Anda di halaman 1dari 53

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian secara umum, pernikahan dini yaitu merupakan institusi agung untuk

mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga (Sari, 2021).

Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki umur

yang relatif muda. Umur yang relatif muda tersebut yaitu usia pubertas usia antara 10-19

tahun (Desiyanti, 2016). Pendapat lain mengemukakan pernikahan dini adalah sebuah

ikatan yang dilakukan oleh pasangan yang masih muda (Hanum, 2016).

Menurut WHO, pernikahan dini (early married) adalah pernikahan yang dilakukan oleh

pasangan atau salah satu pasangan masih dikategorikan anak-anak atau remaja yang berusia

dibawah usia 19 tahun. Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF)

menyatakan bahwa pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilaksanakan secara resmi

atau tidak resmi yang dilakukan sebelum usia 18 tahun (Latifa, 2018).

Data United Nations Children’s Fund (UNICEF) menunjukkan bahwa sebanyak 16 juta

kelahiran terjadi pada ibu yang berusia 15-19 tahun atau 11% dari seluruh kelahiran di dunia

yang mayoritas (95%) terjadi di negara berkembang. Lebih dari 700 juta perempuan di dunia

menikah sebelum mencapai usia dewasa yaitu usia 18 tahun. Sepertiga atau 250 juta anak

menikah sebelum usia 15 tahun. Apabila kecenderungan ini berlanjut, diperkirakan 142 juta

anak perempuan atau 14,2 juta per tahun akan menikah sebelum usia 18 tahun dari tahun

1
2011 sampai 2020, dan 151 juta anak perempuan atau 15,1 juta per tahun akan

menikah sebelum usia 18 tahun dari tahun 2021 sampai 2026 (Latifa, 2018)

Berdasarkan data United Nations Development Economic and Social Affairs (UNDESA),

disebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan kejadian pernikahan dini

yang tergolong tinggi yaitu sebesar 34%. Indonesia menempati urutan ke-37 dari 158 negara

di dunia tentang pernikahan usia dini, sedangkan pada urutan Association of South

East Asia Nations (ASEAN), Indonesia menempati urutan kedua setelah NegaranKamboja

(Gunawan, 2021)

Pernikahan dini di Indonesia pada saat ini naik dari 23.700 pada tahun 2019

menjadi 34.000 di tahun 2021 hal tersebut di tandai dengan kenaikan pengajuan untuk

menikah dini dengan alasan perekonomian, kehamilan yang tidak diinginkan, bosan belajar

dari rumah dan menghindari perzinahan. Sejak 2008 hingga 2019 angka prevalensi

pernikahan anak hanya menurun 3,5 persen. Bahkan selama ditahun 2020 pernikahan anak

semakin meningkat, perempuan tercatat bahwa di tahun 2020 23.721 kasus pernikahan anak,

dan tahun 2021 jumlahnya naik sebesar 24.811 kasus (Sari, 2021). Salah satu penyumbang

tertinggi angka pernikahan dini terdapat di provinsi Jawa Barat yang menduduki posisi ke

dua pernikahan dini terbanyak di Indonesia dengan persentase mencapai 20,93% perempuan

yang ada di Jawa Barat. Jika tingkat nasional Jawa Barat menempati urutan kedua dengan

persentase 15,66% (Sari, 2021).

Menurut BKKBN, wanita ideal menikah pada umur 20 tahun sementara laki-laki

maksimal di usia 25 tahun. Pernikahan dini sering dikaitkan dengan fenomena sosial

diantaranya faktor ekonomi masyarakat dikalangan menengah kebawah yang memiliki

2
kebiasaan menikahkan anak untuk mengurangi tanggungan hidup orang tuanya atau bahkan

sudah ada kesepakatan antara kedua keluarga untuk menjodohkan anak mereka. Hal tersebut

menambah faktor pendorong adanya pernikahan usia dini (BKKBN, 2017).

Usia pernikahan dini memiliki pengaruh terhadap tingkat risiko ketika masa kehamilan

dan persalinan bagi bayi dan ibu. Semakin tinggi usia perkawinan pertama akan

mempersingkat masa reproduksi wanita dan itu berarti peluang tingkat kelahiran akan

rendah. Anak perempuan usia 10-14 tahun memiliki risiko 5 kali lebih besar untuk meninggal

dalam kasus kehamilan dan persalinan daripada perempuan usia 20-24 tahun, dan

secara global kematian disebabkana oleh kehamilan merupakan penyebab utama kematian

anak perempuan usia 15-19 tahun (widjanarko, 2016).

Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian pernikahan dini diantaranya adalah faktor

pengetahuan. Adapun faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah informasi yang

diterima seperti pendidikan kesehatan. Pendidikan Kesehatan merupakan proses yang

menjembatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek kesehatan, yang

memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan menjaga dirinya menjadi lebih sehat

dengan menghindari kebiasaan buruk dan membentuk kebiasaan yang menguntungkan

kesehatan. Tujuan pendidikan kesehatan adalah mengubah perilaku dari yang merugikan

kesehatan atau tidak sesuai dengan norma kesehatan ke arah tingkah laku yang

menguntungkan kesehatan atau norma yang sesuai dengan kesehatan. Maka dari itu melalui

pemberian pendidikan kesehatan akan meningkatkan pengetahuan remaja tentang pernikahan

dini (widjanarko, 2016).

3
Provinsi NTB (Nusa Tenggara Barat) tercatat masuk tujuh besar diindonesia dengan

angka kasus pernikahan dini tertinggi, pada tahun 2020 lebih dari 750 kasus pernikahan dini

terjadi di provinsi NTB. Badan Pusat Statistik (BPS) provinsi NTB mencatat angka

pernikahan dini di NTB mencapai 38,08% pada tahun 2020 , yang menjadi faktor penyebab

hal tersebut karena kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya perilaku seksual pranikah.

Kabupaten Lombok timur yang menjadi daerah yang paling banyak terdapat kasus

pernikahan dini yaitu sebanyak 45,91% (Fitri, 2021).

Berdasarkan Studi pendahuluan di kembang kerang daya Lombok timur yang dilaksanakan

dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara, dengan jumlah sampel 30 orang remaja,

menunjukan bahwa masih kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya pernikahan dini, 9

orang remaja berpengetahuan cukup, dan 21 orang remaja berpengetahuan kurang, sehingga

perlunya diberikan pendidikan kesehatan bagi remaja (Nugroho, & Dharmawan, 2017).

Menyatakan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan remaja

tentang seksualitas.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di SMPN 1 Wanasaba tentang pernikahan dini yang

dilaksanakan dengan teknik wawancara dengan jumlah sampel 10 orang remaja putri

menunjukkan bahwa masih kurangnya pengetahuan remaja putri., dilihat dari hasil bahwa 3

orang remaja berpengetahuan cukup dan 7 remaja berpengetahuan kurang, sehingga perlunya

diberikan pendidikan kesehatan tentang pernikahan dini pada siswi kelas 8 di SMPN 1 Wanasaba

(Data kunjungan, 2022).

4
Berdasarkan hasil latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Pernikahan Dini Terhadap Tingkat

Pengetahuan Siswi SMPN 1 Wanasaba”

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada

pengaruh pendidika n kesehatan tentang pernikahan dini terhadap pengetahuan siswi Smpn 1

Wanasaba”

1.3 Tujuan Penelitian

1.Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pernikahan dini terhadap

pengetahuan siswi Smpn 1 Wanasaba.

2.Tujuan khusus

a. mengidentifikasi pengetahuan siswa sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang

pernikahan dini di Smpn 1 Wanasaba.

b. mengidentifikasi pengetahuan siswa sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang

pernikahan dini di Smpn 1 Wanasaba.

c. menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang pernikahan dini terhadap

pengetahuan siswa Smpn 1 Wanasaba.

1.4 Manfaat Penelitian

1. manfaat teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan siswa Smpn 1 Wanasaba

mengenai pendidikan kesehatan tentang pernikahan dini.

2. manfaat praktis

5
a. Bagi remaja

Bagi remaja dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi agar dapat terhindar dari

pernikahan dini,serta dapat hidup sehat,cerdas dan dapat meningkatkan pengetahuan

tentang apa saja resiko pernikahan dini.

b. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan sebagai bahan evaluasi

dalam mengembangkan pengetahuan tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang

pernikahan dini terhadap pengetahuan siswa di smpn 1 wanasaba

c. Bagi Smpn 1 Wanasaba

Memberikan informasi dan motivasi mengenai pengetahuan tentang pernikahan dini

pada siswi Smpn 1 Wanasaba

d. Bagi peneliti

Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan dapat

mengaplikasikan teori yang lebih baik lagi

1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Penelitia Penelitian
n

Anggi Pengaruh Penelitian Pengaruh pernikahan Variabel dependen Anggi(2019)men


(2019) pernikah deskriptif dini terhadap yaitu pernikahan ggunakan metode
an dini kualitatif keharmonisan rumah dini penelitian
terhadap dengan field tangga yang dirasakan kualitatif.sedangk
keharmo reaserch oleh pasangan suami an penelitian ini

6
,penelitian ini
nisan istri didesa menggunakan
menggunakan
rumah Banarjoyoberpengaru metode penelitian
teknik
tangga h terhadap kuantitatif
pengumpulan
keharmonisan dalam
data wawancara rumah tangga mereka
dan dokumentasi karena karena dengan
belum cukupnya umur
dari seseorang untuk
menikah
menyebabkan
banyaak dampak
terhadap
keharmonisan dalam
rumah tangga.

Lina Dampak Penelitian ini Dampak yang Variabel dependen Lina (2020)
2020 pernikah merupakan ditimbulkan dari yaitu pernikahan menggunakan
an dini penelitian pernikahan dini di RT dini metode penelitian
bagi kualitatif,teknik 06 RW 05 kelurahan kualitatif,sedangk
perempu pengumpulan bedahan secara garis an penelitian ini
an data dengan besar ada 3 yaitu menggunakan
melakukan dampak metode penelitian
observasi,wawa psikologis,kesehatan,d kuantitatif
ncara, an juga social
ekonomi.
dokumentasi,tek
nik pengambilan
sample
menggunakan

7
purposive
sampling

Kusma Pengaruh Metode Hasil penelitian Teknik Kusmawati


wati paket penelitian terdapat perbedaan pengambilan data (2021)
(2021) remaja kuantitatif pengetahuan dan sikap berupa kuesioner menggunakan
sehat dengan remaja tentang jenis penelitian
terhadap menggunakan dampak pernikahan pre
pengetah metode pre usia dini sebelum dan eksperimental.sed
uan dan eksperimental sesudah diberikan angkan penelitian
sikap design dengan paket”remaja ini menggunakan
remaja dengan sehat”dengan nilai p cross sectional
tentang pendekatan one volue=0,001 (p<0,05).
dampak group pre-test
pernikah dan post-test
an diusia design
dini

Sofia Pengetah Desain Hasil penelitian Variabel dependen Sofia(2020),


(2020) uan penelitian tingkat yaitu pernikahan menggunakan
remaja menggunakan pengetahuan,sebanyak dini teknik
pitri metode non (53,7%) remaja putri pengambilan
tentang eksperimen memiliki pengetahuan sampel dengan
dampak deskriptif.teknik dampak pernikahan menggunakan
pernikah pengambilan dini pada kesehatan proportional
an dini sampel reproduksi dengan random
pada menggunakan kategori baik. sampling.sedangk
kesehata teknik an penelitian ini
n proportional menggunakan
reproduk random cross sectional

8
si di sampling
tasikmal
aya

Latifa Faktor Jenis penelitian Hasil analisis bivariate Variabel dependen Penelitian latifa
(2018) faktor kuantitatif, terdapat hubungan yaitu pernikahan (2018) sampel
yang dengan desain yang signifikan antara dini penelitian dipilih
berhubun cross sectional, status ekonomi (p- dengan teknik
gan sampel value= 0,0001), purposive
dengan penelitian dipilih tingkat pengetahuan sampling
pernikah dengan teknik (p-value=0,0001), dan sedangkan
an dini purposive keterpaparan penelitian ini
dikecam sampling informasi media menggunakan
atan elektonik (p- total sampling
playen value=0,037) dengan
kabupate pernikahan dini
n gunung
kidul

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORITIS

1. PENGETAHUAN

b. Definisi pengetahuan

Mubarak (2019), pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui

berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah sesuai

dengan proses pengalaman yang dialaminya. sedangkan menurut notoatmodjo (2020),

pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia

yaitu, indra pendengaran, penglihatan, penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian

pengetahuan manusia didapat melalui mata dan telinga.

c. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut notoatmojdo (2020)

mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know)

10
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali suatu materi yang telah

dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang telah

dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan suatu

materi secara benar.

Misalnya, seorang siswa mampu menyebutkan bentuk bulying secara

benar yakni bulying verbal, fisik dan psikologis. Untuk mengetahui atau

mengukur bahwa orang tau sesuatu dapat menggunakan sebuah pertanyaan

misalnya : apa dampak yang ditimbulkan jika seseorang melakukan bullying,

apa saja bentuk prilaku bullying, bagaimana upaya pencegahan bullying

disekolah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar. Orang yang telah

paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat menyebutkan, menjelaskan,

menyimpulkan, dan sebagainya. Misalnya siswa mampu memahami bentuk

prilaku bullying (verbal, fisik dan psikologis), tetapi harus dapat menjelaskan

mengapa prilaku bullying secara verbal, fisik maupun psikologis dapat

merugikan diri sendiri dan orang lain.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah memahami suatu materi

atau objek dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

11
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaaan hukum hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya,

seseorang yang telah paham tentang proses penyuluhan kesehatan, maka dia

akan mudah melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan diman saja dan

seterunya.

4. Analisis (analysis)

Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan

materi atau objek tertentu kedalam komponen komponen yang terdapat dalam

suatu masalah dan berkaitan satu sama lain. Pengetahuan seseorang sudah

sampai pada tingkat analisis, apabila orang tersebut telah dapat membedakan,

memisahkan, mengelompkkan dan membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan terhadap pengetahuan atas objek tertentu. Misalnya, dapat

membedakan anatra bullying dang school bullying, dapat membuat diagram

(flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.

5. Sintersis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian bagian suatu objek tertentu kedalam bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat

meringkas suatu cerita dengan menggunakan bahasa sendiri, dapat membuat

kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca atau didengar.

6. Evaluasi (evaluation)

12
Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria kriteria

yang telah ada. Misalnya, seorang guru dapat menilai dan menentukan siswanya

yang rajin atau tidak, seorang ibu yang dapat menilai manfaat ikut keluarga

berencana, seorang bidan yang membandingkan anatara anak yang cukup gizi

dengan anak yang kekurangan gizi, dan sebagainya.

d. Sumber Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh melalui proses kognitif, dimana seseorang harus mengerti

atau mengenali terlebih dahulu suatu ilmu pengetahuan agar dapat mengetahui

pengetahuan tersebut. Menurut ranchman (2018), sumber pengetahuan terdiri dari :

1. Pengetahuan wahyu (Revealed Knowledge)

Pengetahuan wahyu diperoleh manusia atas dasar wahyu yang diberikan

oleh tuhan kepadanya. Pengetahuan wahyu bersifat eksternal, artinya

pengetahuan tersebut berasal dari luar manusia. Pengetahuan wahyu lebih

banyak menekankan pada kepercayaan.

2. Pengetahuan intuitif (Intuitive Knowledge)

Pengetahuan intuitif diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada

saat dia menghayati sesuatu. Untuk memperoleh intuitif yang tinggi, manusia

harus berusaha melalui pemikiran dan perenungan yang konsisten terhadap suatu

objek tertentu. Intuitif secara umum merupakan metode untuk memperoleh

pengetahuan tidak berdasarkan penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan

indera. Misalnya, pembahasan tentang keadilan. Pengertian adil akan berbeda

13
tergantung akal manusia yang memahami. Adil mempunyai banyak definisi,

disinilah intuitif berperan.

3. Pengetahuan rasional (Rational Knowledge)

Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan

latihan rasio atau akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa

peristiwa factual. Contohnya adalah panas diukur dengan derajat panas, berat

diukur dengan timbangan dan jauh diukur dengan meteran.

4. Pengetahuan empiris (Empirical Knowledge)

Empiris berasal dari kata yunani “emperikos”, artinya pengalaman.

Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui sebuah

pengalamannya sendiri. Pengetahuan empiris diberoleh atas bukti penginderaan

yakni, indera penglihatan, pendengaran, dan sentuhan sentuhan indera lainnya,

sehingga memiliki konsep dunia disekitar kita.

5. Pengetahuan otoritas (Authoritative Knowledge)

Pengetahuan otoritas diperoleh dengan mencari jawaban pertanyaan dari

orang lain yang telah mempunyai pengalaman dalam bidang tersebut. Apa yang

dikerjakan oleh orang yang kita ketahui mempunyai wewenang, kita terima

sebagai suatu kebenaran. Misalnya, seorang siswa akan membuka kamus untuk

mengetahui arti kata kata asing, untuk mengetahui jumlah penduduk diindonesia

maka orang akan mempengaruhi proses belajar, semakin tiggi pendidikan

seseorang, semakin mudah orang tersebut menerima melihat laporan biro pusat

statistic Indonesia.

e. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

14
Menurut Mubarak (2019), ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengtahuan

seseorang, yaitu :

1) Tingkat pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan seseorang agar dapat memahami suatu hal. Pendidikan

informasi. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan

semakin luas pengetahuannya.

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk

memenuhi setiap kebutuan setiap hari. Lingkungan pekerjaan dapat membuat

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai tenaga medis

akan lebih mengerti mengenai penyakit dan pengolahannya daripada non tenaga

medis.

3) Umur

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola piker seseorang.

Dengan bertambahnya umur individu, daya tangkap dan pola pikir akan lebih

berkembang, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

4) Minat

Minat merupakan suatu keinginan yang tinggi terhadap suatu hal. Minat

menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni, sehingga seseorang

memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

15
5) Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang pada masa

lalu. Pada umumnya semakin banyak pengalaman seseorang, semakin

bertambah pengetahuan yang didapatkan. Dalam hal ini, pengetahuan ibu dari

anak yang pernah atau bahkan sering mengalami diare seharusnya lebih tinggi

daripada pengetahuan ibu dari anak yang belum pernah mengalami diare

sebelumnya.

6) Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap

proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada didalam

lingkungan tersebut. Contohnya, apabila suatu wilayah mempunyai sikap

menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya

mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan.

7) Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Pada umunya semakin mudah

memperoleh informasi semakin cepat seseorang memperoleh pengetahuan yang

baru.

2. PENDIDIKAN KESEHATAN

a. Definisi pendidikan kesehatan

Menurut Wold Health Organozation pendidikan kesehatan adalah kombinasi

pengalaman belajar yang dirancang untuk membantu individu dan masyarakat dalam

16
meningkatkan kesehatan mereka, dengan meningkatkan pengetahuan mereka atau

mempengaruhi sikap mereka (Asniar, dkk 2020).

Pendidikan kesehatan adalah sebuah upaya persuasi atau pembelajaran pada

masyarakat agar masyarakat mau melakukan tindakan tindakan untuk memelihara, dan

meningkatkan taraf kesehatannya.pendidikan kesehatan merupakan bentuk tindakan

mandiri keperawatan untuk membantu klien baik individu,kelompok,maupun

masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran

yang didalam nya perawat sebagai pendidik sesuai dengan tugas seorang perawat

(notoatmodjo, 2018).

b. Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah untuk membantu individu, keluarga, dan

masyarakat mencapai kondisi optimal, melalui tindakan dan inisiatif mereka sendiri.

Pendidikan kesehatan memfasilitasi tindakan sukarela untuk meningkatkan kesehatan.

Tujuan penting lain dari pendidikan kesehatan adalah meningkatkan literasi kesehatan

(Asniar dkk, 2020).

Literasi didefinisikan sebagai sejauh mana individu memiliki kapasitas untuk

memperoleh, memproses, dan memahami informasi kesehatan dan layanan yang

dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat. Secara sederhana, literasi

kesehatan adalah tentang mengkomunikasikan kesehatan informasi dengan jelas dan

memahaminya dengan benar. Literasi kesehatan mencakup kemampuan membaca,

menulis, berbicara, mendengar, menghitung, dan memahami serta menerapkan

keterampilan itu untuk situasi kesehatan (Asniar dkk, 2020).

c. Media pendidikan kesehatan

17
Menurut Arsyad dalam Asnair, media pendidikan merupakan alat bantu untuk

proses belajar dalam kelas maupun diluar kelas, yang digunakan dalam rangka

komunikasi dan interaksi antara pendidik dan peserta didik.

Menurut Arsyad dalam Asniar, menjelaskan klasifikasi media yang digunakan

dalam aktivitas pembelajaran sebagai berikut :

1) Media cetak / teks

Kelebihan media cetak adalah sebagai berikut :

a) Peserta didik dapat belajar dengan kesepatan masing masing

b) Peserta didik dapat mengulang materi dan mengikuti urutan pikiran secara

logis

c) Format teks dan gambar dapat menambah daya tarik dan memperlancar

pemahaman informasi yang disajikan.

d) Pada mesia teks yang terprogram, peserta didik dapat berinteraksi secara

aktif dengan memberikan respon terhadap pertanyaan dan latihan yang

disuruh

e) Materi dapat direproduksi dengan ekonomis dan didistribusikan dengan

mudah.

Sedangkan keterbatasan media cetak adalah :

a) Sulit menampilkan gerakan.

b) Membutuhkan biaya mahal bila ingin menampilkan ilustrasi, gambar atau

foto yang berwarna,

c) Proses percetakan memakan waktu lama,

18
d) Memerlukan rancangan sedemikian rupa agar tidak terlalu panjang dan

membosankan,

e) Mudah rusak atau hilang.

2) Media pameran / display

Media pameran umunya digunakan untuk menyampaikan informasi pada

kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis, flip chart, papan magnet,

papan kain, papan bulletin, dan pameran.

Kelebihan media pameran :

a) Bermanfaat diruang manapun tanpa harus ada penyesuaian khusus.

b) Perubahan dapat dilakukan secara fleksibel selama penyajian berlangsung,

c) Mudah dipersiapkan dan materinya mudah digunakan,

d) Fasilitas papan tulis selalu tersedia di ruang ruang kelas.

Kekurangan media pameran :

a) Penggunaannya terbatas pada kelompok kecil,

b) Memerlukan keahlian khusus dari penguji,

c) Mungkin dianggap kurang penting jika dibandingkan dengan media media

yang diproyeksikan,

d) Posisi guru yang membelakangi siswa dapat mengganggu suasana dan

pengelolaan kelas jika berlangsug lama.

3) Media audio

Keterampilan yang dapat dicapai dengan menggunakan media audio yaitu :

a) Memuaskan perhatian dan mempertahankan perhatian,

b) Mengikuti pengarahan,

19
c) Melatih daya anlisis,

d) Menentukan arti konteks,

e) Memilah milah informasi atau gagasan yang relevan dengan yang tidak

relevan.

f) Merangkum, mengemukakan kembali, atau mengingat kembali informasi.

Sedangkan keuntungan media audio meliputi :

a) Harga yang cenderung terjangkau,

b) Dapat digandakan untuk keperluan perorangan,

c) Merekan peristiwa atau isi pelajaran,

d) Memberikan kesempatan siswa mendengarkan diri sendiri sebagai alat

diagnosis untuk meningkatkan keterampilan mengucapkan, membaca,

menguji, atau berpidato,

e) Mudah dioperasikan.

Sedangkan keterbatasan media audio meliputi :

a) Sulit menentukan lokasi suatu pesan atau informasi,

b) Kecepatan merekan dan pengaturan berbagai trek menimbulkan kesulitan

memainkan kembali rekaman.

4) Gambar bergerak / motion pictures

Keuntungannya :

a) Dapat melengkapi pengalaman dasar,

b) Dapat menggambarkan suatu proses dengan tepat,

c) Dapat menanamkan sifat dan aspek afektif,

20
d) Video dan film yang mengandung nilai positif dapat mengundang

pemikiran dan pembahasan dalam kelompok.

Keterbatasannya :

a) Memerlukan biaya mahal

b) Tidak semua peserta didik mampu mengikuti informsi,,

c) Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan

tujuan belajar yang diinginkan.

5) Multimedia

Keunggulannya :

a) Membuat proses belajar lebih baik dalam meningkatkan daya ingat atau

retensi,

b) Memfasilitasi proses belajar bagi peserta didik yang memiliki gaya belajar

yang berbeda,

c) Membantu siswa mencapai beragam tujuan pembelajaran secara efektif,

d) Meningkatkan informasi dan pengetahuan dengan tingkat realism yang

tinggi,

e) Meningkatkan motivasi belajar pengguna program,

f) Memiliki sifat interaktif,

g) Dapat digunakan untuk mendukung aktivitas belajar individu maupun

kelompok,

h) Menampilkan isi atau materi pelajaran secara konsisten,

i) Memungkinkan pengguna untuk memegang kendali terhadap proses belajar

yang dilakukan.

21
6) Media berbasis web atau internet

Kegiatan yang berhubungan dengan internet menjadi lebih ringkas dan

mudah, mudah untuk digunakan, mudah untuk diterapkan, dan mudah untuk

dipahami. Implementasi internet dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah

e-learning. E-learning bisa dilakukan secara informal dengan interaksi yang

lebih sederhana, misalnya dengan video comference. Namun, demikian e-

learning dapat menyebabkan kurangnya interaksi antar pendidik dan peserta

didik, dan bahkan antar peserta didik sendiri. Hal ini dapat memperlambat

terbentuknya nilai nilai dalam proses belajar mengajar. Selain itu peran

pendidik juga berubah, dari teknik pembelajaran konvensional, dituntut

menguasai teknik pembelajaran menggunakan ICT (Arsyad, 2017).

d. Ruang lingkup pendidikan kesehatan

Menurut Ronasari. (2020) ruang lingkup pendidikan kesehatan meliputi berbagai

dimensi yang satu dengan yang lain saling berkaitan yakni :

1) Dimensi sasaran pendidikan

Menurut sasaran pendidikan, maka lingkup ini dibagi menjadi 3 kelompok

sasaran yakni pendidikan kesehatan yang diarahkan khusus untuk : Individu,

Kelompok, Masyarakat luas

2) Dimensi berdasarkan tempat pelayanan

Dalam memberikan pelayanan kesehatan berupa pendidikan kesehatan.

Setiap tempat pendidikan kesehatan akan mempunyai sasaran yang berbeda.

a. pendidikan kesehatan yang dilakukan disekolah, dengan sasaran murid.

22
b. Pendidikan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan, dengan

sasaran adalah pasien.

c. Pendidikan kesehatan yang dilakukan di institusi/tempat kerja, dengan

sasaran adalah karyawan atau pekerja.

3) Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

Pendidikan kesehatan dalam dimensi ini disesuaikan dengan 5 tingkat

pencegahan (five levels of prevention) yakni :

a. Promosi kesehatan (health promotion).

Pendidikan kesehatan ditahap pertama diperuntukkan untuk orang

sehat. Materi yang diberikan masih bersifat umum yakni seperti

hygiene sanitasi, kebiasaan hidup sehat, dan peningkatan gizi, serta

materi lain yang bersifat meninkatkan kesehatan individu ataupun

kelompok, masyarakat.

b. Perlindungan kesehatan (specific protection).

Pada fase ini, sudah mulai terdapat perbedaan kebutuhan klien.

Pendidikan kesehatan ditahap ini sangat diperlukan karena rendahnya

kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Sebagai contoh kegiatan

yang dilakukan difase ini adalah upaya meningkatkan cakupan

imunisasi. Kegiatan imunisasi ini sebenarnya sangat bermanfaat

untuk melindungi diri dan anak anak dari serangan penyakit.

Pendidikan kesehatan dalam tahap ini dapat dikatakan dapat

memberikan perlindungan bagi kelompok yang beresiko mengalami

penyakit.

23
c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt

treatment).

Pemberian perlakuan difase ini disebabkan karena pengetahuan

dan pemahaman yang rendah tentang penyakit, sehingga

menyebabkan masyarakat tidak mampu melakukan deteksi penyakit

yang dialaminya. Bahkan ada masyarakat yang yang tidak berkenan

memeriksakan dirinya dikarenakan ketakukan yang berlebih, dan

khawatir kalau mengetahui penyakitnya. Dampak dari rendanya

pengetahuan masyarakat adalah tidak didapatkan kelayakan dalam

pelayanan kesehatan, yang seharusnya bias didapatkan klien. Dari

alasan tersebut, maka pendidikan kesehatan sangat penting untuk

diberikan pada tahap ini.

d. Pembatasan cacat (disability limitation).

Kondisi sakit yang dialami klien membutuhkan kesabaran, dan

ketelatenan. Namun demikian tidak semua klien yang menjalani masa

ini memiliki motivasi yang kuat untuk menyelesaikan pengobatannya

sampai dengan dinyatakan sembuh oleh pemberi pelayanan kesehatan.

Pendidikan kesehatan pada tahap ini perlu diberikan, mengingat

banyaknya masyarakat yang secara sengaja tidak menyelesaikan

pengobatan secara tuntas. Pengobatan penyakit yang tidak tuntas.

Pengobatan penyakit yang tidak tuntas ini akan berdampak pada

munculnya ketidakmampuan diri atau bahkan kecacatan pada tubuh

individu.

24
e. Rehabilitasi/pemulihan (rehabilitation)

Masa penyembuhan merupakan masa pemulihan rasa sakit. Pada masa

ini dimungkinkan terjadinya kecacatan tubuh pada klien, dan untuk itu

perlu adanya peningkatan derajat kesehatan diri klien secara maksimal

dengan melakukan berbagai terapi. Rendahnya pengetahuan dan

pemahaman sehinggan menyebabkan klien tidak berkenan untuk

melakukan latihan latihan yang dapat membantu mengembalikan

kondisi tubuhnya secara perlahan. Bahkan tidak jarang klien yang

sudah mengalami kecacatan sebagai sosok yang tidak normal. Untuk

itu pentingnya pendidikan kesehatan dalam tahap ini diberikan pada

indifidu/kelompok atau masyarakat. Pendidikan kesehatan pada fase ini

diberikan untuk klien yang mengalami masa pemulihan.

Ronasari (2020), bahwa ruang lingkup pendidikan dibagi menjadi 3 komponen, antara lain :

1) Sasaran penyuluhan kesehatan

Sasaran dalam penyuluhan kesehatan initerdiri dari subyek dan juga dapat menjadi

objek perubahan perilaku yakni individu, kelompok dan masyarakat. Melalui kegiatan ini

tentunya peserta diharapkan dapat memahami, dan mengaplikasikan materi dalam

kehidupan sehari hari. Yang perlu diperhatikan dan sangat mempengaruhi kegiatan

penyuluhan kesehatan, yakni :

a. Pendidikan

b. Sosial ekonomi

c. Kepercayaan masyarakat

d. Adat istiadat

25
e. Ketersediaan waktu yang dimiliki oleh masyarakat

2) Materi/pesan

Dalam memberikan pendidikan kesehatan perlu diperhatikan bahwa pesan harus

sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat, sehingga dapat langsung diaplikasikan dan

dirasakan dampaknya. Penyampaian materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, menyebabkan ketidakefektifan tenaga, biaya, dan waktu. Dalam

penyampaian materi, perlu untuk diketahui berbagai hal agar pendidikan kesehatan dapat

berjalan dengan baik dan efektif, yakni :

a. Bahasa yang mudah dipahami

b. Materi yang mudah untuk ditangkap dan dipahami masyarakat

c. Penggunaan alat peraga untuk memudahkan masyarakat menangkap materi yang

disampaikan

d. Pesan merupakan kebutuhan masyarakat

3. PERNIKAHAN DINI

a. Definisi pernikahan dini

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh seseorang, baik laki laki

ataupun perempuan disaat usianya belum mencapai kematangan yang sebenarnya

(yakni diatas 16 tahun untuk wanita, dan 19 tahun untuk pria ( Ani, 2022).

Pernikahan dini juga dikemukakan oleh (Rumekti, 2016), bahwa pernikahan dini

merupakan pernikahan yang dilakukan oleh pasangan suami dan istri yang secara

psikis dan mentalnya belum cukup.

Berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

umur ideal untuk menikah bagi perempuan, yakni 21 tahun atau lebih. Pasalnya,

26
bila di bawah usia tersebut dikhawatirkan berisiko pada kesehatannya. Sementara

itu, menurut Undang-undangNomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan umur ideal

untuk menikah bagi perempuan diangka 19 tahun (Rumekti, 2016).

b. Pernikahan Dini Menurut Para Ahli

1. Nurhakhasanah (2012)

Pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan sacara sah oleh

seseorang laki laki atau perempuan yang belum mempunyai persiapan dan

kematangan sehingga dikhawatirkan akan mengalami sejumlah resiko yang besar.

Resiko besar ini bahkan dapat menjadi pengaruh dalam segi kesehatan saat

melahirkan.

2. Riyadi (2009)

Pernikahan usia dini adalah suatu ikatan perkawinan yang belum memenuhi

persyaratan suatu perkawinan menurut pemerintah. Usia ini dianggap masih

rentan untuk melangsungkan pernikahan yang sebenarnya, hal ini didasari pada

tingkat kestabilan emosional seseorang.

3. Amiatun (2009)

Pernikahan usia muda atau usia dini adalah pernikahan yang dilakukan ketika

usia mereka belum mencapai 20 tahun, baik laki laki ataupun perempuan.

Sehingga usia ini menjadi salah satu bagi seseorang, keluarga, dan masyarakat

untuk mencapai kestabilan hidup yang baik.

c. Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pernikahan Dini

Beberapa faktor yang mempengaruhi pernikahan dini menurut beberapa ahli

yang biasa dijumpai dilingkungan masyarakat kita yaitu :

27
1) Faktor individu

a. Perkembangan fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang.

Makin cepat perkembangan tersebut dialami, makin cepat pula

berlangsungnya pernikahan sehingga mendorong terjadinya

pernikahan pada usia muda (Latifa, 2018)

b. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh remaja. Makin rendah

tingkat pendidikan, makin mendorong berlangsungnya

pernikahan usia muda (Latifa, 2018)

c. Sikap dan hubungan dengan orang tua. Pernikahan usia muda

dapat berlangsung karena adanya sikap patuh dan atau

menentang yang dilakukan remaja terhadap perintah orang tua.

Hubungan dengan orang tua menentukan terjadinya pernikahan

usia muda. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan

pernikahan remaja karena ingin melepaskan diri dari pengaruh

lingkungan orang tua (Latifa, 2018)

d. Sebagai jalan keluar untuk lari dari berbagai kesulitan yang

dihadapi, termasuk kesulitan ekonomi. Tidak jarang ditemukan

pernikahan yang berlangsung dalam usia sangat muda,

diantaranya disebabkan karena remaja menginginkan status

ekonomi yang lebih tinggi (Latifa, 2018)

2) Faktor Ekonomi

Beban ekonomi pada keluarga sering kali mendorong orang tua untuk cepat-

cepat menikahkan anaknya dengan harapan beban ekonomi keluarga akan

28
berkurang, karena anak perempuan yang sudah menikah menjadi tanggung

jawab suami, sehingga orang tua sudah tidak mempuyai tanggung jawab lagi.

Hal ini banyak kita jumpai dipedesaan, tanpa peduli umur anaknya masih sangat

muda. (Sardi,2016)

3) Faktor Pendidikan dan pengetahuan

Faktor Pendidikan kurangnya pendidikan dan pengetahuan orangtua

menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini. Padahal pernikahan dini dapat

memutuskan pendidikan anaknya sehingga tidak dapat melanjutkan

pendidikannya. Hal ini disebabkan karena kurangnya wawasan terhadap

pengetahuan sehingga tidak berfikir panjang dampak dan akibat dari pernikahan

dini. (Sardi,2016).

4) Faktor Orang Tua

Orang tua akan menikah kan anaknya ketika anaknya sudah gadis. Hal ini sudah

turun temurun dikalangan pedesaan, karena orang tua takut anak nya akan terjadi

sesuatu yang akan membahayakan dirinya sendiri. Dan kurangnya pengetahuan

orangtua sehingga menyebabkan pola fikir orangtua yang bersifat pasrah dan

menyerahkan anaknya kepada orang yang akan menikahinya, orangtua tanpa

befikir panjang tidak memperhatikan usia anak dan tidak memikirkan pendidikan

anaknya akan terputus (Mahfudin & Khoirotul, 2016)

5) Faktor Media Massa

Semakin modern media massa berkembang secara canggih. Sehingga banyak

remaja menyalahgunakan media massa untuk hal-hal yang negatif. Sehingga

remaja sekarang banyak kian permisif terhadap seks. (Mahfudin & Khoirotul,

29
2016)

6) Faktor Masyarakat Lingkungan

a. Faktor Adat IstiadatMenurut adat-istiadat pernikahan sering terjadi karena

adanya perjodohan sejak kecil. Kemudian orang tua yang bertempat

tinggal dipedesaan pada umumnya ingin cepat-cepat menikahkan anak

gadisnya karena takut akan menjadi perawan tua. Hal ini tidak

memikirkan nasib pendidikannya. (Murbasyaroh, 2016).

b. Pandangan Dan Kepercayaan

Pandangan dan kepercayaan yang salah pada masyarakat dapat pula

mendorong terjadinya pernikahan di usia muda.

Contoh pandangan yang salah dan dipercayai oleh masyarakat,

yaitu anggapan bahwa kedewasaan seseorang dinilai dari status

pernikahan, status janda lebih baik daripada perawan tua dan

kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan

pernikahan. Interpretasi yang salah terhadap ajaran agama juga

dapat menyebabkan terjadinya pernikahan usia muda, misalnya

sebagian besar masyarakat juga pemuka agama menganggap

bahwa akil baliq ialah ketika seorang anak mendapatkan haid

pertama, berarti anak wanita tersebut dapat dinikahkan, padahal

akil baliq sesungguhnya terjadi setelah seorang anak wanita

melampaui masa remaja (Murbasyaroh, 2016).

30
c. Penyalahgunaan Wewenang Atau Kekuasaan

Sering ditemukan pernikahan usia muda karena beberapa pemuka

masyarakat tertentu menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan yang

dimilikinya, yaitu dengan mempergunakan kedudukannya untuk kawin

lagi dan lebih memilih menikahi wanita yang masih muda, bukan dengan

wanita yang telah berusia lanjut (Murbasyaroh, 2016).

d. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Pernikahan usia muda dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan

masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat yang

tingkat pendidikannya amat rendah cenderung mengawinkan anaknya

dalam usia yang masih muda (Murbasyaroh, 2016).

e. Tingkat ekonomi masyarakat

Masyarakat yang tingkat ekonominya kurang memuaskan,sering memilih

pernikahan sebagai jalan keluar dalam mengatasi kesulitan ekonomi

(Murbasyaroh, 2016).

e. Dampak Pernikahan Dini

1) Dampak Biologis

Anak secara biologis alat-alat reproduksinya masih dalam proses pertumbuhan

menuju kematangan sehingga belum siap untuk melakukan hubungan seksual, apalagi

sampai terjadi hamil dan melahirkan, jika dipaksakan justru akan terjadi trauma,

robekan jalan lahir yang luas dan infeksi yang akan membahayakan organ

reproduksinya dan membahayakan jiwa (Latifa, 2018).

31
Arimurti, (2017) hal-hal yang harus dihindari dalam pernikahan adalah melakukan :

a) Kekerasan secara fisik (missal : memukul, menendang, menampar, menjambak

rambut, menyundut dengan rokok, melukai)

b) Kekerasan secara psikis (missal : menghina, mengeluarkan komentar-komentar

yang merendahkan, melarang istri mengunjungi saudara atau teman-temannya,

mengancam)

c) Kekerasan seksual (missal : memaksa dan menuntut berhubungan seksual)

d) Penelantaran (misal : tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja)

e) Eksploitasi (misal : memanfaatkan, memperdagangkan, dan memperbudak orang).

Apabila hal tersebut terjadi, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan yaitu :

a. Mendatangi fasilitas kesehatan (Puskesmas/RumahSakit) untuk mengobati luka-

luka yang dialami dan mendapatkan visum dari dokter atas permintaan polisi

penyidik

b. Menceritakan kejadian kepada keluarga, teman dekat atau kerabat

c. Melapor kepolisi (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak/UPPA

d. Mendapatkan pendampingan dari tokoh agama, Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM), psikolog atau Lembaga Bantuan Hukum (LBH).

2) Dampak Psikologis

Secara psikis anak juga belum siap dan mengerti tentang hubungan seksual, sehingga

akan menimbulkan trauma yang berkepanjangn dalam jiwa anak dan sulit disembuhkan,

anak akan murung dan menyesali hidupnya yang berakhir dengan perkawinan yang dia

sendiri tidak mengerti atas putusan hidupnya, sehingga keluarga mengalami kesulitan

untuk menjadi keluarga yang berkualitas (Latifa, 2018).

32
3) Dampak Sosial

Perkawinan mengurangi kebebasan pengembangan diri, masyarakat akan merasa

kehilangan sebagian aset remaja yang seharusnya ikut bersama-sama mengabdi dan

berkiprah di masyarakat. Tapi karena alasan sudah berkeluarga maka keaktifan mereka

di masyarakat menjadi berkurang (Latifa, 2018)

4) Dampak Ekonomi

Ekonomi dapat menyebabkan sulitnya peningkatan pendapatan keluarga, sehingga

kegagalan keluarga dalam melewati berbagai macam permasalahan terutama masalah

ekonomi meningkatkan resiko perceraian (Ani, 2022)

5) Dampak Pernikahan Dini pada Kehamilan

Menurut Ani (2022), Wanita yang hamil pada usia yang masih remaja cenderug memiliki

resiko kehamilan dikarenakan kurang pengetahuan dan ketidaksiapan dalam menghadapi

kehamilannya. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan usia dibawah 20 tahun

ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Menurut

Kementerian Kesehatan RI (2014), masalah-masalah yang mungkin terjadi selama

kehamilan adalah :

1. Perdarahan waktu hamil walaupun hanya sedikit

2. Bengkak dikaki, tangan, atau wajah disertai sakit kepala dan kejang

3. Demam atau panas tinggi lebih dari 2 hari

4. Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan

5. Muntah terus dan tidak mau makan

6. Berat badan yang tidak naik pada trimester 2-3

7. Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak sama sekali.

33
8. Anemia yaitu kurangnya kadar hemoglobin pada darah, kekurangan zat besi dapat

menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan dan perkembangan sel

otak janin dalam kandungan. Remaja putri yang hamil ketika kondisi gizinya buruk

beresiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebesar 2-5 kali lebih besar

dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan oleh wanita berusia 25-34 tahun.

9. Keguguran (abortus), yaitu berakhirnya suatu kehamilan (oleh sebab- sebab

tertentu) sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu. Secara fisik, remaja masih

terus tumbuh. Jika kondisi mereka hamil, kalori serta zat gizi yang diperlukan untuk

pertumbuhan harus dihitung dan ditambahkan kedalam kebutuhan kaloris selama

hamil. Bila ibu hamil mengalami kurang gizi maka akibat yang ditimbulkan antara

lain : keguguran, bayi lahir mati, dan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah.

6) Dampak Pernikahan Dini pada Proses Persalinan

Menurut Ani (2022), Melahirkan mempunyai resiko bagi setiap perempuan. Bagi

seorang perempuan melahirkan di bawah usia 20 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi.

Resiko yang mungkin terjadi adalah :

a. Prematur, yaitu kalahiran bayi sebelum usia kehamilan 37 minggu.

b. Kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dapat mengakibatkan

makin tingginya kelahiran premature. BBLR (berat badan lahir rendah), yaitu berat

badan bayi lahir kurang dari 2500 gram, remaja putri yang mulai hamil ketika kondisi

gizinya buruk beresiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah sebesar 2-3

kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berstatus gizi baik. (Masnawi,

2013).

f. Pencegahan pernikahan di usia dini

34
Upaya untuk menanggulangi perkawinan usia dini antara lain sebagai berikut:

1. Remaja perempuan yang belum berkeluarga dapat diberikan pengarahan melalui

kegiatan pendidikan dalam arti meningkatkan pengetahuan remaja tentang arti dan

peran perkawinan serta akibat negatif yang ditimbulkan perkawinan pada usia yang

sangat muda dengan melakukan kegiatan yang positif.

2. Remaja perempuan yang telah berkeluarga yaitu mencegah remaja berkeluarga agar

tidak segera hamil, salah satunya dengan kegiatan pendidikan keluarga untuk

meningkatkan pengetahuan keluarga muda.

3. Penyuluhan kepada keluarga agar menghilangkan kebiasaan keluarga untuk

menikahkan anak dalam usia muda dan meningkatkan status ekonomi sehingga dapat

menghindari terjadinya perkawinan usia muda dengan alasan rendahnya ekonomi.

4. Melakukan sosialisasi untuk menghilangkan adat atau budaya menikah muda,

memperbanyak kesempatan kerja dan berperilaku tegas dalam melaksanakan

peraturan perundang-undangan mengenai perkawinan, yaitu memberi sanksi bagi

yang melanggarnya, meningkatkan status kesehatan masyarakat, dan menyukseskan

program keluarga berencana (Latifa, 2018).

4. REMAJA

a. Pengertian Remaja

Menurut World Health Organization (2014) remaja atau dalam istilah asing yaitu

adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan merupakan seseorang yang

memiliki rentang usia 10-19 tahun. Dalam ilmu kedokteran remaja di kenal sebagai

suatu tahap perkembangan fisik, yaitu masa alat-alat kelamin manusia mencapai

kematangan nya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan

35
tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna pula (Sarwono,2018).

Menurut World Health Organization dalam Sarwono (2014) mendefinisikan remaja

berdasarkan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis dan sosial ekonomi.

1) Remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia

menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

kematangan seksual.

2) Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan psikologis

dan pola identifikasi darikanak-kanak menjadi dewasa.

3) Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial

ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.

b. Tahap Perkembangan Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan pada saat remaja sangat cepat, baik fisik maupun

psikogis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya berlangsung pada usia 11 sampai

16 tahun, sedangkan pada remaja permpuan berlangsung pada usia 10 sampai 15

tahun. Perkembangan pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki

karena dipengaruhi oleh hormone seksual. Perkembangan berpikir pada remaja juga

tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil. (Sarwono,2018).

Ada tiga tahap perkembangan remaja yaitu :

1) Remaja awal (earlyadolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan

yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai

perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat

36
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang

berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”

menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

2) Remaja menengah (middleadolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Remaja senang kalau

banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan mencintai diri sendiri

dengan menyukai teman-teman yang punya sifat yang sama dengan dirinya. Selain

itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang

mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis,

idealis atau materialis, dan sebagainya.

3) Remaja akhir(lateadolescence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan

pencapaian lima hal, yaitu:

a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Ego nya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam

pengalaman-pengalaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Ego sentrisme yaitu terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri diganti

dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (privateself) dan

masyarakat umum (thepublic). (Sarwono, 2018).

c. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

37
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan

perilaku kan kanak-kanak serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan

berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut

Sarwono, 2018 adalah:

1) Mampu menerima keadaan fisiknya

2) Mampu menerima dan memahami peran seksual dewasa

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis

4) Mencapai kemandirian emosional

5) Mencapai kemandirian ekonomi

6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan

untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

8) Mengembangkan perilaku tanggungjawab sosial yang diperlukan untuk memasuki

dunia dewasa

9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan Memahami dan mempersiapkan.

d. Ciri Perkembangan Remaja Putri

1) Perubahan Ukuran Tubuh Perubahan fisik utama pada masa puber adalah

perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Diantara anak-anak

perempuan, rata-rata peningkatan per tahun dalamtahun sebelum haid adalah 3

inci, tetapi peningkatan itu bisa juga terjadi dari 5 sampai 6 inci. Dua tahun

sebelum haid peningkatan rata-rata adalah 2,5 inci. Jadi peningkatan keseluruhan

selama dua tahun sebelum haid adalah 5,5 inci. Setelah haid, tingkat pertumbuhan

38
menurun sampai kira-kira 1 inci setahun dan berhenti sekitar delapan belas tahun.

2) Perubahan Proporsi Tubuh Perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan

proporsi tubuh. Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil,

sekarang menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari

daerah-daerah tubuh yang lain. Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di

bagian pinggul danbahu, dan ukuran pinggang tampak tinggi karena kaki menjadi

lebih panjang dari badan.

3) Ciri-ciri Seks Primer Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber,

meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak usia sebelah

atau dua belas tahun berkisar 5,3 geram pada usia enam belas tahun rata-rata

beratnya 43 gram. Tuba faloppi, telur-telur, dan vagina juga tumbuh pesat pada

saat ini. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi

matang adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran

darah, lendir, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan

terjadi kira-kira setiap dua puluh delapan hari sampai mencapai menopause.

Periode haid umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak teratur dan

lamanya berbeda-beda pada tahun-tahun pertama.

e. Sumber Informasi Remaja

Tidak tersedianya informasi yang akurat dan benar tentang kesehatan reproduksi

memaksa remaja melakukan eksplorasi sendiri, baik melalui media cetak, elektronik,

maupun pertemanan yang besar kemungkinan justru salah. Berkaitan dengan

pengetahuan kesehatan reproduksi, masih banyak remaja putri yang belum

mengetahuinya dengan baik. (Khilmiyah, 2015).

39
Peran orangtua merupakan satu hal yang penting dalam edukasi seksual pada

remaja. apalagi saat ini masih belum banyak orang yang peduli terhadap resiko-risiko

yang bisa menyerang remaja. Mulai dari ancaman HIV/AIDS, angka kematian ibu

yang meningkat karena melahirkan diusia muda, hingga kematian remaja perempuan

karena nekat mengambil tindakan aborsi (Mahfudin, Khoirotul, 2016).

Media sebagai sumber dari informasi juga memberikan kontribusi dalam

menyediakan informasi mengenai kesehatan reproduksi. Penggunaan media terkait

dengan kesehatan reproduksi menjadi hal yang dilematis . Di satu sisi, media dapat

memberikan informasi yang tepat mengenai kesehatan reproduksi. Namun tidak sedikit

remaja yang menggunakan media secara tidak tepat, misalnya melihat gambar dan

video porno. Sumber informasi lain dalam menyebarkan informasi mengenai

kesehatan reproduksi yaitu melalui media cetak yang dimaksud adalah surat kabar

maupun majalah. (Muhamad dkk,2017)

f. Masalah kesehatan reproduksi remaja

Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,

fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak

semata-mata bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental

serta sosial-kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki

informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai factor yang ada

disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan

tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. (DepkesRI,2003).

Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal

kematangan organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free sex)

40
masalah kehamilan yang terjadi pada remaja usia sekolah diluar pernikahan, dan

terjangkitnya penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Remaja melakukan

hubungan seks dapat disebabkan antara lain tekanan pasangan, merasa sudah siap

melakukan hubungan seks, keinginan dicintai, keingintahuan tentang seks, pengaruh

media massa, (tayangan TV dan internet) yang menampakkan bahwa normal bagi

remaja untuk melakukan hubungan seks, serta paksaan dari orang lain untuk

melakukan hubungan seks. Pergaulan seks bebas berisiko besar mengarah pada

terjadinya kehamilan tak diinginkan (KTD). (Khilmiyah, 2015).

41
B. KERANGKA KONSEP

Kerangka konseptual merupakan jalan pemikiran berdasarkan alur logika berpikir untuk

pemecahan masalah yang harus dilakukan dalam penelitian, berisi tentang langkah langkah

atau kerangka pemecahan masalah yang harus dilakukan dalam penelitian. Sebelum

menyususn kerangka konseptual, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang kerangka proses

berpikir. Tujuan penyusunan kerangka proses berpikir ialah memberikan tuntunan berpikir

secara deduktif. Metode penelitian kuantitatif melalui studi teoritis, serta memberikan

tuntutan berpikir secara induktif melalui studi empiris (harmon et al., 2016).

Pada penelitian ini, penulis membuat kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independen variabel dependen

Pendidikan kesehatan Tingkat pengetahuan siswi


tentang pernikahan dini Smpn 1 Wanasaba

Faktor yang mempengaruhi pernikahan dini : Faktor yang mempengaruhi


pengetahuan :
individu
Pendidikan
Tingkat pengetahuan dan pendidikan
Pekerjaan
Orang tua
Umur
Lingkungan masyarakat
Minat 42
Media massa
Pengalaman
Dampak melakukan pernikahan dini :
Lingkungan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh pendidikan kesehatan tentang pernikahan dini terhadap

tingkat pengetahuan siswi SMPN 1 WANASABA Tahun 2022

Keterangan gambar :

: Diteliti

: Tidak Diteliti

C. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana

rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi

hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah

penelitian, belum ada jawaban empirik dengan data (Sugyono, 2020). Pada umunya

hipotesis penelitian terdiri dari 2 (dua) jenis yang dilambangkan :

Ha : ada hubungan/pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel yang lain

Ho : tidak ada hubungan/pengaruh anatara variabel yang satu dengan variabel yang lain

Maka dalam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha : ada pengaruh

43
Ho : tidak ada pengaruh

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

kuantitatif. Menurut sugiyono (2017) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positif, digunakan untuk

meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimen dengan

pendekatan the one group pre-test and post-test design, yaitu penelitian yang bertujuan

untuk menguji hipotesis melalui suatu intervensi yang menggunakan suatu kelompok dan

memberikan pre-test dan post-test. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui

lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan

(sugiyono, 2017).

Berikut merupakan tabel desain penelitian one group pre-test and post-test

design.

Tabel 3.1 Desain Penelitian one group pre-test post-tes design

44
O1 X O2

Sumber : Notoatmodjo (2018)

Keterangan :

O1 : tes awal (pre-test) sebelum perlakuan diberikan

O2 : tes akhir (post-test) sesudah perlakuan diberikan

X : perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu dengan memberikan pendidikan

kesehatan tentang pernikahan dini

B. Populasi Sampel

1. Populasi

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Populasi

pada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 8 Smpn 1 Wanasaba (Desember, 2022)

menunjukkan jumlah siswi kelas 8 adalah 106

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2020).

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau bagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian kebidanan, kriteria sampel

meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, yaitu kriteria tersebut menentukan dapat

dan tidaknya sampel digunakan Hidayat (2015).

45
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Slovin untuk menentukan

jumlah sampel yang akan digunakan. Rumus Slovin yaitu,

Rumus : n = N / (1+(N x e2))

Keterangan :

n :Jumlah sampel

N :Populasi

e :Batas toleransi kesalahan 1%, 5%, 10%

Diketahui :

N :106

e :10% (0,1)

Hasil perhitungan :

n : 106 / (1+(106 x 0,12))

: 51,45 kemudian dibulatkan menjadi 52 orang

Jadi jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 52 dari 106

populasi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria yakni subjek penelitian dapat mewakili sampel

penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Nursalam dalam Hidayat, 2014).

Kriteria eksklusi menurut Hidayat (2014) merupakan kriteria yakni subjek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel

penelitian.

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas 8 Smpn 1 Wanasaba.

Adapun jumlah sampel berjumlah 52.

3. Teknik Sampling

46
Menurut sugiyono (2017) teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan

sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat

berbagai teknik sampling yang digunakan.

Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling dimana untuk

menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan

agar data yang diperoleh nantinya bisa representative (sugiyono, 2017).

Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan purposive sampling adalah karena

tidak semua sampel memiliki kriteria sesuai dengan yang telah penulis tentukan. Oleh

karena itu, sampel yang dipilih sengaja ditentukan berdasarkan kriteria tertentu yang

telah ditentukan oleh penulis untuk mendapatkan sampel yang representatif

C. Waktu Dan Tempat penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan maret-april 2023

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Smpn 1 Wanasaba

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sugiyono (2018) pada dasarnya adalah segala sesuatu

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini membahas dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel

independen. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel dependen

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

47
bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pendidikan

kesehatan tentang pernikahan dini dan yang menjadi variabel dependen adalah tingkat

pengetahuan siswi kelas 8 Smpn 1 Wanasaba mengenai pernikahan dini.

E. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel variabel yang

sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya dalam proses pengukuran

variabel variabel tersebut. Definisi operasional memungkinkan sebuah konsep yang

bersifat abstrak dijadikan suatu yang operasional sehingga memudahkan peneliti dalam

melakukan pengukuran (Sarwono, 2017)

Definisi operasional yang dicantumkan dalam penelitian adalah definisi

operasional tentang variabel pendidikan kesehatan tentang pernikahan dini dan variabel

tingkat pengetahuan tentang pernikahan dini. Definisi operasional untuk kedua variabel

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Parameter Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur

Independen : KIE yang Satuan acara


Pendidikan diberikan penyuluhan tentang - - -
kesehatan secara pernikahan dini
tentang langsung
pernikahan kepada
dini responden

Dependen : Level Tingkat Pengetahuan: kuesoner Intensitas : ordinal


pemahaman 1. Tahu 1. Baik (Nilai

48
Tingkat responden 2. Memahami 76-100%)
Pengetahuan tentang 3. Aplikasi 2. Cukup
siswi kelas 8 pernikahan 4. Analisis (Nilai 56-
Smpn 1 dini 5. Sintesis 75%)
Wanasaba 6. Evaluasi 3. Kurang
tentang (Nilai
pernikahan <56%)
dini

F. Instrument Penelitian Dan Metode Pengumpulan Data

1. Instrument Penelitian

Instrument merupakan suatu alat ukur pengumpulan data untuk memperkuat hasil

penelitian yaitu menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi sejumlah pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2018). Instrument yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Kuesioner

b. leaflet

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupkan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data (sugiyono,

2017).

Setelah pengumpulan data dilakukan, kemudian data diolah dengan cara sebagai

berikut :

a) Editing

49
Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isisan formulir atau

angket apakah jawaban yang ada diangket sudah lengkap, jelas dan terbaca,

relevan, dan konsisten dengan jawaban. Jika ada pertanyaan dalam angket yang

belum diisi, maka dikembalikan pada responden untuk dilengkapi.

b) Coding

Merupakan kegiatan pemberian kode numeric atau angka terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan data analisis menggunakan computer. Biasanya dalam pemberian

kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku untuk memudahkan

kembali melihat lokasi dan arti suatu variabel.

c) Pengolahan Data

Ada dua hal yang perlu dilakukan ketika melakukan pengolahan data yaitu

Entry Data atau memasukkan data dalam proses tabulasi dan melakukan editing

ulang terhadap data yang telah ditabulasi untuk mencegah terjadinya kekeliruan

memasukkan data atau kesalahan penempatan dalam kolom maupun baris tabel.

G. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univarit digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2017).

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian (Lina Susanti, 2018). Dalam analisa univariat ini yaitu

untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan

50
tentang pernikahan dini pada siswi kelas 8 Smpn 1 Wanasaba dan untuk

mengidentifikasi tingkat pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan

tentang pernikahan dini pada siswi kelas 8 Smpn 1 Wanasaba.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariate dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan atau

berkolerasi. Melihat dari hasil analisis uji statistik akan dapat disimpulkan adanya

hubungan dua variabel tersebut bermakna atau tidak bermakna (Notoatmodjo, 2018).

Pada penelitian ini menggunakan uji statistic sebagai berikut :

1) Wilcoxon Sign Rank Test

Uji wilcoxon sign rank, adalah salah satu uji nonparametris yang digunakan untuk

mengukur ada tidaknya perbedaan nilai rata rata 2 kelompok sampel berpasangan

(dependen). Uji wilcoxon sign rank, merupakan uji komparasi pada satu sampel

berpasangan (dua pengamatan), yakni ingin membandingkan dua pengamatan

yang berasal dari satu sampel. Uji wilcokson bisa digunakan pada penelitian

desain pre-post test.

Data akan diuji dengan uji wilcoxson apabila memenuhi syarat Uji Wilcoxon

yaitu:

a) Data sampel tidak berdistribusi normal

b) Dua kelompok sampel yang saling berpasangan

c) Sampel berskala data ordinal atau interval

d) Jumlah sampel pada kedua kelompok sama

H. Etika Penelitian

51
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan

dengan etika. Tujuan penelitian ini harus etis dalam arti hak hak responden harus

dilindungi (Nursalam, 2017). Adapun prinsip prinsip dalam etika penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Informed Consent (pernyataan persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

diberikan sebelum p enelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar responden mengerti

maksud dan tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati haknya.

2. Anonymity (tanpa nama)

Kerahasiaan responden harus terjaga dengan tidak mencantumkan nama pada

lembar pengumpulan data maupun pada lembar kuesoner, tetapi hanya dengan

memberikan kode kode tertentu sebagai identifikasi responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Informasi yang diberikan responden akan terjamin kerahasiaannya karena peneliti

dalam pemanfaatan informasi yang diberikan responden hanya menggunakan

kelompok kelompok data sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian.

52
53

Anda mungkin juga menyukai