Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU

SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA KELAS XII DI MAN


MANGGARAI TIMUR TAHUN 2021

Rosalia Dalima Padut1, Bonavantura N. Nggarang2, Angelina R. Eka3


Fakultas Ilmu Kesehatan dan Pertanian UNIKA Santu Paulus Ruteng

Email : rosaliapadut89@gmail.com

ABSTRACT : Sexual behavior is any behavior that is driven by sexual desire, both towards the opposite sex
and the same sex. This study aims to determine the factors associated with risky sexual behavior in class XII
adolescents in MAN Manggarai Timur. Methods: This study used a quantitative approach with cross sectional
method. The independent variable is parenting style, peer influence, exposure to pornography and knowledge,
while the dependent variable is sexual behavior. The sampling technique used total sampling with a sample size
of 90 people. Results: This study shows that as many as 57 respondents (63.3%) have non-risk sexual behavior
and as many as 33 respondents (36.7%) have risky sexual behavior. Bivariate analysis using the chi-square test
with α = 0.05 (H0 is rejected if p <α). Gender (p = 0.003), parenting factors (p = 0.000), peer influence (p =
0.000), exposure to pornographic media (p = 0.000) and knowledge (p = 0.003) have a relationship with
adolescent sexual behavior class XII (p <0.05). Based on the results of this study, it is hoped that it can increase
knowledge and broaden students 'insights about risky sexual behavior so that it can increase students' knowledge
in providing counseling to adolescents.

Keywords : adolescents, risky sexual behavior.

ABSTRAK : Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik terhadap
lawan jenis maupun sesama jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan perilaku seksual berisiko pada remaja kelas XII di MAN Manggarai Timur. Metode : penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross sectional. Variabel independen adalah pola asuh
orangtua, pengaruh teman sebaya, paparan media pornografi dan pengetahuan sedangkan variabel dependen
adalah perilaku seksual. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah sampel 90
orang. Hasil : penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 57 responden (63,3%) memiliki perilaku seksual tidak
berisiko dan sebanyak 33 responden (36,7%) memiliki perilaku seksual berisiko. Analisis bivariat menggunakan
uji chi – square dengan α = 0,05 (H0 ditolak jika p < α). Jenis kelamin (p= 0,003), faktor pola asuh orangtua (p =
0,000), pengaruh teman sebaya (p = 0,000), paparan media pornografi (p = 0,000) dan pengetahuan (p = 0,003)
memiliki hubungan dengan perilaku seksual remaja kelas XII (p < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian tersebut
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan mahasiswa tentang perilaku seksual
berisiko sehingga dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan penyuluhan kepada remaja.

Kata kunci : remaja, perilaku seksual berisiko.

1
2 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun

PENDAHULUAN yang akhirnya berlanjut ke hubungan seksual


World Health Organization (WHO) layaknya suami istri (sexual intercouse)
tahun 2018 menjelaskan, remaja adalah (Kosati Widya, 2018). Perilaku seksual
penduduk dalam rentang usia 10 hingga 19 dipengaruhi oleh fantasi seksual, sehingga
tahun. Sementara itu, Peraturan Menteri timbul rangsangan untuk melakukan onani
Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014 hingga berhubungan seks dengan lawan
menggambarkan remaja adalah penduduk jenisnya, yang meningkatkan resiko hamil
dalam rentang usia 10-18 tahun (Kemenkes, diluar nikah berujung aborsi (Candra &
2014). Masa remaja merupakan periode Pratiwi, 2018).
terjadinya pertumbuhan dan perkembangan Perilaku seksual berisiko yang
yang pesat baik secara fisik, psikologis dilakukan remaja mempunyai dampak besar
maupun intelektual (Kemenkes, 2014) . Sifat bagi remaja dan pasangannya. Beberapa
khas remaja mempunyai rasa keingintahuan dampak perilaku seksual berisiko pada remaja
yang besar, menyukai petualangan dan ialah, kehamilan tidak diinginkan, pernikahan
tantangan serta cenderung berani menanggung usia dini, aborsi, penyakit kelamin infeksi
risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh menular seksual (IMS) dan HIV/AIDS
pertimbangan yang matang. Apabila (Qomasari, 2015). Di Indonesia diperkirakan
keputusan yang diambil dalam menghadapi ada 1 juta jiwa yang mengalami kehamilan di
konflik tidak tepat, remaja akan jatuh ke dalam luar nikah, sedangkan dunia diperkirakan 15
perilaku berisiko (Kemenkes, 2014). juta remaja setiap tahunnya hamil, 60 %
Berdasarkan data WHO yang diantaranya hamil di luar nikah (BKKBN,
melakukan penelitian di beberapa Negara 2018). Indonesia termasuk negara ke - 37
berkembang menunjukkan 40% remaja laki - dengan persentase pernikahan usia muda yang
laki berumur 18 tahun dan 40% remaja tinggi dan merupakan tertinggi kedua di
perempuan berumur 18 telah melakukan ASEAN setelah Kamboja (Kemenkes, 2014).
hubungan seks meskipun tanpa ada ikatan Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
pernikahan (UNESCO, 2018). Riset kesehatan Reproduksi Remaja tentang aborsi dilaporkan
dasar (Riskesdas) tahun 2018 tentang 52% remaja telah melakukan aborsi (BKKBN,
kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko 2018). Menurut hasil Riskesdas 2018 terdapat
pada remaja didapatkan 0,7% remaja 3,3% remaja usia 15-19 tahun mengidap AIDS
perempuan dan 4,5% remaja laki-laki pernah (Kemenkes, 2018). Infeksi Menular Seksual
melakukan hubungan seksual pranikah (IMS) menempati peringkat 10 besar alasan
(Kemenkes, 2019). Dari hasil penelitian di berobat di banyak negara berkembang. World
atas, masih banyak remaja yang melakukan Health Organization (WHO) memperkirakan
perilaku seks berisiko. Hal tersebut setiap tahun terdapat 350 juta penderita baru
mempengaruhi remaja karena perilaku seksual IMS di negara berkembang (WHO, 2018).
berisiko ini memiliki dampak yang Perilaku seksual berisiko pada remaja jika
mempengaruhi tumbuh kembang remaja. tidak di atasi dengan baik dapat menyebabkan
Kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Perilaku seksual adalah segala tingkah yang selanjutnya memicu terjadinya aborsi
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik yang tidak aman, pembunuhan bayi, IMS dan
terhadap lawan jenis maupun sesama jenis. HIV/AIDS, bahkan kematian.
wujud tingkah laku tersebut, antara lain
perasaan tertarik, berkencan, bercumbu, dan Melihat dampak diatas, perlu diketahui
bersenggama (Irianti & Herlina, 2012). faktor yang mempengaruhi perilaku seksual
Perilaku seksual berisiko adalah berbagai berisiko. Faktor – faktor tersebut adalah pola
aktivitas seksual dapat menimbulkan sensasi asuh orangtua, pengaruh temana sebaya,
nikmat sampai melibatkan area genitalia, yaitu paparan media pornografi dan pengetahuan
dengan memegang atau meraba bagian remaja.
sensitif, kemudian menempelkan alat kelamin,
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Berisiko Pada Remaja Kelas XII Di MAN Manggarai Timur|3
Penelitian yang dilakukan tentang Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan
faktor yang mempengaruhi perilaku seksual di februari sampai maret 2021. Dengan teknik
NTT belum begitu banyak. Di Nusa Tenggara pengambilan sampling yaitu total sampling
Timur (NTT) juga telah banyak diteliti berupa penyebaran kuesioner. Populasi dalam
diantaranya hasil survey Perkumpulan penelitian merupakan subjek yang memenuhi
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dan On kriteria dalam penelitian dan telah di tetapkan
Track Media Indonesia (OTMI) menemukan yaitu semua Remaja kelas XII di MAN
bahwa sekitar 29% - 31% remaja di Nusa Manggarai Timur. Dalam penelitian ini
Tenggara Timur (NTT) telah berhubungan populasi yang diambil adalah semua Remaja
seksual pranikah (Demon et al., 2019). kelas XII di MAN Manggarai Timur sebanyak
Berdasarkan data survei Pusat Informasi dan 90 orang (Nursalam, 2008). Teknik sampling
Konseling yang dilakukan oleh Dinas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kesehatan Kota Kupang tahun 2017 bekerja total sampling, dimana seluruh populasi
sama dengan BKKBN Provinsi Nusa diambil sebagai sampel, sehingga jumlah
Tenggara Timur, diketahui bahwa presentasi sampel dalam penelitian ini berjumlah 90
untuk pengetahuan kesehatan reproduksi pada orang. Instrumen yang digunakan dalam
remaja di Kota Kupang adalah 34%, persentasi penelitian ini adalah kuesioner dengan
untuk perilaku seksual pranikah adalah 27% pengukuran menggunakan skala Likert.
dan kehamilan dini di luar nikah dengan Kuesioner bagian A terdapat data demografi
persentase 33% (Demon et al., 2019). Data remaja, bagian B terdapat kuesioner pola asuh
tersebut menungkapkan bahwa perilaku orang tua, bagian C terdapat kuesioner
seksual berisiko di NTT cukup banyak. Oleh perilaku seksual remaja, bagian D terdapat
karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian kuesioner teman sebaya, , bagian E terdapat
terhadap faktor yang mempengaruhi di kuesioner paparan media pornografi, bagian F
Manggarai Timur. Angka kejadian perilaku terdapat kuesioner pengetahuan.
seksual berisiko pada remaja di Manggarai
Timur 29% - 31% (KanalSatu, 2015).
HASIL PENELITIAN
Studi pendahuluan dengan melakukan
wawancara pada dua orang siswa dengan Karakteristik Responden Berdasarkan
seorang guru di MAN Manggarai Timur, Umur Remaja
selama tahun 2017 – 2020 telah ada empat Tabel 1
kejadian hamil di luar nikah. Dengan Distribusi Frekuensi Karakteristik
banyaknya siswa di MAN Manggarai Timur Berdasarkan Umur
350 orang. Namun, belum banyak penelitian
terkait perilaku seksual berisiko. Berdasarkan
kejadian tersebut, peneliti ingin melihat faktor Persentase
– faktor yang berhubungan dengan perilaku No. Usia Frekuensi (%)
1. 16 20 22,2
seksual berisiko pada remaja kelas XII di
2. 17 39 43,3
MAN Manggarai Timur sehingga hasilnya
3. 18 26 28,9
diharapkan bisa mencegah dampak negatif
4. 19 5 5,6
dari perilaku seksual berisiko yang
Total 90 100,0
memberikan dampak pada remaja.
Sumber : data primer tahun 2021
Berdasarkan tabel 1, menunjukan distribusi
METODE responden berdasarkan umur, dari 90 orang
responden frekuensi paling banyak berada di
Penelitian ini merupakan penelitian
usia 17 tahun berjumlah 39 orang (43,3%) dan
yang menggunakan pendekatan kuantitatif
frekuensi paling sedikit berada di usia 19
dengan metode cross sectional. Penelitian ini
tahun berjumlah 5 orang (5,6%).
dilaksanakan di MAN Manggarai Timur.
4 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun

Karakteristik Responden Berdasarkan Berdasarkan tabel 4, diperoleh hasil


Jenis Kelamin bahwa pengaruh teman sebaya pada siswa dari
Tabel 2 90 responden frekuensi paling banyak teman
Distribusi Frekuensi Karakteristik sebaya tidak berpengaruh berjumlah 54 orang
Berdasarkan Jenis Kelamin (60,0%) dan frekuensi paling sedikit teman
sebaya berpengaruh berjumlah 36 orang
No. Jenis Persentase (40,0%).
Kelamin Frekuensi (%)
1. laki - laki 50 55,6
2. perempuan 40 44,4
Distribusi Data Variabel Paparan Media
Total 90 100,0 Pornografi
Sumber : data primer tahun 2021 Tabel 5
Berdasarkan tabel 2, menunjukan Distribusi Data Berdasarkan Variabel Paparan Media
Pornografi
distribusi responden berdasarkan jenis
kelamin, dari 90 orang responden frekuensi No. Paparan
paling banyak berjenis kelamin laki – laki media Persentase
berjumlah 50 orang (55,6%) dan frekuensi pornografi Frekuensi (%)
1. tidak
paling sedikit berjenis kelamin perempuan terpapar
62 68,9
berjumlah 40 orang (44,4%). 2. terpapar 28 31,1
Total 90 100,0
Distribusi Data Variabel Pola Asuh Sumber : data primer tahun 2021
Orangtua Berdasarkan tabel 5, diperoleh hasil
Tabel 3 bahwa paparan media pornografi pada siswa
Distribusi Data Berdasarkan Variabel Pola dari 90 responden frekuensi paling banyak
Asuh Orangtua media pornografi tidak terpapar berjumlah 62
orang (68,9%) dan frekuensi paling sedikit
No. Pola asuh
media pornografi terpapar berjumlah 28 orang
orangtua Frekuensi Persentase (%)
1. demokratis 6 6,7 (31,1%).
2. otoriter 64 71,1
3. permisif 20 22,2 Distribusi Data Variabel Pengetahuan
Total 90 100,0 Tabel 6
Sumber : data primer tahun 2021 Distribusi Data Berdasarkan Variabel
Berdasarkan tabel 3, diperoleh hasil Pengetahuan
bahwa pola asuh orangtua pada siswa dari 90
No. Persentase
responden frekuensi paling banyak pola asuh
Pengetahuan Frekuensi (%)
otoriter berjumlah 64 orang (71,1%) dan 1. kurang 20 22,2
frekuensi paling sedikit pola asuh demokratis 2. baik 70 77,8
berjumlah 6 orang (6,7%). Total 90 100,0
Sumber : data primer tahun 2021
Distribusi Data Variabel Pengaruh Teman Berdasarkan tabel 6, diperoleh hasil
Sebaya bahwa pengetahuan pada siswa dari 90
Tabel 4 responden frekuensi paling banyak
Distribusi Data Berdasarkan Variabel Pengaruh berpengetahuan baik berjumlah 70 orang
Teman Sebaya
(77,8%) dan frekuensi paling sedikit
No. Pengaruh Persentase
berpengetahuan kurang berjumlah 20 orang
teman sebaya Frekuensi (%) (22,2%).
1. tidak
54 60,0
berpengaruh
2. berpengaruh 36 40,0
Total 90 100,0
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Berisiko Pada Remaja Kelas XII Di MAN Manggarai Timur|5
Distribusi Data Variabel Perilaku Seksual Total 90 100,0
Remaja Sumber : data primer tahun 2021
Tabel 7 Berdasarkan tabel 7, diperoleh hasil
Distribusi Data Berdasarkan Variabel Perilaku bahwa perilaku seksual pada siswa dari 90
Seksual responden frekuensi paling banyak perilaku
seksual tidak berisiko berjumlah 54 orang
No. Perilaku Persentase
(63,3%) dan frekuensi paling sedikit perilaku
seksual Frekuensi (%)
1. tidak berisiko 57 63,3 seksual berisiko berjumlah 33 orang (36,7%).
2. berisiko 33 36,7

Tabel 8
Bentuk perilaku seksual pada remaja kelas XII di MAN Manggarai Timur

Perilaku Bentuk aktivitas seksual Jumlah


seksual responden

Masturbasi pada alat kelamin sendiri 25

Masturbasi pada alat kelamin pasangan 15


Tidak berisiko Berpegangan tangan 72

Berpegangan lengan 49

Mengecup wajah 36

Mengecup pipi 40

Meraba tubuh 41

Berpelukan 31

Merangkul 38

Berciuman bibir 39

Menggunakan mulut pada tubuh pasangan 23


Berisiko Berhubungan seksual hanya menyentuh 22
genetalia

Berhubungan seksual tanpa alat kontrasepsi 0

Berhubungan seksual dengan alat kontrasepsi 4

Berhubungan seksual lebih dari satu pasangan. 0

Total 90

Sumber : data primer tahun 2021

Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII
6 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun

Tabel 9
Hubungan Jenis Kelamin dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII

Perilaku Seksual P - value


  tidak berisiko berisiko Total
laki - laki N 25 25 50
Jenis
Kelamin % 0,003
27,8% 27,8% 55,6%
perempuan N 32 8 40
% 35,6% 8,9% 44,4%
Total N 57 33 90
% 63,3% 36,7% 100,0%
Sumber : data primer tahun 2021
Berdasarkan tabel 9, menunjukan nilai p 0,003 maka p < 0,05 maka dapat
bahwa remaja yang berjenis kelamin laki – disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
laki 22 (24,4%) orang melakukan perilaku diterima yang artinya adanya hubungan antara
seksual berisiko dan 7 (7,8%) orang yang jenis kelamin dengan perilaku seksual berisiko
berjenis kelamin perempuan yang melakukan pada remaja kelas XII di MAN Manggarai
perilaku seksual berisiko. Selanjutnya Timur.
dilakukan perhitungan statistik dengan
menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil

Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas
XII
Tabel 10
Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII

Pola Asuh Orangtua P–


  Demokratis Otoriter Permisif Total value
Tidak N 5 49 3 57
Perilaku berisiko % 5,6% 54,4% 3,3% 63,3%
Seksual Berisiko N 1 15 17 33
0,000
% 1,1% 16,7% 18,9% 36,7%
Total N 6 64 20 90
% 6,7% 71,1% 22,2% 100,0%
Sumber : data primer tahun 2021

Berdasarkan tabel 10, menunjukan dilakukan perhitungan statistik dengan


bahwa remaja yang memiliki pola asuh menggunakan uji Chi Square di dapatkan hasil
demokratis paling sedikit melakukan perilaku nilai p 0,000 maka p < 0,05 maka dapat
seksual berisiko yaitu 1 (1,1,%) orang, disusul disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
pola asuh otoriter 15 (16,7%) orang dan diterima yang artinya adanya hubungan antara
remaja yang memiliki pola asuh permisif pola asuh orangtua dengan perilaku seksual
paling banyak melakukan perilaku seksual berisiko pada remaja kelas XII di MAN
berisiko sebanyak 17 (18,9%). Selanjutnya Manggarai Timur.
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Berisiko Pada Remaja Kelas XII Di MAN Manggarai Timur|7

Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII

Tabel 11
Hubungan Pengaruh Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII

Teman Sebaya P–
Tidak value
  berpengaruh Berpengaruh Total
Tidak N 50 7 57
Perilaku berisiko % 55,6% 7,8% 63,3%
Seksual Berisiko N 4 29 33
0,000
% 4,4% 32,2% 36,7%
Total N 54 36 90
% 60,0% 40,0% 100,0%
Sumber : data primer tahun 2021

Berdasarkan tabel 11, menunjukan didapatkan hasil nilai p 0,000 maka p < 0,05
bahwa remaja yang berpengaruh teman sebaya maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan
sebanyak 29 (32,2%) orang melakukan Ha diterima yang artinya adanya hubungan
perilaku seksual berisiko dan hanya 4 (4,4%) antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku
orang yang tidak berpengaruh teman sebaya seksual berisiko pada remaja kelas XII di
yang melakukan perilaku seksual berisiko. MAN Manggarai Timur.
Selanjutnya dilakukan perhitungan statistik
dengan menggunakan uji Chi Square

Hubungan Paparan Media Pornografi dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas
XII
Tabel 12
Hubungan Paparan Media Pornografi dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII

Paparan Media
Pornografi
Tidak P – value
  Terpapar Terpapar Total
Perilaku Tidak N 52 5 57
Seksual berisiko % 57,8% 5,6% 63,3%
Berisiko N 10 23 33
0,000
% 11,1% 25,6% 36,7%
Total N 62 28 90
% 68,9% 31,1% 100,0%
Sumber : data primer tahun 2021

Berdasarkan tabel 12, menunjukan nilai p 0,000 maka p < 0,05 maka dapat
bahwa remaja yang terpapar media pornografi disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
23 (25,6%) orang melakukan perilaku seksual diterima yang artinya adanya hubungan antara
berisiko dan 10 (11,1%) orang yang tidak paparan media pornografi dengan perilaku
terpapar media pornografi yang melakukan seksual berisiko pada remaja kelas XII di
perilaku seksual berisiko. Selanjutnya MAN Manggarai Timur.
dilakukan perhitungan statistik dengan
menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil
8 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun

Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII
Tabel 13
Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII

Pengetahuan
  Kurang Baik Total P – value
Perilaku Tidak N 7 50 57
Seksual berisiko % 7,8% 55,6% 63,3%
Berisiko N 13 20 33
0,003
% 14,4% 22,2% 36,7%
Total N 20 70 90
% 22,2% 77,8% 100,0%
Sumber : data primer tahun 2021

Berdasarkan tabel 13, menunjukan tentang hubungan pola asuh orangtua terhadap
bahwa remaja yang berpengetahuan baik 20 perilaku seksual remaja di SMA Tri Bhakti
(22,2%) orang melakukan perilaku seksual Pekanbaru, ditemukan 18,1% pola asuh orang
berisiko dan remaja yang berpengetahuan tua permisif dan 26% pola asuh orang tua
kurang 13 (14,4%) orang yang melakukan otoriter.
perilaku seksual berisiko. Selanjutnya
dilakukan perhitungan statistik dengan Pola asuh otoriter, orang tua yang
menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil menerapkan pola asuh ini cenderung
nilai p 0,003 maka p < 0,05 maka dapat menetapkan standar yang mutlak dan harus
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha dituruti, biasanya disertai dengan ancaman.
diterima yang artinya adanya hubungan antara Orang tua dengan tipe ini sering memaksa,
pengetahuan dan perilaku seksual berisiko memerintah dan menghukum anaknya agar
pada remaja kelas XII di MAN Manggarai menuruti kemauannya, serta dalam
Timur. berkomunikasi biasanya bersifat satu arah
(Kosati Widya, 2018).
PEMBAHASAN Orang tua demokratif lebih fleksibel.
Pola asuh orangtua Mereka mengendalikan dan menggunakan
Pola asuh adalah suatu tindakan, kontrol, tetapi mereka juga menerima dan
perbuatan, dan interaksi orang tua untuk bertanggung jawab. Seimbang dalam kedua
mendorong pertumbuhan dan perkembangan dimensi baik pengendalian maupun
anak agar mereka tumbuh dan berkembang penerimaan. Orang tua tidak hanya membuat
dengan baik dan benar (Elimanafe Rusanti, peraturan yang jelas dan secara konsisten
2018). melakukannya, tetapi juga menjelaskan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rasionalisasi dari peraturan mereka dan
bahwa remaja yang paling banyak menjawab pembatasannya. Orang tua juga responsif pada
pola asuh orangtua adalah otoriter yaitu ada 64 kebutuhan anak-anak mereka dan sudut
orang (71,1%). Ini disebabkan karena pandang anak, serta melibatkan anak dalam
responden merasa orangtua mau menang pengambilan keputusan keluarga (Wulandari,
sendiri, selalu mengatur dan semua perintah 2017).
harus diikuti tanpa memperhatikan pendapat
dan kemauan remaja. Pada pola asuh permisif, orang tua
lebih memanjakan sang anak dengan
Hasil penelitian ini sesuai dengan memberikan kesempatan pada anaknya untuk
penelitian yang dilakukan oleh Aguma (2014) melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Berisiko Pada Remaja Kelas XII Di MAN Manggarai Timur|9
cukup dari orang tua. Hal ini yang Pengaruh negatif interaksi sosial dalam
menyebabkan remaja rawan melakukan persahabatan yaitu sangat erat sekali akan
perilaku seksual dengan lawan jenisnya dan terjadi perilaku menyimpang yaitu kenakalan
cenderung berisiko karena orang tua dengan remaja. Misalnya, kelompok remaja tersebut
pola asuh permisif cenderung tidak menegur berkumpul di suatu tempat (nongkrong) dan
atau memperingati anak remaja apabila sedang hal yang sering mereka lakukan seperti
dalam bahaya dan sedikit memberikan merokok, mabuk-mabukan, membicarakan
bimbingan yang seharusnya dibutuhkan oleh lawan jenis, bahkan perilaku seksual dan
para remaja (Kosati Widya, 2018). menggunakan narkotika, minum alkohol,
merokok, menonton pornografi melalui seluler
Berdasarkan penelitian orang tua yang genggam dan lain sebagainya, maka remaja
pola asuh demokrasi disertai dengan akan mengikuti tanpa memperdulikan
komunikasi terbuka antara orang tua dan anak, perasaan sendiri dan akibatnya (Sigalingging
mengharapkan kematangan perilaku pada anak & Sianturi, 2019).
disertai dengan adanya kehangatan dari orang
tua. Pola asuh demokrasi merupakan hal yang Hurlock (2011) dalam Sigalingging &
penting untuk diterapkan dalam keluarga Sianturi (2019) Rasa ingin tahu remaja dalam
sehingga membangun perilaku yang baik pada segala hal termasuk perilaku seksual bebas
anak. didorong oleh adanya pengaruh dari teman
sebaya agar remaja tersebut dapat diterima
Pengaruh teman sebaya didalam kelompok dengan mengikuti semua
Teman sebaya merupakan faktor yang aturan yang dianut oleh teman sebayanya.
sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada Remaja yang memperoleh informasi dari
masa remaja. Dalam masyarakat modern teman sebayanya akan lebih beresiko
seperti sekarang ini, remaja menghabiskan berperilaku seksual karena ikatan antara teman
sebagian besar waktunya bersama temanya sebaya lebih kuat sehingga terkadang dapat
sebaya. Pada masa remaja, hubungan dengan menggantikan keluarga.
teman sebaya meningkat secara drastis, dan Berdasarkan penelitian teman sebaya
saat bersamaan hubungan dengan orang tua dapat mempengaruhi remaja untuk mengambil
akan menurun. Peran teman sebaya berkaitan keputusan mengenai perilaku seksual.
erat dengan sikap, pembicaraan, minat, Dampaknya, remaja dapat terlibat langsung
penampilan dan perilaku. dalam perilaku perilaku seksual dikarenakan
Penelitian diperoleh bahwa remaja pengaruh teman sebaya dikenal untuk
yang paling banyak menjawab pengaruh mengubah kepribadian, sikap dan perilaku
teman sebaya adalah tidak berpengaruh yaitu remaja. Dalam lingkungan masyarakat juga,
ada 54 orang (60,0%). Ini disebabkan karena perilaku seksual oleh teman sebaya merupakan
responden menolak ajakan melakukan hal model untuk perilaku individu dan terkadang
negatif dan mampu memilah teman dalam memberikan tekanan pada remaja serta
pergaulan responden. menuntutnya untuk terlibat dalam perilaku
seksual.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hindiarti Paparan Media Pornografi
(2017) tentang faktor - faktor yang Terbukanya media informasi di media
berhubungan dengan perilaku seks pada sosial terutama terkait konten pornografi,
pekerja remaja di Kawasan Perbelanjaan "X" memudahkan semua orang untuk
Kota Yogyakarta tahun 2015 ditemukan hasil mengaksesnya. Rasa ingin tahu manusia yang
pengaruh negatif teman sebaya menunjukkan besar, mengakibatkan banyak orang yang
bahwa 230 (57,5%) pekerja remaja memiliki membuka media sosial, terutama konten
teman sebaya yang berpengaruh negatif pornografi. Hal ini dikarenakan pornografi
rendah.
10 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun

adalah sesuai hal yang sangat menarik untuk paparan pornografi tidak hanya berupa
dilihat dibandingkan dengan konten- konten pengetahuan tentang pornografi saja tetapi
yang lainnya. yang terjadi juga sampai pada aspek afektif
dan bahkan kecenderungan untuk berperilaku.
Penelitian diperoleh bahwa remaja
yang paling banyak menjawab paparan media
pornografi adalah tidak terpapar yaitu ada 62
Pengetahuan
orang (68,9%). Ini disebabkan karena
responden sudah dapat membedakan antara Pengetahuan tentang seks pranikah
informasi yang baik dan informasi yang buruk berpengaruh terhadap perilaku seks pada
untuk perkembangan diri remaja sudah remaja. Secara teori pengetahuan dengan
stabilnya jiwa remaja inilah yang perilaku seks mempunyai hubungan yang
menyebabkan informasi yang masuk dicerna positif, dimana semakin baik pengetahuan
dan diamati yang terjadi bila ia melakukan hal maka semakin rendah perilaku seksual pada
yang sama dengan apa yang dilihatnya. remaja (Anggraeni & Hayati, 2016).
Hasil penelitian ini sesuai dengan Penelitian diperoleh bahwa remaja
penelitian yang telah dilakukan oleh Agung yang paling banyak menjawab pengetahuan
(2017) tentang hubungan paparan pornografi adalah baik yaitu ada 70 orang (77,8%).
melalui media masa dengan perilaku seksual Pengetahuan mendasari terbentuknya sikap
remaja diketahui bahwa 54,2% responden dan sikap mendasari terbentuknya perilaku.
menunjukkan paparan negatif, yang dikatakan Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
paparan negatif yaitu remaja melihat foto atau yang telah dilakukan oleh Silvia (2019)
gambar berkonten pornografi, video melalui tentang hubungan pengetahuan dan sikap
media elektronik. remaja tentang kesehatan reproduksi dengan
Keterpaparan pornografi dari media perilaku seksual pranikah siswa diketahui
bahwa 78,0% responden menunjukan
merupakan suatu kondisi dimana remaja baik
sengaja maupun tidak sengaja mencari dan pengetahuan baik.
mendapatkan sesuatu berupa sajian seksual, Menurut Notoatmodjo (2013)
baik dalam bentuk tulisan, gambar ataupun pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini
adegan yang akan memberikan suatu terjadi setelah orang melakukan penginderaan
perubahan pola pikir dan sikap bagi remaja terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
atas objek seksual yang telah didengar, dibaca merupakan faktor predisposisi yang
atau dilihat yang dapat diperoleh dari media menentukan perilaku seseorang. Menurut
televisi dan internet. Apalagi apabila media Amrillah (2006), semakin tinggi pengetahuan
tersebut ditayangkan tanpa sensor yang tegas, kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja
mengakibatkan remaja yang melihat dan maka semakin rendah perilaku seksualnya,
mendengar akan menganggap bahwa objek sebaliknya semakin rendah pengetahuan
seksual yang ditampilkan adalah sesuatu hal kesehatan reproduksi yang dimiliki remaja
yang wajar (Yustiari & Syahrianti, 2018). maka semakin tinggi perilaku seksualnya.
Berdasarkan penelitian paparan media Berdasarkan penelitian pengetahuan
pornografi memiliki efek yang menyertainya. seksualitas yang baik dapat menjadikan remaja
Pornografi dapat merangsang hasrat seksual memiliki tingkah laku seksual yang sehat dan
seseorang, maka efek yang terjadi adalah bertanggung jawab. Pemahaman yang keliru
perilaku yang mengarah pada peningkatan mengenai seksualitas pada remaja menjadikan
rangsangan seksual itu sendiri. Perubahan mereka mencoba untuk bereksperimen
sikap, tingkah laku, dan pendapat remaja mengenai masalah seks tanpa menyadari
tentang pornografi merupakan bentuk efek bahaya yang timbul dari perbuatannya, dan
yang terjadi terkait dengan opini personal ketika permasalahan yang ditimbulkan oleh
seorang remaja terhadap pornografi. Efek
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
B e r i s i k o P a d a R e m a j a K e l a s X I I D i M A N M a n g g a r a i T i m u r | 11
perilaku seksnya mulai bermunculan, remaja masturbasi, berfantasi, berpegangan tangan,
takut untuk mengutarakan permasalahan mencium pipi, berpelukan dan seterusnya.
tersebut kepada orang tua. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku
seksual adalah segala perilaku yang didorong
oleh hasrat seks yang diarahkan pada diri
sendiri atau orang lain baik yang berlawanan
jenis maupun sesama jenis untuk mendapatkan
Perilaku Seksual kepuasan organ seksualnya (Purnamasari &
Wimbarti, 2007).
Perilaku seksual adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik Perilaku seksual di kalangan remaja
terhadap lawan jenis maupun sesama jenis. saat ini sudah sangat mengkhawatirkan,
Wujud tingkah laku tersebut, antara lain sehingga berdampak pada persoalan
perasaan tertarik, berkencan, bercumbu, dan kehamilan tidak diinginkan, aborsi dan
bersenggama. Objeknya dapat berupa orang kejadian HIV dan AIDS semakin tahun
lain, dalam khayalan, atau diri sendiri (Irianti semakin meningkat. Hal ini juga dipengaruhi
& Herlina, 2012). adanya pergeseran sikap yang lebih permisif
pada hubungan seksual (Lutfianawati, 2014).
Penelitian diperoleh bahwa remaja
yang paling banyak menjawab perilaku Berdasarkan penelitian perilaku
seksual adalah tidak berisiko yaitu ada 57 seksual pada remaja karena didorong oleh rasa
orang (63,3%). Perilaku seksual merupakan ingin tahu yang besar untuk mencoba hal- hal
akibat langsung dari pertumbuhan hormon dan yang belum diketahui. Dimana remaja ingin
kelenjar seks yang menimbulkan dorongan mengetahui banyak hal yang dapat dipuaskan
seksual pada seseorang yang mencapai serta diwujudkan melalui pengalaman mereka
kematangan pada masa remaja awal yang sendiri.
ditandai dengan adanya perubahan fisik
(Junita, 2018). Hubungan jenis kelamin dengan perilaku
seksual berisiko pada remaja
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Sari Berdasarkan hasil penelitian yang
(2020) tentang faktor yang berhubungan dilakukan kepada 90 responden di MAN
dengan perilaku seksual pada remaja diketahui Manggarai Timur, dapat ditemukan remaja
bahwa 83,5% responden menunjukkan yang berjenis kelamin laki – laki 25 (27,8%)
perilaku seksual tidak berisiko. Adanya remaja orang melakukan perilaku seksual berisiko dan
yang memiliki perilaku seksual beresiko 8 (8,9%) orang yang berjenis kelamin
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan perempuan yang melakukan perilaku seksual
tentang seks dan akibat dari perilaku seksual berisiko. Berdasarkan hasil uji statistik dengan
sehingga membuat remaja ingin mencobanya. menggunakan uji Chi Square didapatkan hasil
Selain itu, juga disebabkan oleh meningkatnya nilai p 0,003 maka p < 0,05 maka dapat
libido seksual, rendahnya usia kematangan disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
seksual yang diikuti oleh meningkatnya diterima yang artinya adanya hubungan antara
aktifitas seksual pada usiausia yang dini, jenis kelamin dengan perilaku seksual berisiko
perubahan-perubahan hormonal yang pada remaja kelas XII di MAN Manggarai
meningkatkan hasrat seksual remaja. Timur.
Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja Penelitian ini menunjukkan bahwa
membutuhkan penyaluran dalam bentuk remaja yang berjenis kelamin laki - laki
tingkah laku tertentu (Sari, 2020). memiliki perilaku seksual berisiko paling
Perilaku seksual dapat dilakukan banyak yaitu 25 (27,8%) dan remaja yang
dengan berbagai macam cara, misalnya berjenis kelamin perempuan yang memiliki
perilaku seksual berisiko 8 (8,9%). Hasil ini
12 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh diterima dan H0 ditolak yang berarti adanya
Yolanda et al., (2019) tentang faktor - faktor hubungan antara pola asuh orangtua dengan
yang berhubungan dengan sikap remaja perilaku seksual berisiko pada remaja kelas
terhadap perilaku seksual pranikah di XII di MAN Manggarai Timur.
Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan
Mentawai tahun 2018 diketahui bahwa hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pola
analisis bivariat dengan uji Chi Square asuh siswa yang memiliki perilaku seksual
diperoleh p value sebesar 0,003 yang berarti berisiko paling besar adalah demokratis yaitu
terdapat hubungan signifikan antara jenis sebanyak 1 (1,1,%), otoriter 15 (16,7%) dan
kelamin dengan perilaku seksual pranikah permisif 17 (18,9%). Pola asuh yang paling
remaja. Perkembangan seksual remaja banyak melakukan perilaku seksual beresiko
dipengaruhi oleh faktor bio-psiko-sosial secara yaitu permisif. Orang tua yang memiliki pola
seimbang. Secara biologis, laki-laki memiliki asuh jenis ini memberikan kekuasaan penuh
kadar hormon testosteron yang lebih tinggi kepada anak untuk menentukan pilihan. Orang
jika dibandingkan pada perempuan. Hormon tua biasanya membiarkan anak untuk
ini berperan secara langsung terhadap mengatur aktivitasnya sendiri dan tidak
dorongan seks pada laki-laki (Yolanda et al., mengontrol. Bahaya sekali bila remaja
2019). dibiarkan tumbuh tanpa kendali dari orang tua.
Pada remaja banyak aspek berkaitan dengan
Terdapat perbedaan antara remaja laki- pengalaman dan penalaran yang membutuhkan
laki dan remaja perempuan dalam pengalaman bimbingan orang tua, apalagi ketika
seksual. Remaja laki-laki selalu menunjukkan pengambilan keputusan. Tidak adanya kontrol
angka yang lebih tinggi daripada remaja ini bisa saja menjadi celah buat anak untuk
perempuan. Hormon testosteron laki-laki akan melakukan perilaku seksual yang beresiko.
cepat muncul bila ada rangsangan baik fisik,
maupun psikis, sedangkan hormon estradiol Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
pada perempuan lebih lambat munculnya. dilakukan oleh Aguma (2014) tentang
Selain itu, laki-laki lebih tertarik pada lawan hubungan pola asuh orangtua terhadap
jenis dalam pemuasan kebutuhan seksual, perilaku seksual remaja di SMA Tri Bhakti
sementara perempuan dalam hubungannya Pekanbaru yang menyatakan bahwa adanya
dengan lawan jenis lebih tertarik pada hubungan antara perilaku seksual dengan pola
penggalian aspek personality (Rahayu et al., asuh orang tua (p value=0,001). Remaja yang
2020). diawasi oleh orang tuanya, remaja dengan pola
asuh otoriter, remaja yang berasal dari
Hubungan pola asuh orangtua dengan keluarga yang konservatif serta memegang
perilaku seksual berisiko pada remaja kuat tradisi dan memiliki hubungan akrab
dengan orang tuanya akan menunda
Berdasarkan hasil penelitian yang di melakukan hubungan seksual. Pengawasan
lakukan kepada 90 responden di MAN orang tua merupakan faktor penting yang
Manggarai Timur, dapat ditemukan remaja mempengaruhi perilaku seksual remaja
yang memiliki pola asuh demokratis paling (Hindiarti, 2017).
sedikit melakukan perilaku seksual berisiko
yaitu 1 (1,1,%) orang, disusul pola asuh Kenyataan juga membuktikan bahwa
otoriter 15 (16,7%) orang dan remaja yang remaja yang dibesarkan dengan disiplin dan
memiliki pola asuh permisif paling banyak bimbingan yang konsisten jauh lebih unggul
melakukan perilaku seksual berisiko sebanyak dan berhasil dalam banyak hal ketimbang para
17 (18,9%). Berdasarkan hasil uji statistik remaja yang bertumbuh dalam suasana yang
dengan menggunakan uji Chi Square dengan serba memperbolehkan (permisif). Namun di
tingkat signifikan 0,05. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa 15
diperoleh p value 0,000 maka dapat responden yang memiliki pola asuh otoriter
disimpulkan p value 0,000 < 0,05 berarti Ha yang notabenenya adalah pola asuh dengan
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
B e r i s i k o P a d a R e m a j a K e l a s X I I D i M A N M a n g g a r a i T i m u r | 13
disiplin yang tinggi cenderung ketat dan memberikan dunia tempat remaja dapat
menuntut juga memiliki perilaku seksual melakukan sosialisasi dimana nilai - nilai yang
beresiko. Pola asuh demokratis juga berlaku adalah nilai – nilai yang dibentuk oleh
mempunyai resiko namun lebih minimal dari remaja sendiri.
pola asuh yang lain.
Usia remaja biasanya sedang sangat
Hubungan pengaruh teman sebaya dengan mementingkan eksistensi diri. Remaja akan
perilaku seksual berisiko pada remaja berlaku senormal mungkin menurut
kelompoknya, atau akan menghadirkan trend
Berdasarkan hasil penelitian yang di baru yang dianggap keren dan kekinian. teman
lakukan kepada 90 responden di MAN sebaya dianggap sebagai faktor yang cukup
Manggarai Timur, dapat ditemukan remaja kuat mempengaruhi perilaku remaja. Remaja
yang berpengaruh teman sebaya sebanyak 29 sebisa mungkin akan mengikuti pergaulan
(32,2%) orang melakukan perilaku seksual kelompok teman sebayanya agar diterima dan
berisiko dan hanya 4 (4,4%) orang yang tidak diakui dalam kelompoknya. oleh sebab itu,
berpengaruh teman sebaya yang melakukan remaja sangat cenderung mengikuti perilaku
perilaku seksual berisiko. Berdasarkan hasil teman sebayanya (Anniswah, 2016).
uji statistik dengan menggunakan uji Chi
Square dengan tingkat signifikan 0,05. Hasil Hubungan paparan media pornografi
analisis diperoleh p value 0,000 maka dapat dengan perilaku seksual berisiko pada
disimpulkan p value 0,000 < 0,05 berarti Ha remaja
diterima dan H0 ditolak yang berarti adanya
hubungan antara teman sebaya dengan Berdasarkan hasil penelitian yang di
perilaku seksual berisiko pada remaja kelas lakukan kepada 90 responden di MAN
XII di MAN Manggarai Timur. Manggarai Timur, dapat ditemukan remaja
yang terpapar media pornografi 23 (25,6%)
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang orang melakukan perilaku seksual berisiko dan
dilakukan oleh Anniswah (2016) tentang 10 (11,1%) orang yang tidak terpapar media
faktor - faktor yang berhubungan dengan pornografi yang tidak melakukan perilaku
perilaku seksual berisiko IMS pada remaja seksual berisiko. Berdasarkan hasil uji
pria di Indonesia diketahui bahwa hasil statistik dengan menggunakan uji Chi Square
analisis bivariat dengan uji Chi Square dengan tingkat signifikan 0,05. Hasil analisis
diperoleh p value sebesar 0,000 yang berarti diperoleh p value 0,000 maka dapat
terdapat hubungan signifikan antara pengaruh disimpulkan p value 0,000 < 0,05 berarti Ha
teman sebaya dengan perilaku seksual remaja diterima dan H0 ditolak yang berarti adanya
di Indonesia tahun 2012. hubungan antara paparan media pornografi
dengan perilaku seksual berisiko pada remaja
Dalam masyarakat modern seperti kelas XII di MAN Manggarai Timur.
sekarang ini, remaja menghabiskan sebagian
besar waktunya bersama temanya sebaya. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
Pada masa remaja, hubungan dengan teman dilakukan oleh Pujiati & Handayani (2018)
sebaya meningkat secara drastis, dan saat tentang pengaruh paparan media pornografi
bersamaan hubungan dengan orang tua akan dan teman sebaya terhadap perilaku seks
menurun. Peran teman sebaya berkaitan erat remaja Kabupaten Kudus diketahui bahwa
dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan hasil analisis bivariat uji statistik Chi Square
dan perilaku (Sigalingging & Sianturi, 2019). diperoleh adanya hubungan antara paparan
media pornografi dengan perilaku seksual
Menurut Horrocks Benimof dalam remaja (p = 0,042).
Hindiarti (2017) menyatakan bahwa pengaruh
teman sebaya terhadap remaja sangat besar Schramm dan Robert dalam Wulandari
karena kelompok teman sebaya merupakan (2017) yang menjelaskan bahwa pornografi
dunia nyata bagi remaja. Teman sebaya dapat mempengaruhi hasrat seksual remaja
14 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun

dan remaja dapat belajar tentang seksualitas pria di Indonesia didapatkan hasil analisis
dari observasi yang digambarkan oleh bivariat diperoleh nilai p value sebesar 0,000
beberapa media. Efek dari media pornografi yang artinya terdapat hubungan yang
bisa jadi menjadi kuat manakala remaja signifikan antara pengetahuan dengan perilaku
menjadi tertarik, digambarkan dengan penuh seksual remaja pria di Indonesia tahun 2012.
kekuatan, dan menjadi adiktif. Tidak hanya
berupa pengetahuan tentang pornografi, Pengetahuan sangat penting di dalam
perubahan sikap, tingkah laku, dan pendapat seseorang mengambil keputusan karena
remaja tentang pornografi juga merupakan tindakan yang didasarkan atas pengetahuan
bentuk efek yang terjadi terkait dengan opini memberikan konsekuensi yang lebih baik bagi
pribadi seorang remaja. pengambil keputusan. Pengetahuan merupakan
faktor predisposisi yang menentukan perilaku
Pencarian informasi remaja tentang seseorang (Notoatmodjo, 2007 dalam
perilaku seksual saat ini sangat didukung oleh (Anggraeni & Hayati, 2016).
perkembangan dan kemajuan teknologi.
Kehadiran media komunikasi seperti gadget Paparan informasi yang kurang efektif
dan smartphone hampir dimiliki setiap orang dapat mempengaruhi pengetahuan remaja.
termasuk remaja. Disamping memberikan Pengetahuan yang kurang baik justru lebih
keuntungan, tak sedikit pula memberikan berbahaya daripada tidak tahu sama sekali,
dampak negatif. Apalagi di jaman yang serba tapi bukan berarti tidak memiliki pengetahuan
canggih dengan adanya internet, arus adalah tidak membahayakan. Pengetahuan
pertukaran informasi sulit difiltrasi bila yang kurang baik bisa menimbulkan salah
mengingat perbedaan budaya barat dan timur persepsi dan mendorong remaja untuk
yang ada. Hal tersebut memudahkan remaja mencoba – coba.
untuk terpapar pornografi (Wulandari, 2017). Pengetahuan tentang seks pranikah
berpengaruh terhadap perilaku seks pada
remaja. Secara teori pengetahuan dengan
Hubungan pengetahuan dengan perilaku perilaku seks mempunyai hubungan yang
seksual berisiko pada remaja positif, dimana semakin baik pengetahuan
maka semakin rendah perilaku seksual pada
Berdasarkan hasil penelitian yang di remaja. Menurut Amrillah (2006), semakin
lakukan kepada 90 responden di MAN tinggi pengetahuan kesehatan reproduksi yang
Manggarai Timur, dapat ditemukan remaja dimiliki remaja maka semakin rendah perilaku
yang berpengetahuan baik 20 (22,2%) orang seksualnya, sebaliknya semakin rendah
melakukan perilaku seksual berisiko dan pengetahuan kesehatan reproduksi yang
remaja yang berpengetahuan kurang 13 dimiliki remaja maka semakin tinggi perilaku
(14,4%) orang yang melakukan perilaku seksualnya (Anggraeni & Hayati, 2016).
seksual berisiko. Berdasarkan hasil uji statistik
dengan menggunakan uji Chi Square dengan KESIMPULAN
tingkat signifikan 0,05. Hasil analisis Pola asuh orangtua pada siswa adalah
diperoleh p value 0,003 maka dapat otoriter sebanyak 64 orang (71,1%), pola asuh
disimpulkan p value 0,003 < 0,05 berarti Ha permisif sebanyak 20 orang (22,2%), dan pola
diterima dan H0 ditolak yang berarti adanya asuh demokratis sebanyak 6 orang (6,7%).
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku Pengaruh teman sebaya pada siswa
seksual berisiko pada remaja kelas XII di adalah tidak berpengaruh sebanyak 54 orang
MAN Manggarai Timur. (60,0%) dan berpengaruh sebanyak 36 orang
(40,0%).
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang Paparan media pornografi pada siswa
dilakukan oleh Anniswah (2016) tentang adalah tidak terpapar sebanyak 62 orang
faktor - faktor yang berhubungan dengan (68,9%) dan terpapar sebanyak 28 orang
perilaku seksual berisiko IMS pada remaja (31,1%).
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
B e r i s i k o P a d a R e m a j a K e l a s X I I D i M A N M a n g g a r a i T i m u r | 15
Pengetahuan pada siswa adalah Anggraeni-HUBUNGAN-
pengetahuan kurang sebanyak 20 orang PENGETAHUAN.pdf
(22,2%) dan pengetahuan baik sebanyak 70 Anniswah, N. (2016). Faktor - Faktor Yang
Berhubungan Dengan perilaku Seksual
orang (77,8%).
Berisiko IMS Pada Remaja pria Di
Perilaku seksual pada siswa adalah Indonesia [Universitas Islam Negeri
tidak berisiko sebanyak 57 orang (63,3%) dan Syarif Hidayatullah Jakarta].
berisiko sebanyak 33 orang (36,7%). http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstr
Adanya hubungan antara jenis kelamin eam/123456789/31079/1/Nadra
dengan perilaku seksual berisiko pada remaja Anniswah-FKIK.pdf
kelas XII di MAN Manggarai Timur. Hasil uji BKKBN. (2018). Survei Demografi dan
Kesehatan : Kesehatan Reproduksi
Chi Square didapatkan hasil nilai p 0,003
Remaja.
maka p < 0,05. Candra, I., & Pratiwi, N. S. (2018). Hubungan
Adanya hubungan antara pola asuh Antara Religiusitas Dengan Cybersexual
orangtua dengan perilaku seksual berisiko Addiction Pada Siswa SMP
pada remaja kelas XII di MAN Manggarai Muhammadiyah 1 Kota Padang. 11(2),
Timur. Hasil uji Chi Square di dapatkan hasil 11–20.
nilai p 0,000 maka p < 0,05. Demon, B. P., Hinga, I. A. T., & Sir, A. B.
(2019). Gambaran Perilaku Kesehatan
Adanya hubungan antara pengaruh
Reproduksi pada Siswa SMA di Kota
teman sebaya dengan perilaku seksual berisiko Kupang Tahun 2019. Journal of
pada remaja kelas XII di MAN Manggarai Community Health, 01(2), 66–75.
Timur. Hasil uji Chi Square didapatkan hasil Elimanafe Rusanti, M. (2018). Hubungan
nilai p 0,000 maka p < 0,05. Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Adanya hubungan antara paparan Remaja Dan Pola Asuh Orangtua
media pornografi dengan perilaku seksual Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada
Siswa Siswi Kelas XII IPA SMA Negeri
berisiko pada remaja kelas XII di MAN 2 Kota Kupang. Midwifery Scientific
Manggarai Timur.Hasil uji Chi Square Journal, 2(September), 20–28.
didapatkan hasil nilai p 0,000 maka p < 0,05. Hindiarti, Y. I. (2017). Faktor - Faktor Yang
Adanya hubungan antara pengetahuan Berhubungan Dengan Perilaku Seks Pada
dan perilaku seksual berisiko pada remaja Pekerja Remaja Di Kawasan
kelas XII di MAN Manggarai Timur. Hasil uji Perbelanjaan “X” Kota Yogyakarta
Tahun 2015. Jurnal Medika Respati, 12,
Chi Square didapatkan hasil nilai p 0,003
39–51.
maka p < 0,05. Irianti, I., & Herlina, N. (2012). Buku Ajar
Psikologi Untuk Mahasiswa Kebidanan
(E. Mardella (ed.)). Penerbit Buku
DAFTAR RUJUKAN Kedokteran EGC.
Aguma. (2014). Hubungan Pola Asuh Junita, S. (2018). Hubungan Pengetahuan
Orangtua Terhadap Perilaku Seksual Dan Sikap Tentang Kesehatan
Remaja di SMA Tri Bhakti Pekanbaru. Reproduksi Dengan Perilaku Seks Pra
Jurnal Keperawatan Universitas Riau. Nikah Pada Siswa Yang Mengikuti
Agung. (2017). Hubungan Paparan Pornografi Kegiatan PIK-R Di SMA Kabupaten
Melalui Media Massa Dengan Perilaku Bantul Tahun 2017. Politeknik Kesehatan
Seksual Remaja Di SMK Semarang. Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
Journal STIkes PYP, 1–8. KanalSatu. (2015). Hasil Survei Sex Pranikah
Anggraeni, S., & Hayati, R. (2016). Hubungan Remaja. KanalSatu.Com.
Pengetahuan, Keterpaparan Sumber http://kanalsatu.com/id/post/41026/hasil-
Informasi, dan Sikap Remaja Dengan survei---31--remaja-ntt-lakukan-sex-
Perilaku Sesksual Pranikah Pada Remaja pranikah
di SMK “X” Kabupaten Tanah Laut. Kemenkes. (2014). Situasi Kesehatan
Prosiding Hasil-Hasil Penelitian Tahun Reproduksi Remaja.
2016, 102–108. http://ppj.uniska- Kemenkes. (2018, December 19). Bagi Para
bjm.ac.id/wp- Remaja, Kenali Perubahan Fisik untuk
content/uploads/2019/04/Septi- Menghindari Masalah Seksual. Biro
16 | Jurnal Wawasan Kesehatan: volume:…., Nomor…, tahun

Komunikasi Dan Pelayanan Masyarakat. Sari, N. W. (2020). Faktor Yang Berhubungan


www.sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/ril Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja.
is-media/ Human Care Journal, 5(3), 813–826.
Kemenkes. (2019, March). Pemuda Rumuskan https://ojs.fdk.ac.id/index.php/humancare
Keterlibatan Bermakna Dalam /article/view/857
Pembangunan Kesehatan. Biro Sigalingging, G., & Sianturi, I. A. (2019).
Komunikasi Dan Pelayanan Masyarakat, Hubungan Teman Sebaya Dengan
1. Perilaku Seksual Remaja Di SMK Medan
https://www.kemkes.go.id/article/print/19 Area Medan Sunggal. Jurnal Darma
032200001/pemuda-rumuskan- Agung Husada, V(April), 9–15.
keterlibatan-bermakna-dalam- Silvia, M. (2019). Hubungan Pengetahuan
pembangunan-kesehatan.html Dan Sikap Remaja Tentang Kesehatan
Kosati Widya, T. (2018). Hubungan Antara Reproduksi Dengan Perilaku seksual
Peran Orang Tua, Teman Sebaya Dan Pranikah Siswa. Jurnal Penelitian
Religiusitas Dengan Perilaku Seksual Kesmasy, 1(2), 58–65.
Berisiko Pada Remaja Awal Di SMP http://ejournal.delihusada.ac.id/index.php
Negeri “A” Surabaya. Universitas /JPKSY
Airlangga. UNESCO. (2018). International technical
Lutfianawati. (2014). Hubungan Peran guidance on sexuality education. In
Orangtua Dengan Sikap Remaja Tentang United Nations Educational Scientific
Seks Bebas di MAN Wlingi Kabupaten and Cultural Organization SDGs. United
Blitar. Jurnal Ners Dan Kebidanan, 1, Nations Educational, Scientific and
103–109. Cultural Organization (UNESCO).
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan http://unesdoc.unesco.org/images/0026/0
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan 02607/260770e.pdf
(2nd ed.). Penerbit Salemba Medika. WHO. (2018). Orientation Programme on
http://www.penerbitsalemba.com Adolescent Health for Health - Care
Pujiati, E., & Handayani, D. (2018). Pengaruh Providers. http://www.who.int/child-
Paparan Media Pornografi Dan Teman adolescent-health
Sebaya Terhadap Perilaku Seks Remaja Wulandari, L. S. (2017). Faktor-Faktor yang
kabupaten Kudus. Jurnal Profesi Berhubungan dengan Perilaku Seksual
Keperawatan, 5(1), 57–68. pada Remaja SMA terhadap Wanita
Purnamasari, S., & Wimbarti, S. (2007). Pekerja Seks di Purwodadi. In Fakultas
Efektivitas Pendidikan Seksualitas Kedokteran Universitas Diponegoro
Terhadap Peningkatan Kontrol Diri (Issue November). Universitas
Pada Remaja Putri Yang Telah Aktif Diponegoro.
Secara Seksual. 1–27. Yolanda, R., Kurniadi, A., & Tanumihardja, T.
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php? N. (2019). Faktor - Faktor Yang
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianD Berhubungan Dengan Sikap Remaja
etail&act=view&typ=html&buku_id=361 Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Di
48 Kecamatan Siberut Selatan, Kepulauan
Qomasari, D. (2015). Hubungan Antara Peran Mentawai Tahun 2018. Jurnal Kesehatan
Keluarga, sekolah Teman Sebaya, Reproduksi, 10(1), 69–78.
Pendapatan Keuarga, Media Informasi, https://doi.org/10.22435/kespro.v10i1.21
dan Norma Agama dengan Perilaku 74.69-78
Seksual Remaja SMA di Surakarta. In Yustiari, & Syahrianti. (2018). Hubungan
Program Pascasarjana Universitas Paparan Pornografi Melalui Televisi
Sebelas Maret. Universitas Sebelas Dengan Perilaku Seksual Remaja SMA
Maret. Negeri 2 Kendari. Jurnal Penelitian,
Rahayu, N. F., Indraswari, R., & Husodo, B. 10(2008), 15–20.
T. (2020). Hubungan Jenis Kelamin, Usia
dan Media Pornografi dengan Perilaku
Seksual Berisiko Siswa SMP di Kota
Semarang. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 1(19), 15–20.
https://doi.org/10.14710/mkmi.19.1.62-
67

Anda mungkin juga menyukai