STASE REMAJA
OLEH :
ODRIKA PUSPA ANGGRAENI
NIM 2282B1040
Mahasiswa
(2282B1040)
Bd. Putri Eka Sejati, S.ST, M.Kes Bd.Sri Wahyuningsih, S.Tr. Keb.,M. Kes
NIDN : 0720129102
........................................................Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hida
Di Puskesmas Wonokerto.
yang diwajibkan bagi mahasiswa Program studi Pendidikan Profesi Bidan IIK
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1
timbul akibat obesitas dan KEK pada remaja yaitu terjadinya masalah pada siklus
menstruasi seperti siklus tidak teratur, amenorea, maupun terjadinya
oligomenorea. Keadaan ini jika dibiarkan dapat berlanjut hingga masa
prakonsepsi dan dapat mempengaruhi fertilitas wanita. Wanita yang menderita
malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu pertama kehamilan cenderung
melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan sumsum tulang, sedangkan
wanita obesitas cenderung melahirkan bayi besar (Arisman, 2009).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, proporsi risiko kurang energi kronis
pada wanita usia subur usia 15-49 tahun yang tidak hamil adalah 14,5%. Remaja
yang termasuk dalam wanita usia subur usia 15-19 tahun yang tidak hamil
menempati proporsi risiko kurang energi kronis tertinggi pada tahun 2018 yaitu
sebanyak 36,3%. Sedangkan proporsi obesitas pada usia 15-49 tahun adalah
10,8%, dan remaja yang masuk di dalamnya adalah 49%. Masalah lain dari remaja
putri yaitu terjadinya anemia. Wanita usia subur cenderung menderita anemia
karena wanita mengalami siklus menstruasi setiap bulan. Kekurangan zat besi
dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga dapat menyebabkan produktivitas
menurun. Maka dari itu, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja
putri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat besi bagi remaja putri yang akan
menjadi ibu di masa yang akan datang.
Tablet Tambah Darah (TTD) yang diperoleh remaja putri dan ibu hamil
pada tahun 2018 sebanyak 76,2%, namun konsumsi TTD pada remaja putri
kurang dari 52 butir masih mencapai 98,6%. Hal tersebut menjadi salah satu
faktor masih tingginya anemia pada remaja putri di Indonesia. Berdasarkan
masalah yang sering terjadi pada remaja putri, dibutuhkan peran bidan dalam
membantu meningkatkan kesehatan ibu dimulai sejak masa remaja sesuai dengan
kewenangan bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 28 tahun 2017 tentang
izin dan penyelenggaraan praktik bidan yaitu dalam pelayanan kesehatan ibu yang
meloputi konseling pada masa sebelum hamil
Bidan memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna,
berfokus pada aspek pencegahan, penanganan dan promosi kesehatan dengan
berlandasan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan
tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang
2
membutuhkan pertolongan kapanpun dan dimanapun dia berada. Sehingga dalam
laporan komprehensif ini, penulis akan membahas asuhan kebidanan pada remaja
putri.Orang tua, guru dan pemerintah serta instansi terkait harus lebih memberikan
perhatian, bimbingan dan arahan kepada remaja dengan memberikan pandangan
yang benar mengenai kesehatan reproduksi seperti pengenalan tentang kesehatan
reproduksi remaja, persepsi pacaran dan hubungan seks. Dalam hal ini bidan
merupakan fasilitator dalam mempromosikan kesehatan misalnya adanya
penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja. Bidan memberikan pelayanan
yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,
penanganan dan promosi kesehatan dengan berlandasan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan (7 langkah Varney) yang tepat pada remaja putri.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada
remaja putri.
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada remaja putri.
3. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial yang
mungkin muncul pada remaja putri.
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada remaja putri.
5. Mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara
menyeluruh pada remaja putri.
6. Mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh sesuai kebutuhan pada remaja putri.
7. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada remaja
putri.
3
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengalaman belajar dalam melaksanakan asuhan
kebidanan khususnya pada remaja putri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi
ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya
berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling
tidak sejajar.
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup
perubahan transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial akan dipaparkan di
bawah ini:
1. Transisi Biologis
Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja
terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat
badan serta kematangan sosial.Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan
menjadi semakin panjang dan tinggi).Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan
tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002)
menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu;
perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan
menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di
kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap
tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu
ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara lain;
pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan
yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya
air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai
tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah
(kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut
diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh
kelenjar pituitarydan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing
menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas
6
serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung
Hartono, 2002).
2. Transisi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial.Hal
ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan
kognitif remaja.Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003) secara lebih nyata
pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis.Remaja
berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat
menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam
berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan
dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan,
menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis
menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
3. Transisi Sosial
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa
kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja.Hubungan sosial anak pertama-
tama masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga,
khususnya dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga
lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty
dkk, (2008: 139).
7
Merupakan tahap peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap
berikutnya, maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan membekas
pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
c. Masa Perubahan
Selama masa remaja perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Perubahan yang terjadi pada masa remaja memang
beragam, tetapi ada perubahan yang terjadi pada semua remaja.
8
kehidupan remaja muda yang cenderung tidak simpatik dan takut
bertanggung jawab.
h. Masa Yang Tidak Realistik
Mereka memandang diri sendiri dan orang lain berdasarkan
keinginannya, dan bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya. Apabila
dalam hal cita-cita yang tidak realistik ini berakibat pada tingginya emosi
yang merupakan ciri awal masa remaja.
i. Masa Menuju Masa Dewasa
Saat usia kematangan kian dekat, para remaja merasa gelisah untuk
meninggalkan stereotip usia belasan tahun yang indah disatu sisi, dan harus
bersiap-siap menuju usia dewasa disisi lainnya (Gunawan, 2011).
9
3) Masa remaja akhir (19-22 tahun), masa ini ditandai oleh persiapan akhir
untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja
berusaha memantapkan tujuan vaksional dan mengembangkan sense of
personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima
dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap
ini.
10
reproduksi wanita akan mengalami perubahan. Ovarium, tuba falopi, uterus dan
vagina mengalami pembesaran hingga beberapa kali lipat. Selain itu juga terjadi
perubahan pada organ genitalia luar dan ciri-ciri seks sekunder (Guyton, 2006).
Perubahan fisik pada pubertas di setiap individu dapat ditentukan
menggunakan skala Tanner. Salah satu ciri perubahan fisik yang dapat diukur
dengan skala Tanner adalah perkembangan payudara. Perkembangan payudara
diatur oleh sekresi estrogen dari ovarium. Pada awalnya perkembangan dapat
terjadi secara unilateral pada beberapa bulan pertama. Laju pertumbuhan puncak
terjadi pada 6-9 bulan setelah perkembangan payudara tahap 2 (Dattani, 2009).
Hormon estrogen dan progesteron memegang peranan penting dalam
perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder, pertumbuhan organ genitalia,
pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologi kewanitaan. Perkembangan ini
dirangsang oleh peningkatan FSH. Interaksi FSH dan estrogen akan memacu
kepekaan reseptor LH sehingga terjadi peningkatan LH yang mempercepat
perkembangan folikel yang menghasilkan estrogen (Guyton, 2006). Pada remaja
perempuan, perubahan fisik dapat diukur menggunakan skala Tanner berikut ini.
11
paha. garis bentuk umum payudara.
Usia + 13 – 16 tahun Usia + 13 – 16 tahun
12
aktivitasnya. Sebelum datangnya masa puber, jumlah hormon gonadotropik
bertambah secara bertahap, demikian pula kepekaan gonad terhadap hormon
gonadotropik. Dalam keadaan itulah terjadinya perubahan-perubahan masa
puber.
b. Peranan Gonad
Seiring pertumbuhan dan perkembangan gonad, bertambah besarlah
organ-organ seks, yaitu ciri-ciri seks primer dan fungsinya pun menjadi
matang. Begitu pula ciri-ciri seks sekunder seperti berkembangnya rambut
kemaluan.
c. Interaksi kelenjar pituitary dan gonad
Hormon yang telah diproduksi gonad, yang telah dirangsang oleh
hormon gonadotropik yang diproduksi oleh kelenjar pituitary, kemudian
bereaksi terhadap kelenjar ini dan secara berangsur-angsur mengakibatkan
penurunan jumlah kromosom hormon pertumbuhan yang diproduksi sehingga
menjadikan proses pertumbuhan terhenti. Interaksi antara hormon
gonadotropik dan gonad terus berlangsung sepanjang kehidupan reproduksi
individu, kemudian berkurang secara perlahan saat wanita mendekati
menopause.
2.7 Perubahan Psikologi Masa Remaja
Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem
kepribadian yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar
sistem kepribadian anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi,
pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan
norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian
tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat saling
mendukung dan dapat saling berbenturan nilai (Atkinson, 2006).
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, (suasana hati) bisa
berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian menemukan bahwa remaja rata-rata
memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke
“sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal
yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali
dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari
13
di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal
tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis (Mappiare, 2004).
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami
perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka
sangat rentan terhadap pendapat orang lain yag membuat remaja sangat
memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Pada usia 16
tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia
sering dihadapkan dengan dunia nyata (Mappiare, 2004).
14
sebagainya. Sehingga mengharuskandia mendapatkan kebutuhan zat gizi yang
lebih dari biasanya.
15
12 tahun kebutuham energinya 50-60 kal/kg BB/ hari dan usia 13-18 tahun
sebesar 40-50 kal/ kg BB/ hari.
Kebutuhan proteinmeningkat karena prosestumbuh kembang berlangsung
cepat. Apabila asupan energi terbatas/ kurang, proteinakan dipergunakan
sebagai energi.Kebutuhan protein usia 10-12 tahun adalah 50 g/ hari, 13-15
tahun sebesar 57 g/ hari dan usia 16-18 tahun adalah 55 g/ hari. Sumber
protein terdapat dalam daging, jeroan, ikan, keju, kerang dan udang (hewani).
Sedangkan proteinnabati pada kacang-kacangan, tempe dan tahu.
Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya.
Kelebihan lemakakan disimpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang
sewaktu- waktu diperlukan. Departemen Kesehatan RI menganjurkan
konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total energi per hari, atau
paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan
sehari. Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang
dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemakmenghasilkan 9 kalori.
Pembatasan lemakhewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga
rendah.
Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan
vitamin B yaitu vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin
diperlukan dalam metabolismeenergi. Zat gizi yang berperan dalam
metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin B12. Vitamin D
diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel
dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan
E juga diperlukan.
Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan
kekurangan darah yang dikenal dengan anemiagizi besi (AGB). Makanan
sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur
dan daging. Fe lebih baik dikonsumsi bersama dengan vitamin C, karena akan
lebih mudah terabsorsi.
2.2.3 Pengaruh Status Gizi Pada Sistem Reproduksi
Kebutuhan energi dan nutrisi dipengaruhi oleh usiareproduksi, tingkat
aktivitas dan status nutrisi. Nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
16
pertumbuhan. Kekurangan nutrisi pada seorang yang mengalami anemia dan
kurang berat badan lebih banyak akan melahirkanbayiBBLR (berat badan lahir
rendah) dibandingkan dengan wanita dengan usia reproduksi yang aman untuk
hamil.
17
serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat menghindari ngemil
makanan/kue-kue.
3. Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum
dijumpai terutama pada perempuan.Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel
darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh,
berfungsi sebagai pembawa oksigen.
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-
laki.Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka
diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi.Seperti pada daging, hati, ikan,
ayam, selain itu bahan maknan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat
besi.
18
2. Makanlah makanan untuk mencukupi kecukupan energi.
Setiap orang dianjurkan untuk memenuhi makanan yanng cukup kalori
(energi) agar dapat hidup dan beraktivitas sehari-hari. Kelebihan konsumsi
kaloriakan ditimbun sebagai cadangan didalam tubuh yang berbentuk jaringan
lemak.
19
disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut
1. Usia
Usia sangat berperan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat
badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2
tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan
cermat.Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi
perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan ( Depkes, 2004).
2. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap
perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi
makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U
(Berat Badan menurut Umur)atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung
pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
3.Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat
dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat
badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan
dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks
BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena
perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun
sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan
20
lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun
( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan
status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator
status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi
tubuh (M.Khumaidi, 1994)..Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih
jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila
dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut
standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan
suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan
berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
2.9 Menstruasi
2.9.1 Pengertian
Menstruasi adalah pelepasan dinding endometrium yang disertai dengan
pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulannya kecuali pada saat
kehamilan (Aulia, 2009). Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam
tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.
Darah yang keluar dari rahim berisikan jaringan sel telur yang sudah mati,
hormon prostaglandin, dan zat pengencer fibrinolysin yang berasal dari lapisan
dinding rahim yang luruh. Prostaglandin yang memeras otot rahim untuk
mendorong darah haid keluar, dan itu pula yang membangkitkan rasa nyeri perut
selama haid berlangsung. Sedangkan zat pengencer darah dalam haid yang
menjadikan darah haid tidak membeku (Nadesul, 2010).
21
atau mundur beberapa hari. Pada masa remaja, hormon-hormon seksualnya belum
stabil. Semakin dewasa biasanya siklus menstruasi menjadi lebih teratur,
walaupun tetap saja bisa maju atau mundur karena faktor stres atau kelelahan
(BKKBN, 2010).
Biasanya menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi
juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat
menstruasi adalah 10 ml hingga 80 ml per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35
ml per harinya. Biasanya pada saat menstruasi wanita memakai pembalut untuk
menampung darah yang keluar. Pembalut harus diganti minimal dua kali sehari
untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi pada vagina atau gangguan-gangguan
lainnya (Chaerani, 2006).
Setiap siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam
uterus. Fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara
hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. Rata-rata terdapat sekitar 300.000 calon
telur yang belum matang/folikel (follicles) di kedua indung telur selama masa
pubertas. Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap
periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika
sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari
ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi.
Proses pelepasan ini disebut dengan ovulasi (Nadesul, 2010).
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar di dalam otak melepaskan hormon
yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) ke dalam aliran darah sehingga
membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa
sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi
dominan hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen
yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan
hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian
memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur
tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak
di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim
(Chaerani, 2006).
22
Pada hari pertama menstruasi, terjadi perdarahan akibat peluruhan dinding
rahim (endometrium) yang disebabkan oleh penurunan level hormon progesteron.
Hal ini terjadi karena ovum (sel telur) yang dilepas pada siklus sebelumnya tidak
mengalami pembuahan, sehingga dinding rahim yang dimaksudkan untuk
menangkap ovum yang terbuahi tidak diperlukan lagi. Peluruhan dinding rahim
ini berlangsung selama beberapa hari, atau rata-rata lima hari (Nadesul,2010).
Pada saat perdarahan menstruasi ini berlangsung, hormon FSH
(Follicle Stimulating Hormone) serta hormon LH (Luteinizing Hormone) mulai
dilepas oleh tubuh, yang berfungsi untuk mematangkan ovum yang akan dilepas
pada siklus ini. Saat ovum matang, tubuh mengalami peningkatan hormon
estrogen, dan hormon FSH dan LH mengalami penurunan. Dengan hormon
estrogen ini, dinding rahim baru perlahanlahan terbentuk. Seiring dengan
meningkatnya estrogen, lendir leher rahim, yang berfungsi untuk membantu aliran
sperma, mulai terbentuk. Pada saat level hormon estrogen mencapai puncaknya
ketebalan dinding rahim juga mencapai maximum, produksi lendir leher rahim
juga mencapai maximum dan leher rahim berada dalam kondisi terbuka dan dalam
keadaan lembut. Setelah tahap pra-ovulasi dalam siklus menstruasi, setelah
estrogen mencapai titik puncaknya dan mulai menurun, terjadi pengeluaran
hormon LH dan FSH yang tinggi secara mendadak yang disebut juga sebagai LH
Surge, dan hal ini menyebabkan folikel ovum untuk pecah dan mendorong ovum
itu sendiri untuk keluar dari ovarium. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu
16-32 jam setelah terjadi peningkatan LH. Setelah ovum dilepaskan dari ovarium,
folikel yang ada membentuk corpus luteum yang mulai melepaskan hormon
progesteron. Hormon inilah yang menyebabkan kenaikan suhu basal tubuh
dibandingkan suhu basal tubuh di hari - hari sebelumnya (thermal shift). Selepas
ovulasi, progesteron dan sedikit estrogen menahan dinding rahim agar tidak luruh.
Hal ini dimaksudkan apabila terjadi pembuahan pada sel telur yang dilepaskan
tadi, maka dinding rahim akan dapat menangkapnya dan terjadilah kehamilan.
Selepas ovulasi, produksi lendir leher rahim mengalami penurunan drastis dan
posisi leher rahim mulai menutup dan tidak lagi lembut. Lama kelamaan, corpus
luteum menjadi hancur produksi progesteron menurun sehingga tidak kuat
menahan dinding rahim, terjadilah peluruhan (Chaerani, 2006).
23
2.9.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi
Menstruasi terjadi sebagai akibat proses panjang interaksi antar hormon
dalam tubuh wanita, keseimbangan hormon dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
1) Asupan Nutrisi
Pola makan merupakan wujud perilaku manusia pada makanan. Pola
makan yang salah dengan tinggi lemak, karbohidrat dan protein akan
meningkatkan berat badan yang lebih dan hal ini secara langsung akan
meningkatkan status gizi pada kondisi lebih (obesitas pun dapat terjadi).
Penerapan pola makan yang berlebih tentunya akan meningkatkan kerja organ-
organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa (kemampuan tubuh untuk menetralisir
pada keadaan semula) dalam rangka pengeluaran kelebihan tersebut. Dan hal ini
tentunya akan berdampak pada fungsi sistem hormonal pada tubuh. Adanya
gangguan dari fungsi sistem hormonal dari tubuh tersebut tentunya akan
mempengaruhi kerja organ-organ tubuh secara maksimal termasuk organ seksual
perempuan baik berupa peningkatan progesteron, estrogen, FSH dan LH sendiri
akan berdampak pada gangguan siklus haid yang terlalu cepat maupun siklus haid
yang pendek. Sedangkan pada penerapan pola makan yang kurang sendiri (paling
banyak diterapkan pada perempuan) akan mempengaruhi kemampuan kerja organ
tubuh secara langsung dimana tubuh tidak memiliki kemampuan yang normal
karena energi yang sebagian besar bersumber dari makan tidak mencukupi dan hal
ini juga tentunya akan mempengaruhi maksimalisasi kerja organ sendiri.
2) Kondisi Psikologis
Menstruasi tidak lancar bisa disebabkan banyak faktor, salah satunya
adalah stres psikologis. Banyak penelitian menemukan adanya hubungan nafsu
makan tinggi dengan the level of psychological events and behaviour. Saat
menstruasi tidak lancar, wanita bisa mengalami emotional hunger yaitu keinginan
mengisi perut yang kuat sekali, biasanya makanan camilan energi dan lemak
tinggi, karbohidrat olahan dan sederhana tinggi. Secara fisiologis, Anda mungkin
tidak lapar, lambung tidak kosong dan tubuh belum memerlukan makanan
(biological hunger). Wanita harus mengelola stres psikologis dengan baik agar
menstruasi bisa lancar kembali (Gunawan, 2011).
24
2.9.4 Masalah Menstruasi pada Remaja
a. Pubertas Prekok
Pubertas prekok didefinisikan sebagai perkembangan pubertas yang timbul
lebih dini. Pada perempuan, pubertas prekoks didefinisikan sebagai
perkembangan payudara yang timbul sebelum usia 8 tahun. Pubertas prekok
terdiri dari 2 tipe, yaitu sentral dan perifer (Rosenfield, 2008). Pubertas prekok
sentral berasal dari maturasi awal hypothalamic-pituitary axis. Sedangkan
pubertas prekok perifer berasal dari sekresi awal hormon gonad atau paparan
eksogen (Batubara, 2010). Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar hormon
FSH dan LH meningkat sesuai dengan masa pubertas (Suryawan, 2004).
b. Pubertas Terlambat
Puberitas terlambat (delayed puberty) pada perempuan didefinisikan
sebagai tidak membesarnya payudara sampai 13 tahun atau tidak adanya
menstruasi sampai umur 15 tahun. Penundaan dari pematangan organ seksual
tidak jarang dijumpai dan tidak menimbulkan masalah dengan pertumbuhan dan
perkembangan, tetapi diagnosis dan penanganan segera harus dilakukan pada
pasien dengan kelainan organik (Dattani, 2009). Secara statistik pubertas yang
mengalami keterlambatan adalah sebanyak 2,5% dari populasi remaja normal
pada kedua jenis kelamin. Laki-laki lebih banyak mengalami keterlambatan
pubertas dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan kadar gonadotropin
dalam darah pubertas terlambat dikelompokkan menjadi: Hypergonadotropic
Hypogonadism dan Hypogonadotropic Hypogonadism. Pada Hypergonadotropic
Hypogonadism, ditemukan kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang
meningkat namun kadar hormon seks steroid seperti testosteron dan estrogen tetap
rendah, hal ini menandakan bahwa kerusakan tidak terjadi pada aksis hipotalamus
hipofise. Sedangkan pada hypogonadotropin hypogonadism, ditemukan
penurunan kadar hormon gonadotropin (Suryawan, 2004).
2.9.5 Dismenorea
Pada bagian awal dari siklus menstruasi tubuh wanita secarabertahap
mempersiapkan dinding rahim untuk kehamilan dengan proses penebalan lapisan
25
dalam rahim. Setelah ovulasi jika pembuahan tidak terjadi, lapisan dalam tersebut
akan dikeluarkan dari tubuh melalui menstruasi. Selama proses ini jaringan akan
mengalami kerusakan dari memproduksi senyawa kimia prostaglandin, yang
menyebabkan dinding otot rahim berkontraksi ini membantu untuk membersihkan
jaringan dari rahim melalui vagina dalam bentuk aliranmenstruasi. Namun
kontraksi ini cenderung untuk membuat pembuluh darah dari rahim menyempit,
sehingga mengurangi pasokan oksigen kerahim, dan ini mengakibatkan rasa sakit
yang luar biasa seperti kram saat menstruasi.Rasa nyeri saat menstruasi cenderung
berkurang dengan bertambahnya umur dan juga anak yang dilahirkan. Namun,
ketika rasa nyeri menstruasi terjadi secara berlebihan danmenyakitkan atau
mengganggu kegiatan sehari-sehari seorang wanita, maka terjadi tidak normal dan
secara medis disebut secara dismenorea. Ada beberapa pendapat tentang
pengertian dismenorea, antara lain:
a. Dismenorea merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut dan
terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi (Dianawati, 2003).
b. Dismenorea adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakansebelum dan
selama menstruasi (Ramaiah, 2006).
c. Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di perut
bawah sebelum dan selama menstruasi dan seringkali disertai rasa mual
(Prawirohardjo, 2007).
d. Dismenorea merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari (Wijayanti, 2009).
e. Dismenorea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untukistirahat
atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-
hari. Istilah dismenorea (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu
dys (gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang
artinya flow (aliran). Jadi dismenorea adalah gangguan aliran darah
menstruasi atau nyeri menstruasi (Misaroh, 2009).
f. Dismenorea menurut Manuaba (2008) adalah rasa sakit yang menyertai
menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari.
Derajat rasa nyerinya bervariasi, diantaranya:
26
1) Ringan : Berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas
sehari-hari.
2) Sedang : Sakit yang dirasakan memerlukan obat untuk menurunkan derajat
sakitnya, tetapi masih bisa dilakukan untuk meneruskan aktivitas sehari-
hari.
3) Berat : Rasa nyeri yang dirasakan demikian berat, sehingga memerlukan
istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan rasa nyerinya.
Secara klinis dismenorea dibagi menjadi dua, yaitu dismenorea primer dan
dismenorea sekunder yang memiliki pengertian sebagai berikut:
1) Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa kelainan
anatomis alat kelamin.Terjadi pada usia remaja, dan dalam 2-5 tahun setelah
pertama kali menstruasi (menarche) nyeri sering timbul segera setelah mulai
menstruasi teratur. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus, spastik, dan sering
disertai mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala (Manuaba, 2009).
Nyeri menstruasi primer timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih
sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh
atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.Nyeri menstruasi ini
normal, namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis, danfisik
seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang
darah, dan kondisi tubuh yang menurun.Gejala ini tidak membahayakan kesehatan
(Wijayanti, 2009).
2) Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan dengan
kalainan anatomis ini kemungkinan adalah menstruasi disertai infeksi,
endometriosis, kloaka uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau
AKDR. Nyeri menstruasi sekunder biasanya baru muncul kemudian, jika ada
penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista/polip, tumor
disekitar kandungan kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ
dan jaringan disekitarnya (Wijayanti, 2009). Dismenorea sekunder lebih sering
ditemukan pada usia tua, dan setelah 2 tahun mengalami siklus menstruasi teratur.
Nyeri dimulai saat menstruasi dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
27
menstruasi.Sering diketemukan kelainan ginekologik atau organik seperti
endometriosis dan adenomiosis, uterus miomatosus, penyakit radang panggul dan
polip endometrium.
Tanda –tanda klinik dismenorea primer dan sekunder :
a. Tanda-tanda dismenorea primer
Permulaan awal sembilan puluh persen mengalami gejala didalam 2 tahun
menarche. Lama berlangsungnya dan jenis nyeri dismenorea dimulai beberapa
jam sebelumnya atau segera setelah permulaan menstruasi dan biasanya
berlangsung setelah 48-72 jam, gejala yang menyertai yakni mual, muntah, rasa
lelah, diare, nyeri pinggang bawah, nyeri kepala. Nyerinya seperti kejang dan
biasanya paling kuat pada perut bawah dan dapat menyebar ke punggung ataupaha
sebelah dalam.
b. Tanda-tanda dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder tidak terbatas pada menstruasi, kurang berhubungan
dengan hari pertama menstruasi, terjadi pada wanita yang lebih tua dan dapat
disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan, perdarahan yang
abnormal).
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan
nyeri menstruasi, salah satu caranya dengan memperhatikan pola dan siklus
menstruasinya kemudian melakukan antisipasi agar tidak mengalami nyeri
menstruasi. Berikut ini adalah langkah-langkah pencegahannya:
a. Hindari stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran negative yang
menimbulkan kecemasan.
b. Memiliki pola makan yang teratur
c. Istirahat yang cukup
d. Usahakan tidak menkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua cara
pencegahan tidak mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera kunjungi
dokter untuk mengetahui penyebab nyeri berkepanjangan. Bisa saja ada
kelainan rahim atau penyakit lainnya.
e. Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi karena akan memicu
bertambahnya kadar estrogen.
28
f. Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres punggung bawah serta
minum-minuman yang hangat.
29
2.9 Pathway
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Subjektif
1) Identitas pasien
Nama : Nn. A
Usia : 14 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP
31
f. Keluhan haid : Tidak ada keluhan
g. Kebiasaan : Konsumsi jamu saat menstruasi
32
3.1.2 Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 90/60
Nadi : 68 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,6 °C
2) Pemeriksaan antropometri
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 148 cm
IMT : 25 Kg/m2
3) Pemeriksaan fisik terfokus
a. Wajah : tidak pucat, tidak oedem
b. Mata : konjungtiva kemerahan, sklera putih, tidak ada sekret
c. Hidung : pernapasan melalui hidung, tidak ada sekret
d. Mulut : bibir lembab, mukosa merah muda, tidak ada karies,
tidak ada gigi berlubang
e. Telinga : Telinga simetris, tidak ada sekret di kedua telinga
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar
tiroid, tidak ada bendungan ena jugularis
g. Dada : payudara simetris, papila mammae masih tenggelam,
tidak teraba benjolan/massa abnormal. tidak ada nyeri tekan
h. Abdomen : tidak ada nyeri tekan, bising usus normal, tidak ada
benjolan/massa abnormal
i. Ekstremitas : tidak sianosis kuku, tidak ada varises, crt <2 detik
j. Postur : tegak
33
3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Tidak ada masalah potensial yang ditemukan berdasarkan pengkajian.
34
jumlahnya. Makanan untuk remaja dengan kelebihan berat badan adalah
membagi porsi makan menjadi ½ bagian piring adalah sayur dan buah, ¼
bagian piring adalah karbohidrat dan ¼ bagian lagi adalah lauk dan
diimbangi dengan cairan yang cukup, terutama cairan yang mengandung
vit. D dan antioksidan seperti susu dan air kelapa muda saat menstruasi
untuk mengurangi nyeri menstruasi.
4) Berikan KIE personal hygiene terutama menjaga kebersihan dan kesehatan
reproduksi.
R/ Klien mendapatkan informasi tentang personal hygiene sehingga dapat
mengurangi resiko terjadinya masalah pada area kewanitaan.
5) Jelaskan tentang tanda-tanda infeksi genetalia dan faktor risikonya.
R/ Pemberian informasi tentang infeksi genetalia dapat meningkatkan
pemahaman remaja terkait kesehatan reproduksi dirinya sehingga dapat
lebih mawas diri.
6) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi tablet tambah dara (Fe) 1 tablet tiap
minggu untuk mencegah anemia pada remaja putri.
R/ Remaja putri rentan mengalami anemia atau kurang darah akibat
menstruasi tiap bulan dan tidak cukupnya asupan Fe yang didapatkan dari
makanan.
7) Anjurkan klien untuk mengikuti kelas remaja atau pelayanan kesehatan
remaja yang ada di daerahnya.
R/ Kegiatan perkumpulan remaja bertujuan untuk meningkatkan kualitas
remaja melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku positif
remaja tentang kesehatan reproduksi, serta pemenuhan kebutuhan
kesehatan reproduksi remaja secara terpadu.
3.6 Implementasi
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa TTV dalam batas normal dan hasil
pemeriksaan fisik normal.
2) Memberikan KIE tentang keluhan menstruasi yang jadwalnya tidak teratur
dan selalu banyak dengan memanajemen berat badan dengan mengatur
pola makan, hindari stres, perbanyak istirahat, perbanyak konsumsi air
35
terutama susu dan air kelapa, menghindari konsumsi jamu rutin saat
menstruasi.
3) Memberikan KIE tentang personal hygiene yang benar yaitu dengan
membasuh kemaluan dengan air bersih dari arah depan ke belakang tiap
kali habis kencing lalu dikeringkan dengan kain bersih/tisu kering, tidak
menggunakan sabun kewanitaan.
4) Menjelaskan tentang tanda-tanda infeksi genetalia yaitu jika keputihan
berlebihan, berwarna putih kekuningan sampai kehijauan, berbau, dan
menimbulkan gatal/panas pada area kelamin.
5) Menganjurkan klien untuk konsumsi tablet tambah darah secara rutin 1
tablet tiap minggu nya untuk mencegah terjadinya anemia.
6) Menganjurkan klien untuk mengikuti kelas remaja yang ada di desa untuk
mendapatkan pengetahuan seputar kesehatan remaja.
3.7 Evaluasi
Tanggal : 18 Maret 2023
Jam : 17.45 WIB
Tempat : Puskesmas Wonokerto
Subjektif :
a. Alasan datang : Ingin konsultasi
b. Keluhan : tidak ada
c. Evaluasi : klien mengatakan sudah mempraktikkan pola makan
untuk mengurangi berat badan dan mengurangi jajan sembarangan, dapat
mempraktikan cara membersihkan organ genetalia dengan baik sesuai
anjuran.
Objektif :
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV
TD : 90/60 Nadi : 68 x/menit
Suhu : 36,6 °C RR : 22 x/menit
36
d. Pemeriksaan fisik terfokus
Wajah : tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Esktremitas : tidak sianosis kuku
Assesment :
Nn. A usia 14 tahun dengan pubertas normal
Penatalaksanaan :
1. Memberikan tablet Fe 4 tablet diminum 1 kali dalam seminggu dengan air
putih sebelum tidur malam.
E/ Klien mengatakan bersedia meminum tablet Fe
2. Mengingatkan klien untuk aktif mengikuti kegiatan kader remaja agar
mendapatkan informasi seputar kesehatan secara berkala.
E/ Klien mengatakan akan aktif dalam kegiatan kader remaja.
3. Memingatkan untuk tetap menjaga pola hidup sehat terutama pola makan
agar berat badannya ideal dan tidak ada masalah pada siklus menstruasi.
E/ Klien mengatakan mulai terbiasa dengan pola makan yang sudah
diajarkan dan dipraktikkan.
37
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan pembahasan tentang asuhan kebidanan remaja
Nn. A usia 14 tahun dengan pubertas normal disesuaikan dengan tinjauan teori
atau kerangka konsep yang ada.
4.1 Pengkajian
Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang
ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik fisik,
psikososial dan spiritual. Pengkajian meliputi pengkajian data subyektif dimana
diperoleh dari pasien sendiri karena klien dapat berkomunikasi secara sadar dan
lancar. Pengkajian data obyektif didapatkan melalui pemeriksaan umum,
pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik serta ditegakkan dengan
pemeriksaan penunjang. Data diperoleh secara terfokus begitu pada masalah klien
sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai kondisi dan kebutuhan klien.
Pengkajian data dasar dilakukan pada Nn. A, saat pengamatan pertama
kali yaitu ketika kunjungan pertama kali. Anamnesa dilakukan secara menyeluruh
dan terfokus terutama terhadap keluhan yang dialami klien, riwayat menstruasi
termasuk keluhan selama menstruasi, dan pola kebiasaan sehari-hari klien yang
dapat mempengaruhi siklus menstruasi, aktivitas dan psikologis klien, hal itu
harus di tanyakan dan didapatkan pada penggalian data subjektif untuk dapat
menegakkan diagnosa kasus Nn. A. Pada pengkajian data subjektif didapatkan
usia menarche pertama saat usia 11 tahun. Klien tidak memiliki keluhan seperti
keputihan yang berbau dan gatal. Klien memiliki keluhan menstruasinya tidak
teratur, sering maju mundur.
Pada pengkajian data obyektif yang dilakukan pada kasus Nn. A dilakukan
secara menyeluruh mulai dari pemeriksaan umum, pemeriksaan antropometri,
pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi tanda gejala terjadinya masalah
menstruasi. Pada kasus Nn. A dilakukan pemeriksaan terfokus pada wajah
konjungtiva mata, dada/payudara, dan abdomen. Namun pada pengkajian data
obyektif tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan didapatkan
38
keadaan umum, tanda-tanda vital dalam batas normal, IMT Nn. A adalah 25
Kg/m2, sehingga masalah yang didapatkan adalah kelebihan berat badan dan
pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda abnormal.
Faktor terjadinya kelebihan berat badan pada remaja putri adalah 93,5%
aktivitas fisik yang minim, jarang olahraga, kebiasaan makan junk food, faktor
lingkungan, faktor genetik, psikososial dan perkembangan. Seseorang yang
memiliki aktivitas sedikit beresiko mengalami obesitas karena kalori tubuh tidak
digunakan sehingga menjadi lemak.
Faktor lingkungan seperti remaja putri mengkonsumsi makanan secara
berlebihan karena mudah menemukan makanan di lingkungan sekitar dengan
teknologi yang mendukung. Seseorang yang mengkonsumsi makanan secara
berlebihan mudah mengalami obesitas karena terjadi penumpukan asupan kalori
dalam tubuh.
Faktor genetik seperti adanya riwayat keluarga yang memiliki berat badan
lebih, hal ini berhubungan dengan hormon yang sudah ada dalam tubuh. Faktor
psikososial seperti remaja putri mengalami permasalahan pribadi sehingga
mempengaruhi peningkatan pola makan, sedangkan faktor perkembangan seperti
peningkatan umur dimana didapatkan 58,1% responden berumur 21 tahun,
menjelaskan usia remaja akhir mengalami peningkatan hormon sehingga
mempengaruhi percepatan perkembangan fisik.
39
Faktor umur seperti usia remaja akhir, hal ini menyebabkan remaja mengalami
gangguan menstruasi karena masih terjadi penyesuaian dalam tubuh yaitu
peningkatan kadar hormon estrogen. Faktor diet didapatkan sebanyak 67,7%
remaja putri mengalami obesitas tingkat I sehingga remaja berusaha melakukan
diet untuk menurunkan berat badan. Diet dapat memengaruhi anovulasi,
penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yang pendek sehingga
menyebabkan tidak normalnya siklus menstruasi. Faktor stress seperti terjadinya
perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya system persarafan dalam hipotalamus
melalui perubahan proklatin atau endogen opiat yang dapat memengaruhi elevasi
kortisol basal dan menurunkan hormone lutein yang menyebabkan amenorrhea
yang menyebabkan menstruasi tidak lancar. Remaja putri mengalami gangguan
menstruasi menyebabkan timbulnya rasa nyeri saat menstruasi, mengalami
pengeluaran banyak darah dan mengalami siklus menstruasi <28 hari atau >35
hari. Gangguan menstruasi berhubungan dengan naik atau turunnya kadar
esterogen dan progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi. Esterogen
menyebabkan penahan cairan, yang mungkin menyebabkan bertambahnya berat
badan, pembekakan jaringan, rasa nyeri pada payudara serta perut kembung.
Hubungan obesitas dengan gangguan menstruasi pada sebuah penelitian
menunjukkan hasil yang signifikan. Sehingga dapat dipahami bahwa obesitas
dapat menganggu kelancaran menstruasi yang menyebabkan remaja putri
mengalami nyeri dan siklus menstruasi terlalu cepat. Obesitas yang berhubungan
dengan gangguan menstruasi seperti penumpukan lemak dalam tubuh
menyebabkan terhambannya pematangan ovum. Sel lemak dapat mengubah
adrenal androstenedione (hormon dari kelenjar adrenal) menjadi estrogen yang
disebut dengan estron, apabila hormon overweight menyebabkan terjadinya
peningkatan pengeluaran darah saat menstruasi, sedangkan ketika terjadi
gangguan pematangan sel telur (ovum) menyababkan remaja merasa nyeri saat
menstruasi. Obesitas menyebabkan penyempitan vagina, menutupi lubang pada
selaput vagina, sehingga menganggu kinerja hormon estrogen dan progesteron
yang menyebabkan menstrasi berangsur lama. Struktur tubuh wanita memiliki
sepasang ovarium, dimana setiap bulannya menghasilkan sebuah sel telur (ovum),
yang siap untuk dibuahi melalui sebuah mekanisme siklus menstruasi, apabila
40
terjadi gangguan terhadap pematangan ovum menyebabkan remaja putri
mengalami siklus menstruasi telambat dan lama. Remaja berbadan gemuk akan
mudah mengalami hambatan proliferasi folikel serta pematangan ovum, yang
pada akhirnya termanifestasi sebagai gangguan siklus menstruasi.
Berdasarkan data didapatkan Cara mencegah gangguan menstruasi pada
remaja putri yaitu dengan menjaga gaya hidup dengan mengkonsumsi makanan
bergizi dan suplemen nutrisi yang dapat membuat keseimbangan hormonal tubuh
secara alami, menghindari stres dengan menghindari perselisihan dengan teman
dan melakukan olahraga seperti lari pagi minimal 2 kali dalam seminggu.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn. A mengerti keadaannya dan
merubah pola aktifitas dan nutrisinya. Saat ini Nn. A mempraktikkan cara makan
yang benar pada wanita dengan kelebihan berat badan yaitu ½ bagian piring
adalah sayur dan buah, ¼ bagian piring adalah lauk, ¼ bagian piring adalah
karbohidrat. Nn. A saat ini tetap makan rutin 3 x/hari untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangannya.
41
adrenal androstenedione (hormon dari kelenjar adrenal) menjadi estrogen yang
disebut dengan estron, apabila hormon overweight menyebabkan terjadinya
peningkatan pengeluaran darah saat menstruasi, sedangkan ketika terjadi
gangguan pematangan sel telur (ovum) menyababkan remaja merasa nyeri saat
menstruasi. Obesitas menyebabkan penyempitan vagina, menutupi lubang pada
selaput vagina, sehingga menganggu kinerja hormon estrogen dan progesteron
yang menyebabkan menstrasi berangsur lama. Struktur tubuh wanita memiliki
sepasang ovarium, dimana setiap bulannya menghasilkan sebuah sel telur (ovum),
yang siap untuk dibuahi melalui sebuah mekanisme siklus menstruasi, apabila
terjadi gangguan terhadap pematangan ovum menyebabkan remaja putri
mengalami siklus menstruasi telambat dan lama. Remaja berbadan gemuk akan
mudah mengalami hambatan proliferasi folikel serta pematangan ovum, yang
pada akhirnya termanifestasi sebagai gangguan siklus menstruasi.
Terdapat hubungan yang signifikan, antara status gizi dengan usia
menarche. Semakin berlebih status gizi seseorang maka menarche akan terjadi di
usia yang lebih dini. Status gizi seseorang dapat memengaruhi kematangan
seksualnya sehingga remaja putri yang mengalami menarche lebih cepat
cenderung memiliki status gizi lebih dibandingkan dengan remaja putri yang
mengalami menarche normal dan terlambat.
Status gizi umumnya dikaitkan dengan asupan makanan yang dikonsumsi,
apabila asupan gizi melebihi kebutuhan harian dapat memengaruhi
status gizi yang berdampak pada perkembangan organ reproduksi, begitu pula
sebaliknya apabila asupan gizi di bawah kebutuhan harian dapat menyebabkan
penurunan fungsi reproduksi yang berdampak pada keterlambatan menstruasi.
Pola konsumsi lemak, protein hewani dan nabati, fast food, dan soft drink
memiliki hubungan dengan usia menarche. Rendahnya aktifitas fisik yang salah
satunya disebabkan pengaruh gaya hidup sedentari saat ini memicu kejadian
menarche terjadi lebih dini. Terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas
fisik dengan usia menarche pada remaja putri atlet dan non atlet. Kedua faktor di
atas memiliki pengaruh terhadap status gizi akan tetapi hal tersebut tidak bisa
dijadikan sebagai patokan karena terdapat faktor-faktor lain yang juga dapat
42
berpengaruh terhadap status gizi, seperti faktor lingkungan remaja putri itu sendiri
seperti media massa, faktor genetik, dan lainnya.
Lemak tubuh memiliki hubungan erat dengan IMT karena nilai IMT yang
tinggi dapat mengindikasi lemak tubuh yang lebih tinggi.
Jaringan lemak tubuh dalam memengaruhi permulaan pubertas dikaitkan dengan
kadar leptin yang disekresi oleh kelenjar adiposa. Tingginya persen lemak tubuh
menyebabkan kadar leptin serum meningkat, peningkatan kadar leptin memicu
peningkatan serum LH, dimana hormon ini berfungsi untuk sekresi hormon
esterogen dan progesteron dalam ovarium sehingga semakin tinggi persen lemak
tubuh seseorang maka jumlah hormon estrogen dan progesteron dalam ovarium
juga semakin meningkat lebih dini dari yang seharusnya, kejadian ini yang
mengakibatkan kematangan reproduksi terjadi lebih awal, salah satunya ditandai
dengan menstruasi pertama.
Dengan teridentifikasinya diagnosa dan masalah pada kasus maka bidan
dapat memberikan asuhan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang
dialami oleh klien.
43
estrogen. Peningkatan kadar estrogen yang terus-menerus secara tidak langsung
menyebabkan peningkatan hormon androgen yang dapat mengganggu
perkembangan folikel sehingga tidak dapat menghasilkan folikel yang matang.
Wanita yang mengalami obesitas memiliki risiko terjadi gangguan siklus
menstruasi 1,89 kali lebih besar dibandingkan wanita dengan status gizi normal
dan jenis gangguan siklus menstruasi yang paling banyak ditemukan pada subjek
yang mengalami obesitas yaitu oligomenore (30,8%). Kejadian oligomenore
paling banyak ditemukan pada kelompok subjek yang mengalami obesitas (9,9%).
Risiko gangguan siklus menstruasi 2 kali lebih besar terjadi pada wanita yang
mengalami obesitas dibandingkan dengan wanita dengan status gizi normal.
Wanita yang memiliki persen lemak tubuh tinggi (kategori
obesitas) terjadi peningkatan produksi androstenedion yang merupakan androgen
yang berfungsi sebagai prekursor hormon reproduksi. Di dalam tubuh, androgen
digunakan untuk memproduksi estrogen dengan bantuan enzim aromatase. Proses
aromatisasi androgen menjadi estrogen ini terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan
lemak. Dengan demikian, semakin banyak persentase jaringan lemak tubuh,
semakin banyak pula estrogen yang terbentuk yang kemudian dapat mengganggu
keseimbangan hormon di dalam tubuh sehingga menyebabkan gangguan siklus
menstruasi. Gangguan siklus menstruasi tersebut disebabkan karena adanya
gangguan umpan balik dengan kadar estrogen yang selalu tinggi sehingga kadar
Follicle Stimulating Hormone (FSH) tidak mencapai puncak. Dengan demikian
pertumbuhan folikel terhenti sehingga tidak terjadi ovulasi. Keadaan ini
berdampak pada perpanjangan siklus menstruasi (oligomenore) ataupun
kehilangan siklus menstruasi (amenore).
Risiko kejadian gangguan siklus menstruasi pada wanita yang mengalami
obesitas dapat diturunkan dengan mengikuti program penurunan berat badan.
Penurunan berat badan dapat mempengaruhi siklus menstruasi karena penurunan
persen lemak tubuh akan terjadi seiring dengan penurunan berat badan. Pada
umumnya, penurunan berat badan sebesar ±10% pada wanita obesitas
menunjukkan adanya perbaikan profil hormon dalam tubuh yang mempengaruhi
gangguan siklus menstruasi sehingga dapat menurunkan risiko kejadian gangguan
siklus menstruasi, memperbaiki proses ovulasi, dan memperbaiki tingkat
44
kesuburan. Penurunan berat badan sebesar 5-10% dari berat awal dalam waktu
sekurangnya 4 minggu dapat menurunkan hiperandrogenism (kadar hormon
androgen yang berlebih) pada wanita yang mengalami obesitas.
Secara keseluruhan kejadian gangguan siklus menstruasi berdasarkan
faktor stress paling tinggi terjadi pada remaja yang mengalami stress (23,3%)
dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami stress (20%). Remaja yang
mengalami stress memiliki risiko gangguan siklus menstruasi 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami stress. Remaja dengan
aktifitas dengan tingkat stress tinggi beresiko 2 kali lebih besar untuk mengalami
gangguan siklus menstruasi dibandingkan dengan remaja yang mempunyai tingkat
stress ringan. Berbagai penyebab stres dapat berakibat pada terjadinya gangguan
menstruasi, 81,8% remaja merasa mudah marah akan hal yang sepele, 22,7%
merasa tidak sabaran dalam menghadapi suatu penundaan dalam kegiatan yang
sedang dikerjakan, 36,4% merasa sulit untuk rileks atau
bersantai, dan 18,2% subjek sering merasa gelisah. Berdasarkan stress, kejadian
polimenore dan amenore cukup banyak ditemukan pada remaja
yang mengalami stress. Hal ini dapat terjadi karena stress merupakan suatu
keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon corticotropin-
releasing hormone (CRH) dan glucocorticoid sehingga menghambat sekresi
Gonadotropin-Releasing-Hormone (GnRH) oleh hipotalamus. Hal ini
menyebabkan fluktuasi kadar FSH dan Lutenizing-Hormone (LH) sehingga lama
proses pada masa proliferasi dan sekresi mengalami pemendekan ataupun
pemanjangan.
45
4.5 Rencana Asuhan
Pada manejemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif di
tunjukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta
hubungannya dengan masalah yang di alami klien dan juga meliputi antisipasi
dengan bimbingan terhadap klien serta konseling. Rencana tindakan harus di
setujui klien dan semua tindakan diambil harus berdasarkan rasional yang relefan
yang diakui kebenaranya. Pada kasus Nn. A Remaja Awal Usia 14 Tahun,
rencana asuhan yang disusun yaitu jelaskan kondisi klien berdasarkan hasil
pemeriksaan kepada klien, berikan penjelasan terkait keluhan yang dirasakan oleh
klien dan berikan KIE tentang penatalaksanaan keluhan secara mandiri yang dapat
dilakukan oleh klien atau keluarga klien di rumah, berikan KIE mengenai
kebutuhan nutrisi terutama pola makan untuk menjaga berat badan dan
mengendalikan obesitas, aktivitas, dan istirahat yang baik bagi remaja, berikan
KIE personal hygiene terutama menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksi,
jelaskan tentang tanda-tanda infeksi genetalia dan faktor risikonya, anjurkan klien
untuk mengkonsumsi tablet tambah darah (Fe) 1 tablet tiap minggu untuk
mencegah anemia pada remaja putri, dan anjurkan klien untuk mengikuti kelas
remaja atau pelayanan kesehatan remaja yang ada di daerahnya.
Berdasarkan data didapatkan Cara mencegah gangguan menstruasi pada
remaja putri yaitu dengan menjaga gaya hidup dengan mengkonsumsi makanan
bergizi dan suplemen nutrisi yang dapat membuat keseimbangan hormonal tubuh
secara alami, menghindari stres dengan menghindari perselisihan dengan teman
dan melakukan olahraga seperti lari pagi minimal 2 kali dalam seminggu.
Fungsi sistem reproduksi, selain dapat ditingkatkan dengan cara
penurunan berat badan tetapi juga dapa ditingkatkan dengan cara memperbaiki
kualitas asupan makanan. Jenis makanan yang dapat meningkatkan fungsi sistem
reproduksi yaitu makanan yang banyak mengandung asam folat, zat besi, vitamin
C, vitamin E, vitamin B6, seng, alumunium, dan kalsium. Jenis bahan makanan
yang dianjurkan antara lain kacang-kacangan, sayuran hijau, buahbuahan, daging,
dan juga ikan laut.
46
4.6 Implementasi
Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian
dilaksanakan klien serta kerja sama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan
tindakan yang telah direncanakan. Pada studi kasus Nn. A semua tindakan yang
telah di rencanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan
karena adanya kerja sama dan penerimaan yang baik dari klien serta dukungan
dari keluarga.
4.7 Evaluasi
Berdasarkan studi kasus Nn. A, diketahui bahwa tidak ada data yang
menyimpang dari tinjauan pustaka, dan dapat dilakukan evaluasi karena pada
tahap implementasi, klien bersikap kooperatif terhadap tindakan dan penjelasan
yang diberikan oleh bidan sehingga bidan dapat melakukan penatalaksanaan yang
sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dialami oleh klien.
47
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus asuhan kebidanan pada remaja Nn. A usia 14
tahun dengan pubertas normal maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Pengkajian data dasar dilakukan pada Nn. A, saat pengamatan pertama kali
yaitu ketika kunjungan pertama kali. Anamnesa dilakukan secara
menyeluruh dan terfokus terutama terhadap keluhan yang dialami klien,
riwayat menstruasi termasuk keluhan selama menstruasi, dan pola
kebiasaan sehari-hari klien yang dapat mempengaruhi terjadinya siklus
menstruasi meliputi pola nutrisi, IMT, aktivitas dan psikologis klien. Pada
pengkajian data obyektif yang dilakukan pada kasus Nn. A dilakukan
secara menyeluruh mulai dari pemeriksaan umum, pemeriksaan
antropometri, pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi tanda gejala
dismenorhea.
2. Penentuan diagnosa pada kasus Nn. A remaja Awal usia 14 tahun sudah
disesuaikan dengan temuan anamnesa dan pemeriksaan klinis. Dalam
kasus ini ditemukan adanya masalah yaitu kelebihan berat badan dan
kebutuhan khusus adalah manajemen pola nutrisi.
3. Pada kasus teridentifikasi adanya masalah potensial yaitu oligomenorea
dan amenorea.
4. Pada kasus ini diperlukan tindakan kolaborasi terutama dalam pemberian
terapi jika siklus menstruasi selalu tidak teratur.
5. Pada kasus, perencanaan yang dilakukan adalah penatalaksanaan sesuai
dengan rencana asuhan pada teori.
6. Pada penatalaksaan kasus dapat diidentifikasi bahwa seluruh rencana
asuhan dapat dilaksanakan seluruhnya.
7. Pada evaluasi kasus dapat diidentifikasi bahwa tidak ada data yang
menyimpang dari tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai
seluruhnya sesuai dengan implementasi.
48
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan
klinis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja dan permasalahannya
sesuai dengan evidence base terkini terkait penatalaksanaan dari permasalahan
yang muncul
5.2.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan
dan meningkatkan keterbukaan terhadap pola asuh anak dan remaja untuk
meningkatkan kualitas generasi penerus.
5.2.3 Bagi Institusi Kesehatan
Institusi kesehatan diharapkan dapat menjadikan laporan ini sebagai
referensi studi kasus permasalahan kesehatan remaja dengan standar operasional
yang berlaku dan berdasarkan evidence base terkini.
5.2.4 Bagi Profesi kesehatan Khususnya Kebidanan
Bagi profesi kebidanan diharapkan dapat menjadi referensi sebagai upaya
mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan terutama kesehatan remaja.
49
DAFTAR PUSTAKA
50
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003,
Thesis S2, Universitas Indonesia.
Santrok, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja).Terjemahan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Senewe F.P. et al. 2009. Status Kesehatan Remaja Di Indonesia, analisis lanjut
data Riskesdas 2007. Puslit Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Litbang
Kesehatan, Depkes RI, Jakarta.
Soeroso S. 2001. Masalah Kesehatan Remaja. Sari Pediatri. 3(3): 190-198.
Subasinghe A.K., Happo L., et al. 2015. Prevalence and severity of
dysmenorrhoea, and management options reported by young Australian
women. AFP. 45(11): 829-835.
Varney, Helen. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC.
51