Anda di halaman 1dari 28

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP

PERNIKAHAN DINI PADA REMAJA DI SMA N 8 TANJUNG JABUNG TIMUR


TAHUN 2021

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


Guna memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan

Oleh:
YUNI ANGRAINI
NIM : 183001060041

FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penelitian dapat menyajikan Karya Tulis lmiah mengenai “Hubungan
pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap pernikahan dini pada remaja di SMA
N 8 Tanjung Jabung Timur tahun 2021”. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Djulim, Selaku Ketua Yayasan Pelita Nusantara Adiwangsa yang telah
menyediakan fasilitas-fasilitas pengajaran sehingga dapat memperlancar proses belajar
mengajar di kampus Fakultas Kesehatan dan Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi.
2. Bapak Seno Aji, S.Pd., M.Eng, Prac, selaku Rektorat Universitas Adiwangsa Jambi.
3. Ibu Subang Aini Nasution, SKM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan dan
Farmasi.
4. Bapak Ns. Oril Ardianto, S.Kep.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
di Universitas Adiwangsa Jambi Yang Telah Memberikan Banyak Bantuan Selama
Menempuh Pendidikan.
5. Ibu Ns. Sondang Selviana Silitonga , S.Kep, M.Kes, selaku pembimbing yang telah
memberikan waktu dan membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
6. Seluruh Dosen Prodi SI DIII Keperawatan Universitas Adiwangsa Jambi yang telah
banyak memberikan ilmu dan bimbingannya selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Orang tua serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan, pengorbanan dan
pengertian yang selama ini diberikan.
8. Teman-teman seperjuangan yang selalu saling berdiskusi dalam perkuliahan.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang sifatnya membangun dalam rangka perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir
kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semogah Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi perkembangan ilmu keperawatan dan untuk semua pihak
yang memerlukannya.
Jambi, 2021

Yuni Anggraini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
keberhasilan nasional yang bertujuan mewujudkan manusia indonesia seutuhnya.
Dalam UU RI tahun 2009 tentang kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
Masa remaja merupakan masa yang rentan resiko kehamilan karena
pernikahan dini (usia muda). Pernikahan dini memiliki dampak pada kesehatan,
karena pasangan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu.
Pernikahan dini akan berdampak pada kesehatan reproduksi anak perempuan dari segi
fisik, remaja belum kuat dan tulang panggulnya masih terlalu kecil bisa beresiko pada
saat proses persalinan dan kematian lebih tinggi kemungkinannya dua kali lebih besar
untuk meninggal sebelum usia 1 tahun dibandingkan dengan anak-anak yang
dilahirkan oleh ibu yang berusia dua puluh tahunan. (Stastik 2016)
Pernikahan dini merupakan gejala sosial masyarakat yang dipengaruhi oleh
pola fikir masyarakat setempat yang masih mengakar kuat pada kepercayaan pada
masyarakat tersebut. Banyak dampak yang ditimbulkan akibat pernikahan dini salah
satunya adalah dampak kesehatan utamanya dampak kesehatan reproduksi. Hal ini
sanmgat penting untuk diperhatikan karena kesehatan reproduksi berpengaruh pada
tingkat kesehatan ibu, kualitas janin yang dihasilkan, fertilitas yang tinggi, dan
kehamilan dengan jarak yang sangat dekat. (Fadlyana, 2015).
Peraturan pemerintah Nomor 71 tahun 2014 Kesehatan Reproduksi yang
menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yang
bermutu, aman dan dapat dipertanggung jawaban, dimana peraturan ini juga
menjamin kesehtan khususnya perempuan dalam usia reproduksi sehingga mampu
melahirkan generasi yang sehat, berkualitas yang nantinya berdampak pada
penurunan angka kematian ibu.
Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi
serta prosesnya. (Prijatni, I. Rahayu, 2016).
Dampak dari pernikahan usia dini kesehatan reproduksi salah satunya yaitu
perempuan usia 15-19 tahun memeiliki kemungkinan dua kali lebih bbesar meninggal
saat melahirkan dibandingkan yang berusia 20-25 tahun, sedangkan usia dibawah 15
tahun kemungkinan meninggal bisa 5 kali. Perempuan muda yang sedang hamil,
berdasarkan penelitian kan mengalami beberapa hal, seperti akan mengalami
pendarahan, keguguran dan persalinan yang lama atau sulit. Oleh karena itu,
pernikahan dini banyak dampak negatif yang penting untuk diketahui baik oleh
remaja maupun orang tua. (Desiyanti, 2015)
Di indonesia pada tahun 2018, 1.220.900 anak gadis perempuan usia 20-24
tahun yang berumahtangga sebelum berusia 18 tahun, dan ini membuat urutan
indonesia masuk top 10 negara yang terdapat pernikahan dini di dunia. (Kementerian
PPN/Bappenas, 2020)
Pernikahan dini bisa berakibat pada kesehatan reproduksi antara lain:
kehamilan pada perempuan usia dini berakibat pada kematian ibu dan janinnya,
kelainan kongenital, kelahiran prematur, preeklampsia, berat badan lahir rendah,
penyakit menular seksual, dan depresi postpartum. (Kabir, Gosh and Shawly, 2019)
Usia pernikahan yang terlalu muda dapat mengakibatkaan meningkatnya
perceraian karena bayi, risiko komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas.
Kematangan psikologis belum tercapai sehingga keluarga mengalami kesulitan
mewujudkan keluarga yang berkualitas tinggi. Dengan berbagai dampak dan resiko
yang ditimbulkan dari usia pernikahan pertama terutama yang terlalu muda maka
kebijakan untuk pendewasaan usia pernikahan sangat penting untuk dilakukan
perencanaan keluarga tidak hanya untuk aspek fisik tetapi juga mental dan emosional.
(BKKBN,2018)
Usia ideal menikah untuk perempuan adalah usia 21-25 tahun, sedangkan laki-
laki adalah 25-28 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut organ reproduksi
perempuan secara psikologis sudah berkembang dengan baik dan siap untuk
melahirkan, demikian halnya pada laki-laki usia tersebut sudah siap menopang
tanggung jawab kehidupan berkeluarga. (Dewi, 2017)
Berdasarkan data yang didapat dari Kementerian Agama Kabupaten Tanjung
Jabung Timur tahun 2020, jumlah pernikahan pria umur 19-21 sebanyak 317 orang,
dan perempuan umur 19-21 tahun sebanyak 502 orang. Dari data yang dilihat
mayoritas pernikahan dini merupakan dikalangan sekolah mengah atas (SMA) yamg
terdiri dari laki-laki SMA 551 dan perempuan SMA 512 orang. (Kementerian Agama
Tanjung Jabung Timur, 2020)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah belum di ketahui hubungan pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan sikap pernikahan dini pada remaja di SMA N 8 Tanjung Jabung
Timur tahun 2021.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Di ketahuinya hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap
pernikahan dini pada remaja di SMA N 8 Tanjung Jabung Timur tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap
pernikahan dini pada remaja di SMA N 8 Tanjung Jabung Timur.
b. Diketahui resiko kesehatan reproduksi dengan sikap pernikahan dini pada
remaja di SMA N 8 Tanjung Jabung Timur
c. Diketahuinya hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap
pernikahan dini pada remaja di SMA N 8 Tanjung Jabung Timur tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi SMA N 8 Tanjung Jabung Timur
Diharapkan sebagai masukan untuk membuat penyuluhan mengenai
dampak dari sikap pernikahan dini khususnya masalah gangguan reproduksi.
2. Bagi institusi pendidikan Universitas Adiwangsa Jambi
Sebagai referensi perpustakaan Universitas Adiwangsa Jambi dan
merupakan masukan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
3. Bagi peneliti
Bagi peneliti sendiri agar dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam melakukan penelitian dan sebagai penerapan ilmu yang telah ditetapkan.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian Kuantitatif menggunakan Cross
sectional yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Dengan Sikap Pernikahan Dini Pada Remaja di SMA N 8 Tanjung Jabung
Timur tahun 2021. Jumlah remaja putri di SMA N 8 Tanjung Jabung Timur tahun
2021 berjumlah 165 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 62 orang yang
diambil dengan cara accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengisian kuesioner.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan reproduksi
1. Pengertian
Kesehatan menurut WHO tidak hanya berkaitan dengan kesehatan fisik,
tetapi juga kesehatan mental dan sosial. WHO juga menambahkan kesehatan
merupakan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi.
Kesehatan reproduksi juga dipengaruhi oleh gizi, kesehatan psikologis,
ekonomi dan ketidaksetaraan gender yang menyulitkan remaja putri menghindari
hubungan sek yang dipaksakan atau sek komersial. (UNFPA,2016)
Kesehatan reproduksi mempunyai arti proses kehidupan manusia
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya, oleh karena itu kesehatan
reproduksi merupakan suatu keadaan seseorang yang sehat secara utuh baik fisik,
mental, dan sosial yang berhubungan dengan sistem, fungsi, serta proses
reproduksi. (Harmani et al 2015)

2. Tujuan kesehatan reproduksi


1. Tujuan umum
Meningkatkan kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksinya, termasuk kehidupan seksualnya sehingga hak-hak reproduksi
dapat terpenuhi.

2. Tujuan khusus
a. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan fungsi
reproduksinya.
b. Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam menentukan
kapan hamil, jumlah dan jarak antar kehamilan.
c. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat dari
perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan kesejahteraan
pasangan dan anak-anaknya.
d. Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan yang berkaitan
dengan proses reproduksi.
3. Sasaran reproduksi
1. Remaja ( Pubertas )
a. Di beri penjelasan tentang masalah keehatan reproduksi yang di awali
dengan pemberian pendidikan seks.
b. Membantu remaja dalam menghadapi menarche secara fisik, psikis, sosial
dan hygiene sanitasinya.

2. Wanita
a. Wus ( Wanita Usia Subur )
1. Penurunan 33% angka prevalensi anemia pada wanita ( usia 15-45 )
2. Peningkatan jumlah yang bebas dari kecacatan sebesar 15%
b. Pus ( pasangan usia subur )
1. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dengan baik
2. Terpenuhinya kebutuhan ber-KB
3. Penurunan angka kematian ibu sehingga 50%
4. Penurunan proporsi BBLR menjadi < 10%
5. Pemberantasan tetanus neonatorum

3. Lansia
a. Proporsi yang memamfaatkan pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan dan
pengobatan penyakit menular seksual (PMS) minimal 70%
b. Pemberian makanan yang banyak mengandung zat kalsium untuk mencegah
osteoporosis
c. Memberi persiapan secara benar dan pemikiran yang positif dalam
menyosong masa monopouse

4. Ruang lingkup kesehatan reproduksi


1. Gangguan sistem reproduksi
a. Gangguan kesehatan berkaitan dengan kehamilan
b. Kendali sosial budaya terhadap kesehatan reproduksi
c. Kebijakan pemerintah terhadap kesehatan reproduksi (U.U)
d. Tersedianya pelayanan (esensial dan komprehensif)
e. Dampak industrilisasi dan perubahan lingkungan terhadap kesehatan
reproduksi
2. Gender dan seksualitas
a. Kebijakan pemerintah terhadap masalah gender dan seksualitas
b. Pengendalian sosial / norma budaya
c. Seks dan remaja
d. Perlindungan terhadap perempuan
3. Salah satu resiko dari seks pranika atau seks bebas adalah terjadinya
kehamilan yang tidak diharapkan. Ada dua hal yang dilakukan jika
mengalami kehamilan yang tidak di inginkan :
a. Bila kehamilan dipertahankan
1. Resiko fisik
Kehamilan pada usia dini bisa menimbulkan kesulitan dalam
persalinan seperi pendarahan bahkan kematian.
2. Risiko psikis atau psikologi
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena
pasangan tidak mau menikah atau tidak mempertanggung jawabkan
perbuatannya
3. Risiko sosial
Salah satu risiko sosial adalah berhentinya / putusnya sekolah atas
kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan
4. Resiko ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi / anak
membutuhkan baiaya besar

b. Bila kehamilan diakhiri (aborsi)


1. Risiko fisik
Pendarahan dan komplikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi,
aborsi yang terulang selain menyebabkan komplikasi juga bisa
menyebabkan kemandulan , aborsi yang tidak aman bisa
menyebabkan kematian.
2. Risiko psikologi
Pelaku aborsi sering mengalami perasaan takut, panik, tertekan atau
stress, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan.
3. Risiko sosial
Ketergantungan pada pasangan sering kali lebih besar karena
perempuan sudah merasa tidak perawan, pernah mengalami
kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.
4. Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi bila terjadi komplikasi maka biaya akan
semakin tinggi.

4. Kekerasan dan pemerkosaan terhadap perempuan


Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk kekerasan
berbasis gender yang berakibat atau memungkinkan berakibat, menyakitkan
secara fisik, seksual, mental atau penderita terhadap perempuan, termasuk
ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan atau perampasan semena mena
kebebasan, baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam
kehidupan pribadi.

5. Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi


1. Status kesehatan
a. Gizi (utama)
b. Kesakitan
2. Tingkat pendidikan
a. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
b. Remaja, orang tua dan toko masyarakat
3. Praktek budaya
a. Pernikahan muda
b. Kehamilan dan jumlah anak
c. Faham bias gender
4. Sasaran dan prasarana kesehatan
5. Pelayanan kesehatan

6. Indikator kesehatan reproduksi


a. Angka kematian ibu (AKI)
b. Tingkat aborsi
c. Anemia kehamilan
d. Infertility
e. Kematian neonatul
f. PMS (phs)

7. Sejarah kesehatan reproduksi / kesehatan wanita di indonesia


1. Semua mahkluk diciptakan berpasangan
2. Laki-laki dan perempuan sama derajat, harkat dan martabat meskipun
memiliki fungsi biologis yang berbeda
3. Perbedaan untuk saling melengkapi dan menjaga keseimbangan
4. Perkembangan sejarah
Budaya
Melahirkan perbedaan sikap dan perilaku reproduksi :
a. Hampir semua kultur perempuan memiliki peran ganda
b. Perempuan kurang memiliki akses terhadap pendidikan,
pembangunan dan pelayanan kesehatan
Dampak :
a. Kehidupan sosial wanita lebih keterbelakangan / terbelengu
b. Rentan terhadap kejadian kesakitan
c. Angka kematian ibu tinggi

8. Isu isu gender dalam KB dan kesalahan reproduksi


1. Keluarga berencana
a. Unmed need yang masih berkisar 9-10%
b. Fasilitas pelayanan yang belum memuaskan yang berdampak pada
cukup tingginya kegagalan dan komplikasi
c. Kehamilan yang tidak di inginkan
Banyaknya pernikahan dibawah umur sehingga tinggi jumlah
kehamilan yang tidak di inginkan.
d. Kesertaan pria
Laki-lakipemakai kontrasepsi sangat rendah, laki-laki lebih dominan
dalam menentukan aspek aspek yang berkaitan dengan keluarga
berencana dan kesehatan reproduksi
2. Kesehatan reproduksi
a. Kematian dan kesakitan ibu hamil, melahirkan, dan nifas
b. Aborsi
c. ISR, PMS, dan HIV / AIDS
d. Kekerasan terhadap perempuan
e. Pernikahan di usia muda
f. Pasangan infertil

9. Gender dalm KB dan kesehatan reproduksi


Kesehatan gender diwujudkan dalam bentuk peran dan tanggung jawab
bersama antara suami istri karena alasan berikut :
1. Suami istri merupakan pasangan dalam proses reproduksi.
2. Suami istri bertangung jawab secara sosial, moral, dan ekonomi dalam
keluarga.
3. Suami istri mempunyai hak-hak reproduksi yang merupakan bagian hak
asasi manusia yang bersifat universal.
4. KB dan kesehatan reproduksi memerlukan peran dan tanggung jawab
bersama suami istri, bukan suami atau istri saja.
5. Program KB dan kesehatan reproduksi berwawasan gender.
Gender dalam kesehatan reproduksi
1. Keluarga baru
2. Keluarga hamil
3. Keluarga melahirkan
4. Pola asuh
B. Pernikahan dini ( pasangan dini )
Pernikahan usia dini merupakan pernikahan yang dilakukan sebelum batas
usia minimal yang dianjurkan. UU No.16 / 2019 tentang perubahan atas UU No.1/
1974 tentang pernikahan telah menaikkan usia minimal nikah perempuan dari 16
tahun menjadi 19 tahun. Dengan demikian, usia nikah perempuan dan laki-laki sama-
sama 19 tahun. Namun, UU pernikahan tetap mengatur izin pernikahan dibawah usia
19 tahun. (22 Januari 2020)
Banyaknya resiko kehamilan dibawah umur 19 tahun dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pernikahan usia dini merupakan pernikahan yang dilakukan bila
pria kurang 19 tahun dan perempuan kurang dari 19 tahun.
1. Faktor yang mempengaruhi
a. Alasan pernikahan dini
1. Faktor sosial budaya
Beberapa daerah di indonesia masih menerapkan prakti nikah dini, karena
mereka menganggap anak perempuan yang terlambat menikah merupakan
aib bagi keluarga.
2. Desakan ekonomi
Pernikahan usia dini terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis
kemiskinan, untuk meringankan beban hidup orang tuanya, maka anak
perempuannyadi nikahkan dengan orang yang dianggap mampu.
3. Tingkat pendidikan
Pendidikan yang rendah makin mendorong cepatnya pernikahan usia dini.
4. Sulit mendapatkan pekerjaan
Banyak dari remaja yang menganggap kalau mereka menikah muda tidak
perlu lagi mencari pekerjaan atau mengalami kesulitan lagi dalam hal
keuangan karena keuangannya sudah di tanggung suami.
5. Media massa
Gencarnya ekspos sek di media massa menyebabkan remaja modern kian
permisif terhadap seks.
6. Agama
Dari sudut pandang agama menikah di usia muda tidak ada larangan
bahkan di anggap lebih baik dari pada melakukan perzinaan.
7. Pandangan dari kepercayaan
Banyak di daerah di temukan pandangan dan kepercayaan yang salah
misalnya kedewasaan dinilai dari status pernikahan, status janda di anggap
lebih baik dari pada perawan tua.
b. Kelebihan pernikahan dini
1. Terhindar dari perilaku seks bebas
2. Menginjak usia tua tidak lagi mempunyai anak yang masih kecil
3. Terpenuhnya kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi
c. Resiko pernikahan usia dini
Konflik dalam pernikahan usia dini:
1. Masalah kesehatan reproduksi
2. Segi ekonomi
3. Kurangnya kesabaran atau belum matang secara emosi
4. Kurangnya persiapan untuk hamil dalam usia muda, juga berkaitan
dengan defisiensiasam folat dalam tubuh. Akibat kekurangan asam
folat, janin dapat menderita spina bifida atau janin tidak memiliki batok
kepala.
Ibu usia muda kemungkinan untuk memiliki anak dengan :
1. Berat bayi rendah
2. Kurang gizi
3. Dan anemia
Ibu muda ini kemungkinan untuk menderita kanker servik nantinya,
istri usia muda sering mengalami kebebasan dan otonomi yang terbatas dan
tidak mampu kompromi mengenai :
1. Relasi
2. Seksual
3. Penggunaan kontrasepsi
4. Kehamilan, dan
5. Hal-hal lain di kehidupan berkeluarga.
Ketidakmampuan kompromi mengenai penggunaan kondom
menempatkan mereka pada posisi rentan untuk tertular IMS dan
HIV/AIDS.
Setelah menikah perempuan muda biasanya terpaksa meninggalkan
keluarga, teman, dan lingkungannyauntuk pindah kelingkungan suami.
Kehilangan dukungan sosial dan putus sekolah akan mengganggu proses
pendidikannya.
Dengan keterbatasan, perempuan akan terisolasi dan sulit menerima
informasi mengenai kesehatan reproduksi. Mereka sering kali tidak berdaya
mengakses pelayanan kesehatan masyarakat.
Mereka perlu izin untuk mendapatkan pelayanan dan umumnya
tidak mampu membayar pelayanan kesehatan. Pernikahan anak merupakan
pelanggaran hak seksual dan reproduksi termasuk hak untuk :
1. Mendapatkan standar tertinggi kesehatan seksual
2. Bebas dari paksaan, diskriminasi, kekerasan, dan pelecehan
3. Relasi seksual yang disepakati bersama
4. Kehidupan seksual yang aman
5. Memiliki pasangan dan pernikahannya
6. Mendapat informasi dan pendidikan mengenai kkesehatan reproduksi
7. Menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah,
jarak dan waktu memiliki anak dan mendapat informasi tentang itu
8. Mendapat pelayanan reproduksi seksual

d. Masalah dan Dampak yang terjadi akibat pernikahan usia dini


1. Kesehatan perempuan
a. Alat reproduksi belum siap menerima kehamilan sehingga dapat
menimbulkan berbagai komplikasi seperti abortus, pendarahan hebat
dan lain-lain
b. Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri
c. Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi
d. Beresiko pada kematian usia dini
e. Meningkatkan angka kematian ibu ( AKI )
f. Semakin muda perempuan memiliki anak pertama, semakin rentan
tyerkena kanker serviks
g. Resiko terkena penyakit menular seksual
h. Kehilangan kesempatan mengembang diri
2. Kualitas anak
a. Bayi berat baru lahir rendah ( BBLR ) sangat tinggi, adanya kebutuhan
nutrisi yang harus lebih banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan
pertumbuhan ibu sendiri
b. Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18 tahun rata-
rata lebih kecil dan bayi dengan BBLR memiliki kemungkinan 5-30
kali lebih tinggi untuk meninggal
c. Kecacatan pada anak (cacat mental maupun fisik)
e. Upaya penanggulangan masalah
Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah pernikahan
dini :
1. Menetapkan usia pernikahan yang baik diatas 20 tahun dan melarang
menikah dibawah usia 20 tahun agar wanita terhindar dari resiko tingginya
angka kesakitan dan kematian saat hamil dan melahirkan.
2. Meningkatnya pendidikan pada wanita dengan sekolah yang tinggi.
Wanita saat kini diharapkan dapat lebih berkreasi dan berkarya dalam
kehidupannya agar kelak mapan dalam pendidikan.
3. Tidak terlalu memaksakan kehendak anak
Orang tua diharapkan menjadi panutan yang baik oleh karena itu orang tua
diharapkan tidak memaksakan kehendak dapat memperburuk kehidupan
anaknya dimasa yang akan datang.
4. Memberikan penyuluhan tentang resiko pernikahan usia muda.
C. Konsep pengetahuan dan sikap
1. Pengetahuan (Knowledge)
a. Definisi pengetahuan
Notoatmodjo, (2018) mengatakan pengetahuan merupakan hasil tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu.
Pengindraan panca indra manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagia besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga, yaitu proses melihat dan mendengar. Selain itu proses
pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan formal maupun informal.
Soekanto (2017) mengatakan pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
merupakan dominan yang penting dalam membentuk tindakan seseorang
(overbehavior). Proses kognitif meliputi ingatan, persepsi, simbol-simbol
penalaran dan pemecahan persoalan. Dalam kamus bahasa indonesia,
pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan
sesuatu hal.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2018)


adalah :
1. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang bila
ekonomin baik, tingkat pendidikan maka tingkatn pengetahuan akan tinggi
pula.
2. Kultur (budaya dan agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena
informasinya yang baru akan disaring sesuai atau tidaknya dengan budaya
yang ada apapun agama yang dianut.
3. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan nudah menerima hal yang baru dan
akan menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.
4. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu.
Pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan
semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.
c. Jenis-Jenis Pengetahuan
1. Pengetahuan Faktual (Factual Knowledge)
Pengetahuan yang berupa potongan-potongan informasi yang
terpisah-pisah atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu.
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukan saling keterkaitan antara unsur-unsur
dasar dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama-
sama.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang
bersifat rutin maupun yang baru.
4. Pengetahuan Metakognitif
Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan
pengetahuan tentang diri sendiri.

d. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah , kata kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebabkan, menguraikan,
mengidentifikasi, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secar
benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginferstasikan
secara benar, orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,meramalkan dan
sebagainya terhadap suatu obyek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartiakn sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari ataupun kondisi real. Aplikasi ini dapat diartiakan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthensis)
Sintesis tersebut menunjukan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis merupakan suatu
kemampuan untuk menyusun informasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu :
1. Menghafal
Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka
panjang.
2. Memahami
Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal
yang dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan
yang telah dimiliki.
3. Mengaplikasikan
Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau
tugas.
4. Menganalisis
Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurannya dan
menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan
struktur besarnya.
5. Mengevaluasi
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang
adaa.
6. Membuat
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.

e. Kriteria Tingkat Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo, (2018) pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan di interpresentasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1. Baik : hasil presentase 75% - 100%
2. Cukup : hasil presentase 56% - 75%
3. Kurang : hasil presentase >56%
s
2. Sikap (Attiude)
a. Definisi Sikap
Menurut Notoatmodjo (2018) mendefinisikan pengertian sikap dengan
sangat sederhana bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam
merespon stimukasi atau obyek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran,
perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain.
Menurut Allport (1945) yang dikutip oleh Sarwono dan
Meinarno(2017), bahwa sikap merupakan kesiapan mental, yaitu proses yang
berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman dan
menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi.

b. Komponen Pokok Sikap


1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak

c. Berbagai Tingkatan Sikap


1. Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberiakan (objek)
2. Merespon, merupakan memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap
3. Menghargai, merupakan mengajak orang lain untuk mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu sikap tingkat tiga
4. Bertanggung jawab, merupakan bertanggung jawab atau segala sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resikoadalah sikap yang paling tinggi
d. Fungsi Sikap
1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan
Merupakan sesuatu yang mudah menjalar, juga bisa sebagai rantai
penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan kelompok lainnya.
2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku
Merupakan pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah
lanjut usia tidak ada.
3. Sikap sebagai alat pengatur pengalaman
Merupakan manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman secara
aktif.
4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian
Disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang
mendukungnya.

e. Sikap dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :


1. Sikap sosial
Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang-
ulang terhadap objek sosial.
2. Sikap individu
Sikap indivisu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individu
berkenaan dengan objek perhatian sosial.

f. Karakteristik Sikap
1. Selalu ada objeknya
2. Biasanya bersifat evaluative
3. Relatif mantap
4. Dapat dirubah
3. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 2.1
Kerangka Teori

Faktor Sosial - Ekonomi:


 Pengetahuan
 Sikap
 Kemiskinan
 Tingkat pendidikan
 Tempat tinggal

Faktor Budaya – Lingkungan


 Praktek tradisional
 Keyakinan Kesehatan Reproduksi
 Informasi

Faktor Psikologis
 Orang tua
 Depresi
 Tidak percaya diri
 Kecacatan

Sumber : Kesehatan Reproduksi Remaja: Implementasi PKPR Dalam Teman


Sebaya, Nessi Meilan, 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi berhubungan
kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2018).
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah menjelaskan variabel-variabel
yang akan diwawancara yaitu Hubungan Pengetahuan kesehatan Reproduksi Dengan
Sikap Pernikahan Dini Pada Remaja di SMA N 8 Tanjung Jabung Timur Tahun 2021.

Bagian 3.1
Kerangka konsep

Variable independen Variable dependen

Pengetahuan

Kesehatan reproduksi
dan pernikahan dini
\
Sikap

B. Definisi Operasional
Berdasarkan kerangka konsep pada bagian 3.1, maka definisi operasional
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 :
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Definisi Cara Alat Skala Hasil Ukur
Variabel Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Pengetahuan Hasil tahu Pengisian Kuesioner Ordinal 1. Kurang baik jika
seseorang kuesioner skor jawaban >56%
terhadap 2. Cukup baik skor
pengetahuan jawaban 56-75%
kesehatan 3. Baik jika skor
reproduksi jawaban 76-100%
(Notoatmodjo, 2018)
2. Sikap Reaksi Pengisian Kuesioner Ordinal 1. Jika score jawaban
perasaan kuesioner ≤ median ( 12.00)
remaja 2. Jika score jawaban
terhadap ≥ ( 12.00)
pernikahan (Notoatmodjo, 2018)
dini

C. Hipotesis
Ha :
1. Adanya hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja SMA N 8
Tanjung Jabung Timur tahun 2021.
2. Adanya hubungan sikap pernikahan dini pada remaja di SMA N 8Tanjung Jabung
Timur tahun 2021.

D. Desain penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Cross sectional artinya tiap subjek
penelitiannya hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter yaitu pengetahuan yang diperoleh dari responden dan sikap responden yang
akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dengan variabel dependen untuk
mengetahui Hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi dengan sikap pernikahan
dini pada remaja di SMA N 8 Tanjung Jabung Timur tahun 2021. (Notoatmodjo,
2018)

E. Waktu dan tempat penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMA N 8 Tanjung Jabung Timur

F. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh remaja putri di SMA N 8
Tanjung Jabung Timur sebanyak 165 remaja pada tahun 2021.
2. Sampel
Menurut sugiyono (2018) sampel adalah sebagian dari populasi yang
mewakili suatu populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri di SMA
N 8 Tanjung Jabung Timur tahun 2021.
Sampel dipilih dengan teknik Accidental sampling yaitu teknik
pengambilan responden yang yang ada atau bersedia sesuai dengan konteks
penelitian. Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah diambil dengan rumus
Sloving dalam Setiawan (2011). Rumusnya adalah sebagai berikut :

N
n= 2
1+( N . d )
165
n=
1+(165. 0,12)
n = 62,26 (62 orang)
n = 62 orang

keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi = 165 orang
d = tingkat kepercayaan 10% (0,01)
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu :
a. Remaja di SMA N 8 Tanjung Jabung Timur umur 15 -18 tahun
b. Bersedia menjadi responden yang hadir pada penelitian
c. Bisa baca dan tulis
d. Dapat diajak berkomunikasi dengan kooperatif
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer yaitu data yang dikumpulkan oleh penelitinya sendiri. Dalam
penelitian ini, data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden
melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari suatu sumber dan biasanya
data itu sudah dikomplikasikan lebih dahulu oleh instasi atau orang yang punya
data. Dalam penelitian ini, data sekunder adalah data yang diperoleh dari
Kementerian Agama Tanjung Jabung Timur dan SMA N 8 Tanjung Jabung
Timur.

H. Instrumen Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2018) instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan
digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian dapat berupa : kuesioner,
formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan
sebagainya. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian kuesioner yang
digunakan adalah pertanyaanuntuk mengambil data mengenai Hubungan pengetahuan
kesehatan reproduksi dengan sikap pernikahan dini pada remaja di SMA N 8 Tanjung
Jabung Timur tahun 2021.

I. Teknik Pengelolaan Data


Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah melalui tahapan sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2018) :
1. Editing
Memberi kelengkapan yaitu memeriksa pertanyaan yang diajukan telah lengkap
atau tidak ada jawaban yang diberikan .
2. Coding
Mengkode data dengan memberikan kode pada masing-masing jawaban untuk
mempermudah pengolahan data. Adapun pengkodean antara lain :
a. Pengetahuan
Jika kategori kurang diberi 1, katagori cukup diberi kode 2 dan kategori baik
diberi kode 3.
b. Sikap
Jika kategori negatif diberi kode 1 dan kategori positif diberi kode 2.
3. Scoring
Scoring dilakukan dengan menetapkan skor (nilai) pada setiap pertanyaan
kuesioner dan pada saat pengkategorian setiap variabel. Adapun pemberian skor
pada setiap variabel antara lain :
a. Pengetahuan
Jika skor <56 % diberi kode 1, skor 56-75 diberi kode 2 dan skor 76-100
diberi skor 3.
b. Sikap
Pada variabel sikap, pertanyaan negative jika menjawab Sangat Setuju (SS)
diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor 3, dan
Sangat Tidak Setuju (STS) 4. Pertanyaan positif jika menjawab Sangat Setuju
(SS) diberi kode 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2,
dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1.
4. Entry data
Data yang telah diperiksa dan diberi kode dimasukkan kedalam program computer
untuk dianalisis.
5. Cleaning
Dilakukan untuk memastikan bahwa keseluruhan data sudah di entry dan tidak
terdapat kesalahan dalam memasukkan data sehingga siap untuk dianalisis.

J. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis data dilakukan secara Univariat, yaitu menyederhanakan atau
memudahkan intervensi data ke dalam bentuk penyajian. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat hubungan distribusi frekuensi variabel yng di teliti.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk menentukan hubungan antara Variabel
Dependen dengan Variabel Independent, dengan menggunakan perangkat
komputer dengan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan 95% dengan p-value
0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan atau Ho gagal ditolak.

Anda mungkin juga menyukai