Anda di halaman 1dari 23

Gambaran Pengetahuan Remaja

tentang Seks Bebas di SMA Negeri 20


Makassar Tahun 2015

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS


BEBAS DI SMA NEGERI 20 MAKASSAR TAHUN 2015

Universitas IndonesiaTimur Makassar


Program D-III Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah
September 2015

ABSTRAK

SARFINA, Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Seks Bebas di SMA


Negeri 20 Makassar Tahun 2015, (Dibimbing oleh Ibu Rohani Mustari,
dan Ibu Ibrah)
VI Bab 52 halaman, 9 lampiran
Masalah seks pada remaja sering kali merupakan para orang tua,
juga pendidik, pejabat pemerintah, para ahli, dan sebagainya. Adapun
yang dimaksud perilaku sekssual adalah segala tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun
dengan sesama jenis. Masa remaja merupakan masa peralihan dari
masa anak-anak ke masa dewasa. Salah satu faktor yang
mempengaruhi seks bebas pada remaja ialah ketidaktahuan para remaja
tentang seks bebas.
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif, yang
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan remaja
tentang seks bebas di SMA Negeri 20 Makassar Tahun 2015, dengan
populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X dan XI
sebanyak 300 orang dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas
X dan XI baik perempuan dan laki-laki yang bersedia mengisi kuisioner
penelitian sebanyak 76 orang.
Hasil penelitian menunjukkan dari 76 orang responden
berdasarkan tingkatan pendidikan yang mengetahui tentang tanda seks
bebas di kelas X sebanyak 36 orang (47,37%) dan yang tidak
mengetahui sebanyak 2 orang (2,63%), sedangkan kelas XI yang
mengetahui tentang seks bebas sebanyak 37 orang (48,68%) dan yang
tidak mengetahui sebanyak 1 orang (1,32%)dan berdasarkan jenis
kelamin yang mengetahui tentang seks bebas, laki-laki sebanyak 35
orang (46,05%) dan yang tidak mengetahui sebanyak 3 orang (3,95%),
sedangkan perempuan 38 orang atau 50% tahu.

Kata Kunci : Remaja, Seks Bebas,Pengetahuan, Pendidikan dan


Jenis Kelamin
Daftar Pustaka : 16 (2009-2014)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan era globalisasi saat ini memmbawa remaja pada

fenomena maraknya penggunaan media sosial. Media sosial merupakan media

yang dapat diperoleh dari internet. Media sosial seperti Facebook, twitter dan

youtube digunakan mulai untuk sekedar berkomunikasi hingga mengakses

informasi dan data yang penting.Namun kegunaan dari media sosial tersebut

sekarang banyak disalah gunakan untuk menyebarkan hal-hal atau informasi

negative seperti penyebarluasan situs video porno yang mendukung remaja

untuk melakukan free sex atau seks bebas (Rosmawati, 2014).

Selain media sosial, perilaku seks bebas pada remaja biasanya juga

dilatarbelakangi oleh pengaruh pergaulan dengan teman sebaya. Teman sebaya


adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau timgkat kedewasaan

yang sama. Teman sebaya sangatlah menentukan perilaku-perilaku yang sering

ditunjukan remaja dalam keseharian mereka bergaul dengan taman-temannya

(Santrock, 2013).

Bentuk-bentuk perilaku seks bebas yang tampak dalam aktifitas

kehidupan remaja yang dapat kita liahat selama ini adalah aktifitas-aktifitass

yang berhubungan dengan kedekatan remaja dengan lawanjenisnya. Dalam

usia remaja, mengenal lawan jenis lebih dekat sudah umum terjadi dan sering

kita kenal dengan istilah penjajakan atau pacaran (Apriyanthi,2011).

Saat ini pacaran sudah dikonotasikan dengan menjamah pacaran

Banyak remaja yang berfikir kalau pacaran tidak seru bila tidak dibumbui

dengan berciuman,pegangan tangan, pelukan, saling menjamah, dan bila

kebablasan maka hubungan seks bebas pun bias terjadi. Pemaparan di atas

diperkuat aoleh hasil peneliti Dwi Putri Apriyanthi (2011) seks bebas

dilatarbelakangi oleh pengaruh lingkungan pergaulan dengan teman, dan

kurangnya komunikasi orang tua di dalam kaluarga. Ada 2 (dua) aspek dalam

interaksi teman sebaya yang dapat di rumusankan sebagai berikut: tuntutan

konformitas dan penyesuaian diri terhadap teman (adaptasi). Komformitas

adalah kondisi dimana remaja mengadopsi sikap atau perilaku remaja lain

(teman sebaya) dalam kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan

yang di berikan oleh kelompoknya tersebut. Adaptasi adalah proses

penyesuaian diri remaja dengan remaja lain (temana sebaya). Kristy juing
(2004) yang menyatakan peran teman sebaya sangatlah tinggi dalam

mempengaruhi perilaku remaja. Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja

memang sangatlah menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat

individu dalam persahabatan serta merasa senang apabila diterima (Adaptasi)

atau sebaiknya akan merasa tertekan dan cemas apabila di keluarkan dan di

remehkan oleh teman-teman sebayanya (konformitas). Bagi remaja pandangan

teman-teman terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting. (Santrock,

2007). Maka dapatlah dimengerti bahwa peran teman sebaya pada sikap,

pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada peran

keluarga. (Hurlock, 2003). Bukan hanya itu remaja merasakan bahwa

membahas soal seks, dan perilaku seksual bersama teman-teman sebayanya

jauh lebih menyenangkan disbanding harus bercerita dengan orang tua. Hal ini

dapat mengakibatkan anak memperoleh informasi yang salah mengenai seks

yang di[peroleh dari teman sebayanya serta munculnya permasalahan seksual

pada remaja.

Akhir-akhir ini kasus seks bebas di kalangan remaja Indonesia memang

sangat signifikan. Berdasarkan data BKKBN tahun 2013 jumlah seks bebas

dikalangan remaja usia 10-14 tahun mencapai 4,38 persen, sedangkan pada usia

14-19 seks bebas mencapai 41,8 persen. Berdasarkan data yang dikeluarkan

BKKBN Juga, tak kurang dari 800 ribu remaja melakukan aborsi di setiap

tahunnya. Salah satu dampak dari seks bebas yaitu HIV dan AIDS, menurut

laporan Kementrian Kesehatan RI pada akhir Desember 2012, secara


komunikatif terdapat 42,887 kasus AIDS, dan 98,380 kasus HIV fositif dengan

prosentase pengidap usia 20-29 tahun sebanyak 35,2 persen dan usia 30-39

tahun sebesar 28,1 persen (blogdetik, 2014)

Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2010),

diketahui sebanyak 51% remaja di Jakarta , Bogor, Depok, Tanggerang,dan

Bekasi (JABODETABEK) telah melakukan hubungan seks pranikah. Dari kota-

kota lain di Indonesia juga di dapatkan data remaja yang sudah melakukan seks

pranikah tercatat 54% di Surabaya, 47% di bandung, dan 52% di medan

(BKKBN,2010).

Dalam diskusi bertajuk aborsi aman dan hak kesehatan reproduksi

perempuan di kantor PKBI Jateng Jl Jembawan Semarang, baru baru ini,

Ketua Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah

dokter Hartono Hadisaputro SpOG menyatakan di Indonesia diperkirakan

terdapat 2,5 juta kasus aborsi setiap tahunnya. Itu artinya diperkirakan ada

6.944 s/d 7.000 wanita melakukan praktik aborsi dalam setiap harinya

(Kompasiana, 2013)

Menurut data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI)

pada tahun 2005 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859, tahun 2006

(7.195), tahun 2007 (6.048), tahun 2008 (10.362), tahun 2009 (9.793), tahun 2010

(21.591), tahun 2011 (21.031), tahun 2012 (21.511), tahun 2013 (29.037), dan

tahun 2014 (22.869). Sampai dengan September 2014, jumlah kumulatif HIV

yang dilaporkan sebanyak 150.296 orang dan AIDS sebanyak 55.799 orang.
Jumlah infeksi HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (32.782), diikuti Jawa Timur

(19.249), Papua (16.051), Jawa Barat (13.507), dan Bali (9.637). Faktor resiko

penularan HIV terutama adalah melalu jalur seksual (57%), Pengguna Narkoba

Suntik (15%) Penularan LSL (4%),penularan dari Ibu ke anak sebesar 3%

(Depkes RI, 2014)

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Simalungun tahun 2008 jumlah

remaja laki-laki 16.940 jiwa dan perempuan 16.400 jiwa. Jumlah HIV/AIDS di

Kabupaten Simalungun mencapai 102 kasus dimana pada tahun 2010 terdapat

99 kasus dan di tahun 2011 terdapat 3 kasus (Harian Sumut Pos, 1 juni 2011)

Bedasarkan Survey Sumber Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia

(SKRRI) ditahun 2002-2003 (dalam www.news.okezone.com diakses pada

tanggal 14 maret 2012), remaja mempunyai teman yang pernah berhubungan

seksual pada usia 14-19 tahun,perempuan 34,7%, laki-laki 30,9%. Sedangkan

pada usia 20-24 tahun perempuan 48,6% dan laki-laki 46,5%. SKRR pun

melanjutkan analisisnya pada tahun 2003 dengan menetapkan beberapa faktor

yang paling mempengaruhi remaja melakukan hubungn seksual antara lain:

pertama karena pengaruh teman sebaya atau pacar, kedua,punya teman yang

setuju dengan hubungan seks bebas (free sex). Ketiga, punya teman yang

mendorong untuk melakukan seks bebas. Rangsangan dari berbagai kemajuan

modernisasi seperti media social dan budaya permisif tidak mungkin dapat

dihindari oleh remaja, akibatnya dalam diri mereka mulai timbul perasaan

seksual yaitu mulai berfantasi tentang seks sehingga timbul gejala-gejala yang
mengakibatkan pergaulan seks bebas, aborsi, hamil diluar nikah, serta kasus-

kasus kejahatan seksual yang dilakukan oleh remaja. Dari survey kesehatan

reproduksi menunjukkan dari 19.173 responden, 92% remaja sudah

berpacaran, dan pada saat berpacaran melakukan pegang-pegangan tangan,

82% berciuman, 62% melakukan petting, dan 10% sudah melakukan seks

bebas (Myke, 2014)

Berdasarkan hasil survey di Indonesia, Kementrian komunikasi dan

Informatika (Kemenkominfo) pada tahun 2013 menyatakan bahwa penggunaan

internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang dimana 75 persenya

adalah remaja. Dari angka tersebut , 95 persenya menggunakan internet untuk

mengakses jejaring sosial. Direktur Pelayan Informasi Internasional Ditjen

Informasi dan Komunikasi Publik (IKIP), Selamat Sembiring mengatakan, situs

jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah facebook dan twitter.

Indonesia menempati peringkat 4 pengguna facebook terbesar setelah USA,

Brazil, dan India.

Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya

kecenderungan meningkatnya perilaku free sex atau seks bebas, penderita

HIV/AIDS, dan kasus aborsi. Fenomena ini mengejutkan semua pihak termsuk

orang tua. Betapa remaja yang rata-rat masih usia sekolah telah melakukan

hubungan seksual tanpa merasa ada beban moral. Hal ini terjadi dikarenakan

sikap remaja sekarang cenderung permisif (serba boleh) terhadap perilaku seks
bebas.Melakukan seks tidak lagi di pandang tabu meski usia masih belasan

tahun (Masyithah,2010).

Menurut (Sarwono, 2011) ada beberapa faktor yang di anggap berperan dalam

munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya,Perubahan-

perubahan hormonal yang meningkan hasrat seksual (libido seksualitas)

remaja, penyebaran informasi melalui media sosial (Facebook, Twitter,

Yuotube) dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya

teknologi canggih (VCD,Video, internet) remaja yang sedang dalam periode

ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya

dari media massa. Khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah

mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya hal itu

disebabkan karena orang tua menganggap tabu masalah seksual.

Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa pentingnya peranan

pengetahuan, guna menghadapi masalah bahaya seks bebas pada

remaja khususnya anak sekolah. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk

mengangkat judul tentang Gambaran Pengetahuan Remaja tentang

Seks Bebas di SMA Negeri 20 Makassar Tahun 2015

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang seks bebas menurut

tingkat pendidikan di SMA Negeri 20 Makassar tahun 2015 ?

b. Bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang seks bebas menurut

jenis kelamin di SMA Negeri 20 Makassar tahun 2015 ?


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang seks bebas

di SMA Negeri 20 Makassar tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja tentang seks bebas

menurut tingkat pendidikan di SMA Negeri 20 Makassar tahun 2015 .

b. Untuk mengetagui gambaran pengetahuan remaja tentang seks bebas

menurut jenis kelamin di SMA Negeri 20 Makassar tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Merupakan informasi dalam pengembangan cakrawala berfikir bagi

peneliti lain yang berkaitan dengan dismenorea.

2. Manfaat Ilmiah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan

memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi peneliti

selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi, motivasi atau

pendorong bagi masyarakat khususnya para remaja sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan tentang seks bebas.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini di harapkan dapat sebagai bahan kajian terhadap teori

yang telah diperoleh mahasiswa selama mengikuti KBM di Universitas

Indonesia Timur Makassar

5. Manfaat bagi Peneliti

Proses penelitian ini merupakan pengalaman ilmiah berharga yang

dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang hal-

hal yang berkaitan dengan seks bebas.


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Dasar Pemikiran Variabel

1. Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dimana perubahan secara fisik

dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Perubahan

psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi,

dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-

alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan

baik (Sarwono, 2012).

2. Seks Bebas

Seks pranikah atau seks bebas adalah melakukan hubungan seksual

(intercourse) dengan lawan jenis tanpa ikatan perkawinan yang sah. Perilaku

seksual menurut Imran adalah perilaku yang didasari oleh dorongan seksual

atau keinginan dan mendapatkan kesenangan organ seks melalui berbagai

perilaku termaksuk berhubungan intim (Effendi E, 2009). Masalah seks pada

remaja sering kali merupakan para orang tua, juga pendidik, pejabat

pemerintah, para ahli, dan sebagainya. Adapun yang dimaksud perilaku

sekssual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik

dengan lawan jenisnya maupun dengan sesame jenis. (Sarwono Sarlito W,

2011)
3. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmojo,2010).

B. Kerangka Konsep Penelitian

Dari uraian diatas, maka dibuat suatu kerangka yang menjadi dasar pemikiran dalam

penelitian

Pengetahuan

Tingkat Pendidikan

Jenis Kelamin

Keterangan:

: Variabel yang Diteliti

: Variabel Independen

: Variabel Dependen
C. Defenisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan remaja tentang seks bebas menurut tingkat pendidikan

yaitu segala sesuatu yang diketahui oleh siswa SMA Negeri 20 kelas X

dan kelas XI tentang hal-hal yang berkaitan dengan seks bebas.

Kriteria Objektif:

a. Tahu : Skor yang di peroleh dari jawaban benar

responden 50 %

b. Tidak tahu : Skor yang di peroleh dari jawaban benar

responden <50%

2. Pengetahuan remaja tentang seks bebas menurut jenis kelamin yaitu

segala sesuatu yang diketahui oleh siswa SMA Negeri 20 perempuan

dan laki-laki tentang hal-hal yang berkaitan dengan seks bebas.

Kriteria Objektif:

a. Tahu : skor yang di peroleh dari jawaban benar

responden 50 %

b. Tidak tahu : skor yang di peroleh dari jawaban benar

responden <50%
Rumus skala Guttment:

I=
Keterangan :

I = interval

R= nilai rata-rata

K= kategori
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian studi dokumentasi

dengan pendekatan deskriptif bermaksud melihat gambaran pengetahuan remaja

tentang seks bebas.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian SMA Negeri 20 Makassar di ruang

kelas X dan XI yang terletak di Jln. Barombong Sedangkan waktu penelitian ini

dimulai dari tanggal 3-5 September 2015

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2008). Populasi

dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 20

Makassar sebanyak 300 orang

2. Sampel

Menurut Arikunto 2010, sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang

diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI, perempuan dan

laki-laki yang bersedia untuk mengisi kuisioner penelitian yang diberikan oleh

peneliti pada hari dilaksanakannya penelitian sebanyak 76 orang.


3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan kelas

XI, laki-laki dan perempuan yang bersedia mengisi kuisioner penelitian. Sampel

diambil dari sebagian populasi dengan menggunakan teknik simple random

sampling, yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan

yang sama untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel ini, dapat digunakan

dengan rumus Slovin, yaitu sebagai berikut :

n=

Keterangan :
n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

e = Standar Error (10%

Penerapan rumus :

n=

n=

n=

n = 76

D. Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan

angket atau daftar pernyataan (kuisioner) yang berisi tentang semua hal yang

berkaitan dengan seks bebas yang telah diberikan kepada siswa kelas X dan XI

di SMA Negeri 20 Makassar yang bersedia menjadi responden.


E. Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang telah terkumpul diolah secara manual menggunakan kalkulator

untuk diambil dan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi yang

dilengkapi dengan penjelasan tabel.

F. Analisis Data

Berdasarkan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian deskriptif maka

analisa data dapat dilakukan menggunakan formulasi untuk distribusi frekuensi

atau presentase yang secara matematika dapat ditulis dengan:

P=

Keterangan:

P = Persentasi yang dicari

F = Frekuensi (Jumlah pengamatan)

N = Jumlah sampel
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 20 Makassar pada tanggal 3-5 September

2015 dengan populasi semua siswa kelas X dan XI sebanyak 300 orang dan sampel

sebanyak 76 orang, kemudian dianalisa secara deskriptif, selanjutnya dimasukkan

kedalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan siswa tentang seks bebas menurut tingkat pendidikan

Tabel 5.1
Distribusi Gambaran Pengetahuan siswa tentang seks bebas menurut tingkat
pendidikan di SMA Negeri 20 Makassar
tahun 2015

Seks Bebas
Tingkat Tingkat
Presentase
Pendidikan Pengetahuan Frekuensi
(%)

X Tahu 36 47,37

Tidak Tahu 2 2,63

XI Tahu 37 48,68

Tidak Tahu 1 1,32

Jumlah 76 100

Sumber: Data Primer

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 76 orang responden berdasarkan tingkatan

pendidikan yang mengetahui tentang tanda seks bebas di kelas X sebanyak 36 orang

(47,37%) dan yang tidak mengetahui sebanyak 2 orang (2,63%), sedangkan kelas XI
yang mengetahui tentang seks bebas sebanyak 37 orang (48,68%) dan yang tidak

mengetahui sebanyak 1 orang (1,32%)

2. Tingkat pengetahuan siswa tentang seks bebas menurut jenis kelamin

Tabel 5.2

Distribusi Gambaran Pengetahuan siswa tentang seks bebas menurut jenis kelamin di
SMA Negeri 20 Makassar
tahun 2015.

Tingkat Seks Bebas


Jenis Kelamin
Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

Tahu 35 46,05
Laki-Laki
Tidak Tahu 3 3,95

Tahu 38 50
Perempuan
Tidak Tahu 0 0

Jumlah 76 100

Sumber: Data Primer

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 76 orang responden berdasarkan jenis

kelamin yang mengetahui tentang seks bebas, laki-laki sebanyak 35 orang (46,05%)

dan yang tidak mengetahui sebanyak 3 orang (3,95%), sedangkan perempuan 38

orang atau 50% tahu.

B. Pembahasan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan

dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Seorang calon bidan yakni mahasiswa kebidanan adalah generasi bidan masa

depan. Tugas dan tanggungjawab bidan tidak lepas dari permasalahan remaja. Dalam

masa pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja kerap banyak ditemui

masalah reproduksi khususnya yang berkaitan dengan seks. Seks pranikah adalah

melakukan hubungan seksual (intercourse) dengan lawan jenis tanpa ikatan

perkawinan yang sah Seks bebas sangat berpengaruh bagi kehidupan remaja.

Seorang bidan harus terampil dan jeli dalam menangani penyebab dan penanganan

seks bebas pada remaja. Dampak dari seks bebas bisa memicu terjadinya kehamilan

diluar nikah, aborsi, dan penyakit menular seksual. Hal ini pula akan berdampak pada

moral anak bangsa.

Untuk mengetahui hasil penelitian yang diperoleh setelah dilakukan pengolahan,

penyajian data maka akan dibahas sesuai dengan hasil penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan siswa tentang seks bebas berdasarkan tingkat pendidikan

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dari 76 orang responden berdasarkan

tingkatan pendidikan yang mengetahui tentang tanda seks bebas di kelas X sebanyak

36 orang (47,37%) dan yang tidak mengetahui sebanyak 2 orang (2,63%), sedangkan

kelas XI yang mengetahui tentang seks bebas sebanyak 37 orang (48,68%) dan yang

tidak mengetahui sebanyak 1 orang (1,32%)


Bila dilihat dalam kuisioner penelitian, perolehan nilai yang paling tinggi yaitu

100% sebanyak 2 orang terdapat pada tingkatan kelas XI dan peolehan nilai yang

paling rendah 30-45% sebanyak 3 orang dan terdapat pada tingkatan kelas X 2 orang

dan kelas XI 1 orang. Hal ini sejalan dengan teori Wied Hary A, 1996 dalam Hendra

AW, 2008 yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh,

pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula

pengetahuanya

2. Tingkat pengetahuan siswa tentang seks bebas berdasarkan jenis kelamin

Hasil penelitian dari 76 orang responden berdasarkan jenis kelamin yang

mengetahui tentang seks bebas, laki-laki sebanyak 35 orang (46,05%) dan yang tidak

mengetahui sebanyak 3 orang (3,95%), sedangkan perempuan 38 orang atau 50%

tahu.

Hal ini menunjukkan bahwa perempuan mempunyai tingkat pengetahuan yang

baik dibandingkan laki-laki. Menurut Fuadbahsin, 2009 dalm Fadil Putra 2011

Beberapa orang beranggapan bahwa pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh jenis

kelaminnya. Dan hal ini sudah tertanam sejak jaman penjajahan. Namun hal itu di

jaman sekarang ini sudah terbantahan karena apapun jenis kelamin seseorang, bila dia

masih produktif, berpendidikan, atau berpengalaman maka ia akan cenderung

mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang kejadian gambaran pengetahuan siswa tentang seks

bebas di SMA Negeri 20 Makassar tahun 2015, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari 76 siswa yang menjadi responden menurut tingkat pendidikan, yang mengetahui

tentang seks bebas dari kelas X sebanyak 36 orang (47,37%) dan kelas XI yaitu

sebanyak 37 orang (48,68%)

2. Dari 76 siswa yang menjadi responden menurut jenis kelamin, yang mengetahui tentang

seks bebas laki-laki sebanyak 35 orang (46,05%) dan perempuan sebanyak 38 orang

(50%)

B. Saran

1. Siswa kelas X dan kelas XI tetap mempertahankan prestasi tingkat pengetahuan yang

baik. Bahkan jika ingin lebih baik yakni 100% tahu dan paham, siswa harus lebih

terpacu lagi untuk lebih aktif belajar dari sumber-sumber yang ada baik dari Ibu/Bapak

guru, internet, buku pelajaran, media massa dan lain-lain

2. Tenaga pengajar khususnya guru-guru pengajar di kelas seyogyanya agar lebih lagi

memberi motivasi dan pengenalan-pengenalan tentang seks bebas agar siswa lebih

mengenal dan paham penyebab dan dampak dari seks bebas.


DAFTAR PUSTAKA

Chrisna. 2010. Kenakalan Remaja Di Era Reformatika, Seks Bebas Di Kalangan


Remaja (Pelajar Dan Mahasiswa) Internet: http://blabla. student.umm.ac.id
(diakses 19 maret 2012)

Depkes, Poltekkes. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta


Salemba Medika

Dr. Suparyanto. 2011. Seks Bebas, Masalah dan Solusinya. Internet: http://dr-
suparyanto.blogspot.com (diakses Rabu, 15 Juni 2011)

Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika

Fadil, Putra. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. Internet:


http://satriodamarpanuluh.blogspot.co.id (diakses Rabu 15 Juni 2015)

Aryani Putri Ayu. 2014. Aplikasi Metodeologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika

Kartono, Kartini. 2012. Patologi Sosial.Jakarta: PT Rajagravindo Persada

Mohammad Adib. 2010. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi, Ibu, Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika

Notoadmojo. 2010. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Riaeka Cipta

Rahardjo Mudjia. 2010. Ilmu Pengetahuan. Jakarta: CV Info Medika

Sarwono, W Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Rajagravindo Persada

Siswati Budiarti. 2010 Kenakalan Remaja. Internet:


https://siswatibudiarti.wordpress.com/2010/12/23/kenakalan-remaja, (diakses
tanggal 23 Desember 2010)

Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta:


Sagung Seto

Sudarman, Momon, 2012. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Tarwoto. 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika

Lengkap dengan kuisioner !! ;)

Anda mungkin juga menyukai