan, lebih mudah dipahami, lebih

menarik, bertatap muka, penyajian dapat

dikendalikan dan sebagai alat diskusi serta dapat

diulang-ulang. Kelemahan media ini yaitu biaya

tinggi, rumit, perlu listrik, perlu alat canggih,

perlu persiapan matang dan peralatan selalu

berkembang dan berubah (Notoatmodjo, Soekidjo.

2010)
47

e. Konsep Film Dua Garis Biru

Film Dua Garis Biru yang bergenre drama di

rilis pada tanggal 11 Juli 2019. Film Dua Garis

Biru dapat diartikan sebagai salah satu film

Indonesia tentang edukasi seksual terhadap remaja

sebagai salah satu media pemberi informasi.

Film dengan jalan cerita yang sangat edukatif

tentang pergaulan remaja. Seperti yang kita

ketahui remaja-remaja saat ini telah banyak

mengalami perubahan pada gaya pergaulannya, mereka

seakan tidak tahu apa dampak yang didapat jika

melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan pada

usianya. Banyak dijumpai dalam kehidupan tentang

kasus remaja yang mengalami hamil diluar nikah,

padahal mereka seharusnya masih dapat melanjutkan

dan menggapai impian maupun cita-citanya. Dengan

terjadinya hal tersebut maka hancurlah harapan

mereka untuk melanjutkan impiannya, hal ini tidak

bisa disalahkan hanya dari satu pihak saja (anak-

anak), melainkan juga dari pihak kedua orang tua

yang seharusnya bisa lebih mendidik dan

berkomunikasi dengan baik kepada anak-anaknya,

utamanya mengenai edukasi seks (Adinda Eka P,

2020)
48

E. Kerangka Konsep

Remaja

Tawuran Seks Penyalag Merokok &


pembully Balapan bebas &
antar unaan minuman
an liar
pelajar kehamilan narkoba keras
usia dini

Factor yang mempengaruhi Pengetahuan kesehatan


pengetahuan : reproduksi

- Pendidikan
- Pekerjaan
- Umur Pendidikan - Video
- Likungan kesehatan - J
reproduksi Film
- Budaya
op - radio
- Leaflet
Pengetahuan - Poster
kesehatan - flayer
reproduksi - Flip
remaja chart
meningkat

Pernikahan
cukup usia

Keterangan :

Diukur : Tidak diukur :


49

F. Hipotesis

hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan

penelituan yang telah di rumuskan dalam perencanaan

penelitian (Notoatmodjo 2008)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1) Ha : Ada pengaruh film dua garis biru terhadap

pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi siswa

kelas X MIPA SMAN 2 Gerung.

2) Ho : Tidak ada pengaruh film dua garis biru

terhadap pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi

siswa kelas X MIPA SMAN 2 Gerung.


50

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu tahapan

penelitian yang harus diperhatikan dengan sebaik – baiknya

agar peneliti dapat dilaksanakan dengan serasi untuk

mencapain tujuan penelitian (Suyanto,2011)

A. Subyek peneliti

Subyek penelitian adalah subyek yang dituju untuk

diteliti oleh peneliti atau sasaran peneliti

(Sugiono,2011). Subyek pada penelitian ini adalah siswa

kelas X SMAN 2 Gerung.

B. Populasi dan sampel peneliti

1) populasi penelitian

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria

yang telah di tetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua siswa/siswi kelas X SMAN 2

Gerung yaitu sebanyak 64.


51

2) Sampel penelitian

Sample terdiri atas bagian populasi terjangkau yang

dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui

sampling (Nursalam, 2016). Sampel dari penelitian ini

adalah semua siswa/siswi kelas X SMAN 2 Gerung yang

berjumlah 64 responden yang memenuhi memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

3) Teknik sampeling

Teknik sampling adalah merupakan proses seleksi

sample yang digunakan dalam penelitian dari populasi

yang ada, sehingga jumlah sample akan mewakili

keseluruhan populasi yang ada, secara umum ada dua jenis

teknik pengambilan sample, yakni probability sampling

dan nonprobability sampling (Alimul, 2012). Dalam

penelitian ini mengunakan nonprobability sampling

dengan total sampling yaitu cara pengambilan dengan

mengambil semua anggota populasi menjadi sample

(Notoatmojo, 2012). Alasan mengambil total sampling

karna jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh

populasi dijadikan sample penelitian semuanya

(sugiyono,2007)

Dalam menentukan sample dalam penelitian ini

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi

a. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri

yang perlu dipenuhi oloeh setiap anggota populasi


52

yang dapat diambil sebagai sample (Nursalam,

2020). Kriteria inklusi dalam penelitian ini

adalah:

1. Siswa/siswi yang masih berada di kelas x

SMAN 2 Gerung.

2. Siswa/siswi yang bersedia menjadi

responden.

3. Siswa/siswi yang tidak cacat misalnya:

bisu/tuli.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria

inklusidari studi karena berbagai sebab (Nursalam,

2011). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini

adalah:

1. Siswa/siswi yang tidak masuk sekolah

(sakit, izin, atau alpa)

C. Rencana Penelitian

Rencana penelitian adalah suatu rancangan yang biasa

digunakan oleh peneliti sebagai petunjuk dalam

merencanakan dan melaksanakan penelitian untuk mencapai

tujuan atau atau menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam,

2013)
53

penelitian yang akan dilakukan mengunakan desain

penelitian dengan uji eksperiment one grup pre test dan

post tes merupakan jenis penelitian pre-experimental yang

dilakukan dengan cara sebelum dilakukan perlakuan pada

hari pertama akan akan diberikan kuesioner pretest untuk

diisi oleh siswa, lalu dihari kedua adalah perlakuan yaitu

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja lewat

pemutaran film dua garis biru. Hal ini dilakukan dengan

harapan remaja dapat memiliki pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi wanita/pria, perilaku seksual dan

dapat menghindarkan remaja pada perilaku seks bebas.

Kemudian setelah dilakukan perlakuan siswa diminta untuk

mengisi kembali kuesioner post test yang di bagikan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1) Instrument penelitian

Instrument penelitian adalah alat yang akan

digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini instrument yang di gunakan berupa

kuesioner untuk mengetahui pengaruh film dua garis biru

terhadap pengetahuan kesehatan reproduksi remaja.


54

2) Tehnik pengumpulan data

Tehnik pengumpulan data merupakan cara peneliti

untuk mengumpulkan data agar dapat memperkuat hasil

penelitian (Hidayat,A. 2012).

Langkah-langkah pengumpulan data dalam

penelitian ini antara lain :

a. Sebelum pengumpulan data peneliti mengajukan

permohonan untuk mendapatkan ijin pengambilan

data dari penelitiab dari Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Mataram.

b. Setelah mendapatkan ijin dari Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Mataram, peneliti kemudian

mengajukan permohonan untuk mendapatkan ijin

pengambilan data penelitian ke Kepala Badan

Pembangunan Penelitian Daerah (BAPPEA) LOMBOK

BARAT. Setelah itu mengantarkan surat ijin

penelitian dari Kepala Badan Pembangunan

Penelitian Daerah (BAPPEA) Lombok Barat ke SMAN

2 Gerung Lombok Barat untuk mendapatkan ijin

melakukan penelitian.

c. Setelah mendapatkan ijin dari kepala sekolah SMAN

2 Gerung Lombok Barat, peneliti mulai

mengumpulkan jumlah sampel.

d. Siswa / siswi SMAN 2 Gerung yang telah memenuhi

kriteria sample sebelum dijadikan responden,

peneliti terlebih dahulu membuat persetujuan


55

kesepakaatan atau membagikan informed consent

atau lembar persetujuan menjadi responden.

e. Menberikan penjelasan kepada siswa/siswi

(Responden) tentang tujuan dari penelitian yang

akan dilakukan peneliti.

f. Setelah memahami tujuan dan cara penelitian yang

akan dilakukan oleh peneliti, calon responden

diminta untuk menandatangani surat pernyataan

bersedia menjadi responden.

g. Pada hari pertama membagikan kuesioner pre test

untuk diisi kepada responden untuk mengetahui

pengetahuan kesehatan reproduksi remaja sebelum

dilakukan pemaparan film Dua Garis Biru.

h. Dihari kedua melakukan pemutaran film dua garis

biru.

i. Setelah pemutaran film responden diminta untuk

mengisi kuesioner post test kembali untuk

mengetahui Pengaruh Film Dua Garis Biru Terhadap

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi siswa/siswi

j. Setelah kuesioner terisi dengan benar, peneliti

kemudian mengelompokan data yang sudah terkumpul.

3) Tehnik Pengolahan Data

Data yang terkumpul akan diolah menurut

pengolahan data (Notoatmodjo, 2012) dengan melalui

beberapa tahapan yaitu :


56

a. Penyuntingan (editing)

Editing dilakukan untuk memeriksa kembali

kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

Kuesioner yang telah terkumpul kemudian

dilakukan pengecekan kelengkapan data.

b. Pengkodean (coding)

Pemberian kode dilakukan untuk mempermudah

dalam pengolahan data dan proses selanjutnya

melalui tindakan pengklasifikasian.

c. Skoring

Setelah dilakukan pengkodean kemudian

dilakukan pemberian nilai sesuai dengan skor

yang telah ditentukan.

1) Pengukuran pengetahuan remaja tentang

pernikahan dini

Jika respomden menjawab benar, maka skor =1,

Jika responden menjawab salah, maka skor =0.

Dengan kriteria : baik 76-100%, cukup 55-75

%, dan kurang ≤55%.

d. Tabulasi (Tabulating)

Hasil pengkodean dimasukan dalam tabel, yang

dilakukan secara manual. Data yang telah

ditabulasi kemudian dianalisa dengan uji

statistik menggunakan SPSS.


57

E. identifikasi variabel dan definisi operasional

1) Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulanya (Sugyono, 2019).

a. Variabel independent

Adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain (Nursalanm, 2014).

Variabel independent pada penelitian ini adalah

pengaruh film Dua Garis Biru.

b. Variabel dependen

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh

variabel lain (Nursalam, 2014). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah pengetahuan remaja

tentang kesehatan reproduksi

2) Definisi operasional

Definisi operasional merupakan bagian dari

keputusan mendefinisikan secara operasional

memungkinkan peneliti untuk melakukan obserfasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Nursalam, 2014).


58

1) Definisi operasional Pengaruh Film Dua Garis Biru Terhadap Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Siswa Kelas X Di Sman 2 Gerung.

Variabel Definisi operasional Parameter Alat Skala Skor

ukur

Independent Film Dua Garis Biru ialah - - - -

: menampilkan suatu film

Film Dua mengenai kenakalan remaja

Garis Biru untuk menambah pengetahuan

siswa siswi mengenai

kesehatan reproduksi.

Dependent : Pengetahuan adalah - Pengertian Kuesion Ordina Skoring :

Pengetahuan kemampuan remaja untuk kesehatan er ll Benar : 1

remaja mengetahui tentang reproduksi Salah : 0

tentang kesehatan reproduksi


59

kesehatan - Kesehatan Kategori :

reproduksi reproduksi Baik : 76-

- Factor yang 100 %

mempengaruhi Cukup : 55-

kesehatan 75 %

reproduksi Kurang :

- Pengetahuan pre ≤55 %

dan post

setelah

menonton flim

dua garis biru


60

F. Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah alat bantu komputer

melalui program SPSS. Uji statistik menggunkan Wilcoxon

signed ranks test dengan taraf kesalahan 0,05% (5%) untuk

menganasila hasil eksperimen pre-test post-test design dan

pengaruh film terhadap pengetahuan remaja tentang kesehatan

reproduksi.
61

G. Kerangka Kerja

Populasi :
siswa siswi
kelas X

Total
sampling

Sample

Pre-test : pengisian
kuesioner pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja

membandingkan apakah
ada pengaruh film dua
Pemutara film dua garis biru terhadap
garis biru pengetahuan reproduksi
siswa kelas X mipa I
dan 2 SMAN 2 Gerung
Post-test : mengisi kembali
kuesioner pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja Hasil:
Ada pengaruh film dua
garis biru terhadap
pengetahuan mengenai
kesehatan reproduksi
siswa kelas X SMAN 2
Gerung

Analisa data :
wilcokson

Anda mungkin juga menyukai