64 juta atau 28, 6 % dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta (Proyeksi
Penduduk Indonesia tahun 2000-2005, BPS, Bappenas, UNFPA, 2005 ). Disamping
jumlahnya yang besar, remaja juga mempunyai permasalahan yang sangat
kompleks seiring dengan masa transisi yang dialamai remaja.
Masalah menonjol yang dikalangan remaja misalnya masalah seksualitas (kehamilan
tak diinginkan dan aborsi), terinfeksi Penyakit menular Seksual (PMS), HIV dan
AIDS, penyalahgunaan Napza dan sebagainya.
PIK Remaja adalah salah satu wadah kegiatan program PKBR ( Penyiapan kehidupan
Berkeluarga Bagi Remaja) yang dikelola oleh,dari dan untuk remaja guna
memberikan pelayanan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta
penyiapan kehidupan berkeluarga.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.
Kehidupan remaja merupakan kehidupan yang sangat menentukan bagi kehidupan
masa depan mereka selanjutnya. Masa remaja seperti ini oleh Bank Dunia disebut
sebagai masa transisi kehidupan remaja.
Transisi kehidupan remaja oleh Bank dunia dibagi menjadi 5 hal ( Youth Five Life
Transitions). Transisi kehidupan yang dimaksud menurut Progress Report World Bank
adalah :
dimaksud, yakni mempraktekan hidup secara sehat (practice healthy life). Empat
bidang kehidupan lainnya yang akan dimasuki oleh remaja sangat ditentukan oleh
berhasil tidaknya remaja mempraktekan kehidupan yang sehat. Dengan kata lain
apabila remaja gagal berprilaku sehat, kemungkunan besar remaja yang
bersangkutan akan gagal pada empat bidang kehidupan yang lain.
Dari darta-data yang berkaitan dengan gambaran prilaku sehat remaja, khususnya
yang berhubungan dengan resiko TRIAD KRR (Seksualitas, NAPZA, HIV dan AIDS),
tampaknya sebagaian remaja Indonesia berprilaku tidak sehat. Prilsaku tidak sehat
tersebut seperti terlihat pada data berikut ini.
Seksualitas.
Seks Pra Nkah
Berdasarkan Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI 2002-2003)
didapatkan
bahwa
remaja
mengatakan
mempunyai
teman
yang
pernah
berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun (perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%),
sedangkan usia 20-24 tahun (perempuan 48,6 %, laki-laki 46,5 %). Dari penelitian
yang dilakukan oleh Wimpie Pangkahila tahun 1996 terhadap 633 pelajar di Bali,
didapatkan bahwa 27 % remaja laki-laki dan 18 % remaja perempuan mempunyai
pengalaman hubungan seks pranikah. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Situmorang tahun 2001 didapatkan 27 % remaja laki-laki dan 9 % remeja
perempuan di Medan mengatakan sudah melakukan hubungan seks.
Hasil penelitian DKT Indonesia 2005, menunjukan prilaku seksual remaja di 4 kota
Jabotabek, Bandung, Surabaya dan Medan berdasarkan norma yang dianut, 89%
remaja tidak setuju adanya seks pra nikah, namun kenyataannya 82 % remaja
punya teman untuk melakukan seks pra nikah, 66% remaja punya teman seks dan
hamil sebelum menikah. Remaja secara terbuka menyatakan melakukan seks pra
nikah di Jabotabek 51 %, Bandung 54 %, Surabaya 47 % dan Medan 52 %.
Dari data PKBI tahun 2006 didapatkan bahwa kisaran umur pertama kali melakukan
hubungan seks pada umur 13-18 tahun, 60 % tidak menggunakan alokon, 85 %
dilakukan di rumah sendiri.
Prilaku seks pra nikah remaja cenderung terus menimngkat seperti diuraikan
diatas, sehingga kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) juga terjadi pada kelompok
remaja. Disamping itu jumlah kelompok remaja di Indonesia yang saat ini sudah
menginginkan suatu pelayanan KB tersedia bagi kelompok mereka, ternyata
datanya sanfat mencengangkan.
Jika 90 % remaja perempuan dan 85% remaja laki-laki yang saat ini sudah
menginginkan pelayanan alat kontrasepsi dikaitkan dengan jumlah remaja umur
15-24 tahun yang jumlahnya sekitar 42 juta jiwa, berarti sekita 37 juta jiwa
remaja yang membutuhkan pelauyanan alat kontrasepsi tidak terpenuhi atau
ummet need berKB untuk kelompok remaja.
Ummet need ber KB untuk kelompok remaja akan tetap menjadi ummet need,
karena defiinisi Keluarga Berencana menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992
tentang Perkembnangan Kependudukan dan Pengembnagnan Keluarga Sejahtera
adalah untuk Pasangan Suami Istri sesuai dengan pilihannya Dengan demikian
pemberian pelayanan kontrasepsi kepada remaja bertentangan dengan UndangUndang.
Aborsi
Berdasarkan data BNN 2004, menunjukkan bahwa 1,5 % dari jumlah penduduk
Indonesia (3,2 juta jiwa) adalah pengguna narkoba. Dari jumlah tersebut, 78 %
dianataranya adalah remaja usia 20-29 tahun.
HIV dan AIDS (Depkes 2009)
Secara komulatif jumlah kasus AIDS sampai dengab Sepetember 2009 sebesar
18.442 kasus. Berdasarkan cara penularannya secara komulatif dilaporkan antara
lain melalui heteroseksual 49.7 %, IDU 40,& %, homoseksual 3,4 %, perinatal 2,5 % ,
transfuse darah 0,1 % dan tidak dikatahui 3,7 %. Menurut 4 golongan usia tertinggi
adalag usia 20 29 tahun sebanyak 49,6 %, usia 30-39 tahun 29,8 %, usia 40-49
tahun 8,7 %, usia 15-19 tahun 3,0%. Perbandingan persentase kasus AIDS antara
laki-laki dan perempuan adalah 74,5 % : 25,5 % atau 3 : 1.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masalah remaja Indonesia adalah :
1. 60 % remaja mengaku telah melakukan atau mempraktekkan seks pra nikah.
2. 70 % dari pengguna Narkoba adalah remaja.
3. 50 % dari pengidap AIDS adalah kelompok umur remaja.
dan
mengembangkan
program
PKBR
yang
diarahkan
untuk
6. Remaja yang menjadi idola dan sumber informasi bagi teman sebayanya.
Upaya untuk mewujudkan remaja Indonesia melalui program PKBR sesuai deng
Bank Report, 2007)an konsep Tegar Remaja tersebut akan diupayakan melalui
strategi Tegar Remaja. Strategi Tegar Remaja merujuk pada lessons learned dari
evaluasi prpgram ARH tahun 1990-2000, School af Pulic Health, University of
Michigan USA 2005 dan evaluasi program di Asia, Afrika dan Amerika Latin (World
Bank report 2007)
Strategi
Tegar
Remaja
adalah
program
PKBR
yang
dilaksanakan
melalui
meningkatnya
jumlah
remaja
yang
bermasalah.
Dengan
pertumbuhan
dan
perkembangan
remaja
secara
sosia,
yaitu
Akan tetapi apabila program PKBR didukung oleh ketiga factor pendukung, yaitu :
resources/opportunities,
yaitu
jaringan
dan
dukungan
yang
diberikan kepada remaja dan program PKBR oleh semua stakeholders terkait
( orang tua, teman, sekolah, organisasi remaja, pemerintah, media massa dan
sebagainya).
3. Pemberian pelayanan ke sua (second chance) kepada remaja yang menjadi korban
TRIAD KRR, agar bisa sembuh dan kembali hidup normal, maka pelaksanaan
Program PKBR akan nebghasilkan Tegar Remaja (TR) seperti yang dijelaskan
sebelumnya.
Salah satu kegiatan program PKBR yang mengembangkan ketiga strategi tersebut
diatas, adalah kegiatan yang dilaksanakan