ABSTRAK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang dapat diperoleh dari internet. Media sosial seperti Facebook, twitter dan
informasi dan data yang penting.Namun kegunaan dari media sosial tersebut
Selain media sosial, perilaku seks bebas pada remaja biasanya juga
(Santrock, 2013).
kehidupan remaja yang dapat kita liahat selama ini adalah aktifitas-aktifitass
usia remaja, mengenal lawan jenis lebih dekat sudah umum terjadi dan sering
Banyak remaja yang berfikir kalau pacaran tidak seru bila tidak dibumbui
kebablasan maka hubungan seks bebas pun bias terjadi. Pemaparan di atas
diperkuat aoleh hasil peneliti Dwi Putri Apriyanthi (2011) seks bebas
kurangnya komunikasi orang tua di dalam kaluarga. Ada 2 (dua) aspek dalam
adalah kondisi dimana remaja mengadopsi sikap atau perilaku remaja lain
(teman sebaya) dalam kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan
penyesuaian diri remaja dengan remaja lain (temana sebaya). Kristy juing
(2004) yang menyatakan peran teman sebaya sangatlah tinggi dalam
atau sebaiknya akan merasa tertekan dan cemas apabila di keluarkan dan di
2007). Maka dapatlah dimengerti bahwa peran teman sebaya pada sikap,
jauh lebih menyenangkan disbanding harus bercerita dengan orang tua. Hal ini
pada remaja.
sangat signifikan. Berdasarkan data BKKBN tahun 2013 jumlah seks bebas
dikalangan remaja usia 10-14 tahun mencapai 4,38 persen, sedangkan pada usia
14-19 seks bebas mencapai 41,8 persen. Berdasarkan data yang dikeluarkan
BKKBN Juga, tak kurang dari 800 ribu remaja melakukan aborsi di setiap
tahunnya. Salah satu dampak dari seks bebas yaitu HIV dan AIDS, menurut
prosentase pengidap usia 20-29 tahun sebanyak 35,2 persen dan usia 30-39
kota lain di Indonesia juga di dapatkan data remaja yang sudah melakukan seks
(BKKBN,2010).
terdapat 2,5 juta kasus aborsi setiap tahunnya. Itu artinya diperkirakan ada
6.944 s/d 7.000 wanita melakukan praktik aborsi dalam setiap harinya
(Kompasiana, 2013)
pada tahun 2005 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak 859, tahun 2006
(7.195), tahun 2007 (6.048), tahun 2008 (10.362), tahun 2009 (9.793), tahun 2010
(21.591), tahun 2011 (21.031), tahun 2012 (21.511), tahun 2013 (29.037), dan
tahun 2014 (22.869). Sampai dengan September 2014, jumlah kumulatif HIV
yang dilaporkan sebanyak 150.296 orang dan AIDS sebanyak 55.799 orang.
Jumlah infeksi HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (32.782), diikuti Jawa Timur
(19.249), Papua (16.051), Jawa Barat (13.507), dan Bali (9.637). Faktor resiko
penularan HIV terutama adalah melalu jalur seksual (57%), Pengguna Narkoba
remaja laki-laki 16.940 jiwa dan perempuan 16.400 jiwa. Jumlah HIV/AIDS di
Kabupaten Simalungun mencapai 102 kasus dimana pada tahun 2010 terdapat
99 kasus dan di tahun 2011 terdapat 3 kasus (Harian Sumut Pos, 1 juni 2011)
pada usia 20-24 tahun perempuan 48,6% dan laki-laki 46,5%. SKRR pun
pertama karena pengaruh teman sebaya atau pacar, kedua,punya teman yang
setuju dengan hubungan seks bebas (free sex). Ketiga, punya teman yang
modernisasi seperti media social dan budaya permisif tidak mungkin dapat
dihindari oleh remaja, akibatnya dalam diri mereka mulai timbul perasaan
seksual yaitu mulai berfantasi tentang seks sehingga timbul gejala-gejala yang
mengakibatkan pergaulan seks bebas, aborsi, hamil diluar nikah, serta kasus-
kasus kejahatan seksual yang dilakukan oleh remaja. Dari survey kesehatan
82% berciuman, 62% melakukan petting, dan 10% sudah melakukan seks
jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah facebook dan twitter.
HIV/AIDS, dan kasus aborsi. Fenomena ini mengejutkan semua pihak termsuk
orang tua. Betapa remaja yang rata-rat masih usia sekolah telah melakukan
hubungan seksual tanpa merasa ada beban moral. Hal ini terjadi dikarenakan
sikap remaja sekarang cenderung permisif (serba boleh) terhadap perilaku seks
bebas.Melakukan seks tidak lagi di pandang tabu meski usia masih belasan
tahun (Masyithah,2010).
Menurut (Sarwono, 2011) ada beberapa faktor yang di anggap berperan dalam
Yuotube) dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya
ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya
dari media massa. Khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah
mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya hal itu
remaja khususnya anak sekolah. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Ilmiah
selanjutnya.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi, motivasi atau
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Remaja
dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-
2. Seks Bebas
(intercourse) dengan lawan jenis tanpa ikatan perkawinan yang sah. Perilaku
seksual menurut Imran adalah perilaku yang didasari oleh dorongan seksual
remaja sering kali merupakan para orang tua, juga pendidik, pejabat
sekssual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik
2011)
3. Pengetahuan
Dari uraian diatas, maka dibuat suatu kerangka yang menjadi dasar pemikiran dalam
penelitian
Pengetahuan
Tingkat Pendidikan
Jenis Kelamin
Keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
C. Defenisi Operasional Variabel dan Kriteria Objektif
yaitu segala sesuatu yang diketahui oleh siswa SMA Negeri 20 kelas X
Kriteria Objektif:
responden 50 %
responden <50%
Kriteria Objektif:
responden 50 %
responden <50%
Rumus skala Guttment:
I=
Keterangan :
I = interval
R= nilai rata-rata
K= kategori
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian SMA Negeri 20 Makassar di ruang
kelas X dan XI yang terletak di Jln. Barombong Sedangkan waktu penelitian ini
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X dan XI di SMA Negeri 20
2. Sampel
Menurut Arikunto 2010, sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI, perempuan dan
laki-laki yang bersedia untuk mengisi kuisioner penelitian yang diberikan oleh
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X dan kelas
XI, laki-laki dan perempuan yang bersedia mengisi kuisioner penelitian. Sampel
sampling, yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk dijadikan sampel. Pengambilan sampel ini, dapat digunakan
n=
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
Penerapan rumus :
n=
n=
n=
n = 76
Pengambilan data dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan
angket atau daftar pernyataan (kuisioner) yang berisi tentang semua hal yang
berkaitan dengan seks bebas yang telah diberikan kepada siswa kelas X dan XI
untuk diambil dan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi yang
F. Analisis Data
P=
Keterangan:
N = Jumlah sampel
BAB V
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 20 Makassar pada tanggal 3-5 September
2015 dengan populasi semua siswa kelas X dan XI sebanyak 300 orang dan sampel
Tabel 5.1
Distribusi Gambaran Pengetahuan siswa tentang seks bebas menurut tingkat
pendidikan di SMA Negeri 20 Makassar
tahun 2015
Seks Bebas
Tingkat Tingkat
Presentase
Pendidikan Pengetahuan Frekuensi
(%)
X Tahu 36 47,37
XI Tahu 37 48,68
Jumlah 76 100
pendidikan yang mengetahui tentang tanda seks bebas di kelas X sebanyak 36 orang
(47,37%) dan yang tidak mengetahui sebanyak 2 orang (2,63%), sedangkan kelas XI
yang mengetahui tentang seks bebas sebanyak 37 orang (48,68%) dan yang tidak
Tabel 5.2
Distribusi Gambaran Pengetahuan siswa tentang seks bebas menurut jenis kelamin di
SMA Negeri 20 Makassar
tahun 2015.
Tahu 35 46,05
Laki-Laki
Tidak Tahu 3 3,95
Tahu 38 50
Perempuan
Tidak Tahu 0 0
Jumlah 76 100
kelamin yang mengetahui tentang seks bebas, laki-laki sebanyak 35 orang (46,05%)
B. Pembahasan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
Seorang calon bidan yakni mahasiswa kebidanan adalah generasi bidan masa
depan. Tugas dan tanggungjawab bidan tidak lepas dari permasalahan remaja. Dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja kerap banyak ditemui
masalah reproduksi khususnya yang berkaitan dengan seks. Seks pranikah adalah
perkawinan yang sah Seks bebas sangat berpengaruh bagi kehidupan remaja.
Seorang bidan harus terampil dan jeli dalam menangani penyebab dan penanganan
seks bebas pada remaja. Dampak dari seks bebas bisa memicu terjadinya kehamilan
diluar nikah, aborsi, dan penyakit menular seksual. Hal ini pula akan berdampak pada
penyajian data maka akan dibahas sesuai dengan hasil penelitian yaitu sebagai berikut:
tingkatan pendidikan yang mengetahui tentang tanda seks bebas di kelas X sebanyak
36 orang (47,37%) dan yang tidak mengetahui sebanyak 2 orang (2,63%), sedangkan
kelas XI yang mengetahui tentang seks bebas sebanyak 37 orang (48,68%) dan yang
100% sebanyak 2 orang terdapat pada tingkatan kelas XI dan peolehan nilai yang
paling rendah 30-45% sebanyak 3 orang dan terdapat pada tingkatan kelas X 2 orang
dan kelas XI 1 orang. Hal ini sejalan dengan teori Wied Hary A, 1996 dalam Hendra
AW, 2008 yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah
pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula
pengetahuanya
mengetahui tentang seks bebas, laki-laki sebanyak 35 orang (46,05%) dan yang tidak
tahu.
baik dibandingkan laki-laki. Menurut Fuadbahsin, 2009 dalm Fadil Putra 2011
kelaminnya. Dan hal ini sudah tertanam sejak jaman penjajahan. Namun hal itu di
jaman sekarang ini sudah terbantahan karena apapun jenis kelamin seseorang, bila dia
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian tentang kejadian gambaran pengetahuan siswa tentang seks
bebas di SMA Negeri 20 Makassar tahun 2015, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari 76 siswa yang menjadi responden menurut tingkat pendidikan, yang mengetahui
tentang seks bebas dari kelas X sebanyak 36 orang (47,37%) dan kelas XI yaitu
2. Dari 76 siswa yang menjadi responden menurut jenis kelamin, yang mengetahui tentang
seks bebas laki-laki sebanyak 35 orang (46,05%) dan perempuan sebanyak 38 orang
(50%)
B. Saran
1. Siswa kelas X dan kelas XI tetap mempertahankan prestasi tingkat pengetahuan yang
baik. Bahkan jika ingin lebih baik yakni 100% tahu dan paham, siswa harus lebih
terpacu lagi untuk lebih aktif belajar dari sumber-sumber yang ada baik dari Ibu/Bapak
2. Tenaga pengajar khususnya guru-guru pengajar di kelas seyogyanya agar lebih lagi
memberi motivasi dan pengenalan-pengenalan tentang seks bebas agar siswa lebih
Dr. Suparyanto. 2011. Seks Bebas, Masalah dan Solusinya. Internet: http://dr-
suparyanto.blogspot.com (diakses Rabu, 15 Juni 2011)
Aryani Putri Ayu. 2014. Aplikasi Metodeologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika
Nirwana, Ade Benih. 2011. Psikologi, Ibu, Bayi dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika
Tarwoto. 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba Medika