Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyajikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan
Masyarakat Tentang Penyakit Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Muara
Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur2021”.
Dalam Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan
arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Yth:
1. Bapak Dr. I. Nyoman El, selaku Ketua Yayasan Pelita Nusantara
Adiwangsan , yang telah menyediakan fasilitas-fasilitas pengajaran
sehingga dapat memperlancar proses belajar mengajar di Universitas
Adiwangsa Jambi.
2. Bapak Seno Aji , S.Pd.,M.Eng,pract selaku Rektor Universitas Adiwangsa
Jambi.
3. Ibu Subang Aini Nasution, SKM.,M.Kes selaku ketua Dekan Fakultas
Kesehatan dan Farmasi Universitas Adiwangsa Jambi.
4. Bapak Ns. Oril Ardianto, S.Kep.,M.Kep selaku ketua Program Studi D III
Keperawatan Universitas Adiwangsan Jambi yang telah membantu selama
perkuliahan.
5. Ibu Nurhayati, S.Kep.,M.Kep selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan,bimbingan, dan dorongan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Orang tua serta keluarga besar penulis yang sangat penulis cintai, terima
kasih atas do’a dan dorongan semangat, pengorbanan, dan kepercayaan
yang telah diberikan selama ini
7. Teman-teman seperjuangan dalam suka dan duka atas semua dukungan
dan kebersamaannya selama ini.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritikan dan saran yang sifatnya membangun dalam rangka perbaikan Karya Tulis
Ilmiah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi perkembangan ilmu keperawatan
dan untuk semua pihak yang memerlukannya.
Jambi, 2021
Nur Oktaviani
DAFTAR ISI
DAFTAR BAGAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR ISTILAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yaitu penelitian ini
adalah”Bagaimana Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Masyarakat di Wilayah kerja Puskesmas Muara Sabak Timur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur”?
1.3Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Masyarakat Tentang Penyakit Kust di Wilayah kerja Puskesmas Muara
Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Kusta di Wilayah
kerja Puskesmas Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung
Timur tahun 2021.
b. Diketahui gambaran Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Kusta di
Wilayah kerja Puskesmas Muara Sabak Timur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur tahun 2021.
c. Diketahui gambaran Pengetahuan Pendidikan Kesehatan
Terhadap Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang penyakit
Kusta di Wilayah kerja Puskesmas Muara Sabak Timur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2021.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagimasyarakat
Memberi masukan kepada masyarakat mengenai informasi tentang
penyakit kusta dilakukan oleh petugas kesehatan sehingga masyarakat
yang berada di Wilayah kerja Puskesmas Muara Sabak Timur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur dapat mengetahui tentang penyakit kusta dan agar
dapat mencegah penularan penyakit kusta khususnya di lingkungan
Puskesmas Wilayah kerja.
2. Bagipeneliti
Menambah pengetahuan,wawasan serta dapat membagikan ilmu yang
bermanfaat tentang penyakit kusta.
3. Bagiinstitusi
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan, khususnya dalam pemberian peningkatan
pendidikan kesehatan tentang penyakit kusta.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kusta
2.1.1 Pengertian
Berdasarkan World Health Organization/WHO (2019) Kusta atau lepra telah
dikenal hampir 2000 tahun sebelum Masehi. Penyakit ini merupakan salah satu
contoh Neglected Tropical Disease (NTD) Kusta merupakan suatu penyakit
infeksius yang disebabkan oleh bakteri; Mycobacterium leprae. Penyakit ini
menyerang berbagai bagian tubuh diantaranya saraf, kulit, dan mukosaluran
pernafasan atas.
Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh
kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi , kulit dan
jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat
kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi melua
sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, kemajuan dan ketahanan nasional.
Penyakit kusta bukan penyakit keturunan atau kutukan tuhan. Penatalaksanaan
kasus yang buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan
kerusakan permanen pada kulit, saraf , anggota gerak dan mata
(Profil Kesehatan Provinisi Jambi 2019).
Kusta merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
Leprae. Kusta dikenal dengan “The Great ImitatcDisease” karena penyakit ini
sering sekali tidak disadari karena memiliki gejala yang hampir mirip dengan
penyakit kulit lainnya. Hal ini juga disebabkan oleh bakteri kusta sendiri
mengalami proses pembelahan yang cukup lama yaitu 2-3 minggu dan memiliki
masa inkubasi 2-5 tahun bahkan lebih (Kemenkes RI,2018).
Dari seluruh definisi penyakit kusta yang ditemukan di atas dapat disimpulkan
bahwa penyakit kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Leprae. Penyakit ini menyerang berbagai bagian tubuh
diantaranya saraf, kulit, mukosa saluran pernafasan atas, anggota gerak dan mata.
2.1.2 Etiologi
Penyebab penyakit kusta yaitu Mycobacterium leprae dimana untuk pertama kali
ditemukan oleh G.H Armauer Hansen pada tahun 1873.M.Leparae hidup
intraseluler dan mem punyai afinitas yang besar pada sel saraf (Schwan Cell) dan
sel dari sistem retikulo endotelial. Waktu pembelahan sangat lama, yaitu 2-3
minggu.Di luar tubuh manusia (dalam kondisi tropis) kuman kusta dari sekret
nassal dapat bertahan sampai 9 hari.Pertumbuhan optimal in vivo kuman kusta
pada tikus adalah pada suhu 27-30٥C. (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
2.1.3 Cara Penluaran
Hanya manusia satu-satunya sampai saat ini dianggap sebagai sumber penularan
walaupun kuman kusta dapat hidup pada armadillo, simpanse, dan pada telapak
kaki tikus yang tidak mempunyai kelenjar thimus (Athmic nude mouse).
(Kementerian Kesehatan RI, 2018)
2.1.4 Jenis Klasifikasi
Penyakit kusta diklasifikasikan menjadi beberapa macam diantaranya yaitu
klasifikasi berdasarkan WHO (1998). Klasifikasi Madrid, Klasifikasi Ridley-
Jopling dan klasifikasi New IAL. Klasifikasi ini ditentukan berdasarkan pada
tingkat kekebalan tubuh (seluler), gambaran klinis, hasil pemeriksaan BTA dan
juga berdasarkan jumlah kuman yang masuk. Klasifikasi ini berguna
untukmenentukan regimen pengobatan, prognosis dan komplikasi (Ditjen P2P ,
Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Klasifikasi berdasarkan WHO (1998) mengklasifikasikan kusta ada 2 macam
yaitu kusta tipe Pausibasiler (PB) dan kusta tipe Multibasiler (MB). Kusta tipe
Pausibasiler (PB) atau yang sering juga disebut dengan kusta tipe kering memiliki
ciri-ciri yaitu jumlah bercak kusta 1 hingga 5 tempat, berwarna putih menyerupai
panu, mati rasa , tampak kering dan kasar namun tidak berkeringat, bulu pada
kulit tidak tumbuh, adanya kerusakan saraf di satu tempat dan pengujian BTA
negatif. Kusta tipe ini bersifat tidak menular (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Sedangkan kusta tipe Multibasiler (MB) atau yang biasa disebut dengan kusta
basah ysitu ditandai dengan adanya bercak kusta lebih 5 tempat, pada bercak
terdapat penebalan yang diikuti dengan kerusakan saraf tepi yang banyak, serta
hasil pengujian BTA positif. Tipe kusta multibasiler sangat mudah terjadi
penuluran (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
1. Tipe Tuberculoid leprosy (TT) atau Pausibasiler (PB). Hampir
sama dengan tipe Tuberculoid (T) pada klasifikasi Madrid. Tipe ini
ditandai dengan adanya lesi yang berbatas tegas yang muncul saat
imunitas penjamu masih dalam keadaan baik, Pada tipe ini juga
sudah terjadi penurunan fungsi dari sensitivitas termal dan adanya
rasa nyesi saat disentuh.
2. Tipe Borderline tuberculoid leprosy (BT) ditandai dengan adanya
lesi yang banyak jika dibandingkan dengan tipe Tuberculoid (T).
Lesi berupa infiltrat eritematosa, batas tegas, dan asimentris.
Fungsi saraf juga masih terlihat kurang jelas dan mycobacteria
yang dapat dideteksi hanya sedikit.
3. Tipe Bordeline-borderline leprosy (BB) ditandai dengan adanya
peningkatan jumlah lesi. Lesi tersebar simentros yang
menunjukkan tipe Tuberculoid dan Lepromatosa. Pada tipe ini
banyak bakteri yang dapat terdeteksi.
4. Tipe Borderline lepromatous leprosy (BL) ditandai dengan
banyaknya makula,lesi yang tidak berbatas tegas, hipopigmentasi
dan infiltrasi plak. Lesi pada umumnya menyebar secara simentris
dan adanya keterbatasan saraf perifer yang luas.
5. Tipe Lepromatous (LL) atau Multibasiler(MB), hampir sama
dengan tipe Lepromatous (L) pada klasifikasi Madrid. Tipe ini
sering terjadi pada individu yang memiliki masalah pada imunitas.
Gejala klinis ditandai dengan beberapa infiltrat nodular berwarna
merah kecoklatan. Lesi yang berbentuk seperti bantal yang disebut
dengan “fasies lenine”.
Klasifikasi New IAL.Tipe klasifikasi ini terdiri dari Lepromatous (L), Borderline
(B), Tuberculoid (T), Indeterminate (I) dan Polyneuritic (P).
2.1.5 Tanda-tanda penyakit Kusta
Ada beberapa tanda-tanda pada tersangka (suspek) dan positif penyakit Kusta.
Ada yang tidak nampak jelas, terjadi sangat lambat dan tergantung dari tingkat
atautipe dari penyakit Kusta tersebut yaitu :
Tanda-tanda pada kulit :
1. Adanya bercak tipis berwarna merah atau putih seperti panu pada bagian
tubuh manusia .(hal ini yang kadang dianggap biasa oleh penduduk)
2. Awalnya bercak putih ini hanya sedikit ukuran bercak dan jumlahnya,
tetapi lama-lama bercak tersebut semakin melebar dan banyak
3. Adanya pelebaran / pembesaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris,
madianus, aulicularis magnus serta peroneus, yang biasanya terjadi pada
daerah siki dan lutut.
4. Beberapa kelenjar keringat kurang bekerja secara normal sehingga kulit
tampak tipis dan mengkilap.
5. Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit.
6. Kehilangan alis dan bulu mata / mengalami kerontokan atau tidak
berambut,
7. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat.
8. Lepuh tidak nyeri.
Tanda-tanda pada syaraf :
1. Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota badan atau muka.
2. Gangguan gerak pada anggota badan atau bagian muka.
3. Adanya cacar (deformitas)
4. Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh.
2.4 Pengetahuan
2.4.1 Pengertian
Notoatmodjo, (2018) mengatakan pengetahuan merupakan hasil
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
obyek tertentu. Pengindraan panca indra manusia yaitu indera
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga,
yaitu proses melihat dan mendengar. Selain itu proses pengalaman
dan proses belajar dalam pendidikan formal maupun informal.
Seokanto (2017) mengatakan pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, merupakan dominan yang penting dalam membentuk
tindakan seseorang (over behavior). Proses kognitif meliputi
ingatan, persepsi, simbol-simbol penalaran dan pemecahan
persoalan. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui yang berkenaan dengan
sesuatu hal.
2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo (2018) adalah :
1. Sosial ekonomi
Lingkungan sosial akan mendukung tingginnya pengetahuan
seseorang bila ekonomi baik, tingkat pendidikan maka tingkat
pengetahuan akan tinggi pula
2. Kultur (budaya dan agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang karena informasinya yang baru akan disaring sesuai
atau tidaknya dengan budaya yang ada apapun agama yang
dianut
3. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal
baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut
4. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur, dan pendidikan
individu. Pendidikanyang tinngi, maka pengalaman akan lebih
laus, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalaman
akan semakin banyak.
2.4.3 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman seorang dapat
menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian seperti sebagaimana manusia
menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru dan kemampuan dalam
belajar dalam kelas.
Untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam
tingkatan :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari sebelumnya, Termasuk
kedalaman pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu
spesifik dari sesuatu bahan yang diterima atau pelajari.
2. Memahami (comprehension)
Kemampuan untuk menjelaskan tentang obyek yang diketahui dan
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada suatu konsisi atau situasi nyata.
4. Analisi (analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen-komponen, tetapi
masih dalam suatu struktur tersebut danmasih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Kemampuan melakukan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Atau menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi/penilaian terhadap
suatu materi/obyek.
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Faktor Predisposisi :
1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Nilai
Faktor Pemungkin :
Penyakit
1. Sarana dan prasarana
kusta
2. Sumber informasi
Faktor penguat :
1. Keluarga
2. Rekan-rekan
3. Guru
4. Majikan atau pimpinan
5. Penyedia layanan
6.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.3 Hipotesis
Ha : Ada pengaruh Peningkatan Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang
Penyakit Kusta di Puskesmas Wilayah Kerja Muara Sabak Timur Kabupaten
Tanjung Jabung Timur Tahun 2021.
3.4 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pre experimental dengan rancangan pre test
post test one group design dimana rancangan ini tanpa menggunakan kelompok
control dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat
menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya eksperimen
(Notoatmadjo, 2018). Desain ini dipilih untuk melihat pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta di Puskesmas
Wilayah Kerja Muara Sabak Timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun
2021.
3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Wilayah Kerja Muara Sabak Timur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan penelitian ini telah dilaksanakan pada
tanggal
3.6 Populasi dan Sampel
3.6.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang diteliti . Notoatmodjo,
(2018). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
3.6.2 Sampel
Sampel adalah yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. Notoatmodjo, 2018. Pada penelitian ini teknik
pengambilan sampel yaitu dengan metode total sampling yaitu seluruh populasi
dijadikan sampel penelitian yaitu sebanyak 40 orang.