Anda di halaman 1dari 32

Seks Usia Dini dan Kesehatan Reproduksi

ISHAK MANGILI 0515171 PEMBIMBING : dr. DANI

PENDAHULUAN
Seksualitas pada usia remaja mengacu pada perasaan seksual, perilaku, dan perkembangan pada seorang remaja dan merupakan bagian dari tahapan perkembangan kehidupan manusia. Perilaku seksual pada remaja terpengaruh pada kebudayaan, norma, orientasi seksual.

Perilaku seks Berdasarkan data yang dihimpun PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) tahun 2009 menunjukkan 22,6% remaja termasuk penganut seks bebas. Kisaran umur pertama kali melakukan hubungan seks pada umur 13-18 tahun 16% tidak menggunakan alat kontrasepsi 85% dilakukan dirumah sendiri.

Perilaku seks usia dini tanpa didukung pengetahuan kesehatan organ reproduksi penyakit menular seksual (PMS), resiko terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) karsinoma serviks dapat mengganggu kesehatan organ reproduksi reproduksi jangka panjang.

Untuk mencegah dampak buruk yang dapat terjadi, sejak tahun 2005, pemerintah Indonesia telah menyusun strategi nasional kesehatan remaja yang memiliki visi yaitu remaja Indonesia sehat fisik, mental dan sosial serta tinggal di lingkungan yang aman yang mendukung pertumbuhan dan perkembangannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Remaja
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai tahapan perkembangan sejak munculnya karakteristik seks sekunder menuju maturitas seksual dan organ reproduksi, proses perkembangan mental dan identitas dan transisi dari ketergantungan sosioekonomi menuju kemandirian relatif

Pandangan Tradisi dan kultur menarche berarti secara seksual menjadi dewasa. Informasi yang berhubungan dengan hal-hal seksualitas seringkali biasanya diberikan oleh seorang ibu kepada anak perempuannya terutama ketika anak perempuannya mengalami haid pertama, tetapi setelahnya tidak ada pembahasan tentang seksualitas di dalam keluarga

Pandangan Tradisi dan kultur Keperawanan merupakan sebuah symbol moralitas, karena merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah pernikahan. Kegagalan membuktikan keperawanan (biasanya adanya darah saat malam pertama) dapat menyebabkan kegagalan pernikahan.

Tantangan Remaja Pada tahun 2008 Badan Pusat Statistik mencatat ,populasi anak remaja di Indonesia mencapai tidak kurang dari 43,6 juta jiwa atau sekitar 19,64% dari total jumlah penduduk Indonesia. HIV/AIDS, PMS, NAPZA

Perkembangan Remaja
munculnya ciri-ciri kelamin sekunder, peningkatan pertumbuhan, dan perubahan hormonal.

masalah-masalah kompleks yang sering di hadapi remaja Masalah seksualitas menyangkut masalah pokok yakni seks pra nikah, Berdasarkan Survey Kesehatan Repoduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2002-2003) didapatkan bahwa remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun (perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%), sedangkan usia 20-24 tahun (perempuan 48,6%,laki-laki 46,5%).

Menurut survey yang dilakukan oleh Komnas Perlindungn Anak di 33 provinsi pada Januari s/d Juni 2008 menyimpulkan 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno, 93,7% remaja SMP dan SMA pernah berciuman, genital stimulation, oral seks 62,7% remaja SMP tidak perawan, 4) 21,2% remaja mengaku penah aborsi.

Faktor yang paling mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seksual (3x lebih besar) adalah : Teman sebaya/pacar Mempunyai teman yang setuju dengan hubungan seks pra nikah Mempunyai teman yang mempengaruhi untuk melakukan seks pra-nikah.

Kehamilan dan Pernikahan Usia Muda Anatomi tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi anak perempuan berusia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun, sementara risiko ini meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 15-19 tahun.

Aborsi
Berdasarkan data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI, Rakyat Merdeka, Tahun 2006) yang merujuk pada data Terry Hull dkk. (1993) dan Utomo dkk. (2001) didapatkan bahwa 2,5 juta perempuan pernah melakukan aborsi per tahun, 27% (sekitar 700 ribu) dilakukan oleh remaja, dan sebagian besar dilakukan secara tidak aman. Sekitar 30-35% aborsi ini adalah penyumbang kematian ibu (307/100 ribu kelahiran) tercatat bahwa Angka Kematian Ibu di Indonesia adalah 10 kali lebih besar dari Singapura.

Narkoba HIV/AIDS Mudanya usia saat melakukan hubungan seksual pertama kali juga meningkatkan risiko penyakit menular seksual dan penularan infeksi HIV. HIV dan AIDS ini dapat menular lewat hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, dan ibu hamil kepada anaknya. HIV dan AIDS ini sangatlah mempengaruhi kehidupan penderitanya,bahkan merubahnya secara total.

Survei Depkes tahun 1995/1996 pada remaja 13-19 tahun di Jawa Barat dan Bali didapatkan angka 7% dan 5% kehamilan pada remaja. Data tentang kehamilan tidak dikehendaki (KTD) dari beberapa sumber ada!ah: 61% pada usia 1519 tahun (N=1310, SDKI oleh Pradono 1997), diantaranya sebesar 12,2% (N=98 orang) melakukan pengguguran dimana 7,2% ditolong oleh dokter dan bidan, 10,2% oleh dukun dan 70,4% tanpa pertolongan.

Berdasarkan hasil base-line survey yang dilakukan oleh LDUI di 4 (empat) provinsi (Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung) pada tahun 1999, menunjukkan bahwa: 1. hanya 42% remaja mengatakan HIV tidak ditularkan oleh orang yang tampak sehat; 2. hanya 24% remaja mengetahui tentang IMS; 3. hanya 55% mengetahui tentang proses kehamilan; 4. 53% remaja tidak mengetahui bahwa sekali saja berhubungan dapat mengakibatkan kehamilan;

5. 46% remaja beranggapan bahwa HIV/AIDS bisa disembuhkan; dan 6. 26% remaja mengatakan kondom tidak dapat mencegah HIV/AIDS. 7. 57,1% remaja puteri mengidap anemia (SKRT 1995) 8. 23% remaja kekurangan energi kalori (survay Bali, Jabar, 1995) 9. 74% kebiasaan makan tidak teratur (Survai SMU Surabaya, 1998)

10. 61% kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja usia 15-19 tahun dengan melakukan solusi 12 % dari mereka melakukan aborsi yang dilakukan di: a. dilakukan sendiri 70% b. dilakukan dukun 10% c. tenaga medis 7% 11. hanya 45,1% remaja mempunyai pengetahuan yang baik tentang organ reproduksi, pubertas, menstruasi dan kebersihan diri (FKMUI, 2001) 12. hanya 16% remaja yang mengetahui tentang masa subur (SDKI 1997)

Statistik Hubungan seks pertama kali berdasarkan umur di Amerika Serikat


Premarital Sex First Experience Median age of first premarital sex, by age group Turned 15 in: 1954-63 1964-73 1974-83 1984-93 1994-2003 Age in 2002-03 55-64 45-54 35-44 25-34 15-24 Median age at first premarital sex 20.4 18.6 18.0 17.3 17.6

Data Statistik Pengalaman Seksual Remaja Jakarta terhadap umur

Data Statistik Pengalaman Hubungan Seksual Remaja Jakarta

Distribusi Hubungan Seksual Pertama Kali Terhadap Umur di Jakarta

Hubungan Seks Pertama Kali Terhadap Umur Berdasarkan Status Relasi, Pendidikan dan Jenis Kelamin

SEKS USIA DINI DAN KANKER SERVIKS


Munoz (2003) menyatakan dengan jelas bahwa HVP merupakan penyebab utama kanker serviks. Pada 90,7% sampel penderita kenker serviks ditemukan DNA HPV. Menikah pada usia 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10-12 kali lebih besar daripada mereka yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang wanita benar-benar matang.

Umumnya sel-sel mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel mukosa pada serviks. masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar. Termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bias berubah sifat menjadi kanker.

Penggunaan antiseptik. Kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker. Wanita dengan aktivitas seksual yang tinggi, dan sering berganti-ganti pasangan. Berganti-ganti pasangan akan memungkinkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak dan tidak terkendali sehingga menjadi kanker.

Pencegahan Kanker Serviks


Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda, pernikahan pada usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu melakukan pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom, karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim. Dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat, seperti menjaga kebersihan alat kelamin dan tidak merokok. Memperbanyak makan sayur dan buah segar.

Kebijakan Kesehatan Reproduksi Remaja


1. 2. Pemerintah, masyarakat termasuk remaja wajib menciptakan lingkungan yang kondusif agar remaja dapat berperilaku hidup sehat untuk menjamin kesehatan reproduksinya. Setiap remaja mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang berkualitas termasuk pelayanan informasi dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender. Upaya kesehatan reproduksi remaja harus memberikan manfaat yang sebesarbesarnya untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan remaja dengan disertai upaya pendidikan kesehatan reproduksi yang seimbang. Upaya pendidikan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal, dengan memberdayakan para tenaga pendidik dan pengelola pendidikan pada sistem pendidikan yang ada. Upaya kesehatan remaja harus dilaksanakan secara terkoordinasi dan berkesinambungan melalui prinsip kemitraan dengan pihak-pihak terkait serta harus mampu membangkitkan dan mendorong keterlibatan dan kemandirian remaja.

3.

4.

5.

Strategi Kesehatan Reproduksi. Remaja


1.Pembinaan kesehatan reproduksi remaja disesuaikan dengan kebutuhan proses tumbuh kembang remaja dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif yaitu penundaan usia perkawinan muda dan pencegahan seks pranikah. 2.Pelaksanaan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan terpadu lintas program dan lintas sektor dengan melibatkan sektor swasta serta LSM, yang disesuaikan dengan peran dan kompetensi masing-masing sektor sebagaimana yang telah dirumuskan di dalam Pokja Nasional Komisi Kesehatan Reproduksi. 3.Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui pola intervensi di sekolah mencakup sekolah formal dan non formal dan di luar sekolah dengan memakai pendekatan pendidik sebaya atau peer conselor.

4. Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui penerapan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) atau pendekatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Integratif ditingkat pelayanan dasar yang bercirikanpeduli remaja dengan melibatkan remaja dalam kegiatan secara penuh. 5. Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui integrasi materi KRR ke dalam mata pelajaran yang relevan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler seperti: bimbingan dan konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). 6. Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja di luar sekolah dapat diterapkan melalui berbagai kelompok remaja yang ada di masyarakat seperti karang taruna, Saka Bhakti Husada (SBH), kelompok anak jalanan di rumah singgah, kelompok remaja mesjid/gereja, kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR).

Anda mungkin juga menyukai