Anda di halaman 1dari 8

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu : Dr. Sri Sumarni, M.Mid dan Tim

Oleh:

ASTUTI RAHMAWATI

NIM: P1337424423136

PRODI KEBIDANAN SEMARANG DAN PROFESI

PROGRAM SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2023/2024
1. Rencana Judul Penelitian :
Hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja dengan
perilaku seksual pranikah siswa SMKN 2 Wewewa Barat".

2. Latar Belakang:
Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang
usia 10-19 tahun. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun
2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18
tahun.Remaja memiliki karakteristik berupa rasa ingin tahu yang
besar, gemar terhadap tantangan dan selalu ingin mencoba hal hal
yang baru, cenderung berkelompok, masih mencari jati diri, mudah
terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya, serta cenderung
melakukan tindakan tanpa pemikiran yang matang sehingga
permasalahan yang dialami remaja juga khas.Salah satu masalah
yang harus diperhatikan dalam perkembangan remaja adalah
kesehatan reproduksinya yang meliputi sistem, fungsi, dan proses
reproduksi agar selalu sehat.(1)
Masa remaja merupakan suatu periode dimana masa ini menjadi
masa perkembangan manusia atau bisa disebut sebagai masa
peralihan. Masa ini adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak
kemasa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan
psikologis, dan perubahan sosial. Pada umumnya Sebagian besar
masyarakat menyatakan bahwa usia remaja dimulai dari 10-13 tahun
dan berakhir pada usia 18-22 tahun. Untuk umur dalam penelitian ini
yaitu umur 14-18 tahun dimana WHO menyatakan kriteria remaja
menurut menetapkan batas usia sekitar 10 – 20 tahun sebagai
batasan usia remaja, sedangkan berda sarkan Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) remaja
yaitu dikategorikan dalam usia 10-24 tahun dan masih berstatus
lajang.(2)
Masa pubertas adalah masa dimana remaja akan mulai tertarik
untuk memahami tentang organ reproduksi mereka, baik sekunder
maupun primer. Reproduksi sendiri adalah salah satu aspek penting
dalam kehidupan manusia. Reproduksi berkaitan dengan
kemampuan makhluk hidup beregenerasi, khususnya proses
melahirkan keturunan yang terjadi pada manusia. Untuk itu masa-
masa remaja adalah masa dimana pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi menjadi keilmuan yang wajib dimiliki oleh para remaja,
mengetahui tentang kesehatan reproduksi tentu saja akan menjadikan
remaja lebih mengerti dan tahu cara bersikap tentang bagaimana
cara berperilaku terkait dengan organ seks mereka. Kesehatan
reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan social secara
utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi, fungsi
serta prosesnya .(3)
Pengetahuan seksual pranikah remaja adalah ilmu penolong
pemuda dan pemudi ketika mengalami masalah seksual.
Pengatahuan seksual pranikah harus diperoleh dari lingkungan
keluarga (orang tua). Di Indonesia tidak semua orang tua terbuka
terhadap anak di dalam permasalahan seksual.Pengetahuan seksual
pranikah remaja dapat berupa pemahaman sebelum menikah (fungsi
hubungan seksual, akibat seksual pranikah, dan faktor yang
mendorong seksual pranikah). Saat ini ada sekitar 67 juta jiwa
remaja yang ada di Indonesia.Jumlah tersebut sudah melebihi
setengah dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Tantangan
terbesar pada negara Indonesia adalah seksual pranikah,
pernikahan dini, kehamilan,human immunodeficiency virus, acquired
immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) dan Narkotika,
Psikoktropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) pada remaja .
Perilaku seksual pada remaja dipengaruhi oleh banyak hal, selain
darifaktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor
kebudayaan,media massa, pengalaman pribadi, lembaga
pendidikan, Lembaga agama dan emosi dari dalam individu. Perilaku
seksual pada remaja bisa berwujud positif ataupun negatif, perilaku
positif kecenderungan tindakan adalah menghindari seksual pranikah
sedangkan perilaku negatif kecenderungan tindakan adalah
mendukung seksual pranikah pada remaja.(2)
Fertiliitas remaja adalah kehamilan pada usia < 19 tahun,
termasuk telah melahirkan anak hidup, aborsi, lahir mati dan
keguguran. Fertilitas usia remaja Tahun 2019 di Indonesia
berdasarkan data world bank sebesar 46 kelahiran per 1000 wanita
usia 15-19 tahun. Angka ini hampir sama saja dengan 22 tahun
sebelumnya di Tahun 1997 yakni sebesar 48 kelahiran per 1000
wanita usia 15-19 tahun. Hal ini menunjukkan upaya untuk menekan
angka fertilitas usia remaja masih stagnant.(4)
Berbagai konsekuensi negatif yang dimulai dari terjadinya fertilitas
remaja baik dampak kesehatan, sosial dan ekonomi. Diantaranya
risiko kesakitan dan kematian ibu pada ibu remaja, perilaku aborsi
yang tidak aman, bayi dengan berat badan lahir rendah dan angka
kematian bayi . Selanjutnya wanita yang melahirkan selama masa
remaja bernasib lebih buruk daripada wanita yang menunda menjadi
ibu hanya beberapa tahun diantaranya kualitas pekerjaan wanita,
kualitas pekerjaan pasangan, ketidakstabilan pasar pernikahan,
viktimisasi kekerasan dalam rumah tangga yang parah, dan bagian
dari anak-anak yang meninggal .(4)
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,
mental, dan sosial secara utuh tidak semata- mata bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan dengan sistem
reproduksi, fungsi dan prosesnya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kesehatan reproduksi adalah perilaku. Perilaku
berpacaran dan kemudahan akses terhadap media massa khususnya
internet merupakan faktor-faktor penyebab remaja melakukan seks
pranikah. Remaja juga akan lebih mudah terpapar pornografi dan
pornoaksi yang kemudian berdampak pada perilaku seksual pranikah
yang bisa menimbulkan masalah kesehatan reproduksi seperti
penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan.(2)
Tujuan kesehatan reproduksi menurut peraturan Pemerintah
Nomor 61 tahun 2014 tentng kesehatan reproduksi yang menjamin
setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi
yang bermutu, aman dan dapat dipertanggung jawabkan, dimana
peraturan ini juga menjamin kesehatan perempuan dalam usia
reproduksi sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat,
berkualitas yang nantinya berdampak pada penurunan angka
kematian ibu.(2)Temuan tersebut juga mengaitkan perilaku
berpacaran hingga mencium sebagai faktor yang berpotensi
meningkatkan kemungkinan terjadinya hubungan seksual (5)
Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017
tingkat nasioanal menunjukan presentase seksual pranikah pada
remaja yaitu laki-laki 11,5% dan 2,3% dan hasil SDKI tahun 2017
menunjukan beberapa pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi yang relative masih rendah. Remaja perempuan yang
tidak tahu tentang perubahan fisiknya sebanyak 13,3%. Mendekati
sebagian remaja perempuan dengan jumlah (47,9%) tidak
mengetahui kapan tepatnya masa suburnya. Sebaliknya juga
datangnya dari survei yang sama yaitu pengetahuan dari responden
laki-laki yang mengetahui masa subur perempuan lebih tinggi 32,3%
dibanding dengan responden remaja perempuan 29%. Pengetahuan
remaja laki- laki tentang mimpi basah lebih tinggi 24,4%
dibandingkan dengan remaja perempuan 16,8%. Sedangkan
pengetahuan remaja laki-laki tentang menstruasi lebih rendah 33.7%
dibandingkan dengan remaja perempuan 76,2%. Menurut pusat data
dan informasi Kemenkes 2016 menunjukan remaja laki-laki 79,6%
dan remaja perempuan 71,6% pernah berpegangan tangan, remaja
perempuan 6,2% pernah meraba atau merangsang pasangannya,
remaja laki-laki 48,1% remaja perempuan 29,3% perna berciuman.(2)
Berdasarkan data yang dilihat bahwa perbedaan pengetahuan
dari remaja laki-laki dan perempuan mempengaruhi tingkat perilaku
seksual remaja sehingga cukup berisiko mempengaruhi kesehatan
reproduksi.Hasil penelitian dari Kumalsari, juga menunjukan bahwa
siswa yang melakukan perilaku seksual pranikah pada remaja
adalah siswa yang berpengetahuan baik. Hasil penelitian ini
menunjukan terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
perilaku seksual pranikah pada remaja. Perbandingan hasil
penelitian ini bisa dikatakan bahwa pengetahuan tidak menjamin
adanya perilaku seksual pranikah pada remaja begitu juga
sebaliknya. (2)
Secara global, jumlah penduduk usia muda 15-24 tahun yaitu 1.2
millyar, atau 16% dari populasi global. Remaja di Asia Tenggara dan
Asia Timur mencapai 307 juta. Selanjutnya, pada remaja usia 15-19
tahun, sekitar 90% tinggal di negara berpenghasilan rendah dan
menengah, yang juga dengan beban tingkat fertilitas remaja yang
tinggi. Fertilitas remaja usia 15-19 tahun yang tinggi tersebut 90%
terjadi pada ikatan perkawinan dan status kuintil ekonomi terendah .
(4)
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2017, menemukan bahwa 8,3% remaja laki-laki dan 2% remaja
perempuan telah melakukan hubungan seks pranikah. Hubungan
seksual terbanyak dilakukan oleh remaja pria yang berusia 20-24
tahun sebesar 14% dan pada usia 15-19 tahun sebesar 4%. Hampir
80% responden pernah berpegangan tangan, 48,2% remaja laki-laki
dan 29,4% remaja perempuan pernah berciuman, serta 29,5%
remaja laki-laki dan 6,2% remaja perempuan pernah saling
merangsang. Survei juga menemukan bahwa perilaku berpacaran
sampai pada tahap ciuman berpotensi melakukan hubungan
seksual. Kehamilan tidak diinginkan dilaporkan oleh 12% wanita dan
7% pria yang pasangannya mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan. Dilihat dari kelompok umur 15-19 dua kali lebih besar
(16%) dibandingkan kelompok umur 20-24 (8%).(5) Persentase
penyakit menular seksual yaitu HIV untuk kelompok remaja umur 15-
19 tahun sebesar 3,6% sedangkan kelompok umur 20-24 sebesar
17,1%. Persentase AIDS yang dilaporkan menurut kelompok umur
pada tahun 2017 yaitu, pada umur 15-19 tahun sebesar 2,3% dan
kelompok umur 20- 29 sebesar 29,5%.(2)
Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi
untuk memasuki masa dewasa. Remaja adalah suatu fase tumbuh
kembang yang dinamis dalam kehidupan, merupakan periode
transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai
percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial
.Remaja merupakan bagian dari penduduk dunia berskala kecil
namun berdampak besar pada masa depan dunia .Pada masa ini
mereka mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga
mengakibatkan mereka memiliki rasa keingintahuan yang besar
dalam berbagai hal tanpa mencerna terlebih dahulu informasi yang
mereka dapat. Salah satu hal negatif yang menjadi permasalahan
remaja adalah perilaku seksual remaja .(6)
Kesehatan Reproduksi sangat penting sekali bagi kita
terutama bagi remaja, dikarenakan kesehatan reproduksi sangat
berperan penting terhadap perilaku seks pra nikah. tetapi anak-
anak remaja sering kali tidak mempedulikan kesehatan reproduksi,
dan akhirnya perilaku seks meningkat dengan pesat di kalangan
remaja. menyatakan bahwa remaja di negara berkembang, rata-
rata melakukan hubungan seksual (sexual intercourse) pertama
kali di bawah usia 13 tahun. Ini berdampak pada 60% insiden
kehamilan tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Disamping itu,
World Health Organization .menyampaikan bahwa setengah dari
insiden global infeksi HIV terjadi pada kelompok usia di bawah 25
tahun. Maka dari itu pengetahuan tentang reproduksi sangat
penting sekali ditanamkan sejak dini agar perilaku seks tidak
menyimpang dan disinilah peran pendidikan jasmani yaitu
mengajarkan dan mendidik secara fisik, mental, sosial untuk
menjadi penggerak dan pelaksana pembangunan.(7)
Menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO), pendidikan kesehatan reproduksi adalah
sebuah pendidikan yang dikembangkan dengan pendekatan yang
sesuai dengan usia, peka budaya dan komprehensif yang
mencakup program yang memuat informasi ilmiah akurat, realistis
dan tidak bersifat menghakimi. Pendidikan kesehatan reproduksi
yang komprehensif memberikan kesempatan bagi remaja untuk
megeksplorasi nilai-nilai dan sikap diri serta melatih kemampuan
pengambilan keputusan, komunikasi dan keterampilan penekanan
resiko di semua aspek seksualitas.(7)
Salah satu indicator yang menggambarkan status Kesehatan ibu
adalah dengan melihat Angka kematian ibu (AKI).Target
menurunkan AKI pada tahun 2030 yaitu 70 per100.000 kelahiran
hidup merupakan salah satu pembangunan Kesehatan melalui
substainable development Goal (SDGs). Tingginya angka kematian
ibu masih merupakan masalah serius di negara berkembang
termasuk di Indonesia. Tingginya AKI disebabkan oleh komplikasi
kehamilan, persalinan, nifas dan segala intervensi dan penanganan
yang tidak tepat dari komplikasi yang ada (8)
Program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) adalah
salah satu program dari BKKBN untuk meningkatkan pengetahuan
remaja dengan memberikan informasi mengenai kesehatan
reproduksi. PIK-R adalah suatu wadah kegiatan program
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) yang dikelola dari, oleh dan
untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling
tentang KRR. Tujuan dari program PIK-R adalah membantu remaja
agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku
kehidupan reproduksi yang sehat. Program PIK-R diharapkan dapat
membantu remaja mencapai tugas pertumbuhan dan
perkembangan pribadi (pertumbuhan fisik, mental, emosional, dan
spiritual) dan perkembangan sosial (melanjutkan sekolah, mencari
pekerjaan, memulai kehidupan berkeluarga, menjadi anggota
masyarakat, mempraktekkan hidup sehat.(1)
Hasil survey Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
dan On Track Media Indonesia (OTMI) menemukan bahwa sekitar
29% hingga 31% remaja di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah
berhubungan seksual pranikah (Junita, 2015). Berdasarkan data
survei Pusat Informasi dan Konseling yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kota Kupang tahun 2017 bekerja sama dengan BKKBN
Provinsi Nusa Tenggara Timur, diketahui bahwa presentasi untuk
pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di Kota Kupang
adalah 34%, persentasi untuk perilaku seksual pranikah adalah 27%
dan kehamilan dini di luar nikah dengan persentase 33%. Mengatasi
masalah ini, BKKBN melakukan intervensi dengan membuat
program Pusat Informasi dan Konseling (PIK) di sekolah-sekolah.(1)
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul "Hubungan pengetahuan
kesehatan reproduksi remaja dengan perilaku seksual pranikah
siswa SMKN 2 Wewewa Barat".
3. Tujuan Penelitian:
1. Mengidentifikasi pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di
SMKN 2 Wewewa Barat.
2. Mengidentifikasi perilaku seksual pranikah remaja di SMKN 2
Wewewa Barat.
3. Menganalisa hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi
remaja dengan perilaku seksual pranikah siswa SMKN 2 Wewewa
Barat.

4. Rumusan Masalah:
Bagaimana tingkat pengetahuan remaja di SMKN 2 Wewewa Barat
terkait dengan perilaku seksual pranikah?. Apakah ada faktor-faktor
lain yang memengaruhi perilaku seksual pranikah remaja di sekolah
tersebut?
Daftar Pustaka

1. Demon BP, Hinga IAT, Sir AB. Gambaran Perilaku Kesehatan Reproduksi
pada Siswa SMA di Kota Kupang Tahun 2019. Lontar J Community Heal.
2019;1(2):66–75.

2. Sahae E, Tucunan AAT, Kolibu FK. Relationship Between Knowledge of


Reproductive Health and Premarital Sexual Behavior in Adolescents at
SMK Negeri 1 Tagulandang Utara, Sitaro Regency. J KESMAS.
2021;10(1):153–64.

3. Amarseto B, Ariyanti L. Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang


Kesehatan Reproduksi Dengan Tingkat Kecemasan Pada Remaja Di
Desa Pandean Kabupaten Sukoharjo Tahun 2017. J Farm (Journal
Pharmacy). 2019;7(1, Oktober):33–6.

4. Humang RI, Haerana BT, Yanti YD. Faktor Determinan Fertilitas Remaja
di Provinsi Nusa Tenggara Timur. J Bidan Cerdas. 2021;3(4):146–58.

5. BPS. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017 BUKU REMAJA.


2018;405.

6. Yenni Fitri Wahyuni, Aida Fitriani, Fatiyani, Serlis Mawarni. Hubungan


Pengetahuan dan Sikap Remaja dengan Perilaku Seks Pranikah di Desa
Kampung Jawa Lama Kota Lhokseumawe. Media Inf. 2023;19(1):90–6.

7. Prianbodo B, Tahki K, Nurulfa R. Hubungan Pengetahuan Kesehatan


Reproduksi dengan Perilaku Seks Pranikah pada Siswa Kelas 9 MTS. J
Pendidik Jasm dan Adapt [Internet]. 2021;04(1):1–8. Available from:
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpja/article/view/18980/10621

8. Rahayu T, Wahyuni S, Destinarista H. Paket Mom and Baby Love dalam


Upaya Meningkatkan Kesiapan Ibu Berperan menjadi Orang Tua di
Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Semarang melihat Angka
kematian ibu ( AKI ). Target menurunkan AKI pada tahun 2030 yaitu 70
per sebagai salah satu upaya yang d. 2020;312–27.

Anda mungkin juga menyukai