Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Background: The case of early marriage is still relatively high due to the lack of knowledge about the dangers
of early marriage. As prevention, we need to increase the students’ knowledge through learning media during
the teaching learning process. Therefore, this study used Mancur Film as media. The purpose of this study was
to determine the effectiveness of Media Film to enhance knowledge and attitudes about the dangers of early
marriage in Setia Budhi Senior High School Semarang.
Methods: This study used a quasi-experimental design with Non-Equivalent Control Group. The research
sample was 25 on each experimental and control groups. The data collection was in form of pretest and posttest
with 7 days interval.
Results: The results showed that there was significant difference between knowledge and attitudes before and
after the intervention of screening Mancur Film (p value = 0.000 and p knowledge attitude value = 0.001).
There was significant difference between the experimental and control groups after the intervention (p value =
0.000 and p knowledge attitude value = 0.000).
Conclusion: the Mancur Film media improved knowledge and attitudes about early marriage in adolescents at
senior high school Setia Budhi Semarang effectively.
Alamat korespondensi: ISSN 2527-4252
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: rowman.soema@gmail.com
53
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)
54
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)
masih relatif tinggi. Dari bulan Juni 2012 sebanyak 2 kelas dan kelas XII sebanyak 2 kelas.
sampai bulan September 2013 tercatat ada 696 SMA Setia Budhi juga memiliki ruang konseling
pernikahan yang berlangsung dan 381 atau 55 bagi siswa dan UKS, namun sarana dan
persen menikah pada usia kurang dari 18 prasarana penunjang untuk kegiatan UKS
tahun. masih kurang sehingga kurang maksimal dalam
Pada dasarnya remaja usia di bawah 18 pelaksanaan kegiatan dalam usaha kesehatan
tahun masih belum siap dari segi fisik, sekolah. Pemberian materi kesehatan bagi siswa
psikologis dan sosial untuk menikah. Hal ini khususnya kesehatan reproduksi hanya
dikarenakan tingkat kematangan organ fisik diberikan 1 tahun sekali oleh pihak puskesmas
maupun psikis yang masih belum sempurna atau dinas kesehatan. Menurut hasil wawancara
yang akan menimbulkan masalah seperti dengan guru bimbingan konseling pada tahun
pernikahan yang tidak diinginkan, hubungan 2012 terdapat siswa yang keluar dari sekolah
seksual yang dipaksakan, kehamilan di usia dan diduga siswa tersebut mengalami kehamilan
yang sangat muda, selain itu juga meningkatnya tidak diinginkan.
risiko penularan infeksi HIV, penyakit menular
seksual lainnya, dan kanker leher rahim METODE
(Suryoputro, 2006:31).
Pelaku pernikahan remaja beresiko Penelitian ini menggunakan metode
tinggi terkena infeksi menular seksual Eksperimen Semu (Quasi Experiment Design)
dibandingkan perempuan dewasa. Hal ini dengan rancangan Non Equivalent Control Group.
dikarenakan perempuan dibawah usia 18 tahun Observasi yang dilakukan 2 kali sebelum
masih belum matang dari segi fisik dan fungsi eksperimen dan sesudah eksperimen. Sampel
organ reproduksi sehingga rentan tertular infeksi dalam penelitian ini sebanyak 50 siswa dari
menular seksual melalui luka pada vagina, SMA Setia Budhi, dan dibagi menjadi 2
hymen atau selaput dara dan leher rahim kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok
(Almawaliy, 2010). Resiko lain dari pernikahan control Kriteria yang ditentukan peneliti Siswa
di usia remaja pada saat kehamilan dan dan siswi SMA Setia Budhi Semarang Barat. 1
persalinan. Belum matangnya organ reproduksi tahun terakhir tidak menerima
pada usia di bawah 18 tahun mengakibatkan edukasi/penyuluhan tentang pernikahan dini.
berat badan bayi lahir rendah (BBLR), kematian Berumur antara 16 -18 tahun.
bayi. Ibu usia dibawah 18 tahun memilki resiko Teknik pengambilan data pada penelitian
yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan ini mengunakan kuesioner atau angket yaitu
berat badan lahir rendah, 35% sampai 55% dan teknik pengumpulan data yang dilakukan
60% resiko kematin bayi (Nour, 2009: 51-56). dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
Berdasarkan pada resiko-resiko yang atau pernyataan tertulis kepada responden
dapat timbul akibat dari pernikahan dini untuk dijawab. Pengambilan data dilakukan
tersebut, maka harus ada tindakan pencegahan sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
seperti peningkatan pengetahuan tentang eksperimen dan kontrol. Teknik analisis data
bahaya pernikahan dini bagi remaja usia dalam penelitian ini menggunakan mengunakan
sekolah. Sekolah adalah sebagai perpanjangan uji McNemar dan chi-square (Dahlan, 2011).
tangan keluarga dalam meletakan dasar perilaku
untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk HASIL DAN PEMBAHASAN
perilaku kesehatan.
Menurut studi pendahuluan yang Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa
dilaksanakan bulan April 2014 didapatkan hasil, distribusi responden menurut usia tersebut,
pada tahun ini jumlah siswa SMA Setia Budhi diketahui bahwa pada kelompok eksperimen
sebanyak 176 siswa terbagi diantara 6 kelas dan kelompok kontrol yang terbanyak adalah
yaitu kelas X sebanyak 2 kelas, kelas XI pada usia 16 tahun, yaitu pada kelompok
55
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)
56
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)
57
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)
kedua kelompok yaitu 0,000 < 0,005 sehingga diharapkan dapat berpengaruh terhadap
Ho ditolak atau ada perbedaan yang bermakna perilaku. Dengan kata lain, adanya promosi
tingkat pengetahuan setelah intervensi pada tersebut diharapkan dapat membawa akibat
masing-masing kelompok. terhadap perubahan perilaku sasaran.
Hasil penelitian didapatkan bahwa Dipilihnya film sebagai media belajar
sebelum dilakukan intervensi pada kelompok dikarenakan film memiliki nilai strategis dalam
eksperimen sebanyak 11 responden (44%) menyampaikan pesan. Ada beberapa faktor
mempunyai sikap buruk tentang pernikahan yang menjadikan film sebagai media belajar
dini, 14 responden (56%) mempunyai sikap baik yang efektif. 1) Film mampu mengatasi
tentang pernikahan dini. Sedangkan pada keterbatasan jarak dan waktu; 2) Film mampu
kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi mengambarkan peristiwa-peristiwa masalalu
yang berbeda dengan kelompok eksperimen secara realistis; 3) Film dapat membawa
didapat sebanyak 14 responden (56%) penonton dari satu tempat ketempat lain atau
mempunyai sikap buruk tentang pernikahan dari masa yang satu kemasa yang lain; 4) Pesan
dini dan sebanyak 11 responden (44%) yang disampaikan cepat dan mudah diingat; 5)
mempunyai sikap baik tentang pernikahan dini. Film dapat mengembangkan pikiran dan
Hasil yang berbeda diperlihatkan bahwa gagasan siswa, mengembangkan imajinasi siswa
sesudah dilakukan intervensi pada kelompok dan memperjelas hal-hal yan abstrak dengan
eksperimen sebanyak 25 responden (100%) gambaran yang lebih realistic; 6) Film sangat
mempunyai sikap baik tentang pernikahan dini, mempengaruhi emosi seseorang; 7) Film sangat
sedangkan pada kelompok kontrol sesudah baik untuk menjelaskan suatu proses dan
dilakukan intervensi yang berbeda dengan menjelaskan suatu keterampilan dan semua
kelompok eksperimen didapat sebanyak 12 siswa dapat belajar dari film karena mampu
responden (48%) mempunyai sikap buruk menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
tentang pernikahan dini dan sebanyak 13 (Trianton, 2013:59).
responden (52%) mempunyai sikap baik tentang Sedangkan dipilihnya metode ceramah
pernikahan dini. sebagai pembanding karena metode ceramah
Berdasarkan pada uji statistik Mann- adalah metode yang masih banyak digunakan
Whiteney, kedua kelompok berangkat pada oleh para pendidik. Ceramah merupakan salah
tinggat pengetahuan yang sama hal ini dilihat satu metode mengajar yang paling banyak
dari nilai p value kedua kelompok yaitu 0,321 > digunakan dalam proses belajar mengajar.
0,05 sehingga Ho diterima atau tidak ada Metode ini dilakukan dengan cara
perbedaan yang bermakna sikap tentang menyampaikan materi pelajaran kepada peserta
pernikahan dini sebelum dilakukan intervensi. didik secara langsung atau dengan cara lisan.
Sedangkan setelah dilakukan intervensi pada Penggunaan metode ini sifatnya sangat praktis
masing masing kelompok, didapatkan nilai p dan efisien bagi pemberian pengajaran yang
value kedua kelompok yaitu 0,000 < 0,005 bahannya bahannya banyak dan mempunyai
sehingga Ho ditolak atau ada perbedaan yang peserta didik yang banyak.
bermakna sikap tentang pernikahan dini setelah Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
intervensi pada masing-masing kelompok. menunjukan bahwa penggunaan media film
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan
adalah suatu kegiatan atau usaha dan sikap pada remaja usia dibawah 18 tahun.
menyampaikan pesan kesehatan kepada Pengetahuan dan sikap yang meningkat
masyarakat, kelompok, atau individu. Dengan diharapkan dapat memberikan perubahan
adanya pesan tersebut maka diharapkan perilaku dan mencegah terjadinya pernikahan
masyarakat, kelompok, atau individu dapat dini pada remaja usia dibawah 18 tahun
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan
yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya
58
Fatkhur Rohman Kusuma dan Sofwan Indarjo / Journal of Health Education 2 (1) (2017)
59