Email : rosaliapadut89@gmail.com
ABSTRACT : Sexual behavior is any behavior that is driven by sexual desire, both towards the opposite sex
and the same sex. This study aims to determine the factors associated with risky sexual behavior in class XII
adolescents in MAN Manggarai Timur. Methods: This study used a quantitative approach with cross sectional
method. The independent variable is parenting style, peer influence, exposure to pornography and knowledge,
while the dependent variable is sexual behavior. The sampling technique used total sampling with a sample size
of 90 people. Results: This study shows that as many as 57 respondents (63.3%) have non-risk sexual behavior
and as many as 33 respondents (36.7%) have risky sexual behavior. Bivariate analysis using the chi-square test
with α = 0.05 (H0 is rejected if p <α). Gender (p = 0.003), parenting factors (p = 0.000), peer influence (p =
0.000), exposure to pornographic media (p = 0.000) and knowledge (p = 0.003) have a relationship with
adolescent sexual behavior class XII (p <0.05). Based on the results of this study, it is hoped that it can increase
knowledge and broaden students 'insights about risky sexual behavior so that it can increase students' knowledge
in providing counseling to adolescents.
ABSTRAK : Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik terhadap
lawan jenis maupun sesama jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan perilaku seksual berisiko pada remaja kelas XII di MAN Manggarai Timur. Metode : penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross sectional. Variabel independen adalah pola asuh
orangtua, pengaruh teman sebaya, paparan media pornografi dan pengetahuan sedangkan variabel dependen
adalah perilaku seksual. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 90
orang. Hasil : penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 57 responden (63,3%) memiliki perilaku seksual tidak
berisiko dan sebanyak 33 responden (36,7%) memiliki perilaku seksual berisiko. Analisis bivariat menggunakan
uji chi – square dengan α = 0,05 (H0 ditolak jika p < α). Jenis kelamin (p= 0,003), faktor pola asuh orangtua (p =
0,000), pengaruh teman sebaya (p = 0,000), paparan media pornografi (p = 0,000) dan pengetahuan (p = 0,003)
memiliki hubungan dengan perilaku seksual remaja kelas XII (p < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan mahasiswa tentang perilaku seksual
berisiko sehingga dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan penyuluhan kepada remaja.
1
2 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun
Tabel 8
Bentuk perilaku seksual pada remaja kelas XII di MAN Manggarai Timur
Berpegangan lengan 49
Mengecup wajah 36
Mengecup pipi 40
Meraba tubuh 41
Berpelukan 31
Merangkul 38
Berciuman bibir 39
Total 90
Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII
6 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun
Tabel 9
Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII
Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas
XII
Tabel 10
Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII
Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII
Tabel 11
Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII
Teman Sebaya P–
Tidak value
berpengaruh Berpengaruh Total
Tidak N 50 7 57
Perilaku berisiko % 55,6% 7,8% 63,3%
Seksual Berisiko N 4 29 33
0,000
% 4,4% 32,2% 36,7%
Total N 54 36 90
% 60,0% 40,0% 100,0%
Sumber : data primer tahun 2021
Berdasarkan tabel 11, menunjukan didapatkan hasil nilai p 0,000 maka p < 0,05
bahwa remaja yang berpengaruh teman sebaya maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan
sebanyak 29 (32,2%) orang melakukan Ha diterima yang artinya adanya hubungan
perilaku seksual berisiko dan hanya 4 (4,4%) antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku
orang yang tidak berpengaruh teman sebaya seksual berisiko pada remaja kelas XII di
yang melakukan perilaku seksual berisiko. MAN Manggarai Timur.
Selanjutnya dilakukan perhitungan statistik
dengan menggunakan uji Chi Square
Hubungan Paparan Media Pornografi dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas
XII
Tabel 12
Hubungan Paparan Media Pornografi dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII
Paparan Media
Pornografi
Tidak P – value
Terpapar Terpapar Total
Perilaku Tidak N 52 5 57
Seksual berisiko % 57,8% 5,6% 63,3%
Berisiko N 10 23 33
0,000
% 11,1% 25,6% 36,7%
Total N 62 28 90
% 68,9% 31,1% 100,0%
Sumber : data primer tahun 2021
Berdasarkan tabel 12, menunjukan nilai p 0,000 maka p < 0,05 maka dapat
bahwa remaja yang terpapar media pornografi disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
23 (25,6%) orang melakukan perilaku seksual diterima yang artinya adanya hubungan antara
berisiko dan 10 (11,1%) orang yang tidak paparan media pornografi dengan perilaku
terpapar media pornografi yang melakukan seksual berisiko pada remaja kelas XII di
perilaku seksual berisiko. Selanjutnya MAN Manggarai Timur.
dilakukan perhitungan statistik dengan
menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil
8 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII
Tabel 13
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII
Pengetahuan
Kurang Baik Total P – value
Perilaku Tidak N 7 50 57
Seksual berisiko % 7,8% 55,6% 63,3%
Berisiko N 13 20 33
0,003
% 14,4% 22,2% 36,7%
Total N 20 70 90
% 22,2% 77,8% 100,0%
Sumber : data primer tahun 2021
Berdasarkan tabel 13, menunjukan tentang hubungan pola asuh orangtua terhadap
bahwa remaja yang berpengetahuan baik 20 perilaku seksual remaja di SMA Tri Bhakti
(22,2%) orang melakukan perilaku seksual Pekanbaru, ditemukan 18,1% pola asuh orang
berisiko dan remaja yang berpengetahuan tua permisif dan 26% pola asuh orang tua
kurang 13 (14,4%) orang yang melakukan otoriter.
perilaku seksual berisiko. Selanjutnya
dilakukan perhitungan statistik dengan Pola asuh otoriter, orang tua yang
menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil menerapkan pola asuh ini cenderung
nilai p 0,003 maka p < 0,05 maka dapat menetapkan standar yang mutlak dan harus
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha dituruti, biasanya disertai dengan ancaman.
diterima yang artinya adanya hubungan antara Orang tua dengan tipe ini sering memaksa,
pengetahuan dan perilaku seksual berisiko memerintah dan menghukum anaknya agar
pada remaja kelas XII di MAN Manggarai menuruti kemauannya, serta dalam
Timur. berkomunikasi biasanya bersifat satu arah
(Kosati Widya, 2018).
PEMBAHASAN Orang tua demokratif lebih fleksibel.
Pola asuh orangtua Mereka mengendalikan dan menggunakan
Pola asuh adalah suatu tindakan, kontrol, tetapi mereka juga menerima dan
perbuatan, dan interaksi orang tua untuk bertanggung jawab. Seimbang dalam kedua
mendorong pertumbuhan dan perkembangan dimensi baik pengendalian maupun
anak agar mereka tumbuh dan berkembang penerimaan. Orang tua tidak hanya membuat
dengan baik dan benar (Elimanafe Rusanti, peraturan yang jelas dan secara konsisten
2018). melakukannya, tetapi juga menjelaskan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rasionalisasi dari peraturan mereka dan
bahwa remaja yang paling banyak menjawab pembatasannya. Orang tua juga responsif pada
pola asuh orangtua adalah otoriter yaitu ada 64 kebutuhan anak-anak mereka dan sudut
orang (71,1%). Ini disebabkan karena pandang anak, serta melibatkan anak dalam
responden merasa orangtua mau menang pengambilan keputusan keluarga (Wulandari,
sendiri, selalu mengatur dan semua perintah 2017).
harus diikuti tanpa memperhatikan pendapat
dan kemauan remaja. Pada pola asuh permisif, orang tua
lebih memanjakan sang anak dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan memberikan kesempatan pada anaknya untuk
penelitian yang dilakukan oleh Aguma (2014) melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Berisiko Pada Remaja Kelas XII Di MAN Manggarai Timur|9
cukup dari orang tua. Hal ini yang Pengaruh negatif interaksi sosial dalam
menyebabkan remaja rawan melakukan persahabatan yaitu sangat erat sekali akan
perilaku seksual dengan lawan jenisnya dan terjadi perilaku menyimpang yaitu kenakalan
cenderung berisiko karena orang tua dengan remaja. Misalnya, kelompok remaja tersebut
pola asuh permisif cenderung tidak menegur berkumpul di suatu tempat (nongkrong) dan
atau memperingati anak remaja apabila sedang hal yang sering mereka lakukan seperti
dalam bahaya dan sedikit memberikan merokok, mabuk-mabukan, membicarakan
bimbingan yang seharusnya dibutuhkan oleh lawan jenis, bahkan perilaku seksual dan
para remaja (Kosati Widya, 2018). menggunakan narkotika, minum alkohol,
merokok, menonton pornografi melalui seluler
Berdasarkan penelitian orang tua yang genggam dan lain sebagainya, maka remaja
pola asuh demokrasi disertai dengan akan mengikuti tanpa memperdulikan
komunikasi terbuka antara orang tua dan anak, perasaan sendiri dan akibatnya (Sigalingging
mengharapkan kematangan perilaku pada anak & Sianturi, 2019).
disertai dengan adanya kehangatan dari orang
tua. Pola asuh demokrasi merupakan hal yang Hurlock (2011) dalam Sigalingging &
penting untuk diterapkan dalam keluarga Sianturi (2019) Rasa ingin tahu remaja dalam
sehingga membangun perilaku yang baik pada segala hal termasuk perilaku seksual bebas
anak. didorong oleh adanya pengaruh dari teman
sebaya agar remaja tersebut dapat diterima
Pengaruh teman sebaya didalam kelompok dengan mengikuti semua
Teman sebaya merupakan faktor yang aturan yang dianut oleh teman sebayanya.
sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada Remaja yang memperoleh informasi dari
masa remaja. Dalam masyarakat modern teman sebayanya akan lebih beresiko
seperti sekarang ini, remaja menghabiskan berperilaku seksual karena ikatan antara teman
sebagian besar waktunya bersama temanya sebaya lebih kuat sehingga terkadang dapat
sebaya. Pada masa remaja, hubungan dengan menggantikan keluarga.
teman sebaya meningkat secara drastis, dan Berdasarkan penelitian teman sebaya
saat bersamaan hubungan dengan orang tua dapat mempengaruhi remaja untuk mengambil
akan menurun. Peran teman sebaya berkaitan keputusan mengenai perilaku seksual.
erat dengan sikap, pembicaraan, minat, Dampaknya, remaja dapat terlibat langsung
penampilan dan perilaku. dalam perilaku perilaku seksual dikarenakan
Penelitian diperoleh bahwa remaja pengaruh teman sebaya dikenal untuk
yang paling banyak menjawab pengaruh mengubah kepribadian, sikap dan perilaku
teman sebaya adalah tidak berpengaruh yaitu remaja. Dalam lingkungan masyarakat juga,
ada 54 orang (60,0%). Ini disebabkan karena perilaku seksual oleh teman sebaya merupakan
responden menolak ajakan melakukan hal model untuk perilaku individu dan terkadang
negatif dan mampu memilah teman dalam memberikan tekanan pada remaja serta
pergaulan responden. menuntutnya untuk terlibat dalam perilaku
seksual.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hindiarti Paparan Media Pornografi
(2017) tentang faktor - faktor yang Terbukanya media informasi di media
berhubungan dengan perilaku seks pada sosial terutama terkait konten pornografi,
pekerja remaja di Kawasan Perbelanjaan "X" memudahkan semua orang untuk
Kota Yogyakarta tahun 2015 ditemukan hasil mengaksesnya. Rasa ingin tahu manusia yang
pengaruh negatif teman sebaya menunjukkan besar, mengakibatkan banyak orang yang
bahwa 230 (57,5%) pekerja remaja memiliki membuka media sosial, terutama konten
teman sebaya yang berpengaruh negatif pornografi. Hal ini dikarenakan pornografi
rendah.
10 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun
adalah sesuai hal yang sangat menarik untuk paparan pornografi tidak hanya berupa
dilihat dibandingkan dengan konten- konten pengetahuan tentang pornografi saja tetapi
yang lainnya. yang terjadi juga sampai pada aspek afektif
dan bahkan kecenderungan untuk berperilaku.
Penelitian diperoleh bahwa remaja
yang paling banyak menjawab paparan media
pornografi adalah tidak terpapar yaitu ada 62
Pengetahuan
orang (68,9%). Ini disebabkan karena
responden sudah dapat membedakan antara Pengetahuan tentang seks pranikah
informasi yang baik dan informasi yang buruk berpengaruh terhadap perilaku seks pada
untuk perkembangan diri remaja sudah remaja. Secara teori pengetahuan dengan
stabilnya jiwa remaja inilah yang perilaku seks mempunyai hubungan yang
menyebabkan informasi yang masuk dicerna positif, dimana semakin baik pengetahuan
dan diamati yang terjadi bila ia melakukan hal maka semakin rendah perilaku seksual pada
yang sama dengan apa yang dilihatnya. remaja (Anggraeni & Hayati, 2016).
Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian diperoleh bahwa remaja
penelitian yang telah dilakukan oleh Agung yang paling banyak menjawab pengetahuan
(2017) tentang hubungan paparan pornografi adalah baik yaitu ada 70 orang (77,8%).
melalui media masa dengan perilaku seksual Pengetahuan mendasari terbentuknya sikap
remaja diketahui bahwa 54,2% responden dan sikap mendasari terbentuknya perilaku.
menunjukkan paparan negatif, yang dikatakan Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
paparan negatif yaitu remaja melihat foto atau yang telah dilakukan oleh Silvia (2019)
gambar berkonten pornografi, video melalui tentang hubungan pengetahuan dan sikap
media elektronik. remaja tentang kesehatan reproduksi dengan
Keterpaparan pornografi dari media perilaku seksual pranikah siswa diketahui
bahwa 78,0% responden menunjukan
merupakan suatu kondisi dimana remaja baik
sengaja maupun tidak sengaja mencari dan pengetahuan baik.
mendapatkan sesuatu berupa sajian seksual, Menurut Notoatmodjo (2013)
baik dalam bentuk tulisan, gambar ataupun pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
adegan yang akan memberikan suatu terjadi setelah orang melakukan penginderaan
perubahan pola pikir dan sikap bagi remaja terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
atas objek seksual yang telah didengar, dibaca merupakan faktor predisposisi yang
atau dilihat yang dapat diperoleh dari media menentukan perilaku seseorang. Menurut
televisi dan internet. Apalagi apabila media Amrillah (2006), semakin tinggi pengetahuan
tersebut ditayangkan tanpa sensor yang tegas, kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja
mengakibatkan remaja yang melihat dan maka semakin rendah perilaku seksualnya,
mendengar akan menganggap bahwa objek sebaliknya semakin rendah pengetahuan
seksual yang ditampilkan adalah sesuatu hal kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja
yang wajar (Yustiari & Syahrianti, 2018). maka semakin tinggi perilaku seksualnya.
Berdasarkan penelitian paparan media Berdasarkan penelitian pengetahuan
pornografi memiliki efek yang menyertainya. seksualitas yang baik dapat menjadikan remaja
Pornografi dapat merangsang hasrat seksual memiliki tingkah laku seksual yang sehat dan
seseorang, maka efek yang terjadi adalah bertanggung jawab. Pemahaman yang keliru
perilaku yang mengarah pada peningkatan mengenai seksualitas pada remaja menjadikan
rangsangan seksual itu sendiri. Perubahan mereka mencoba untuk bereksperimen
sikap, tingkah laku, dan pendapat remaja mengenai masalah seks tanpa menyadari
tentang pornografi merupakan bentuk efek bahaya yang timbul dari perbuatannya, dan
yang terjadi terkait dengan opini personal ketika permasalahan yang ditimbulkan oleh
seorang remaja terhadap pornografi. Efek
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
B e r i s i k o P a d a R e m a j a K e l a s X I I D i M A N M a n g g a r a i T i m u r | 11
perilaku seksnya mulai bermunculan, remaja masturbasi, berfantasi, berpegangan tangan,
takut untuk mengutarakan permasalahan mencium pipi, berpelukan dan seterusnya.
tersebut kepada orang tua. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku
seksual adalah segala perilaku yang didorong
oleh hasrat seks yang diarahkan pada diri
sendiri atau orang lain baik yang berlawanan
jenis maupun sesama jenis untuk mendapatkan
Perilaku Seksual kepuasan organ seksualnya (Purnamasari &
Wimbarti, 2007).
Perilaku seksual adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik Perilaku seksual di kalangan remaja
terhadap lawan jenis maupun sesama jenis. saat ini sudah sangat mengkhawatirkan,
Wujud tingkah laku tersebut, antara lain sehingga berdampak pada persoalan
perasaan tertarik, berkencan, bercumbu, dan kehamilan tidak diinginkan, aborsi dan
bersenggama. Objeknya dapat berupa orang kejadian HIV dan AIDS semakin tahun
lain, dalam khayalan, atau diri sendiri (Irianti semakin meningkat. Hal ini juga dipengaruhi
& Herlina, 2012). adanya pergeseran sikap yang lebih permisif
pada hubungan seksual (Lutfianawati, 2014).
Penelitian diperoleh bahwa remaja
yang paling banyak menjawab perilaku Berdasarkan penelitian perilaku
seksual adalah tidak berisiko yaitu ada 57 seksual pada remaja karena didorong oleh rasa
orang (63,3%). Perilaku seksual merupakan ingin tahu yang besar untuk mencoba hal- hal
akibat langsung dari pertumbuhan hormon dan yang belum diketahui. Dimana remaja ingin
kelenjar seks yang menimbulkan dorongan mengetahui banyak hal yang dapat dipuaskan
seksual pada seseorang yang mencapai serta diwujudkan melalui pengalaman mereka
kematangan pada masa remaja awal yang sendiri.
ditandai dengan adanya perubahan fisik
(Junita, 2018). Hubungan jenis kelamin dengan perilaku
seksual berisiko pada remaja
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Sari Berdasarkan hasil penelitian yang
(2020) tentang faktor yang berhubungan dilakukan kepada 90 responden di MAN
dengan perilaku seksual pada remaja diketahui Manggarai Timur, dapat ditemukan remaja
bahwa 83,5% responden menunjukkan yang berjenis kelamin laki – laki 25 (27,8%)
perilaku seksual tidak berisiko. Adanya remaja orang melakukan perilaku seksual berisiko dan
yang memiliki perilaku seksual beresiko 8 (8,9%) orang yang berjenis kelamin
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan perempuan yang melakukan perilaku seksual
tentang seks dan akibat dari perilaku seksual berisiko. Berdasarkan hasil uji statistik dengan
sehingga membuat remaja ingin mencobanya. menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil
Selain itu, juga disebabkan oleh meningkatnya nilai p 0,003 maka p < 0,05 maka dapat
libido seksual, rendahnya usia kematangan disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
seksual yang diikuti oleh meningkatnya diterima yang artinya adanya hubungan antara
aktifitas seksual pada usiausia yang dini, jenis kelamin dengan perilaku seksual berisiko
perubahan-perubahan hormonal yang pada remaja kelas XII di MAN Manggarai
meningkatkan hasrat seksual remaja. Timur.
Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja Penelitian ini menunjukkan bahwa
membutuhkan penyaluran dalam bentuk remaja yang berjenis kelamin laki - laki
tingkah laku tertentu (Sari, 2020). memiliki perilaku seksual berisiko paling
Perilaku seksual dapat dilakukan banyak yaitu 25 (27,8%) dan remaja yang
dengan berbagai macam cara, misalnya berjenis kelamin perempuan yang memiliki
perilaku seksual berisiko 8 (8,9%). Hasil ini
12 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh diterima dan H0 ditolak yang berarti adanya
Yolanda et al., (2019) tentang faktor - faktor hubungan antara pola asuh orangtua dengan
yang berhubungan dengan sikap remaja perilaku seksual berisiko pada remaja kelas
terhadap perilaku seksual pranikah di XII di MAN Manggarai Timur.
Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan
Mentawai tahun 2018 diketahui bahwa hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pola
analisis bivariat dengan uji Chi Square asuh siswa yang memiliki perilaku seksual
diperoleh p value sebesar 0,003 yang berarti berisiko paling besar adalah demokratis yaitu
terdapat hubungan signifikan antara jenis sebanyak 1 (1,1,%), otoriter 15 (16,7%) dan
kelamin dengan perilaku seksual pranikah permisif 17 (18,9%). Pola asuh yang paling
remaja. Perkembangan seksual remaja banyak melakukan perilaku seksual beresiko
dipengaruhi oleh faktor bio-psiko-sosial secara yaitu permisif. Orang tua yang memiliki pola
seimbang. Secara biologis, laki-laki memiliki asuh jenis ini memberikan kekuasaan penuh
kadar hormon testosteron yang lebih tinggi kepada anak untuk menentukan pilihan. Orang
jika dibandingkan pada perempuan. Hormon tua biasanya membiarkan anak untuk
ini berperan secara langsung terhadap mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak
dorongan seks pada laki-laki (Yolanda et al., mengontrol. Bahaya sekali bila remaja
2019). dibiarkan tumbuh tanpa kendali dari orang tua.
Pada remaja banyak aspek berkaitan dengan
Terdapat perbedaan antara remaja laki- pengalaman dan penalaran yang membutuhkan
laki dan remaja perempuan dalam pengalaman bimbingan orang tua, apalagi ketika
seksual. Remaja laki-laki selalu menunjukkan pengambilan keputusan. Tidak adanya kontrol
angka yang lebih tinggi daripada remaja ini bisa saja menjadi celah buat anak untuk
perempuan. Hormon testosteron laki-laki akan melakukan perilaku seksual yang beresiko.
cepat muncul bila ada rangsangan baik fisik,
maupun psikis, sedangkan hormon estradiol Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
pada perempuan lebih lambat munculnya. dilakukan oleh Aguma (2014) tentang
Selain itu, laki-laki lebih tertarik pada lawan hubungan pola asuh orangtua terhadap
jenis dalam pemuasan kebutuhan seksual, perilaku seksual remaja di SMA Tri Bhakti
sementara perempuan dalam hubungannya Pekanbaru yang menyatakan bahwa adanya
dengan lawan jenis lebih tertarik pada hubungan antara perilaku seksual dengan pola
penggalian aspek personality (Rahayu et al., asuh orang tua (p value=0,001). Remaja yang
2020). diawasi oleh orang tuanya, remaja dengan pola
asuh otoriter, remaja yang berasal dari
Hubungan pola asuh orangtua dengan keluarga yang konservatif serta memegang
perilaku seksual berisiko pada remaja kuat tradisi dan memiliki hubungan akrab
dengan orang tuanya akan menunda
Berdasarkan hasil penelitian yang di melakukan hubungan seksual. Pengawasan
lakukan kepada 90 responden di MAN orang tua merupakan faktor penting yang
Manggarai Timur, dapat ditemukan remaja mempengaruhi perilaku seksual remaja
yang memiliki pola asuh demokratis paling (Hindiarti, 2017).
sedikit melakukan perilaku seksual berisiko
yaitu 1 (1,1,%) orang, disusul pola asuh Kenyataan juga membuktikan bahwa
otoriter 15 (16,7%) orang dan remaja yang remaja yang dibesarkan dengan disiplin dan
memiliki pola asuh permisif paling banyak bimbingan yang konsisten jauh lebih unggul
melakukan perilaku seksual berisiko sebanyak dan berhasil dalam banyak hal ketimbang para
17 (18,9%). Berdasarkan hasil uji statistik remaja yang bertumbuh dalam suasana yang
dengan menggunakan uji Chi Square dengan serba memperbolehkan (permisif). Namun di
tingkat signifikan 0,05. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa 15
diperoleh p value 0,000 maka dapat responden yang memiliki pola asuh otoriter
disimpulkan p value 0,000 < 0,05 berarti Ha yang notabenenya adalah pola asuh dengan
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
B e r i s i k o P a d a R e m a j a K e l a s X I I D i M A N M a n g g a r a i T i m u r | 13
disiplin yang tinggi cenderung ketat dan memberikan dunia tempat remaja dapat
menuntut juga memiliki perilaku seksual melakukan sosialisasi dimana nilai - nilai yang
beresiko. Pola asuh demokratis juga berlaku adalah nilai – nilai yang dibentuk oleh
mempunyai resiko namun lebih minimal dari remaja sendiri.
pola asuh yang lain.
Usia remaja biasanya sedang sangat
Hubungan pengaruh teman sebaya dengan mementingkan eksistensi diri. Remaja akan
perilaku seksual berisiko pada remaja berlaku senormal mungkin menurut
kelompoknya, atau akan menghadirkan trend
Berdasarkan hasil penelitian yang di baru yang dianggap keren dan kekinian. teman
lakukan kepada 90 responden di MAN sebaya dianggap sebagai faktor yang cukup
Manggarai Timur, dapat ditemukan remaja kuat mempengaruhi perilaku remaja. Remaja
yang berpengaruh teman sebaya sebanyak 29 sebisa mungkin akan mengikuti pergaulan
(32,2%) orang melakukan perilaku seksual kelompok teman sebayanya agar diterima dan
berisiko dan hanya 4 (4,4%) orang yang tidak diakui dalam kelompoknya. oleh sebab itu,
berpengaruh teman sebaya yang melakukan remaja sangat cenderung mengikuti perilaku
perilaku seksual berisiko. Berdasarkan hasil teman sebayanya (Anniswah, 2016).
uji statistik dengan menggunakan uji Chi
Square dengan tingkat signifikan 0,05. Hasil Hubungan paparan media pornografi
analisis diperoleh p value 0,000 maka dapat dengan perilaku seksual berisiko pada
disimpulkan p value 0,000 < 0,05 berarti Ha remaja
diterima dan H0 ditolak yang berarti adanya
hubungan antara teman sebaya dengan Berdasarkan hasil penelitian yang di
perilaku seksual berisiko pada remaja kelas lakukan kepada 90 responden di MAN
XII di MAN Manggarai Timur. Manggarai Timur, dapat ditemukan remaja
yang terpapar media pornografi 23 (25,6%)
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang orang melakukan perilaku seksual berisiko dan
dilakukan oleh Anniswah (2016) tentang 10 (11,1%) orang yang tidak terpapar media
faktor - faktor yang berhubungan dengan pornografi yang tidak melakukan perilaku
perilaku seksual berisiko IMS pada remaja seksual berisiko. Berdasarkan hasil uji
pria di Indonesia diketahui bahwa hasil statistik dengan menggunakan uji Chi Square
analisis bivariat dengan uji Chi Square dengan tingkat signifikan 0,05. Hasil analisis
diperoleh p value sebesar 0,000 yang berarti diperoleh p value 0,000 maka dapat
terdapat hubungan signifikan antara pengaruh disimpulkan p value 0,000 < 0,05 berarti Ha
teman sebaya dengan perilaku seksual remaja diterima dan H0 ditolak yang berarti adanya
di Indonesia tahun 2012. hubungan antara paparan media pornografi
dengan perilaku seksual berisiko pada remaja
Dalam masyarakat modern seperti kelas XII di MAN Manggarai Timur.
sekarang ini, remaja menghabiskan sebagian
besar waktunya bersama temanya sebaya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
Pada masa remaja, hubungan dengan teman dilakukan oleh Pujiati & Handayani (2018)
sebaya meningkat secara drastis, dan saat tentang pengaruh paparan media pornografi
bersamaan hubungan dengan orang tua akan dan teman sebaya terhadap perilaku seks
menurun. Peran teman sebaya berkaitan erat remaja Kabupaten Kudus diketahui bahwa
dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan hasil analisis bivariat uji statistik Chi Square
dan perilaku (Sigalingging & Sianturi, 2019). diperoleh adanya hubungan antara paparan
media pornografi dengan perilaku seksual
Menurut Horrocks Benimof dalam remaja (p = 0,042).
Hindiarti (2017) menyatakan bahwa pengaruh
teman sebaya terhadap remaja sangat besar Schramm dan Robert dalam Wulandari
karena kelompok teman sebaya merupakan (2017) yang menjelaskan bahwa pornografi
dunia nyata bagi remaja. Teman sebaya dapat mempengaruhi hasrat seksual remaja
14 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun
dan remaja dapat belajar tentang seksualitas pria di Indonesia didapatkan hasil analisis
dari observasi yang digambarkan oleh bivariat diperoleh nilai p value sebesar 0,000
beberapa media. Efek dari media pornografi yang artinya terdapat hubungan yang
bisa jadi menjadi kuat manakala remaja signifikan antara pengetahuan dengan perilaku
menjadi tertarik, digambarkan dengan penuh seksual remaja pria di Indonesia tahun 2012.
kekuatan, dan menjadi adiktif. Tidak hanya
berupa pengetahuan tentang pornografi, Pengetahuan sangat penting di dalam
perubahan sikap, tingkah laku, dan pendapat seseorang mengambil keputusan karena
remaja tentang pornografi juga merupakan tindakan yang didasarkan atas pengetahuan
bentuk efek yang terjadi terkait dengan opini memberikan konsekuensi yang lebih baik bagi
pribadi seorang remaja. pengambil keputusan. Pengetahuan merupakan
faktor predisposisi yang menentukan perilaku
Pencarian informasi remaja tentang seseorang (Notoatmodjo, 2007 dalam
perilaku seksual saat ini sangat didukung oleh (Anggraeni & Hayati, 2016).
perkembangan dan kemajuan teknologi.
Kehadiran media komunikasi seperti gadget Paparan informasi yang kurang efektif
dan smartphone hampir dimiliki setiap orang dapat mempengaruhi pengetahuan remaja.
termasuk remaja. Disamping memberikan Pengetahuan yang kurang baik justru lebih
keuntungan, tak sedikit pula memberikan berbahaya daripada tidak tahu sama sekali,
dampak negatif. Apalagi di jaman yang serba tapi bukan berarti tidak memiliki pengetahuan
canggih dengan adanya internet, arus adalah tidak membahayakan. Pengetahuan
pertukaran informasi sulit difiltrasi bila yang kurang baik bisa menimbulkan salah
mengingat perbedaan budaya barat dan timur persepsi dan mendorong remaja untuk
yang ada. Hal tersebut memudahkan remaja mencoba – coba.
untuk terpapar pornografi (Wulandari, 2017). Pengetahuan tentang seks pranikah
berpengaruh terhadap perilaku seks pada
remaja. Secara teori pengetahuan dengan
Hubungan pengetahuan dengan perilaku perilaku seks mempunyai hubungan yang
seksual berisiko pada remaja positif, dimana semakin baik pengetahuan
maka semakin rendah perilaku seksual pada
Berdasarkan hasil penelitian yang di remaja. Menurut Amrillah (2006), semakin
lakukan kepada 90 responden di MAN tinggi pengetahuan kesehatan reproduksi yang
Manggarai Timur, dapat ditemukan remaja dimiliki remaja maka semakin rendah perilaku
yang berpengetahuan baik 20 (22,2%) orang seksualnya, sebaliknya semakin rendah
melakukan perilaku seksual berisiko dan pengetahuan kesehatan reproduksi yang
remaja yang berpengetahuan kurang 13 dimiliki remaja maka semakin tinggi perilaku
(14,4%) orang yang melakukan perilaku seksualnya (Anggraeni & Hayati, 2016).
seksual berisiko. Berdasarkan hasil uji statistik
dengan menggunakan uji Chi Square dengan KESIMPULAN
tingkat signifikan 0,05. Hasil analisis Pola asuh orangtua pada siswa adalah
diperoleh p value 0,003 maka dapat otoriter sebanyak 64 orang (71,1%), pola asuh
disimpulkan p value 0,003 < 0,05 berarti Ha permisif sebanyak 20 orang (22,2%), dan pola
diterima dan H0 ditolak yang berarti adanya asuh demokratis sebanyak 6 orang (6,7%).
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku Pengaruh teman sebaya pada siswa
seksual berisiko pada remaja kelas XII di adalah tidak berpengaruh sebanyak 54 orang
MAN Manggarai Timur. (60,0%) dan berpengaruh sebanyak 36 orang
(40,0%).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang Paparan media pornografi pada siswa
dilakukan oleh Anniswah (2016) tentang adalah tidak terpapar sebanyak 62 orang
faktor - faktor yang berhubungan dengan (68,9%) dan terpapar sebanyak 28 orang
perilaku seksual berisiko IMS pada remaja (31,1%).
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
B e r i s i k o P a d a R e m a j a K e l a s X I I D i M A N M a n g g a r a i T i m u r | 15
Pengetahuan pada siswa adalah Anggraeni-HUBUNGAN-
pengetahuan kurang sebanyak 20 orang PENGETAHUAN.pdf
(22,2%) dan pengetahuan baik sebanyak 70 Anniswah, N. (2016). Faktor - Faktor Yang
Berhubungan Dengan perilaku Seksual
orang (77,8%).
Berisiko IMS Pada Remaja pria Di
Perilaku seksual pada siswa adalah Indonesia [Universitas Islam Negeri
tidak berisiko sebanyak 57 orang (63,3%) dan Syarif Hidayatullah Jakarta].
berisiko sebanyak 33 orang (36,7%). http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstr
Adanya hubungan antara jenis kelamin eam/123456789/31079/1/Nadra
dengan perilaku seksual berisiko pada remaja Anniswah-FKIK.pdf
kelas XII di MAN Manggarai Timur. Hasil uji BKKBN. (2018). Survei Demografi dan
Kesehatan : Kesehatan Reproduksi
Chi Square didapatkan hasil nilai p 0,003
Remaja.
maka p < 0,05. Candra, I., & Pratiwi, N. S. (2018). Hubungan
Adanya hubungan antara pola asuh Antara Religiusitas Dengan Cybersexual
orangtua dengan perilaku seksual berisiko Addiction Pada Siswa SMP
pada remaja kelas XII di MAN Manggarai Muhammadiyah 1 Kota Padang. 11(2),
Timur. Hasil uji Chi Square di dapatkan hasil 11–20.
nilai p 0,000 maka p < 0,05. Demon, B. P., Hinga, I. A. T., & Sir, A. B.
(2019). Gambaran Perilaku Kesehatan
Adanya hubungan antara pengaruh
Reproduksi pada Siswa SMA di Kota
teman sebaya dengan perilaku seksual berisiko Kupang Tahun 2019. Journal of
pada remaja kelas XII di MAN Manggarai Community Health, 01(2), 66–75.
Timur. Hasil uji Chi Square didapatkan hasil Elimanafe Rusanti, M. (2018). Hubungan
nilai p 0,000 maka p < 0,05. Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Adanya hubungan antara paparan Remaja Dan Pola Asuh Orangtua
media pornografi dengan perilaku seksual Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada
Siswa Siswi Kelas XII IPA SMA Negeri
berisiko pada remaja kelas XII di MAN 2 Kota Kupang. Midwifery Scientific
Manggarai Timur.Hasil uji Chi Square Journal, 2(September), 20–28.
didapatkan hasil nilai p 0,000 maka p < 0,05. Hindiarti, Y. I. (2017). Faktor - Faktor Yang
Adanya hubungan antara pengetahuan Berhubungan Dengan Perilaku Seks Pada
dan perilaku seksual berisiko pada remaja Pekerja Remaja Di Kawasan
kelas XII di MAN Manggarai Timur. Hasil uji Perbelanjaan “X” Kota Yogyakarta
Tahun 2015. Jurnal Medika Respati, 12,
Chi Square didapatkan hasil nilai p 0,003
39–51.
maka p < 0,05. Irianti, I., & Herlina, N. (2012). Buku Ajar
Psikologi Untuk Mahasiswa Kebidanan
(E. Mardella (ed.)). Penerbit Buku
DAFTAR RUJUKAN Kedokteran EGC.
Aguma. (2014). Hubungan Pola Asuh Junita, S. (2018). Hubungan Pengetahuan
Orangtua Terhadap Perilaku Seksual Dan Sikap Tentang Kesehatan
Remaja di SMA Tri Bhakti Pekanbaru. Reproduksi Dengan Perilaku Seks Pra
Jurnal Keperawatan Universitas Riau. Nikah Pada Siswa Yang Mengikuti
Agung. (2017). Hubungan Paparan Pornografi Kegiatan PIK-R Di SMA Kabupaten
Melalui Media Massa Dengan Perilaku Bantul Tahun 2017. Politeknik Kesehatan
Seksual Remaja Di SMK Semarang. Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
Journal STIkes PYP, 1–8. KanalSatu. (2015). Hasil Survei Sex Pranikah
Anggraeni, S., & Hayati, R. (2016). Hubungan Remaja. KanalSatu.Com.
Pengetahuan, Keterpaparan Sumber http://kanalsatu.com/id/post/41026/hasil-
Informasi, dan Sikap Remaja Dengan survei---31--remaja-ntt-lakukan-sex-
Perilaku Sesksual Pranikah Pada Remaja pranikah
di SMK “X” Kabupaten Tanah Laut. Kemenkes. (2014). Situasi Kesehatan
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian Tahun Reproduksi Remaja.
2016, 102–108. http://ppj.uniska- Kemenkes. (2018, December 19). Bagi Para
bjm.ac.id/wp- Remaja, Kenali Perubahan Fisik untuk
content/uploads/2019/04/Septi- Menghindari Masalah Seksual. Biro
16 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun