Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRANIKAH

PADA NN. A REMAJA AWAL USIA 14 TAHUN PUBERTAS NORMAL


DI PUSKESMAS WONOKERTO
KABUPATEN MALANG

STASE REMAJA

OLEH :
ODRIKA PUSPA ANGGRAENI

NIM 2282B1040

PRODI PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2022
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN PRANIKAH


PADA NN. A REMAJA AWAL USIA 14 TAHUN PUBERTAS NORMAL
DI PUSKESMAS WONOKERTO
KABUPATEN MALANG

Mahasiswa

Odrika Puspa Anggraeni

(2282B1040)

Dan disetujui serta disahkan oleh:

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

Bd. Putri Eka Sejati, S.ST, M.Kes Bd.Sri Wahyuningsih, S.Tr. Keb.,M. Kes
NIDN : 0720129102

Mengetahui Dekan Fakultas Keperawatan


& Kebidanan IIK STRADA INDONESIA

Dr. Agusta Dian Ellina, S.Kep.Ns.,M.Kep


NIDN : 0720088503
KATA PENGANTAR

........................................................Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hida

dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan Remaja

Di Puskesmas Wonokerto.

Penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan komprehensif ini merupakan tugas

yang diwajibkan bagi mahasiswa Program studi Pendidikan Profesi Bidan IIK

STRADA INDONESIA yang akan menyelesaikan pendidikan akhir program.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penyusunan Asuhan Kebidanan holistic ini. Untuk itu penyusun mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan

penyusunan Asuhan Kebidanan Remaja selanjutnya.

Malang, Maret 2023

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Ruang lingkup pelayanan kesehatan
reproduksi menurut International Conference Population and Development
(ICPD) tahun 1994 di Kairo terdiri dari kesehatan reproduksi remaja. Menurut
WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Jumlah remaja di Indonesia dapat diperkirakan sekitar 40 juta penduduk
(Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI, 2017). Dalam piramida penduduk
Indonesia tahun 2017, proporsi remaja digambarkan memiliki jumlah yang
banyak jika dibandingkan usia diatasnya. Hal tersebut menjadikan remaja sebagai
salah satu target pengembangkan dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Salah satu pelayanan kesehatan yang dapat diakses remaja adalah
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). PKPR bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja tentang kesehatan
reproduksi dan perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang
berkualitas kepada remaja. Namun, pada tahun 2017 hanya 52,6% puskesmas
yang mengadakan kegiatan kesehatan remaja sehingga masih adanya remaja yang
sulit mengatasi masalah yang timbul akibat perubahan perubahan fungsi
reproduksi yang terjadi pada dirinya.
Faktor yang mendukung terjadinya perubahan fungsi reproduksi pada
remaja wanita adalah gizi pada remaja. Masalah gizi yang paling sering dialami
remaja putri adalah kurang energi kronis, kelebihan berat badan dan anemia. KEK
adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi (kalori
dan protein) yang berlangsung lama atau menahun, obesitas adalah keadaan
dimana remaja mengalami gizi lebih dengan IMT >25 Kg/m 2. Masalah yang dapat

1
timbul akibat obesitas dan KEK pada remaja yaitu terjadinya masalah pada siklus
menstruasi seperti siklus tidak teratur, amenorea, maupun terjadinya
oligomenorea. Keadaan ini jika dibiarkan dapat berlanjut hingga masa
prakonsepsi dan dapat mempengaruhi fertilitas wanita. Wanita yang menderita
malnutrisi sebelum hamil atau selama minggu pertama kehamilan cenderung
melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan sumsum tulang, sedangkan
wanita obesitas cenderung melahirkan bayi besar (Arisman, 2009).
Berdasarkan Riskesdas tahun 2018, proporsi risiko kurang energi kronis
pada wanita usia subur usia 15-49 tahun yang tidak hamil adalah 14,5%. Remaja
yang termasuk dalam wanita usia subur usia 15-19 tahun yang tidak hamil
menempati proporsi risiko kurang energi kronis tertinggi pada tahun 2018 yaitu
sebanyak 36,3%. Sedangkan proporsi obesitas pada usia 15-49 tahun adalah
10,8%, dan remaja yang masuk di dalamnya adalah 49%. Masalah lain dari remaja
putri yaitu terjadinya anemia. Wanita usia subur cenderung menderita anemia
karena wanita mengalami siklus menstruasi setiap bulan. Kekurangan zat besi
dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga dapat menyebabkan produktivitas
menurun. Maka dari itu, pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja
putri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat besi bagi remaja putri yang akan
menjadi ibu di masa yang akan datang.
Tablet Tambah Darah (TTD) yang diperoleh remaja putri dan ibu hamil
pada tahun 2018 sebanyak 76,2%, namun konsumsi TTD pada remaja putri
kurang dari 52 butir masih mencapai 98,6%. Hal tersebut menjadi salah satu
faktor masih tingginya anemia pada remaja putri di Indonesia. Berdasarkan
masalah yang sering terjadi pada remaja putri, dibutuhkan peran bidan dalam
membantu meningkatkan kesehatan ibu dimulai sejak masa remaja sesuai dengan
kewenangan bidan dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 28 tahun 2017 tentang
izin dan penyelenggaraan praktik bidan yaitu dalam pelayanan kesehatan ibu yang
meloputi konseling pada masa sebelum hamil
Bidan memberikan pelayanan yang berkesinambungan dan paripurna,
berfokus pada aspek pencegahan, penanganan dan promosi kesehatan dengan
berlandasan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan
tenaga kesehatan lainnya untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang

2
membutuhkan pertolongan kapanpun dan dimanapun dia berada. Sehingga dalam
laporan komprehensif ini, penulis akan membahas asuhan kebidanan pada remaja
putri.Orang tua, guru dan pemerintah serta instansi terkait harus lebih memberikan
perhatian, bimbingan dan arahan kepada remaja dengan memberikan pandangan
yang benar mengenai kesehatan reproduksi seperti pengenalan tentang kesehatan
reproduksi remaja, persepsi pacaran dan hubungan seks. Dalam hal ini bidan
merupakan fasilitator dalam mempromosikan kesehatan misalnya adanya
penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi remaja. Bidan memberikan pelayanan
yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan,
penanganan dan promosi kesehatan dengan berlandasan kemitraan dan
pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan (7 langkah Varney) yang tepat pada remaja putri.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada
remaja putri.
2. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah aktual pada remaja putri.
3. Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial dan masalah potensial yang
mungkin muncul pada remaja putri.
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada remaja putri.
5. Mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan secara
menyeluruh pada remaja putri.
6. Mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh sesuai kebutuhan pada remaja putri.
7. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada remaja
putri.

3
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengalaman belajar dalam melaksanakan asuhan
kebidanan khususnya pada remaja putri.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai referensi untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam asuhan
kebidanan khususnya pada remaja putri. Menambah cakupan pelayanan
kesehatan dan pemberian konseling khususnya tentang kesehatan reproduksi
pada remaja putri.

1.4 Ruang Lingkup


Memberikan asuhan kebidanan pada remaja putri.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Remaja


Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.Remaja
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.Seperti yang dikemukakan oleh
Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas
sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan
tidak lagi memiliki status anak.Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa
remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. 
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-
24 tahun dan belum menikah (Kemenkes, 2014).
Masa remaja, menurut Ali M, M Asroli dalam Mappiare (2010),
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah
remaja awal dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.
Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa
apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan
sebelumnya (Hurlock, 2010).
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari
bahasa Latin yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Kemudian istilah adolescence memiliki arti yang luas yaitu mencakup
kematangan mental, emosional, social dan fisik (Hurlock, 2010). Pandangan ini
didukung oleh Ali M, M Asroli dalam Pieger (2010) yang mengatakan bahwa

5
secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi
ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya
berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling
tidak sejajar.
Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup
perubahan transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial akan dipaparkan di
bawah ini:
1. Transisi Biologis
Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja
terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat
badan serta kematangan sosial.Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan
menjadi semakin panjang dan tinggi).Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan
tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan Sarwono, 2006).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono, 2002)
menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan yaitu;
perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan
menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di
kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap
tahunnya, bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu
ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi  antara lain;
pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan
yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi (keluarnya
air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai
tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah
(kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut
diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh
kelenjar pituitarydan kelenjar hypothalamus. Kedua kelenjar itu masing-masing
menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan merangsang aktifitas

6
serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja (Sunarto & Agung
Hartono, 2002).

2. Transisi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial.Hal
ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan
kognitif remaja.Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003) secara lebih nyata
pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis.Remaja
berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat
menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam
berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan
dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan,
menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis
menguji cara pemecahan yang terpikirkan.

3.  Transisi Sosial
Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa
kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja.Hubungan sosial anak pertama-
tama masing sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga,
khususnya dengan ibu dan berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga
lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty
dkk, (2008: 139).

2.2 Ciri-Ciri Masa Remaja


a. Masa Yang Penting
Pada masa ini adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan
tingkah laku serta akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode
remaja lebih penting daripada periode lainnya. Baik akibat langsung maupun
akibat jangka panjang serta pentingnya bagi remaja karena adanya akibat fisik
dan akibat psikologis.
b. Masa Transisi

7
Merupakan tahap peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap
berikutnya, maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan membekas
pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang.
c. Masa Perubahan
Selama masa remaja perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan
tingkat perubahan fisik. Perubahan yang terjadi pada masa remaja memang
beragam, tetapi ada perubahan yang terjadi pada semua remaja.

d. Emosi yang tinggi


Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok
social menimbulkan masalah baru. Perubahan nilai-nilai sebagai konsekuensi
perubahan minat dan pola tingkah laku. Bersikap ambivalen terhadap setiap
perubahan.remaja menghendaki dan menuntut kebebasan, tetapi sering takut
bertanggung jawab akan resikonya dan meragukan kemampuannya untuk
mengatasinya.
e. Masa Bermasalah
Setiap periode memiliki masalah sendiri, masalah masa remaja
termasuk masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak
perempuan karena pada masa remaja dia ingin mengatasi masalahnya sendiri,
dia sudah mandiri.
f. Masa Pencarian Identitas
Menyesuaikan diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih
penting bagi remaja dari pada individual. Bagi remaja penyesuaian diri
dengan kelompok pada tahun-tahun awal masa remaja adalah penting. Secara
bertahap, mereka mulai mengharapkan identitas diri dan tidak lagi merasa
puas dengan adanya kesamaan dalam segala hal dengan teman-teman
sebayanya.
g. Masa Munculnya Ketakutan
Persepsi negative terhadap remaja seperti tidak dapat dipercaya,
cenderung merusak dan perilaku merusak, mengindikasikan pentingnya
bimbingan dan pengawasan orang dewasa. Demikian pula terhadap

8
kehidupan remaja muda yang cenderung tidak simpatik dan takut
bertanggung jawab.
h. Masa Yang Tidak Realistik
Mereka memandang diri sendiri dan orang lain berdasarkan
keinginannya, dan bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya. Apabila
dalam hal cita-cita yang tidak realistik ini berakibat pada tingginya emosi
yang merupakan ciri awal masa remaja.
i. Masa Menuju Masa Dewasa
Saat usia kematangan kian dekat, para remaja merasa gelisah untuk
meninggalkan stereotip usia belasan tahun yang indah disatu sisi, dan harus
bersiap-siap menuju usia dewasa disisi lainnya (Gunawan, 2011).

2.3 Klasifikasi Remaja


Wong, et al (2009) mengemukakan masa remaja terdiri atas tiga subfase
yang jelas, yaitu:
a. Masa remaja awal usia 11-14 tahun
b. Masa remaja pertengahan usia 15-17 tahun
c. Masa remaja akhir usia 18-20 tahun
Agustiani (2006) mengemukakan masa remaja menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Masa remaja awal (12-15 tahun), pada masa ini individu mulai meninggalkan
peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai individu
yang unik dan tidak tergantung pada orangtua. Fokus dari tahap ini adalah
penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang
kuat dengan teman sebaya.
2) Masa remaja pertengahan (15-18 tahun), masa ini ditandai dengan
berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih
memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu
mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan
kematangan tingkah laku. Belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat
keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vaksional yang ingin
dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu.

9
3) Masa remaja akhir (19-22 tahun), masa ini ditandai oleh persiapan akhir
untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini remaja
berusaha memantapkan tujuan vaksional dan mengembangkan sense of
personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima
dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap
ini.

2.4 Pengertian Pubertas


Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang
dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai 20 tahun,
anak-anak mengalami perubahan yang cepat pada ukuran, bentuk, fisiologi, dan
psikologi serta fungsi sosial dari tubuh. Keadaan hormon dan struktur sosial
menentukan bagaimana transisi dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan
(Garilbadfi, 2008).
Perubahan endokrinologis dari pubertas sebenarnya telah dimulai sebelum
munculnya ciri-ciri seks sekunder. Yang terjadi adalah peningkatan sekresi dari
GnRH pada hipotalamus. Konsep yang ada sekarang menyatakan bahwa pubertas
terjadi akibat peningkatan frekuensi dan amplitudo dari pelepasan GnRH, awalnya
hanya saat malam hari kemudian secara perlahan juga pada siang hari (Garilbadfi,
2008).
Stimulus yang menyebabkan perubahan pada pulsasi GnRH masih belum
jelas, tetapi beberapa penelitian menyatakan adanya peran hormon leptin. Tidak
lama sebelum pubertas dimulai, jumlah hormon leptin meningkat berbanding
lurus dengan massa jaringan adiposa. Selain pada hipotalamus, reseptor dari leptin
juga terdapat pada hipofisis anterior. Leptin akan memberikan sinyal kepada
hipotalamus bahwa cadangan energi tubuh siap untuk memulai fungsi reproduksi
(Tortora, 2012).

2.5 Perubahan Fisik pada Pubertas


Selama masa kanak-kanak, estrogen hanya disekresikan dalam jumlah
yang sedikit, namun pada masa pubertas, jumlah yang disekresikan meningkat 20
kali lipat akibat pengaruh hormon gonadotropik hipofisis. Dalam masa ini organ

10
reproduksi wanita akan mengalami perubahan. Ovarium, tuba falopi, uterus dan
vagina mengalami pembesaran hingga beberapa kali lipat. Selain itu juga terjadi
perubahan pada organ genitalia luar dan ciri-ciri seks sekunder (Guyton, 2006).
Perubahan fisik pada pubertas di setiap individu dapat ditentukan
menggunakan skala Tanner. Salah satu ciri perubahan fisik yang dapat diukur
dengan skala Tanner adalah perkembangan payudara. Perkembangan payudara
diatur oleh sekresi estrogen dari ovarium. Pada awalnya perkembangan dapat
terjadi secara unilateral pada beberapa bulan pertama. Laju pertumbuhan puncak
terjadi pada 6-9 bulan setelah perkembangan payudara tahap 2 (Dattani, 2009).
Hormon estrogen dan progesteron memegang peranan penting dalam
perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder, pertumbuhan organ genitalia,
pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologi kewanitaan. Perkembangan ini
dirangsang oleh peningkatan FSH. Interaksi FSH dan estrogen akan memacu
kepekaan reseptor LH sehingga terjadi peningkatan LH yang mempercepat
perkembangan folikel yang menghasilkan estrogen (Guyton, 2006). Pada remaja
perempuan, perubahan fisik dapat diukur menggunakan skala Tanner berikut ini.

Tabel 2.1 Skala Tanner (Narendra, 2006)


Stadium Rambut Pubis Payudara
1 Pra-pubertas Pra-pubertas
Payudara dan papila menonjol
Jarang, sedikit berpigmen, lurus
sebagai bukit kecil, diameter
2 batas medial labia.
areola bertambah.
Usia + 9 – 13,4 tahun
Usia + 8,9 – 12,9 tahun
Lebih hitam, mulai keriting, Payudara dan areola membesar,
3 jumlah bertambah. tidak ada pemisahan garis bentuk.
Usia + 9,6 – 14,1 tahun Usia + 9,9 – 13,9 tahun
Kasar, keriting, banyak tetapi Areola dan papila membentuk
4 lebih sedikit daripada orang bukit kedua.
dewasa. Usia + 10,4 – 14,8 tahun Usia + 10,5 – 15,3 tahun
5 Segitiga wanita dewasa, Bentuk dewasa, papila menonjol,
menyebar ke permukaan medial areola merupakan bagian dari

11
paha. garis bentuk umum payudara.
Usia + 13 – 16 tahun Usia + 13 – 16 tahun

Gambar 2.1 Skala Tanner (Rosenfield, 2008)

2.6 Perubahan Hormonal pada Pubertas


Santrock (2003) mengemukakan berbagai riset menemukan bahwa
sebelum anak matang secara seksual, pengeluaran hormon seks jarang terjadi.
Akan tetapi, dengan semakin meningkatnya jumlah hormon yang dikeluarkan,
struktur dan fungsi organ-organ seks akan semakin matang. Hubungan yang erat
antara kelenjar pituitary yang ada pada dasar otak telah terbentuk dengan gonad
atau kelenjar seks. Aktivasi dari pubertas terjadi akibat perubahan hormon GnRH
yang terdiri dari perlepasan dan pola perlepasan dari GnRH yang teratur setiap 90
menit. Modulasi GnRH mempengaruhi kadar FSH dan LH. FSH dan LH lalu akan
merangsang pelepasan hormon Estrogen. Estrogen yang bersirkulasi akan
memberikan respon umpan balik negatif pada pelepasan FSH, LH dan GnRH
(Dattani, 2009). Terdapat beberapa kelenjar yang menjadi pendukung terjadinya
pubertas yaitu :
a. Peran kelenjar pituitary
Kelenjar pituitary memproduksi dua hormon, yaitu hormon
pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan besarnya individu,
hormon gonadotropik yang merangsang gonad untuk meningkatkan

12
aktivitasnya. Sebelum datangnya masa puber, jumlah hormon gonadotropik
bertambah secara bertahap, demikian pula kepekaan gonad terhadap hormon
gonadotropik. Dalam keadaan itulah terjadinya perubahan-perubahan masa
puber.
b. Peranan Gonad
Seiring pertumbuhan dan perkembangan gonad, bertambah besarlah
organ-organ seks, yaitu ciri-ciri seks primer dan fungsinya pun menjadi
matang. Begitu pula ciri-ciri seks sekunder seperti berkembangnya rambut
kemaluan.
c. Interaksi kelenjar pituitary dan gonad
Hormon yang telah diproduksi gonad, yang telah dirangsang oleh
hormon gonadotropik yang diproduksi oleh kelenjar pituitary, kemudian
bereaksi terhadap kelenjar ini dan secara berangsur-angsur mengakibatkan
penurunan jumlah kromosom hormon pertumbuhan yang diproduksi sehingga
menjadikan proses pertumbuhan terhenti. Interaksi antara hormon
gonadotropik dan gonad terus berlangsung sepanjang kehidupan reproduksi
individu, kemudian berkurang secara perlahan saat wanita mendekati
menopause.
2.7 Perubahan Psikologi Masa Remaja
Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem
kepribadian yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar
sistem kepribadian anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi,
pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan
norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian
tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat saling
mendukung dan dapat saling berbenturan nilai (Atkinson, 2006).
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, (suasana hati) bisa
berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian menemukan bahwa remaja rata-rata
memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke
“sedih luar biasa”, sementara orang dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal
yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali
dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari

13
di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal
tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis (Mappiare, 2004).
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami
perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka
sangat rentan terhadap pendapat orang lain yag membuat remaja sangat
memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Pada usia 16
tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia
sering dihadapkan dengan dunia nyata (Mappiare, 2004).

2.8 Nutrisi Remaja


Masa remaja merupakan saat terjadinya perubahan-perubahan cepat dalam
prosespertumbuhanfisik, kognitif dan psikososial. Pada masa ini terjadi
kematangan seksual dan tercapainya bentuk dewasa karena pematangan fungsi
endokrin. Pada saat proses pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi
tubuh.
Periode Adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (Growth
Spurt) baik tinggi badannnya maupun berat badannya. Pada periode growth spurt,
kebutuhan zat gizi tinggi karena berhubungan dengan besarnya tubuh. Growth
Spurt:
 Anak perempuan : antara 10 dan 12 tahun
 Anak laki-laki : umur 12 sampai 14 tahun.
Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama
melainkan tergantung individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi
oleh pertumbuhanaktivitasfisik sehingga kebutuhan zat giziakan naik pula.
Penelitian membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai usia lebih dari
20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti,
makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk
mempertahankan keadaan.
Gizi yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan
demikian, kebutuhan akan unsure-unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak
konstan, kecuali jika terjadi kelainan-kelainan pada tubuhnya, seperti sakit dan

14
sebagainya. Sehingga mengharuskandia mendapatkan kebutuhan zat gizi yang
lebih dari biasanya.

2.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Remaja


Faktor yang mempengaruhi gizi pada remaj adalah :
 Kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang zat
gizi.
 Pekerjaan
Data terbaru dari kesehatan nasional dan survey pengujian ilmu gizi
(NHNES) menyatakan bahwa konsumsi energiwanita dari umur 11 sampai 51
tahun bervariasai, dari kalori yang rendah (sekitar 1329) sampai kalori yang tinggi
(1958 kalori).
Konsumsi makanan pada wanita perlu mempertimbangkan kadar lemak
kurang dari 30% dan tinggi kalsium sekitar 800-1200 mg/hari. Rata-rata RDA
kebutuhan kalsium 1000 mg. selain itu, wanita juga harus memperhatikan unsur
sodium, cara pengolahan makanan dan para wanita perlu membatasi makanan
kaleng atau makanan dalam kotak.

2.2.2 Kebutuhan Gizi Seimbang


Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30% atau lebih dari total asupan
kalori remaja setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak,
gula dan natrium dan dapat meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh
karena itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi
remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan
perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh terganggu.
Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal kualitas maupun
kuantitas zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh.
 Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk
prosesmetabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan
energi dapat dilihat dari berat badan seseorang. Pada remaja perempuan 10-

15
12 tahun kebutuham energinya 50-60 kal/kg BB/ hari dan usia 13-18 tahun
sebesar 40-50 kal/ kg BB/ hari.
 Kebutuhan proteinmeningkat karena prosestumbuh kembang berlangsung
cepat. Apabila asupan energi terbatas/ kurang, proteinakan dipergunakan
sebagai energi.Kebutuhan protein usia 10-12 tahun adalah 50 g/ hari, 13-15
tahun sebesar 57 g/ hari dan usia 16-18 tahun adalah 55 g/ hari. Sumber
protein terdapat dalam daging, jeroan, ikan, keju, kerang dan udang (hewani).
Sedangkan proteinnabati pada kacang-kacangan, tempe dan tahu.
 Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya.
Kelebihan lemakakan disimpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang
sewaktu- waktu diperlukan. Departemen Kesehatan RI menganjurkan
konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total energi per hari, atau
paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan
sehari. Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang
dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemakmenghasilkan 9 kalori.
Pembatasan lemakhewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga
rendah.
 Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan
vitamin B yaitu vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin
diperlukan dalam metabolismeenergi. Zat gizi yang berperan dalam
metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin B12. Vitamin D
diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel
dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan
E juga diperlukan.
 Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan
kekurangan darah yang dikenal dengan anemiagizi besi (AGB). Makanan
sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur
dan daging. Fe lebih baik dikonsumsi bersama dengan vitamin C, karena akan
lebih mudah terabsorsi.
2.2.3 Pengaruh Status Gizi Pada Sistem Reproduksi
Kebutuhan energi dan nutrisi dipengaruhi oleh usiareproduksi, tingkat
aktivitas dan status nutrisi. Nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

16
pertumbuhan. Kekurangan nutrisi pada seorang yang mengalami anemia dan
kurang berat badan lebih banyak akan melahirkanbayiBBLR (berat badan lahir
rendah) dibandingkan dengan wanita dengan usia reproduksi yang aman untuk
hamil.

2.2.4 Gizi Remaja Menuju Reproduksi Sehat


Remaja wanita 15-21 tahun kedudukannya sangat penting karena
merupakan persiapan calon ibu.Keadaan kesehatan remaja, erat hubungannya
dengan gizi. Kegemukan, kurang energi kronis, dan anemia merupakan tiga
masalah gizi pada usia ini.Pubertas dan Status Gizi, Pubertas (akil balik) adalah
suatu masa pematangan kapasitas reproduksi. Pada anak perempuan ditandai
dengan.menstruasi, cepat lambatnya seseorang mengalami pubertas antara lain
dipengaruhi oleh keadaan gizi.Seorang anak yang gizinya baik akan lebih cepat
mengalami masa pubertas, sebaliknya anak yang gizinya kurang baik akan
terlambat akil baliknya. Menarche, tidak ada ketentuan secara tepat kapan mulai
akan terjadi periode yang pertama kali, namun hal ini akan terjadi antara usia 10-
14 tahun, tapi sedikit lebih awal atau lebih lambat tidak semua anak sama. Pada
remaja energi dan protein dibutuhkan lebih banyak daripada orang dewasa,
demikian pula vitamin dan mineral.Vitamin B1, B2 dan B6 sangat penting untuk
metabolisme karbohidrat menjadi energi.Demikian pula asam folat dan vitamin
B12 untuk pembentukan sel darah merah, dan vitamin A untuk pertumbuhan yang
diperlukan oleh jaringan.

2.2.5 Masalah Gizi pada Remaja


1. Obesitas
Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja
daripada dewasa, tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak
melebihi kebutuhannya sehingga menjadi gemuk. Aktif berolah raga dan
melakukan pengaturan makan adalah cara untuk menurunkan berat badan. Diet
tinggi serat sangat sesuai untuk para remaja yang sedang melakukan penurunan
berat badan.Pada umumnya makanan yang serat tinggi mengandung sedikit
energi, dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan, disamping itu

17
serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat menghindari ngemil
makanan/kue-kue.

2. Kurang Energi Kronis


Remaja dengan badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak
selalu berupa akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik.Pada umumnya
adalah karena makan terlalu sedikit.Remaja perempuan yang menurunkan berat
badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional seperti takut
gemuk seperti ibunya atau dipandang lawan jenis kurang seksi.

3. Anemia
Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum
dijumpai terutama pada perempuan.Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel
darah merah, dikonversi menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh,
berfungsi sebagai pembawa oksigen.
Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-
laki.Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka
diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi.Seperti pada daging, hati, ikan,
ayam, selain itu bahan maknan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat
besi.

2.2.6 Pendidikan Gizi Pada Remaja Dan Dewasa


Pendidikan gizi pada remaja dan dewasa diperlukan untuk mencapai status
gizi yang baik dan berperilaku gizi yang baik dan benar. Adapun pesan dasar gizi
seimbang yang diuraikan oleh Depkes adalah:
1. Makanlah aneka ragam makanan.
Tidak satupun jenismakanan yang mengandung semua zat gizi, yang
mampu membuat seseorang hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif.Makan
makanan yang mengandung unsur-unsurgizi yang diperlukan oleh tubuh baik
kualitas maupunkuantitas.Jadi, mengonsumsi makanan yang beraneka ragam
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.

18
2. Makanlah makanan untuk mencukupi kecukupan energi.
Setiap orang dianjurkan untuk memenuhi makanan yanng cukup kalori
(energi) agar dapat hidup dan beraktivitas sehari-hari. Kelebihan konsumsi
kaloriakan ditimbun sebagai cadangan didalam tubuh yang berbentuk jaringan
lemak.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.


Ada dua kelompokkarbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan
sederhana.Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks berlangsung
lebih lama daripada yang sederhana. Konsumsi karbohidrat kompleks sebaiknya
dibatasi 50% saja dari kebutuhan energi sehingga tubuh dapat memenuhi sumber
zat pembangun dan pengatur.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai ¼ dari kecukupan energi.


Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin (A, D, E dan K)
serta menambah lezatnya hidangan. Mengonsumsi lemak dan minyak secara
berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain.

5.Gunakan garam beryodium.


Kekurangan garam beryodium dapat mengakibatkan terjadinya penyebab
penyakit gondok.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.


Zat besi adalah unsur penting untuk pembentukan sel darah merah.
Kekurangan zat besi berakibat anamia gizi besi (AGB), terutama diderita oleh
wanitahamil, wanitamenyusui dan wanita usia subur.

2.2.7 Penilaian Status Gizi Pada Remaja


Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok
masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal
dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri

19
disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel
tersebut adalah sebagai berikut
1. Usia
Usia sangat berperan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan
akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat
badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah  adanya
kecenderunagn untuk memilih angka yang  mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2
tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan
cermat.Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi
perhitungan umur  adalah  dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak
diperhitungkan ( Depkes, 2004).
2. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran
massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap
perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi
makanan  yang menurun. Berat badan ini  dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U
(Berat Badan menurut Umur)atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan  berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam
penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung
pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan
perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
3.Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran  fungsi pertumbuhan yang dilihat
dari keadaan  kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan  sangat baik untuk
melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan  keadaan   berat
badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan
dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga  indeks
BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi  Badan)  jarang dilakukan karena
perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya  hanya dilakukan setahun
sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan

20
lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun
( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan   adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan
status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator
status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi
tubuh (M.Khumaidi, 1994)..Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih
jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan  keadaan gizi kurang bila 
dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut
standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan
suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius  dan
berhubungan langsung dengan  angka kesakitan.

2.9 Menstruasi
2.9.1 Pengertian
Menstruasi adalah pelepasan dinding endometrium yang disertai dengan
pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulannya kecuali pada saat
kehamilan (Aulia, 2009). Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam
tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi.
Darah yang keluar dari rahim berisikan jaringan sel telur yang sudah mati,
hormon prostaglandin, dan zat pengencer fibrinolysin yang berasal dari lapisan
dinding rahim yang luruh. Prostaglandin yang memeras otot rahim untuk
mendorong darah haid keluar, dan itu pula yang membangkitkan rasa nyeri perut
selama haid berlangsung. Sedangkan zat pengencer darah dalam haid yang
menjadikan darah haid tidak membeku (Nadesul, 2010).

2.9.2 Siklus Menstruasi


Siklus menstruasi pada setiap orang tidak sama. Siklus menstruasi yang
normal sekitar 24-31 hari tetapi ada juga yang kurang atau lebih dari siklus
menstruasi yang normal. Siklus ini tidak selalu sama setiap bulannya. Perbedaan
siklus ini ditentukan oleh beberapa faktor, misalnya gizi, stres dan usia. Pada
masa remaja biasanya memang mempunyai siklus yang belum teratur, bisa maju

21
atau mundur beberapa hari. Pada masa remaja, hormon-hormon seksualnya belum
stabil. Semakin dewasa biasanya siklus menstruasi menjadi lebih teratur,
walaupun tetap saja bisa maju atau mundur karena faktor stres atau kelelahan
(BKKBN, 2010).
Biasanya menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi
juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat
menstruasi adalah 10 ml hingga 80 ml per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35
ml per harinya. Biasanya pada saat menstruasi wanita memakai pembalut untuk
menampung darah yang keluar. Pembalut harus diganti minimal dua kali sehari
untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi pada vagina atau gangguan-gangguan
lainnya (Chaerani, 2006).
Setiap siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam
uterus. Fase ini merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara
hipofisis anterior, ovarium, dan uterus. Rata-rata terdapat sekitar 300.000 calon
telur yang belum matang/folikel (follicles) di kedua indung telur selama masa
pubertas. Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap
periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika
sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari
ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi.
Proses pelepasan ini disebut dengan ovulasi (Nadesul, 2010).
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar di dalam otak melepaskan hormon
yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) ke dalam aliran darah sehingga
membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa
sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi
dominan hingga kemudian mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen
yang dilepaskan kedalam aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan
hormone FSH membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian
memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur
tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih banyak
di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah berhubungan intim
(Chaerani, 2006).

22
Pada hari pertama menstruasi, terjadi perdarahan akibat peluruhan dinding
rahim (endometrium) yang disebabkan oleh penurunan level hormon progesteron.
Hal ini terjadi karena ovum (sel telur) yang dilepas pada siklus sebelumnya tidak
mengalami pembuahan, sehingga dinding rahim yang dimaksudkan untuk
menangkap ovum yang terbuahi tidak diperlukan lagi. Peluruhan dinding rahim
ini berlangsung selama beberapa hari, atau rata-rata lima hari (Nadesul,2010).
Pada saat perdarahan menstruasi ini berlangsung, hormon FSH
(Follicle Stimulating Hormone) serta hormon LH (Luteinizing Hormone) mulai
dilepas oleh tubuh, yang berfungsi untuk mematangkan ovum yang akan dilepas
pada siklus ini. Saat ovum matang, tubuh mengalami peningkatan hormon
estrogen, dan hormon FSH dan LH mengalami penurunan. Dengan hormon
estrogen ini, dinding rahim baru perlahanlahan terbentuk. Seiring dengan
meningkatnya estrogen, lendir leher rahim, yang berfungsi untuk membantu aliran
sperma, mulai terbentuk. Pada saat level hormon estrogen mencapai puncaknya
ketebalan dinding rahim juga mencapai maximum, produksi lendir leher rahim
juga mencapai maximum dan leher rahim berada dalam kondisi terbuka dan dalam
keadaan lembut. Setelah tahap pra-ovulasi dalam siklus menstruasi, setelah
estrogen mencapai titik puncaknya dan mulai menurun, terjadi pengeluaran
hormon LH dan FSH yang tinggi secara mendadak yang disebut juga sebagai LH
Surge, dan hal ini menyebabkan folikel ovum untuk pecah dan mendorong ovum
itu sendiri untuk keluar dari ovarium. Sel telur biasanya dilepaskan dalam waktu
16-32 jam setelah terjadi peningkatan LH. Setelah ovum dilepaskan dari ovarium,
folikel yang ada membentuk corpus luteum yang mulai melepaskan hormon
progesteron. Hormon inilah yang menyebabkan kenaikan suhu basal tubuh
dibandingkan suhu basal tubuh di hari - hari sebelumnya (thermal shift). Selepas
ovulasi, progesteron dan sedikit estrogen menahan dinding rahim agar tidak luruh.
Hal ini dimaksudkan apabila terjadi pembuahan pada sel telur yang dilepaskan
tadi, maka dinding rahim akan dapat menangkapnya dan terjadilah kehamilan.
Selepas ovulasi, produksi lendir leher rahim mengalami penurunan drastis dan
posisi leher rahim mulai menutup dan tidak lagi lembut. Lama kelamaan, corpus
luteum menjadi hancur produksi progesteron menurun sehingga tidak kuat
menahan dinding rahim, terjadilah peluruhan (Chaerani, 2006).

23
2.9.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi
Menstruasi terjadi sebagai akibat proses panjang interaksi antar hormon
dalam tubuh wanita, keseimbangan hormon dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
1) Asupan Nutrisi
Pola makan merupakan wujud perilaku manusia pada makanan. Pola
makan yang salah dengan tinggi lemak, karbohidrat dan protein akan
meningkatkan berat badan yang lebih dan hal ini secara langsung akan
meningkatkan status gizi pada kondisi lebih (obesitas pun dapat terjadi).
Penerapan pola makan yang berlebih tentunya akan meningkatkan kerja organ-
organ tubuh sebagai bentuk haemodialisa (kemampuan tubuh untuk menetralisir
pada keadaan semula) dalam rangka pengeluaran kelebihan tersebut. Dan hal ini
tentunya akan berdampak pada fungsi sistem hormonal pada tubuh. Adanya
gangguan dari fungsi sistem hormonal dari tubuh tersebut tentunya akan
mempengaruhi kerja organ-organ tubuh secara maksimal termasuk organ seksual
perempuan baik berupa peningkatan progesteron, estrogen, FSH dan LH sendiri
akan berdampak pada gangguan siklus haid yang terlalu cepat maupun siklus haid
yang pendek. Sedangkan pada penerapan pola makan yang kurang sendiri (paling
banyak diterapkan pada perempuan) akan mempengaruhi kemampuan kerja organ
tubuh secara langsung dimana tubuh tidak memiliki kemampuan yang normal
karena energi yang sebagian besar bersumber dari makan tidak mencukupi dan hal
ini juga tentunya akan mempengaruhi maksimalisasi kerja organ sendiri.
2) Kondisi Psikologis
Menstruasi tidak lancar bisa disebabkan banyak faktor, salah satunya
adalah stres psikologis. Banyak penelitian menemukan adanya hubungan nafsu
makan tinggi dengan the level of psychological events and behaviour. Saat
menstruasi tidak lancar, wanita bisa mengalami emotional hunger yaitu keinginan
mengisi perut yang kuat sekali, biasanya makanan camilan energi dan lemak
tinggi, karbohidrat olahan dan sederhana tinggi. Secara fisiologis, Anda mungkin
tidak lapar, lambung tidak kosong dan tubuh belum memerlukan makanan
(biological hunger). Wanita harus mengelola stres psikologis dengan baik agar
menstruasi bisa lancar kembali (Gunawan, 2011).

24
2.9.4 Masalah Menstruasi pada Remaja
a. Pubertas Prekok
Pubertas prekok didefinisikan sebagai perkembangan pubertas yang timbul
lebih dini. Pada perempuan, pubertas prekoks didefinisikan sebagai
perkembangan payudara yang timbul sebelum usia 8 tahun. Pubertas prekok
terdiri dari 2 tipe, yaitu sentral dan perifer (Rosenfield, 2008). Pubertas prekok
sentral berasal dari maturasi awal hypothalamic-pituitary axis. Sedangkan
pubertas prekok perifer berasal dari sekresi awal hormon gonad atau paparan
eksogen (Batubara, 2010). Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar hormon
FSH dan LH meningkat sesuai dengan masa pubertas (Suryawan, 2004).
b. Pubertas Terlambat
Puberitas terlambat (delayed puberty) pada perempuan didefinisikan
sebagai tidak membesarnya payudara sampai 13 tahun atau tidak adanya
menstruasi sampai umur 15 tahun. Penundaan dari pematangan organ seksual
tidak jarang dijumpai dan tidak menimbulkan masalah dengan pertumbuhan dan
perkembangan, tetapi diagnosis dan penanganan segera harus dilakukan pada
pasien dengan kelainan organik (Dattani, 2009). Secara statistik pubertas yang
mengalami keterlambatan adalah sebanyak 2,5% dari populasi remaja normal
pada kedua jenis kelamin. Laki-laki lebih banyak mengalami keterlambatan
pubertas dibandingkan dengan perempuan. Berdasarkan kadar gonadotropin
dalam darah pubertas terlambat dikelompokkan menjadi: Hypergonadotropic
Hypogonadism dan Hypogonadotropic Hypogonadism. Pada Hypergonadotropic
Hypogonadism, ditemukan kadar hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang
meningkat namun kadar hormon seks steroid seperti testosteron dan estrogen tetap
rendah, hal ini menandakan bahwa kerusakan tidak terjadi pada aksis hipotalamus
hipofise. Sedangkan pada hypogonadotropin hypogonadism, ditemukan
penurunan kadar hormon gonadotropin (Suryawan, 2004).

2.9.5 Dismenorea
Pada bagian awal dari siklus menstruasi tubuh wanita secarabertahap
mempersiapkan dinding rahim untuk kehamilan dengan proses penebalan lapisan

25
dalam rahim. Setelah ovulasi jika pembuahan tidak terjadi, lapisan dalam tersebut
akan dikeluarkan dari tubuh melalui menstruasi. Selama proses ini jaringan akan
mengalami kerusakan dari memproduksi senyawa kimia prostaglandin, yang
menyebabkan dinding otot rahim berkontraksi ini membantu untuk membersihkan
jaringan dari rahim melalui vagina dalam bentuk aliranmenstruasi. Namun
kontraksi ini cenderung untuk membuat pembuluh darah dari rahim menyempit,
sehingga mengurangi pasokan oksigen kerahim, dan ini mengakibatkan rasa sakit
yang luar biasa seperti kram saat menstruasi.Rasa nyeri saat menstruasi cenderung
berkurang dengan bertambahnya umur dan juga anak yang dilahirkan. Namun,
ketika rasa nyeri menstruasi terjadi secara berlebihan danmenyakitkan atau
mengganggu kegiatan sehari-sehari seorang wanita, maka terjadi tidak normal dan
secara medis disebut secara dismenorea. Ada beberapa pendapat tentang
pengertian dismenorea, antara lain:
a. Dismenorea merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah perut dan
terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi (Dianawati, 2003).
b. Dismenorea adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakansebelum dan
selama menstruasi (Ramaiah, 2006).
c. Dismenorea atau nyeri menstruasi merupakan suatu rasa tidak enak di perut
bawah sebelum dan selama menstruasi dan seringkali disertai rasa mual
(Prawirohardjo, 2007).
d. Dismenorea merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari (Wijayanti, 2009).
e. Dismenorea adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untukistirahat
atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-
hari. Istilah dismenorea (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu
dys (gangguan atau nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang
artinya flow (aliran). Jadi dismenorea adalah gangguan aliran darah
menstruasi atau nyeri menstruasi (Misaroh, 2009).
f. Dismenorea menurut Manuaba (2008) adalah rasa sakit yang menyertai
menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari.
Derajat rasa nyerinya bervariasi, diantaranya:

26
1) Ringan : Berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas
sehari-hari.
2) Sedang : Sakit yang dirasakan memerlukan obat untuk menurunkan derajat
sakitnya, tetapi masih bisa dilakukan untuk meneruskan aktivitas sehari-
hari.
3) Berat : Rasa nyeri yang dirasakan demikian berat, sehingga memerlukan
istirahat dan pengobatan untuk menghilangkan rasa nyerinya.
Secara klinis dismenorea dibagi menjadi dua, yaitu dismenorea primer dan
dismenorea sekunder yang memiliki pengertian sebagai berikut:
1) Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri menstruasi yang terjadi tanpa kelainan
anatomis alat kelamin.Terjadi pada usia remaja, dan dalam 2-5 tahun setelah
pertama kali menstruasi (menarche) nyeri sering timbul segera setelah mulai
menstruasi teratur. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus, spastik, dan sering
disertai mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala (Manuaba, 2009).
Nyeri menstruasi primer timbul sejak menstruasi pertama dan akan pulih
sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh
atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.Nyeri menstruasi ini
normal, namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis, danfisik
seperti stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang
darah, dan kondisi tubuh yang menurun.Gejala ini tidak membahayakan kesehatan
(Wijayanti, 2009).
2) Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri menstruasi yang berhubungan dengan
kalainan anatomis ini kemungkinan adalah menstruasi disertai infeksi,
endometriosis, kloaka uteri, polip endometrial, polip serviks, pemakaian IUD atau
AKDR. Nyeri menstruasi sekunder biasanya baru muncul kemudian, jika ada
penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista/polip, tumor
disekitar kandungan kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ
dan jaringan disekitarnya (Wijayanti, 2009). Dismenorea sekunder lebih sering
ditemukan pada usia tua, dan setelah 2 tahun mengalami siklus menstruasi teratur.
Nyeri dimulai saat menstruasi dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah

27
menstruasi.Sering diketemukan kelainan ginekologik atau organik seperti
endometriosis dan adenomiosis, uterus miomatosus, penyakit radang panggul dan
polip endometrium.
Tanda –tanda klinik dismenorea primer dan sekunder :
a. Tanda-tanda dismenorea primer
Permulaan awal sembilan puluh persen mengalami gejala didalam 2 tahun
menarche. Lama berlangsungnya dan jenis nyeri dismenorea dimulai beberapa
jam sebelumnya atau segera setelah permulaan menstruasi dan biasanya
berlangsung setelah 48-72 jam, gejala yang menyertai yakni mual, muntah, rasa
lelah, diare, nyeri pinggang bawah, nyeri kepala. Nyerinya seperti kejang dan
biasanya paling kuat pada perut bawah dan dapat menyebar ke punggung ataupaha
sebelah dalam.
b. Tanda-tanda dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder tidak terbatas pada menstruasi, kurang berhubungan
dengan hari pertama menstruasi, terjadi pada wanita yang lebih tua dan dapat
disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan, perdarahan yang
abnormal).
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menyembuhkan
nyeri menstruasi, salah satu caranya dengan memperhatikan pola dan siklus
menstruasinya kemudian melakukan antisipasi agar tidak mengalami nyeri
menstruasi. Berikut ini adalah langkah-langkah pencegahannya:
a. Hindari stress, tidak terlalu banyak fikiran terutama fikiran negative yang
menimbulkan kecemasan.
b. Memiliki pola makan yang teratur
c. Istirahat yang cukup
d. Usahakan tidak menkonsumsi obat-obatan anti nyeri, jika semua cara
pencegahan tidak mengatasi menstruasi nyeri lebih baik segera kunjungi
dokter untuk mengetahui penyebab nyeri berkepanjangan. Bisa saja ada
kelainan rahim atau penyakit lainnya.
e. Hindari mengkonsumsi alkohol, rokok, kopi karena akan memicu
bertambahnya kadar estrogen.

28
f. Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres punggung bawah serta
minum-minuman yang hangat.

29
2.9 Pathway

30
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 18 Maret 2023


Jam pengkajian : 17.30 WIB
Tempat pengkajian : Klinik Rawat Inap Budi Asih

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Subjektif
1) Identitas pasien
Nama : Nn. A
Usia : 14 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP

Nama ayah : Tn. S Nama ibu : Ny. S


Usia : 41 tahun Usia : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Alamat : Wonokerto RT 018/ RW 004, Bantur

2) Keluhan utama : tidak ada keluhan


3) Riwayat menstruasi
a. Usia menarche : 11 tahun
b. HPHT : 10-03-2023
c. Siklus : Teratur sejak menstruasi pertama
d. Lama haid : 7-8 hari
e. Banyak darah : 3-4 pembalut tiap hari

31
f. Keluhan haid : Tidak ada keluhan
g. Kebiasaan : Konsumsi jamu saat menstruasi

4) Riwayat kesehatan pasien:


Klien tidak memiliki riwayat penyakit kronis atau penyakit menurun.
Klien tidak pernah opname di rumah sakit. Klien sakit batuk pilek panas
dan biasanya berobat rawat jalan di Puskesmas. Klien tidak pernah
meminum tablet tambah darah. Klien memiliki riwayat penyakit lambung
tetapi tidak sampai dirawat di RS.
5) Riwayat kesehatan keluarga:
Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes,
asma, jantung, kanker/tumor, ataupun penyakit penular.
6) Riwayat psikososial:
Klien belum menikah dan belum pernah melakukan hubungan seksual.
Klien tidak merokok ataupun minum minuman keras.
7) Pengetahuan seputar kesehatan reproduksi:
Klien mengatakan kurang memahami tentang cara menjaga kebersihan
dan kesehatan organ reproduksi.
8) Pola kebiasaan sehari-hari :
Nutrisi dan Makan 2-3 kali/hari porsi cukup, nasi lauk pauk sayuran,
cairan disertai makanan selingan berupa snack/camilan, minum
susu tidak setiap hari, minum air putih >1 liter/hari
Eliminasi BAB 1 kali/hari, BAK > 4 kali/hari, tidak ada keluhan
Istirahat Tidur malam 7-8 jam, klien jarang tidur siang karena
sekolah, saat libur disempatkan tidur siang 1-2 jam
Personal Mandi 2 kali/hari, keramas tiap 2-3 hari, gosok gigi 2
hygiene kali/hari, ganti celana dalam 2 kali/hari
Aktivitas Sehari-hari klien sekolah full day hari Senin-Jumat jam
06.30 sampai 14.00. Jika ada kegiatan ekskul pulang jam
15.30. Klien aktif mengikuti ekskul seni baca quran.

32
3.1.2 Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 90/60
Nadi : 68 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,6 °C
2) Pemeriksaan antropometri
Berat badan : 55 kg
Tinggi badan : 148 cm
IMT : 25 Kg/m2
3) Pemeriksaan fisik terfokus
a. Wajah : tidak pucat, tidak oedem
b. Mata : konjungtiva kemerahan, sklera putih, tidak ada sekret
c. Hidung : pernapasan melalui hidung, tidak ada sekret
d. Mulut : bibir lembab, mukosa merah muda, tidak ada karies,
tidak ada gigi berlubang
e. Telinga : Telinga simetris, tidak ada sekret di kedua telinga
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar
tiroid, tidak ada bendungan ena jugularis
g. Dada : payudara simetris, papila mammae masih tenggelam,
tidak teraba benjolan/massa abnormal. tidak ada nyeri tekan
h. Abdomen : tidak ada nyeri tekan, bising usus normal, tidak ada
benjolan/massa abnormal
i. Ekstremitas : tidak sianosis kuku, tidak ada varises, crt <2 detik
j. Postur : tegak

3.2 Interpretasi Data Dasar


Diagnosis : Remaja Awal usia 14 tahun Pubertas Normal
Masalah : Kelebihan berat badan
Kebutuhan : Melakukan manajemen penurunan berat badan

33
3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Tidak ada masalah potensial yang ditemukan berdasarkan pengkajian.

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


Tidak dibutuhkan kebutuhan segera maupun tindakan kolaboratif.

3.5 Rencana Asuhan


Tujuan Asuhan :
Setelah diberikan asuhan kebidanan, diharapkan keluhan klien dapat berkurang
atau teratasi, dan klien dapat melakukan perawatan kesehatan reproduksi secara
mandiri.
Kriteria Hasil :
 Keadaan umum baik
 TTV dalam batas normal
 Klien dapat mengulang penjelasan bidan
 Masalah dapat berkurang atau teratasi pada kunjungan berikutnya
Rencana Asuhan :
1) Jelaskan kondisi klien berdasarkan hasil pemeriksaan kepada klien.
R/ Penjelasan yang baik akan membuat klien memahami kondisi dirinya,
merasa nyaman dan percaya untuk menyerahkan asuhan pada tenaga
kesehatan, serta memahami tujuan asuhan yang diberikan dan membuat
lebih tenang dan waspada jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
2) Berikan penjelasan terkait keluhan yang dirasakan oleh klien dan berikan
KIE tentang penatalaksanaan keluhan secara mandiri yang dapat dilakukan
oleh klien atau keluarga klien di rumah.
R/ Beberapa keluhan terkait kesehatan reproduksi seperti dismenorrhea,
siklus menstruasi tidak teratur, kelebihan berat badan, dll.
3) Berikan KIE mengenai kebutuhan nutrisi, aktivitas, dan istirahat yang baik
bagi remaja.
R/ Nutrisi yang cukup dan seimbang dapat mengkompensasi kebutuhan
untuk perkembangan dan pertumbuhan. Kelebihan berat badan bukan
halangan untuk tetap konsumsi makanan sehat, bukan membatasi

34
jumlahnya. Makanan untuk remaja dengan kelebihan berat badan adalah
membagi porsi makan menjadi ½ bagian piring adalah sayur dan buah, ¼
bagian piring adalah karbohidrat dan ¼ bagian lagi adalah lauk dan
diimbangi dengan cairan yang cukup, terutama cairan yang mengandung
vit. D dan antioksidan seperti susu dan air kelapa muda saat menstruasi
untuk mengurangi nyeri menstruasi.
4) Berikan KIE personal hygiene terutama menjaga kebersihan dan kesehatan
reproduksi.
R/ Klien mendapatkan informasi tentang personal hygiene sehingga dapat
mengurangi resiko terjadinya masalah pada area kewanitaan.
5) Jelaskan tentang tanda-tanda infeksi genetalia dan faktor risikonya.
R/ Pemberian informasi tentang infeksi genetalia dapat meningkatkan
pemahaman remaja terkait kesehatan reproduksi dirinya sehingga dapat
lebih mawas diri.
6) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi tablet tambah dara (Fe) 1 tablet tiap
minggu untuk mencegah anemia pada remaja putri.
R/ Remaja putri rentan mengalami anemia atau kurang darah akibat
menstruasi tiap bulan dan tidak cukupnya asupan Fe yang didapatkan dari
makanan.
7) Anjurkan klien untuk mengikuti kelas remaja atau pelayanan kesehatan
remaja yang ada di daerahnya.
R/ Kegiatan perkumpulan remaja bertujuan untuk meningkatkan kualitas
remaja melalui upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku positif
remaja tentang kesehatan reproduksi, serta pemenuhan kebutuhan
kesehatan reproduksi remaja secara terpadu.

3.6 Implementasi
1) Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa TTV dalam batas normal dan hasil
pemeriksaan fisik normal.
2) Memberikan KIE tentang keluhan menstruasi yang jadwalnya tidak teratur
dan selalu banyak dengan memanajemen berat badan dengan mengatur
pola makan, hindari stres, perbanyak istirahat, perbanyak konsumsi air

35
terutama susu dan air kelapa, menghindari konsumsi jamu rutin saat
menstruasi.
3) Memberikan KIE tentang personal hygiene yang benar yaitu dengan
membasuh kemaluan dengan air bersih dari arah depan ke belakang tiap
kali habis kencing lalu dikeringkan dengan kain bersih/tisu kering, tidak
menggunakan sabun kewanitaan.
4) Menjelaskan tentang tanda-tanda infeksi genetalia yaitu jika keputihan
berlebihan, berwarna putih kekuningan sampai kehijauan, berbau, dan
menimbulkan gatal/panas pada area kelamin.
5) Menganjurkan klien untuk konsumsi tablet tambah darah secara rutin 1
tablet tiap minggu nya untuk mencegah terjadinya anemia.
6) Menganjurkan klien untuk mengikuti kelas remaja yang ada di desa untuk
mendapatkan pengetahuan seputar kesehatan remaja.

3.7 Evaluasi
Tanggal : 18 Maret 2023
Jam : 17.45 WIB
Tempat : Puskesmas Wonokerto
Subjektif :
a. Alasan datang : Ingin konsultasi
b. Keluhan : tidak ada
c. Evaluasi : klien mengatakan sudah mempraktikkan pola makan
untuk mengurangi berat badan dan mengurangi jajan sembarangan, dapat
mempraktikan cara membersihkan organ genetalia dengan baik sesuai
anjuran.

Objektif :
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. TTV
TD : 90/60 Nadi : 68 x/menit
Suhu : 36,6 °C RR : 22 x/menit

36
d. Pemeriksaan fisik terfokus
Wajah : tidak pucat
Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
Esktremitas : tidak sianosis kuku

Assesment :
Nn. A usia 14 tahun dengan pubertas normal

Penatalaksanaan :
1. Memberikan tablet Fe 4 tablet diminum 1 kali dalam seminggu dengan air
putih sebelum tidur malam.
E/ Klien mengatakan bersedia meminum tablet Fe
2. Mengingatkan klien untuk aktif mengikuti kegiatan kader remaja agar
mendapatkan informasi seputar kesehatan secara berkala.
E/ Klien mengatakan akan aktif dalam kegiatan kader remaja.
3. Memingatkan untuk tetap menjaga pola hidup sehat terutama pola makan
agar berat badannya ideal dan tidak ada masalah pada siklus menstruasi.
E/ Klien mengatakan mulai terbiasa dengan pola makan yang sudah
diajarkan dan dipraktikkan.

37
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan pembahasan tentang asuhan kebidanan remaja
Nn. A usia 14 tahun dengan pubertas normal disesuaikan dengan tinjauan teori
atau kerangka konsep yang ada.

4.1 Pengkajian
Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan kebidanan yang
ditujukan untuk pengumpulan informasi mengenai kesehatan baik fisik,
psikososial dan spiritual. Pengkajian meliputi pengkajian data subyektif dimana
diperoleh dari pasien sendiri karena klien dapat berkomunikasi secara sadar dan
lancar. Pengkajian data obyektif didapatkan melalui pemeriksaan umum,
pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik serta ditegakkan dengan
pemeriksaan penunjang. Data diperoleh secara terfokus begitu pada masalah klien
sehingga intervensinya juga lebih terfokus sesuai kondisi dan kebutuhan klien.
Pengkajian data dasar dilakukan pada Nn. A, saat pengamatan pertama
kali yaitu ketika kunjungan pertama kali. Anamnesa dilakukan secara menyeluruh
dan terfokus terutama terhadap keluhan yang dialami klien, riwayat menstruasi
termasuk keluhan selama menstruasi, dan pola kebiasaan sehari-hari klien yang
dapat mempengaruhi siklus menstruasi, aktivitas dan psikologis klien, hal itu
harus di tanyakan dan didapatkan pada penggalian data subjektif untuk dapat
menegakkan diagnosa kasus Nn. A. Pada pengkajian data subjektif didapatkan
usia menarche pertama saat usia 11 tahun. Klien tidak memiliki keluhan seperti
keputihan yang berbau dan gatal. Klien memiliki keluhan menstruasinya tidak
teratur, sering maju mundur.
Pada pengkajian data obyektif yang dilakukan pada kasus Nn. A dilakukan
secara menyeluruh mulai dari pemeriksaan umum, pemeriksaan antropometri,
pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi tanda gejala terjadinya masalah
menstruasi. Pada kasus Nn. A dilakukan pemeriksaan terfokus pada wajah
konjungtiva mata, dada/payudara, dan abdomen. Namun pada pengkajian data
obyektif tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan didapatkan

38
keadaan umum, tanda-tanda vital dalam batas normal, IMT Nn. A adalah 25
Kg/m2, sehingga masalah yang didapatkan adalah kelebihan berat badan dan
pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda abnormal.
Faktor terjadinya kelebihan berat badan pada remaja putri adalah 93,5%
aktivitas fisik yang minim, jarang olahraga, kebiasaan makan junk food, faktor
lingkungan, faktor genetik, psikososial dan perkembangan. Seseorang yang
memiliki aktivitas sedikit beresiko mengalami obesitas karena kalori tubuh tidak
digunakan sehingga menjadi lemak.
Faktor lingkungan seperti remaja putri mengkonsumsi makanan secara
berlebihan karena mudah menemukan makanan di lingkungan sekitar dengan
teknologi yang mendukung. Seseorang yang mengkonsumsi makanan secara
berlebihan mudah mengalami obesitas karena terjadi penumpukan asupan kalori
dalam tubuh.
Faktor genetik seperti adanya riwayat keluarga yang memiliki berat badan
lebih, hal ini berhubungan dengan hormon yang sudah ada dalam tubuh. Faktor
psikososial seperti remaja putri mengalami permasalahan pribadi sehingga
mempengaruhi peningkatan pola makan, sedangkan faktor perkembangan seperti
peningkatan umur dimana didapatkan 58,1% responden berumur 21 tahun,
menjelaskan usia remaja akhir mengalami peningkatan hormon sehingga
mempengaruhi percepatan perkembangan fisik.

Kesenjangan praktik dan teori


Remaja mengalami kelebihan berat badan yaitu IMTnya mencapai 25 Kg/M2,
tetapi tidak ada gangguan menstruasi seperti menstruasi tidak teratur, terjadi
disminorhea, dan usia menarche yang lebih dini. Sejak mendapat menstruasi
mulai usia 12 tahun, Nn. A selalu mengalami menstruasi dengan siklus teratur dan
tidak ada masalah. Menurut teori, wanita dengan kelebihan berat badan dapat
menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi terutama pada siklus menstruasi
seperti siklus tidak teratur, menarche dini <12 tahun dan terjadinya gangguan
menstruasi seperti oligomenor, amenorhea, dan disminorea.
Remaja dapat mengalami gangguan menstruasi baik faktor menarche, faktor
lain seperti faktor hormonal akibat kelebihan berat badan, usia, diet dan stres.

39
Faktor umur seperti usia remaja akhir, hal ini menyebabkan remaja mengalami
gangguan menstruasi karena masih terjadi penyesuaian dalam tubuh yaitu
peningkatan kadar hormon estrogen. Faktor diet didapatkan sebanyak 67,7%
remaja putri mengalami obesitas tingkat I sehingga remaja berusaha melakukan
diet untuk menurunkan berat badan. Diet dapat memengaruhi anovulasi,
penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yang pendek sehingga
menyebabkan tidak normalnya siklus menstruasi. Faktor stress seperti terjadinya
perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya system persarafan dalam hipotalamus
melalui perubahan proklatin atau endogen opiat yang dapat memengaruhi elevasi
kortisol basal dan menurunkan hormone lutein yang menyebabkan amenorrhea
yang menyebabkan menstruasi tidak lancar. Remaja putri mengalami gangguan
menstruasi menyebabkan timbulnya rasa nyeri saat menstruasi, mengalami
pengeluaran banyak darah dan mengalami siklus menstruasi <28 hari atau >35
hari. Gangguan menstruasi berhubungan dengan naik atau turunnya kadar
esterogen dan progesteron yang terjadi selama siklus menstruasi. Esterogen
menyebabkan penahan cairan, yang mungkin menyebabkan bertambahnya berat
badan, pembekakan jaringan, rasa nyeri pada payudara serta perut kembung.
Hubungan obesitas dengan gangguan menstruasi pada sebuah penelitian
menunjukkan hasil yang signifikan. Sehingga dapat dipahami bahwa obesitas
dapat menganggu kelancaran menstruasi yang menyebabkan remaja putri
mengalami nyeri dan siklus menstruasi terlalu cepat. Obesitas yang berhubungan
dengan gangguan menstruasi seperti penumpukan lemak dalam tubuh
menyebabkan terhambannya pematangan ovum. Sel lemak dapat mengubah
adrenal androstenedione (hormon dari kelenjar adrenal) menjadi estrogen yang
disebut dengan estron, apabila hormon overweight menyebabkan terjadinya
peningkatan pengeluaran darah saat menstruasi, sedangkan ketika terjadi
gangguan pematangan sel telur (ovum) menyababkan remaja merasa nyeri saat
menstruasi. Obesitas menyebabkan penyempitan vagina, menutupi lubang pada
selaput vagina, sehingga menganggu kinerja hormon estrogen dan progesteron
yang menyebabkan menstrasi berangsur lama. Struktur tubuh wanita memiliki
sepasang ovarium, dimana setiap bulannya menghasilkan sebuah sel telur (ovum),
yang siap untuk dibuahi melalui sebuah mekanisme siklus menstruasi, apabila

40
terjadi gangguan terhadap pematangan ovum menyebabkan remaja putri
mengalami siklus menstruasi telambat dan lama. Remaja berbadan gemuk akan
mudah mengalami hambatan proliferasi folikel serta pematangan ovum, yang
pada akhirnya termanifestasi sebagai gangguan siklus menstruasi.
Berdasarkan data didapatkan Cara mencegah gangguan menstruasi pada
remaja putri yaitu dengan menjaga gaya hidup dengan mengkonsumsi makanan
bergizi dan suplemen nutrisi yang dapat membuat keseimbangan hormonal tubuh
secara alami, menghindari stres dengan menghindari perselisihan dengan teman
dan melakukan olahraga seperti lari pagi minimal 2 kali dalam seminggu.
Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Nn. A mengerti keadaannya dan
merubah pola aktifitas dan nutrisinya. Saat ini Nn. A mempraktikkan cara makan
yang benar pada wanita dengan kelebihan berat badan yaitu ½ bagian piring
adalah sayur dan buah, ¼ bagian piring adalah lauk, ¼ bagian piring adalah
karbohidrat. Nn. A saat ini tetap makan rutin 3 x/hari untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangannya.

4.2 Interpretasi Data Dasar


Diagnosa pada kasus Nn. A ditegakkan sesuai dengan teori dimana hasil
pengumpulan data subyektif, pengumpulan data obyektif berdasarkan
pemeriksaan terfokus dapat menegakkan diagnosa pada kasus dan sudah sesuai
dengan teori yang ada.
Berdasarkan hasil pengkajian data, dilakukan interpretasi data. Dalam hal
ini tidak didapatkan adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan. Diagnosa
aktual pada kasus Nn. A adalah Remaja Awal usia 14 tahun dengan pubertas
normal. Masalah yang terjadi kelebihan berat badan.
Terdapat penelitian yang dapat mendukung diagnosa klien. Penelitian
menyebutkan hubungan obesitas dengan gangguan menstruasi pada sebuah
penelitian menunjukkan hasil yang signifikan. Sehingga dapat dipahami bahwa
obesitas dapat menganggu kelancaran menstruasi yang menyebabkan remaja putri
mengalami nyeri dan siklus menstruasi terlalu cepat. Obesitas yang berhubungan
dengan gangguan menstruasi seperti penumpukan lemak dalam tubuh
menyebabkan terhambannya pematangan ovum. Sel lemak dapat mengubah

41
adrenal androstenedione (hormon dari kelenjar adrenal) menjadi estrogen yang
disebut dengan estron, apabila hormon overweight menyebabkan terjadinya
peningkatan pengeluaran darah saat menstruasi, sedangkan ketika terjadi
gangguan pematangan sel telur (ovum) menyababkan remaja merasa nyeri saat
menstruasi. Obesitas menyebabkan penyempitan vagina, menutupi lubang pada
selaput vagina, sehingga menganggu kinerja hormon estrogen dan progesteron
yang menyebabkan menstrasi berangsur lama. Struktur tubuh wanita memiliki
sepasang ovarium, dimana setiap bulannya menghasilkan sebuah sel telur (ovum),
yang siap untuk dibuahi melalui sebuah mekanisme siklus menstruasi, apabila
terjadi gangguan terhadap pematangan ovum menyebabkan remaja putri
mengalami siklus menstruasi telambat dan lama. Remaja berbadan gemuk akan
mudah mengalami hambatan proliferasi folikel serta pematangan ovum, yang
pada akhirnya termanifestasi sebagai gangguan siklus menstruasi.
Terdapat hubungan yang signifikan, antara status gizi dengan usia
menarche. Semakin berlebih status gizi seseorang maka menarche akan terjadi di
usia yang lebih dini. Status gizi seseorang dapat memengaruhi kematangan
seksualnya sehingga remaja putri yang mengalami menarche lebih cepat
cenderung memiliki status gizi lebih dibandingkan dengan remaja putri yang
mengalami menarche normal dan terlambat.
Status gizi umumnya dikaitkan dengan asupan makanan yang dikonsumsi,
apabila asupan gizi melebihi kebutuhan harian dapat memengaruhi
status gizi yang berdampak pada perkembangan organ reproduksi, begitu pula
sebaliknya apabila asupan gizi di bawah kebutuhan harian dapat menyebabkan
penurunan fungsi reproduksi yang berdampak pada keterlambatan menstruasi.
Pola konsumsi lemak, protein hewani dan nabati, fast food, dan soft drink
memiliki hubungan dengan usia menarche. Rendahnya aktifitas fisik yang salah
satunya disebabkan pengaruh gaya hidup sedentari saat ini memicu kejadian
menarche terjadi lebih dini. Terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas
fisik dengan usia menarche pada remaja putri atlet dan non atlet. Kedua faktor di
atas memiliki pengaruh terhadap status gizi akan tetapi hal tersebut tidak bisa
dijadikan sebagai patokan karena terdapat faktor-faktor lain yang juga dapat

42
berpengaruh terhadap status gizi, seperti faktor lingkungan remaja putri itu sendiri
seperti media massa, faktor genetik, dan lainnya.
Lemak tubuh memiliki hubungan erat dengan IMT karena nilai IMT yang
tinggi dapat mengindikasi lemak tubuh yang lebih tinggi.
Jaringan lemak tubuh dalam memengaruhi permulaan pubertas dikaitkan dengan
kadar leptin yang disekresi oleh kelenjar adiposa. Tingginya persen lemak tubuh
menyebabkan kadar leptin serum meningkat, peningkatan kadar leptin memicu
peningkatan serum LH, dimana hormon ini berfungsi untuk sekresi hormon
esterogen dan progesteron dalam ovarium sehingga semakin tinggi persen lemak
tubuh seseorang maka jumlah hormon estrogen dan progesteron dalam ovarium
juga semakin meningkat lebih dini dari yang seharusnya, kejadian ini yang
mengakibatkan kematangan reproduksi terjadi lebih awal, salah satunya ditandai
dengan menstruasi pertama.
Dengan teridentifikasinya diagnosa dan masalah pada kasus maka bidan
dapat memberikan asuhan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang
dialami oleh klien.

4.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Berdasarkan manajemen kebidanan identifikasi diagnosa potensial yaitu
mengidentifikasi adanya masalah yang akan terjadi sehingga bisa segera diatasi.
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Nn. A di lahan dapat teridentifikasi
adanya masalah potensial yaitu oligomenorea dan amenore.
Terdapat beberapa jurnal yang menerangkan tentang diagnosa dan masalah
potensial pada remaja dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Gangguan
siklus anovulatory dan endometriosis dapat menyebabkan terjadinya gangguan
siklus menstruasi yang merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
infertilitas pada wanita. Keadaan ini berkaitan erat dengan status obesitas dan
gangguan hormonal yang diakibatkan oleh status obesitas. Obesitas dapat
menyebabkan gangguan siklus menstruasi melalui jaringan adiposa yang secara
aktif mempengaruhi rasio hormon estrogen dan
androgen. Wanita yang mengalami obesitas terjadi peningkatan produksi estrogen
karena selain ovarium, jaringan adiposa juga dapat memproduksi

43
estrogen. Peningkatan kadar estrogen yang terus-menerus secara tidak langsung
menyebabkan peningkatan hormon androgen yang dapat mengganggu
perkembangan folikel sehingga tidak dapat menghasilkan folikel yang matang.
Wanita yang mengalami obesitas memiliki risiko terjadi gangguan siklus
menstruasi 1,89 kali lebih besar dibandingkan wanita dengan status gizi normal
dan jenis gangguan siklus menstruasi yang paling banyak ditemukan pada subjek
yang mengalami obesitas yaitu oligomenore (30,8%). Kejadian oligomenore
paling banyak ditemukan pada kelompok subjek yang mengalami obesitas (9,9%).
Risiko gangguan siklus menstruasi 2 kali lebih besar terjadi pada wanita yang
mengalami obesitas dibandingkan dengan wanita dengan status gizi normal.
Wanita yang memiliki persen lemak tubuh tinggi (kategori
obesitas) terjadi peningkatan produksi androstenedion yang merupakan androgen
yang berfungsi sebagai prekursor hormon reproduksi. Di dalam tubuh, androgen
digunakan untuk memproduksi estrogen dengan bantuan enzim aromatase. Proses
aromatisasi androgen menjadi estrogen ini terjadi di sel-sel granulosa dan jaringan
lemak. Dengan demikian, semakin banyak persentase jaringan lemak tubuh,
semakin banyak pula estrogen yang terbentuk yang kemudian dapat mengganggu
keseimbangan hormon di dalam tubuh sehingga menyebabkan gangguan siklus
menstruasi. Gangguan siklus menstruasi tersebut disebabkan karena adanya
gangguan umpan balik dengan kadar estrogen yang selalu tinggi sehingga kadar
Follicle Stimulating Hormone (FSH) tidak mencapai puncak. Dengan demikian
pertumbuhan folikel terhenti sehingga tidak terjadi ovulasi. Keadaan ini
berdampak pada perpanjangan siklus menstruasi (oligomenore) ataupun
kehilangan siklus menstruasi (amenore).
Risiko kejadian gangguan siklus menstruasi pada wanita yang mengalami
obesitas dapat diturunkan dengan mengikuti program penurunan berat badan.
Penurunan berat badan dapat mempengaruhi siklus menstruasi karena penurunan
persen lemak tubuh akan terjadi seiring dengan penurunan berat badan. Pada
umumnya, penurunan berat badan sebesar ±10% pada wanita obesitas
menunjukkan adanya perbaikan profil hormon dalam tubuh yang mempengaruhi
gangguan siklus menstruasi sehingga dapat menurunkan risiko kejadian gangguan
siklus menstruasi, memperbaiki proses ovulasi, dan memperbaiki tingkat

44
kesuburan. Penurunan berat badan sebesar 5-10% dari berat awal dalam waktu
sekurangnya 4 minggu dapat menurunkan hiperandrogenism (kadar hormon
androgen yang berlebih) pada wanita yang mengalami obesitas.
Secara keseluruhan kejadian gangguan siklus menstruasi berdasarkan
faktor stress paling tinggi terjadi pada remaja yang mengalami stress (23,3%)
dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami stress (20%). Remaja yang
mengalami stress memiliki risiko gangguan siklus menstruasi 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami stress. Remaja dengan
aktifitas dengan tingkat stress tinggi beresiko 2 kali lebih besar untuk mengalami
gangguan siklus menstruasi dibandingkan dengan remaja yang mempunyai tingkat
stress ringan. Berbagai penyebab stres dapat berakibat pada terjadinya gangguan
menstruasi, 81,8% remaja merasa mudah marah akan hal yang sepele, 22,7%
merasa tidak sabaran dalam menghadapi suatu penundaan dalam kegiatan yang
sedang dikerjakan, 36,4% merasa sulit untuk rileks atau
bersantai, dan 18,2% subjek sering merasa gelisah. Berdasarkan stress, kejadian
polimenore dan amenore cukup banyak ditemukan pada remaja
yang mengalami stress. Hal ini dapat terjadi karena stress merupakan suatu
keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan kadar hormon corticotropin-
releasing hormone (CRH) dan glucocorticoid sehingga menghambat sekresi
Gonadotropin-Releasing-Hormone (GnRH) oleh hipotalamus. Hal ini
menyebabkan fluktuasi kadar FSH dan Lutenizing-Hormone (LH) sehingga lama
proses pada masa proliferasi dan sekresi mengalami pemendekan ataupun
pemanjangan.

4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera


Berdasarkan data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera
dimana harus menyelamatkan jiwa klien atau meminimalkan morbiditas dan
mortalitas. Pada kasus Nn. A tidak dapat ditemukan adanya indikasi untuk
melakukan tindakan segera.

45
4.5 Rencana Asuhan
Pada manejemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif di
tunjukan pada indikasi apa yang timbul berdasarkan kondisi klien serta
hubungannya dengan masalah yang di alami klien dan juga meliputi antisipasi
dengan bimbingan terhadap klien serta konseling. Rencana tindakan harus di
setujui klien dan semua tindakan diambil harus berdasarkan rasional yang relefan
yang diakui kebenaranya. Pada kasus Nn. A Remaja Awal Usia 14 Tahun,
rencana asuhan yang disusun yaitu jelaskan kondisi klien berdasarkan hasil
pemeriksaan kepada klien, berikan penjelasan terkait keluhan yang dirasakan oleh
klien dan berikan KIE tentang penatalaksanaan keluhan secara mandiri yang dapat
dilakukan oleh klien atau keluarga klien di rumah, berikan KIE mengenai
kebutuhan nutrisi terutama pola makan untuk menjaga berat badan dan
mengendalikan obesitas, aktivitas, dan istirahat yang baik bagi remaja, berikan
KIE personal hygiene terutama menjaga kebersihan dan kesehatan reproduksi,
jelaskan tentang tanda-tanda infeksi genetalia dan faktor risikonya, anjurkan klien
untuk mengkonsumsi tablet tambah darah (Fe) 1 tablet tiap minggu untuk
mencegah anemia pada remaja putri, dan anjurkan klien untuk mengikuti kelas
remaja atau pelayanan kesehatan remaja yang ada di daerahnya.
Berdasarkan data didapatkan Cara mencegah gangguan menstruasi pada
remaja putri yaitu dengan menjaga gaya hidup dengan mengkonsumsi makanan
bergizi dan suplemen nutrisi yang dapat membuat keseimbangan hormonal tubuh
secara alami, menghindari stres dengan menghindari perselisihan dengan teman
dan melakukan olahraga seperti lari pagi minimal 2 kali dalam seminggu.
Fungsi sistem reproduksi, selain dapat ditingkatkan dengan cara
penurunan berat badan tetapi juga dapa ditingkatkan dengan cara memperbaiki
kualitas asupan makanan. Jenis makanan yang dapat meningkatkan fungsi sistem
reproduksi yaitu makanan yang banyak mengandung asam folat, zat besi, vitamin
C, vitamin E, vitamin B6, seng, alumunium, dan kalsium. Jenis bahan makanan
yang dianjurkan antara lain kacang-kacangan, sayuran hijau, buahbuahan, daging,
dan juga ikan laut.

46
4.6 Implementasi
Implementasi dapat dikerjakan seluruhnya oleh bidan maupun sebagian
dilaksanakan klien serta kerja sama dengan tim kesehatan lainnya sesuai dengan
tindakan yang telah direncanakan. Pada studi kasus Nn. A semua tindakan yang
telah di rencanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan
karena adanya kerja sama dan penerimaan yang baik dari klien serta dukungan
dari keluarga.

4.7 Evaluasi
Berdasarkan studi kasus Nn. A, diketahui bahwa tidak ada data yang
menyimpang dari tinjauan pustaka, dan dapat dilakukan evaluasi karena pada
tahap implementasi, klien bersikap kooperatif terhadap tindakan dan penjelasan
yang diberikan oleh bidan sehingga bidan dapat melakukan penatalaksanaan yang
sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang dialami oleh klien.

47
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus asuhan kebidanan pada remaja Nn. A usia 14
tahun dengan pubertas normal maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Pengkajian data dasar dilakukan pada Nn. A, saat pengamatan pertama kali
yaitu ketika kunjungan pertama kali. Anamnesa dilakukan secara
menyeluruh dan terfokus terutama terhadap keluhan yang dialami klien,
riwayat menstruasi termasuk keluhan selama menstruasi, dan pola
kebiasaan sehari-hari klien yang dapat mempengaruhi terjadinya siklus
menstruasi meliputi pola nutrisi, IMT, aktivitas dan psikologis klien. Pada
pengkajian data obyektif yang dilakukan pada kasus Nn. A dilakukan
secara menyeluruh mulai dari pemeriksaan umum, pemeriksaan
antropometri, pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi tanda gejala
dismenorhea.
2. Penentuan diagnosa pada kasus Nn. A remaja Awal usia 14 tahun sudah
disesuaikan dengan temuan anamnesa dan pemeriksaan klinis. Dalam
kasus ini ditemukan adanya masalah yaitu kelebihan berat badan dan
kebutuhan khusus adalah manajemen pola nutrisi.
3. Pada kasus teridentifikasi adanya masalah potensial yaitu oligomenorea
dan amenorea.
4. Pada kasus ini diperlukan tindakan kolaborasi terutama dalam pemberian
terapi jika siklus menstruasi selalu tidak teratur.
5. Pada kasus, perencanaan yang dilakukan adalah penatalaksanaan sesuai
dengan rencana asuhan pada teori.
6. Pada penatalaksaan kasus dapat diidentifikasi bahwa seluruh rencana
asuhan dapat dilaksanakan seluruhnya.
7. Pada evaluasi kasus dapat diidentifikasi bahwa tidak ada data yang
menyimpang dari tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai
seluruhnya sesuai dengan implementasi.

48
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan
klinis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja dan permasalahannya
sesuai dengan evidence base terkini terkait penatalaksanaan dari permasalahan
yang muncul
5.2.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan
dan meningkatkan keterbukaan terhadap pola asuh anak dan remaja untuk
meningkatkan kualitas generasi penerus.
5.2.3 Bagi Institusi Kesehatan
Institusi kesehatan diharapkan dapat menjadikan laporan ini sebagai
referensi studi kasus permasalahan kesehatan remaja dengan standar operasional
yang berlaku dan berdasarkan evidence base terkini.
5.2.4 Bagi Profesi kesehatan Khususnya Kebidanan
Bagi profesi kebidanan diharapkan dapat menjadi referensi sebagai upaya
mempertahankan kualitas pelayanan kesehatan terutama kesehatan remaja.

49
DAFTAR PUSTAKA

De Sanctis V., Soliman A., et al., 2015. Primary Dysmenorrhea in Adolescents:


Prevalence, Impact and Recent Knowledge. Pediatric Endrocinology
Review. 13(2): 465-475.
Dianawati, Anjen. 2003. Pendidikan dan Seks untuk Remaja. Jakarta: Kawan
Pustaka
Handayani S.R. 2017. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Hidayangsih P.S. 2014. Reproductive Health Problems And Risk Behavior Among
Adolescence
Hurlock E.B. 2010. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Ed 3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
IAFM. 2010. Buku Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi
dalam Situasi Darurat Bencana. Inter-agency Working Group on
Reproductive Health in Crises.
Kemenkes RI. 2014. Infodatin Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mappiare A. 2004. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Manuaba, C. 2008. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri Ginekologi
Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.
Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Murtiningsih et al. 2018. TEHNIK MENGURANGI DISMENORE PRIMER
DENGAN OLAH RAGA. Jurnal Ilmu Keperawatan Maternitas. 1(2): 22-
29.
Omidvar S., Bakouei F., et al. 2015. Primary Dysmenorrhea and Menstrual
Symptoms in Indian Female Students: Prevalence, Impact and
Management. Global Journal of Health Science. 8(8): 135-145.
Ramaiah, S. 2006. Mengatasi Gangguan Menstruasi. Yogyakarta: Diglosia
Medika.
Saban S.S. 2002. Determinan Perilaku Berisiko HIV/AIDS di kalangan Remaja
Tidak Kawin Usia 15-24 tahun: Sebuah Analisis Data Sekunder hasil

50
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003,
Thesis S2, Universitas Indonesia.
Santrok, J. W. 2003. Adolescence (Perkembangan Remaja).Terjemahan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Senewe F.P. et al. 2009. Status Kesehatan Remaja Di Indonesia, analisis lanjut
data Riskesdas 2007. Puslit Ekologi dan Status Kesehatan, Badan Litbang
Kesehatan, Depkes RI, Jakarta.
Soeroso S. 2001. Masalah Kesehatan Remaja. Sari Pediatri. 3(3): 190-198.
Subasinghe A.K., Happo L., et al. 2015. Prevalence and severity of
dysmenorrhoea, and management options reported by young Australian
women. AFP. 45(11): 829-835.
Varney, Helen. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

51

Anda mungkin juga menyukai