Anda di halaman 1dari 7

JHE 2 (1) (2017)

Jurnal of Health Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/

FILM MANCUR (MANTEN KENCUR) SEBAGAI PENINGKAT


PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERNIKAHAN DINI

Fatkhur Rohman Kusuma , Sofwan Indarjo

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Latar Belakang: Kasus pernikahan usia dini masih tergolong tinggi dikarenakan minimnya
Diterima Januari 2017 pengetahuan tentang bahaya pernikahan dini. Sebagai pencegahan, peningkatan pengetahuan
Disetujui Februari 2017 lewat media pelajaran perlu dilakukan, maka pada penelitian ini mengunakan media film Mancur.
Dipublikasi April 2017 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan Media Film sebagai peningkat
________________ pengetahuan dan sikap tentang bahaya pernikahan dini di SMA Setia Budhi Semarang.
Keywords: Metode: Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan rancangan Non Equivalent Control
knowledge, attitudes, early Group. Sampel peneltian 25 pada masing-masing kelompok eksperimen dan kontrol. Pengambilan
marriages, Mancur Film data berupa pretest dan posttest dengan selang waktu 7 hari.
____________________ Hasil: Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan bermakna antara pengetahuan dan sikap
sebelum dan sesudah intervensi berupa pemutaran Film Mancur (p value pengethuan = 0,000 dan
p value sikap = 0,001). Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok eksperimen dan kontrol
setelah dilakukan intervensi (p value pengetahuan = 0,000 dan p value sikap = 0,000)
Simpulan: Media film mancur efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang pernikahan
dini pada remaja di SMA Setia Budhi Semarang.

Abstract
___________________________________________________________________
Background: The case of early marriage is still relatively high due to the lack of knowledge about the dangers
of early marriage. As prevention, we need to increase the students’ knowledge through learning media during
the teaching learning process. Therefore, this study used Mancur Film as media. The purpose of this study was
to determine the effectiveness of Media Film to enhance knowledge and attitudes about the dangers of early
marriage in Setia Budhi Senior High School Semarang.
Methods: This study used a quasi-experimental design with Non-Equivalent Control Group. The research
sample was 25 on each experimental and control groups. The data collection was in form of pretest and posttest
with 7 days interval.
Results: The results showed that there was significant difference between knowledge and attitudes before and
after the intervention of screening Mancur Film (p value = 0.000 and p knowledge attitude value = 0.001).
There was significant difference between the experimental and control groups after the intervention (p value =
0.000 and p knowledge attitude value = 0.000).
Conclusion: the Mancur Film media improved knowledge and attitudes about early marriage in adolescents at
senior high school Setia Budhi Semarang effectively.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2527-4252
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: rowman.soema@gmail.com

53
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)

PENDAHULUAN sebanyak 70% wanita menikah di bawah usia 18


tahun. Hal ini menjadikan Mali peringkat
Remaja adalah masa peralihan dari masa pertama di dunia, negara dengan kejadian
kanak-kanak menuju masa dewasa. Di dalam pernikahan usia anak di bawah 18 tahun.
masa ini proses pertumbuhan dan Bangladesh sebesar 67%, dan Afrika Tengah
perkembangan terjadi sangatlah cepat, baik dari 61% wanita menikah dengan usia di bawah 18
segi fisik maupun psikologis, namun pada masa tahun. Sedangkan Indonesia menjadi peringkat
ini perkembangan emosi masih belum stabil 37 dunia dan peringkat tertinggi kedua di
(Lestari, 2007). Pada masa remaja lingkungan ASEAN pada kasus pernikahan usia anak
sangat berpengaruh dalam proses pencarian jati (Nour, 2009: 52).
diri. Remaja akan memilih dan mengikuti apa Menurut Badan Koordinasi Keluarga
yang dilakukan masyarakat di sekitarnya. Berencana Nasional (BKKBN) 2012 usia
Peredaran tayangan yang mengandung materi pernikahan yang ideal perkawinan yang
pornografi harusnya membuat semua pihak dilakukan oleh seorang laki-laki dengan usia
waspada karena berdasarkan penelitian yang minimal 25 tahun dan usia minimal wanita 20
dirilis pada pertengahan Juni 2010 oleh Komnas tahun. Namun pada kenyataannya masih begitu
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), banyak masyarakat yang melakukan pernikahan
ditemukan sekitar 97% siswa Sekolah pada usia dibawah 18 tahun. Berdasarkan data
Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010
Atas pernah menonton video porno. angka kejadian pernikahan usia anak di
Lingkungan ini yang mendukung perilaku bebas Indonesia masih sangat tinggi yaitu perempuan
remaja sehingga menyebabkan banyak dengan usia 10-14 tahun menikah sebanyak 0,2
terjadinya kasus kehamilan tidak di inginkan persen atau lebih dari 22.000 wanita muda
diusia remaja. Menurut penelitian dari berusia 10-14 tahun di Indonesia sudah
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia menikah. Jumlah dari perempuan muda berusia
(PKBI) tahun 2005 bahwa di Indonesia sekitar 15-19 yang menikah lebih besar jika
15 % dari 62.000.000 remaja sudah melakukan dibandingkan dengan laki-laki muda berusia 15-
aktifitas seksual yang melampaui batas. Hal ini 19 tahun (11,7 % P:1,6 % L). Diantara
yang mengakibatkan banyaknya kasus kelompok umur perempuan 20-24 tahun - lebih
kehamilan yang tidak diinginkan di usia remaja dari 56,2 persen sudah menikah. Provinsi
dan mau tidak mau harus melakukan dengan persentase perkawinan dini (<15 th)
pernikahan diusia remaja (Supriati, 2008) tertinggi adalah Kalimantan Selatan (9 persen),
Pernikahan menurut pasal 1 undang- Jawa Barat (7,5 persen), serta Kalimantan
undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah ikatan Timur dan Kalimantan Tengah masing-masing
lahir batin antara seorang pria dan seorang 7 persen dan Banten 6,5 Persen. Provinsi
wanita sebagai suami istri dengan tujuan dengan persentase perkawinan dini (15-19 th)
membentuk keluarga atau rumah tangga yang tertinggi adalah Kalimantan Tengah (52,1%),
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Jawa Barat (50,2 persen), serta Kalimantan
Maha Esa. Batas usia perkawinan yang Selatan (48,4%), Bangka Belitung (47,9%) dan
diijinkan oleh pasal 7 undang-undang Nomor 1 Sulawesi Tengah (46,3%) (Juhaeriah, 2014:
Tahun 1974 adalah 19 tahun bagi laki-laki dan 109).
16 tahun bagi perempuan. Namun apabila ada Berdasarkan data dari Dinas
penyimpangan dalam pasal ini dapat minta Kependudukan dan Catatan Sipil 2013 angka
dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain kejadian pernikahan usia di bawah 18 tahun di
yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria Jawa Tengah perempuan sebesar 28.010 orang
atau pihak wanita. atau sebesar 1,47 persen. Di kota Semarang
United Nations International Children's sebagai ibu kota Jawa Tengah angka kejadian
Emergency Fund (UNICEF) di negara Mali pernikahan remaja usia di bawah 18 tahun

54
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)

masih relatif tinggi. Dari bulan Juni 2012 sebanyak 2 kelas dan kelas XII sebanyak 2 kelas.
sampai bulan September 2013 tercatat ada 696 SMA Setia Budhi juga memiliki ruang konseling
pernikahan yang berlangsung dan 381 atau 55 bagi siswa dan UKS, namun sarana dan
persen menikah pada usia kurang dari 18 prasarana penunjang untuk kegiatan UKS
tahun. masih kurang sehingga kurang maksimal dalam
Pada dasarnya remaja usia di bawah 18 pelaksanaan kegiatan dalam usaha kesehatan
tahun masih belum siap dari segi fisik, sekolah. Pemberian materi kesehatan bagi siswa
psikologis dan sosial untuk menikah. Hal ini khususnya kesehatan reproduksi hanya
dikarenakan tingkat kematangan organ fisik diberikan 1 tahun sekali oleh pihak puskesmas
maupun psikis yang masih belum sempurna atau dinas kesehatan. Menurut hasil wawancara
yang akan menimbulkan masalah seperti dengan guru bimbingan konseling pada tahun
pernikahan yang tidak diinginkan, hubungan 2012 terdapat siswa yang keluar dari sekolah
seksual yang dipaksakan, kehamilan di usia dan diduga siswa tersebut mengalami kehamilan
yang sangat muda, selain itu juga meningkatnya tidak diinginkan.
risiko penularan infeksi HIV, penyakit menular
seksual lainnya, dan kanker leher rahim METODE
(Suryoputro, 2006:31).
Pelaku pernikahan remaja beresiko Penelitian ini menggunakan metode
tinggi terkena infeksi menular seksual Eksperimen Semu (Quasi Experiment Design)
dibandingkan perempuan dewasa. Hal ini dengan rancangan Non Equivalent Control Group.
dikarenakan perempuan dibawah usia 18 tahun Observasi yang dilakukan 2 kali sebelum
masih belum matang dari segi fisik dan fungsi eksperimen dan sesudah eksperimen. Sampel
organ reproduksi sehingga rentan tertular infeksi dalam penelitian ini sebanyak 50 siswa dari
menular seksual melalui luka pada vagina, SMA Setia Budhi, dan dibagi menjadi 2
hymen atau selaput dara dan leher rahim kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok
(Almawaliy, 2010). Resiko lain dari pernikahan control Kriteria yang ditentukan peneliti Siswa
di usia remaja pada saat kehamilan dan dan siswi SMA Setia Budhi Semarang Barat. 1
persalinan. Belum matangnya organ reproduksi tahun terakhir tidak menerima
pada usia di bawah 18 tahun mengakibatkan edukasi/penyuluhan tentang pernikahan dini.
berat badan bayi lahir rendah (BBLR), kematian Berumur antara 16 -18 tahun.
bayi. Ibu usia dibawah 18 tahun memilki resiko Teknik pengambilan data pada penelitian
yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan ini mengunakan kuesioner atau angket yaitu
berat badan lahir rendah, 35% sampai 55% dan teknik pengumpulan data yang dilakukan
60% resiko kematin bayi (Nour, 2009: 51-56). dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
Berdasarkan pada resiko-resiko yang atau pernyataan tertulis kepada responden
dapat timbul akibat dari pernikahan dini untuk dijawab. Pengambilan data dilakukan
tersebut, maka harus ada tindakan pencegahan sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
seperti peningkatan pengetahuan tentang eksperimen dan kontrol. Teknik analisis data
bahaya pernikahan dini bagi remaja usia dalam penelitian ini menggunakan mengunakan
sekolah. Sekolah adalah sebagai perpanjangan uji McNemar dan chi-square (Dahlan, 2011).
tangan keluarga dalam meletakan dasar perilaku
untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk HASIL DAN PEMBAHASAN
perilaku kesehatan.
Menurut studi pendahuluan yang Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa
dilaksanakan bulan April 2014 didapatkan hasil, distribusi responden menurut usia tersebut,
pada tahun ini jumlah siswa SMA Setia Budhi diketahui bahwa pada kelompok eksperimen
sebanyak 176 siswa terbagi diantara 6 kelas dan kelompok kontrol yang terbanyak adalah
yaitu kelas X sebanyak 2 kelas, kelas XI pada usia 16 tahun, yaitu pada kelompok

55
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)

Tabel 1. Distribusi responden menurut usia


Kelompok
Usia Eksperimen Kontrol Jumlah %
Jumlah % Jumlah %
16 tahun 15 60 18 72 33 66
17 tahun 10 40 7 38 17 44
Jumlah 25 100 25 100 50 100

eksperimen sebanyak 15 responden (60%) dan perbedaan bermakna antara pengetahuan


pada kelompok kontrol sebanyak 18 responden sebelum dan sesudah pemutaran film Mancur.
72%. Hasil dari uji statistik tingkat
Perbedaan pengetahuan anatara pengetahuan dan sikap pada kelompok
kelompok eksperimen dan control sebelum dan eksperimen terdapat perbedaan bermakana
sesudah di berikan intervensi. Pada kelompok antara sebelum dan setelah diberikan intervensi
eksperimen diberikan intervensi pemutaran Film berupa pemutaran film mancur. Hasil ini sama
Mancur dan kelompok kontol diberikan dengan hasil penelitian Umi Haniatus Syafiatul
ceramah tentang pernikahan dini. Menurut A yang menyatakan bahwa media film efektif
Sopiudin Dahlan, apabila data yang tersedia dalam meningkatkan pengetahuan.
berskala ordinal, dan sampel tidak berpasangan Media film adalah alat yang dapat dilihat
maka uji yang digunakan adalah Mann- dan didengar sehingga mempermudah penyuluh
Whitney. Mann-Whitney digunakan sebagai dalam menyampaikan materi, peningkatan
perbandingan untuk mengetahui apakah ada minat sisiwa saat penyuluhan karena
perbedaan pengetahuan tentang pernikahan dini penyampaian materi dengan mengunakan
pada siswa sebelum dilakukan intervensi yang media, motivasi siswa meningkat karena
berbeda pada masing-masing kelompok. Dasar mengambarkan kejadian secara real dari
pengambilan keputusan yang digunakan adalah masalah yang dialami. Media film Mancur
berdasarkan probabilitas, jika probabilitas >0,05 merupakan salah satu media pendidikan
maka Ho diterima (tidak ada perbedaan), kesehatan yang efektif dalam meningkatkan
sebaliknya jika probabilitas <0,05 maka Ho pengetahuan tentang pernikahan dini,
ditolak (ada perbedaan). dikarenakan didalamnya dibuat sedemikian
Perbedaan antara nilai pretest dan rupa agar dapat mengambarkan kehidupan
posttest pengetahuan pada kelompok pelaku pernikahan dini secara riil dan mudah
eksperimen diketahui berdasarkan hasil uji untuk dimengerti bagi para remaja. Menurut
statistik dengan Wilcoxon. Pada uji Wilcoxon, Teguh Trianton (2013), Media audio visual
data dikatakan ada perbedaan anatar nilai seperti film atau TV adalah alat yang dapat
pretest dan posttest apabila nilai p <0,05. dilihat dan didengar yang dipakai dalam proses
Setelah dilakukan pengujian, diperoleh nilai p pembelajaran dengan maksud untuk membuat
value = 0,000 yang berarti yang berarti < 0,05. cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien.
Artinya, terdapat perbedaan bermakna antara Media film dapat dijadikan sarana alternatif
pengetahuan sebelum dan sesudah pemutaran dalam mengoptimalkan proses pembelajaran,
film Mancur. dikarenakan beberapa aspek antara lain : mudah
Perbedaan antara nilai pretest dan dipahami karena mengambarkan realita secara
posttest sikap pada kelompok eksperimen langsung, lebih menarik dan tidak
berdasarkan hasil uji statistik dengan Wilcoxon membosankan (Haryoko, 2009).
menunjukan adanya perbedaan sikap tentang Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh
pernikahan dini sebelum dan sesudah Soekidjo Notoatmodjo (2003: 108), alat bantu
pemutaran film Mancur diperoleh nilai p value atau peraga atau media pendidikan adalah alat-
= 0,001 yang berarti <0,05. Artinya, terdapat alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan bahan pendidikan atau

56
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)

pengajarannya. Keuntungan penggunaan media disuluhnya, sehingga nampak terlihat tidak


adalah sebagai berikut: (1) menimbulkan minat menarik, pelajaran berjalan membosankan dan
sasaran pendidikan; (2) mencapai sasaran yang siswa-siswa menjadi pasif, karena tidak
lebih banyak; (3) membantu dalam mengatasi berkesempatan untuk menemukan sendiri oleh
bannyak hambatan dalam pemahaman; (4) konsep yang diajarkan. Siswa hanya aktif
merangsang sasaran pendidikan untuk membuat catatan saja, kepadatan konsep-
meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada konsep yang diberikan dapat berakibat siswa
orang lain; (5) mempermudah penyampaian tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan,
bahan pendidikan atau informasi oleh pendidik; pengetahuan yang diperoleh melaui ceramah
(6) mempermudah penerimaan informasi oleh lebih cepat terlupakan, ceramah menyebabkan
sasaran pendidikan; (7) mendorong keinginan belajar siswa menjadi “Belajar Menghafal” yang
orang untuk mengetahui, kemudian lebih tidak mengakibatkan timbulnya pengertian,
mendalami dan akhirnya mendapatkan guru tidak dapat mengetahui sejauh mana siswa
pengertian yang lebih baik; (8) membantu telah mengerti (memahami) yang telah
menegakkan pengertian yang diperoleh dibicarakan (Sandika, 2012).
(Soekidjo, 2003, 110). Hasil penelitian didapatkan bahwa
Perbedaan antara nilai pretest dan sebelum dilakukan intervensi pada kelompok
posttest pada kelompok kontrol diketahui eksperimen sebanyak 20 responden (80%)
berdasarkan hasil uji statistik dengan Wilcoxon. mempunyai pengetahuan buruk tentang
Pada uji Wilcoxon, data dikatakan ada pernikahan dini, 5 responden (20%) mempunyai
perbedaan anatar nilai pretest dan posttest pengetahuan baik tentang pernikahan dini.
apabila nilai p <0,05. Setelah dilakukan Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum
pengujian, diperoleh nilai p value 0,157 > 0,05 dilakukan intervensi yang berbeda dengan
berarti tidak ada perbedaan yang bermakna kelompok eksperimen didapat sebanyak 23
tingkat pengetahuan tentang pernikahan dini responden (92%) mempunyai pengetahuan
sebelum dan sesudah pemberian materi melalui buruk tentang pernikahan dini dan sebanyak 2
metode ceramah responden (8%) mempunyai pengetahuan baik
Berdasarkan hasil uji statistik dengan tentang pernikahan dini.
Wilcoxon menunjukan adanya perbedaan sikap Hasil yang berbeda diperlihatkan bahwa
tentang pernikahan dini sebelum dan sesudah sesudah dilakukan intervensi pada kelompok
pemutaran film Mancur diperoleh nilai p value eksperimen sebanyak 25 responden (100%)
0,157 >0,05 berarti tidak ada perbedaan yang mempunyai pengetahuan baik tentang
bermakna sikap tentang pernikahan dini pernikahan dini. Sedangkan pada kelompok
sebelum dan sesudah pemberian materi melalui kontrol sesudah dilakukan intervensi yang
metode ceramah. berbeda dengan kelompok eksperimen didapat
Berdasarkan analisis, diperoleh hasil sebanyak 21 responden (84%) mempunyai
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pengetahuan buruk tentang pernikahan dini dan
antara pengetahuan pretest dan posttest pada sebanyak 4 responden (16%) mempunyai
kontrol. Hal ini mungkin disebabkan karena pengetahuan baik tentang pernikahan dini.
pada kelompok kontrol tersebut tidak diberikan Berdasarkan pada uji statistik Mann-
intervensi berupa penyuluhan menggunakan Whiteney, kedua kelompok berangkat pada
media film melainkan ceramah. Hal ini tinggat pengetahuan yang sama hal ini dilihat
dikarenakan metode ceramah hanya dari nilai p value kedua kelompok yaitu 0,226 >
menyampaikan materi secara lisan tanpa alat 0,05 sehingga Ho diterima atau tidak ada
bantu media. Metode pendidikan kesehatan perbedaan yang bermakna tingkat pengetahuan
berupa ceramah mempunyai kelemahan- sebelum dilakukan intervensi. Sedangkan
kelemahan yaitu kurang adanya umpan balik setelah dilakukan intervensi pada masing
antara penyuluh dengan peserta yang masing kelompok, didapatkan nilai p value

57
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)

kedua kelompok yaitu 0,000 < 0,005 sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap
Ho ditolak atau ada perbedaan yang bermakna perilaku. Dengan kata lain, adanya promosi
tingkat pengetahuan setelah intervensi pada tersebut diharapkan dapat membawa akibat
masing-masing kelompok. terhadap perubahan perilaku sasaran.
Hasil penelitian didapatkan bahwa Dipilihnya film sebagai media belajar
sebelum dilakukan intervensi pada kelompok dikarenakan film memiliki nilai strategis dalam
eksperimen sebanyak 11 responden (44%) menyampaikan pesan. Ada beberapa faktor
mempunyai sikap buruk tentang pernikahan yang menjadikan film sebagai media belajar
dini, 14 responden (56%) mempunyai sikap baik yang efektif. 1) Film mampu mengatasi
tentang pernikahan dini. Sedangkan pada keterbatasan jarak dan waktu; 2) Film mampu
kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi mengambarkan peristiwa-peristiwa masalalu
yang berbeda dengan kelompok eksperimen secara realistis; 3) Film dapat membawa
didapat sebanyak 14 responden (56%) penonton dari satu tempat ketempat lain atau
mempunyai sikap buruk tentang pernikahan dari masa yang satu kemasa yang lain; 4) Pesan
dini dan sebanyak 11 responden (44%) yang disampaikan cepat dan mudah diingat; 5)
mempunyai sikap baik tentang pernikahan dini. Film dapat mengembangkan pikiran dan
Hasil yang berbeda diperlihatkan bahwa gagasan siswa, mengembangkan imajinasi siswa
sesudah dilakukan intervensi pada kelompok dan memperjelas hal-hal yan abstrak dengan
eksperimen sebanyak 25 responden (100%) gambaran yang lebih realistic; 6) Film sangat
mempunyai sikap baik tentang pernikahan dini, mempengaruhi emosi seseorang; 7) Film sangat
sedangkan pada kelompok kontrol sesudah baik untuk menjelaskan suatu proses dan
dilakukan intervensi yang berbeda dengan menjelaskan suatu keterampilan dan semua
kelompok eksperimen didapat sebanyak 12 siswa dapat belajar dari film karena mampu
responden (48%) mempunyai sikap buruk menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
tentang pernikahan dini dan sebanyak 13 (Trianton, 2013:59).
responden (52%) mempunyai sikap baik tentang Sedangkan dipilihnya metode ceramah
pernikahan dini. sebagai pembanding karena metode ceramah
Berdasarkan pada uji statistik Mann- adalah metode yang masih banyak digunakan
Whiteney, kedua kelompok berangkat pada oleh para pendidik. Ceramah merupakan salah
tinggat pengetahuan yang sama hal ini dilihat satu metode mengajar yang paling banyak
dari nilai p value kedua kelompok yaitu 0,321 > digunakan dalam proses belajar mengajar.
0,05 sehingga Ho diterima atau tidak ada Metode ini dilakukan dengan cara
perbedaan yang bermakna sikap tentang menyampaikan materi pelajaran kepada peserta
pernikahan dini sebelum dilakukan intervensi. didik secara langsung atau dengan cara lisan.
Sedangkan setelah dilakukan intervensi pada Penggunaan metode ini sifatnya sangat praktis
masing masing kelompok, didapatkan nilai p dan efisien bagi pemberian pengajaran yang
value kedua kelompok yaitu 0,000 < 0,005 bahannya bahannya banyak dan mempunyai
sehingga Ho ditolak atau ada perbedaan yang peserta didik yang banyak.
bermakna sikap tentang pernikahan dini setelah Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
intervensi pada masing-masing kelompok. menunjukan bahwa penggunaan media film
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan
adalah suatu kegiatan atau usaha dan sikap pada remaja usia dibawah 18 tahun.
menyampaikan pesan kesehatan kepada Pengetahuan dan sikap yang meningkat
masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan diharapkan dapat memberikan perubahan
adanya pesan tersebut maka diharapkan perilaku dan mencegah terjadinya pernikahan
masyarakat, kelompok, atau individu dapat dini pada remaja usia dibawah 18 tahun
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya

58
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)

SIMPULAN Almawaliy Hafidzoh, 2010, Fokus Edisi 30 : Kesehatan


Reproduksi Remaja (KRR) ; Perhatian Besar bagi
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Islam.
http://www.rahima.or.id/index.php?option=
efektifitas media film mancur sebagai peningkat
com_content&view=article&id=547:fokus-
pengetahuan dan sikap tentang pernikahan dini
edisi-30--kesehatan-reproduksi-remaja-krr--
pada remaja di SMA Setia Budhi Semarang perhatian-besar-bagi-islam&catid=32:fokus-
dapat di simpulkan bahwa : suara-rahima&Itemid=47
Penyuluhan dengan menggunakan media Bintarawati Pepti Kumala, 2011, Efektifitas Media
film mancur efektif dalam meningkatkan Film Sebagai Upaya Peningkatan Inisiasi
pengetahuan dan sikap tentang pernikahan dini Menyusui Dini (IMD), diakses taggal 13
pada remaja di SMA Setia Budhi Semarang. januari 2014.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukan (http://lib.unnes.ac.id/2706/1/3476.pdf)
Dahlan, Sopiyudin M, 2011, Statistik untuk Kedokteran
adanya perbedaan tingkat pengetahuan tentang
dan Kesehatan, Jakarta: Salemba Medika
pernikahan dini sebelum dan sesudah
Haryoko, sapto, 2009, Efektifitas Pemanfaatan Media
pemutaran film Mancur diperoleh nilai p value = Audio-Visual Sebagai Alternatif Optimalisasi
0,000 yang berarti < 0,05. Artinya, terdapat Model Pembelajaran, jurnal edukasi@elektro
perbedaan bermakna antara pengetahuan vol. 5, No. 1, maret 2009, hlm 1-10.
sebelum dan sesudah pemutaran film Mancur. Juhaeriah Juju dkk, 2014, Hubungan Usia Pernikahan
Sikap berdasarkan hasil uji statistik menunjukan (16 – 20 Tahun) dengan Konsep Diri pada Remaja
adanya perbedaan sikap tentang pernikahan dini Wanita di Desa Langensari Wilayah Kerja
Puskesmas Blanakan Kecamatan Blanakan
sebelum dan sesudah pemutaran film Mancur
Kabupaten Subang, Jurnal Kesehatan Priangan,
diperoleh nilai p value = 0,001 yang berarti <
Volume 1 No. 3 ( September 2014):107-182
0,05. Artinya, terdapat perbedaan bermakna
Lestary heny, sugiharti, 2007, Perilaku Berisiko Remaja
antara pengetahuan sebelum dan sesudah Indonesia Menurut Survey Kesehatan Reproduksi
pemutaran film Mancur. Remaja Indonesia (SKRRI) Tahun 2007, Jurnal
Kesehatan Reproduksi vol 1 No 3, Agustus
2011 : 136-144.
UCAPAN TERIMA KASIH Nour, NM, 2009, Child Marriage: A Silent Health and
Human Right Issue, Women’s Health in the
Developing World, Volume 2, No. 1, 2009, hlm.
Ucapan terima kasih kami tunjukkan kepada
51-56.
Kepala Kesbang Polinmas Kota Semarang,
Supriati Euis, Fikawati Sandra, 2008, Efek Paparan
Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang dan Pornografi pada Remaja Smp Negeri Kota
Kepala SMA Setia Budhi Semarang Barat, Pontianak Tahun 2008, Makara, Sosial
Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Ketua Humaniora, vol. 13, no. 1, juli 2009: 48-56
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, dosen Suryoputro Antono, 2006, Faktor-Faktor yang
pembimbing, dosen penguji I, serta dosen Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa
penguji II. dan seluruh responden yang telah Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan
bersedia meluangkan waktunya untuk Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduk,
Makara, Kesehatan, Vol. 10, NO. 1, Juni
memberikan informasi yang dibutuhkan dalam
2006: 29-40
penelitian ini.
Trianton Teguh, 2013, Film Sebagai Media Belajar,
Graha Ilmu, Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA

Syafiatul UH, 2010, Pemutaran film (disertai dengan


ceramah) Untuk meningkatkan Pengetahuan ibu-
ibu pkk Tentang cara mencegah penyakit
leptospirosis. Diakses pada 13 Januari 2014,
(http//lib.unnes.ac.id/4569/1/3370_A.pdf).

59

Anda mungkin juga menyukai