Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL REVIEW EVIDENCE BASED NURSING (EBN)

EFEKTIVITAS PROGRAM ENCOURAGE AUTONOMOUS SELF-


ENRICHMENT (EASE) BAGI PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK

Disusun oleh :
Kelompok 13 / Kelas C 2017
Vinanda Maria Prastica 172310101126
Khoirum Misbahul U 172310101131
Resti Indri Safitri 172310101151

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) merupakan masalah penting dalam hal
kesehatan di seluruh dunia (Lee dkk., 2016). Gagal ginjal kronik merupakan
kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan keseimbangan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit yang kemudian mengakibatkan uremia
(Baughman and Hackley, 2000). Data United States Renal Data System (2013)
mengungkapkan bahwa 2,38 juta orang di Amerika Serikat hidup dengan
penyakit gagal ginjal kronis pada tahun 2013. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) (2013), menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang menderita
Gagal Ginjal Kronik sebesar 0,2% atau 2 kasus per 1000 penduduk. Tahap
akhir dari penyakit gagal ginjal kronik ini disebut dengan penyakit ginjal tahap
akhir atau End State Renal Disease (ESRD) (Ignatavicius and Workman, 2006
dalam Hagita et al, 2015). Sehingga diperlukan proses pencegahan dan
pengobatan bergantung pada kemampuan pasien untuk meminimalisir
kemungkinan yang dapat ditimbulkan dari gagal ginjal kronik dengan
mengelola activity daily living (ADL).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas Program Encourage Autonomous Self-
enrichment (EASE) pada pasien dengan gagal ginjal kronik

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui gambaran Program Encourage Autonomous Self-
enrichment (EASE) pada pasien dengan gagal ginjal kronik
b. Mendapatkan gambaran efficay dan self management pada pasien
Gagal Ginjal Kronik Non-dialisis setelah dilakukan intervensi
Program Encourage Autonomous Self-Enrichment (EASE).
1.3 Manfaat Penerapan EBN
1.3.1 Bagi Pasien
Memberikan gambaran baru bagi pasien dalam
mengidentifikasi masalah-masalah yang sulit diatasi dalam pengelolaan
penyakit gagal ginjal kronik secara mandiri.

1.3.2 Bagi Pelayanan Keperawatan


Dapat menjadi metode lanjutan dalam upaya meningkatkan
manajemen diri dan efikasi diri pasien gagal ginjal kronik dalam
pelayanan keperawatan.

1.3.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Dapat memperkaya khazanah keilmuan keperawatan dan
menjadi salah satu acuan dalam pengelolaan masalah kontrol diri pada
pasien Gagal Ginjal Kronk (Chronic Kidney Disease/CKD).
BAB 2. METODOLOGI PENCARIAN

2.1 PICO (Problem, Intervention, Comparative, Outcome)


2.1.1 Problem
Pada pasien gagal ginjal kronik yang belum parah, biasanya gejala
subjektif hanya sedikit ataupun tidak sama sekali dirasakan, sehingga
pasien sering drop out dari program kontrol diri yang biasa diberlakukan
dalam Rumah Sakit karena tidak merasa perlunya perubahan perilaku
kearah yang lebih baik dalam diri pasien. Penerapan edukasi
konvensional yang diberlakukan tentunya telah memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam melakukan
kontrol diri pasien, namun belum efektif dalam mengambil tindakan
pemecahan masalah kesehatan pasien

2.1.2 Intervention
Dalam menunjang keberlanjutan peningkatan self-efficacy
pasien dan meminimalisir jumlah pasien yang drop-out, diberikan
latihan khusus (program pengayaan/lanjutan) seperti teknik manajemen
diri, teknik monitoring diri (self-monitoring), dan teknik lain yang
dibutuhkan peserta untuk menguatkan kemampuan dan kepercayaan diri
pasien dalam melakukan kontrol diri, mendukung tercapainya tujuan
kesehatan, dan mengatasi kesulitan yang dialami pasien terutama dalam
mengontrol diet secara mandiri, melakukan aktivitas fisik yang sesuai,
memanajemen berat badan, serta pengobatan rutin untuk mengontrol
tekanan darah dan fungsi ginjal.

2.1.3 Comparative
Edukasi konvensional berfokus pada pengetahuan dan
keterampilan self-management. Sedangkan edukasi yang digunakan
peneliti adalah Program lanjutan/pengayaan yang dinamakan Encourage
Autonomous Self-Enrichment.

2.1.4 Outcame

Dengan penerapan program Encourage Autonomous Self-


Enrichment (EASE) dalam meningkatkan self efficacy diharapkan dapat
mempertahankan perilaku self-management pasien sehingga pasien akan
lebih percaya diri untuk meningkatkan kontrol diri terutama dalam
praktik gaya hidup sehari-hari dan perkembangan penyakit kearah yang
lebih berat dapat dicegah.

2.2 Pertanyaan Klinis

Apakah program Encourage Autonomous Self-Enrichment (EASE) dalam


peningkatkkan self effiacy akan mampu memperbaiki pengelolaan diri pasien
Gagal Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease/CKD) saat berada di rumah?

2.3 Metode Penelusuran Jurnal


Unsur
PICO Analisis Kata kunci
(Terapi)
Pasien sering drop out dari program kontrol chronic kidney
diri yang biasa diberlakukan di Rumah Sakit disease, drop out,
P karena merasa tidak perlu melakukan self- patient education/self-
manajement dengan gejala subjektif yang management
sedikit atau tidak sama sekali dirasakan.
Pemberian program pengayaan (Encourage Chronic kidney
I Autonomous Self-Enrichment /EASE) dalam disease, self-efficacy,
meningkatkan self-efficacy pasienl patient education, self-
management
Edukasi konvensional berfokus pada Patient education, self-
C pengetahuan dan keterampilan self- management
management
Meningkatkan self efficacy dan self Self efficacy, self-
O management pada pasien Gagal Ginjal management
Kronik Non-dialisis.

2.4 Jurnal Database yang Digunakan


Menggunakan kata kunci dan beberapa sinonimnya dari analisa PICO,
peneliti memasukkannya ke dalam search engine jurnal sebagai berikut:
a. www.researchgate.net
Didapatkan 13 judul artikel, kemudian dipilih sebanyak 4 jurnal yang
relevan. Kesesuaian dengan keadaan yang sebenarnya di rumah sakit
membuat peneliti memilih 2 artikel pilihan untuk kemudian memilih 1
artikel sebagai rujukan dan 1 artikel sebagai pendukung.

2.5 Temuan artikel pilihan dari kata kunci PICO yang digunakan untuk
digunakan sebagai rujukan
2.5.1 Effectiveness of an educational intervention (the Encourage
Autonomous Self-Enrichment Program) in patients with chronic
kidney disease: A randomized controlled trial
- Penjelasan journal utama pelaksanaan EBN

Abstrak
Tujuan : Penelitian ini menguji efektivitas Mendorong Otonom Program
pendidikan pasien Pengayaan Diri, yang mendukung otonomi pasien
dan motivasi intrinsik dengan tujuan meningkatkan self-efficacy dan
mempertahankan manajemen diri, tentang self-efficacy yang dirasakan,
perilaku manajemen diri, dan titik akhir fisiologis (tekanan darah dan
parameter fungsi ginjal) pada pasien dengan penyakit ginjal kronis.

Metode : Sebanyak 65 peserta dialokasikan secara acak ke dalam intervensi (n =


33) dan kontrol (n = 32) grup. Kelompok intervensi mengikuti Otonomi
Mendorong Rencana aksi program Pengayaan Diri selama 12 minggu.
Kelompok kontrol menerima standar pendidikan yang diberikan oleh
perawat yang membagikan selebaran sesuai dengan dokter instruksi,
memberikan layanan medis tambahan, dan menjawab pertanyaan pasien.

Hasil : Kecuali untuk 1 peserta yang meninggal setelah 4 minggu, semuanya


33 anggota kelompok intervensi melanjutkan program Penguatan Diri
Mandiri Mendorong untuk 12 minggu. Intervensi program ini
menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam persepsi self-efficacy
(U = 318,5, p = 0,035, efek ukuran r = 0,27) dan perilaku manajemen
diri (U = 310.0, p = 0,026, efek ukuran r = 0,29). Tidak ada perbedaan
dalam tekanan darah atau fungsi ginjal antar kelompok; Namun, kadar
kalium serum menurun di kelompok intervensi dan meningkat pada
kelompok kontrol (t (58) = 1,047, p = 0,299, efek ukuran d = 1,49).
Tidak ada efek samping terkait intervensi, seperti memburuknya pasien
hasil tes, diamati.

Kesimpulan : Program pengayaan/lanjutan dari program edukasi konvensional


terbukti memberikan hasil yang signifikan dalam peningkatan self-
efficacy pasien. Perbedaan yang signifikan secara statistik diamati pada
hasil psikologis tetapi tidak dalam hasil fisiologis (tekanan darah, fungsi
ginjal, eGFR. Oleh karena itu diharapkan penelitian selanjutnya untuk
memperpanjang periode intervensi dan melanjutkan jangka panjang
penilaian agar didapatkan hasil untuk mengevaluasi hubungan antara
manajemen diri dan data fisiologis pasien.
2.5.2 Self-Management Program on eGFR, Depression, and Quality of
Life among Patients with Chronic Kidney Disease: A Meta-Analysis
- Penjelasan journal pendukung pelaksanaan EBN

Abstrak

Tujuan : Penyakit ginjal kronis (CKD) adalah suatu kondisi yang ditandai
dengan hilangnya fungsi ginjal secara bertahap. Program manajemen
diri telah banyak diterapkan pada program pendidikan penyakit kronis,
yang dirancang untuk menunda fungsi ginjal yang memburuk,
mencegah depresi, dan meningkatkan kualitas kehidupan. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis efektivitas program manajemen diri dalam
memperbaiki pasien CKD. eGFR, mengurangi gejala depresi, dan
meningkatkan kualitas hidup dalam kontrol acak atau klinis percobaan.
Metode : Menggunakan istilah-istilah kunci, pencarian dilakukan dalam jurnal-
jurnal peer-review berbahasa Inggris di CKD yang diterbitkan antara
2002 dan 2014 di database termasuk CINAHL, Cochrane Library,
MEDLINE, dan PubMed. Variabel yang diukur termasuk eGFR pasien
CKD, depresi, dan kualitas hidup. Perangkat lunak komersial
Comprehensive Meta-Analysis digunakan untuk analisis.
Hasil : Delapan studi memenuhi kriteria inklusi. Program manajemen diri
berdampak signifikan terhadap CKD depresi pasien, dengan ukuran efek
.298 [interval kepercayaan 95% (CI) (0,07, 0,53)]. Namun demikian
intervensi program manajemen diri tidak berpengaruh secara signifikan
pada eGFR pasien maupun fisik dan dimensi kualitas hidup mental,
dengan ukuran efek 0,059 [95% CI (0,69, 0,81)], 0,155 [95% CI (0,81,
0,50)] dan 0,424 [95% CI (0,75, e0,10)].
Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi dari program
manajemen diri membawa hasil positif untuk pengurangan gejala
depresi pasien. Selain menyediakan hasil berbasis bukti yang lebih
objektif, penelitian ini memberikan referensi untuk personil perawatan
kesehatan klinis yang cenderung pasien dengan CKD.
BAB 3. PROSEDUR APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING

Pelaksanaan EBN ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Hiroko
Joboshi Michiyo Oka pada tahun 2016.

3.1 Subyek
Subyek dalam penerapan EBN ini adalah pasien penderita gagal ginjal
kronik yang ada di Jepang.
Kriteria inklusi: Dipilih 65 pasien gagal ginjal kronik di 13 klinik Jepang atau
rumah sakit umum yang memfokuskan dalam kedokteran internal dan urologi.
3.2 Prosedur Pelaksaan Evidence Based Practice
Prosedur pelaksanaan EBN ini meliputi prosedur teknis. Adapun prosedur
tersebut adalah sebagai berikut:
3.2.1 Prosedur Teknis
a. Prosedur pelaksanaan
- Sebanyak 65 peserta atau subyek percobaan dialokasikan secara
acak ke dalam kelompok intervensi (n = 33) dan kelompok
kontrol (n = 32).
- Kelompok intervensi mengikuti otonomi dan mendorong rencana
aksi program self-efficacy selama 12 minggu.
- Kelompok kontrol menerima standar pendidikan yang diberikan
oleh perawat dengan membagikan selebaran (leaflet) sesuai
dengan instruksi dokter dan memberikan layanan medis
tambahan, seta menjawab pertanyaan pasien pada kunjungan
rawat jalan.
- Kelompok intervensi berpartisipasi dalam langkah- langkah dari
rencana aksi program EASE dari program pertama sampai ke
enam.
- Dalam Langkah 1 informasi tentang peserta seperti karakteristik
demografi, rencana perawatan, dan data pemeriksaan
dikumpulkan. Sesuai perawatan medis masing-masing pasien dan
peserta dievaluasi untuk memastikan kesiapan psikologis dan fisik
mereka. Contohnya mempertimbangkan hubungan klien-
profesional pengaruh besar pada perilaku perawatan kesehatan. -
- Dalam Langkah 2, perawat mendorong peserta untuk secara
mandiri mengklarifikasi masalah yang berkaitan dengan gaya
hidup mereka dan menentukan teknik manajemen diri yang
diperlukan untuk gaya hidup yang lebih sehat.
- Dalam Langkah 3, peserta terlibat dalam pengaturan tujuan
khusus untuk menumbuhkan efikasi diri dan menerima dukungan
untuk pencapaian otonom dari tujuan-tujuan ini, sebagaimana
ditingkatkan self-efficacy dianggap menyebabkan perubahan
perilaku.
- Pada Langkah 4, teknik untuk mencapai tujuan ini dipilih. Di
dalam studi, self-efficacy digunakan untuk memantau tindakan
dan emosi peserta menuju tujuan yang diharapkan. Para peserta
menggunakan teknik pemantauan diri yang terlibat pemantauan
tindakan mereka dan manfaat terkait, yang dicatat menggunakan
pemantauan catatan. Teknik lain ditambahkan sesuai dengan
kondisi peserta; ini termasuk penguatan perilaku dan pencapaian
sasaran tambahan (sasaran tindakan adalah atur menggunakan
langkah-langkah kecil yang dimulai dari tujuan yang dapat
dicapai).
- Untuk Langkah 5, para perawat mendukung pencapaian peserta
dari tujuan tindakan mereka melalui wawancara dan komunikasi
telepon atau email.
- Pada Langkah 6, pencapaian tujuan dinilai. Meskipun langkah 1-4
umumnya dilakukan selama satu sesi wawancara, wawancara lain
dijadwalkan untuk peserta yang tidak yakin dengan perilaku
manajemen diri mereka dan tujuan hidup. Langkah 5 dan 6
melibatkan dukungan yang diberikan melalui wawancara bulanan,
kunjungan rawat jalan, dan panggilan telepon atau email setiap
minggu atau dua minggu, dan penilaian dibuat pada setiap contoh.
Ketika kunjungan rawat jalan dipisahkan oleh ≥1 bulan, panggilan
telepon atau email digunakan untuk penilaian, bukan wawancara.
- Untuk mencegah pemblokiran peserta, wawancara ditetapkan
untuk menghindari penjadwalan simultan kunjungan rawat jalan
untuk intervensi dan kontrol peserta.
- Wawancara dilakukan di ruang pribadi yang terpisah dan
menggunakan waktu luang yang tersedia selama kunjungan rawat
jalan.
- Penyedia intervensi yang direkrut untuk penelitian ini termasuk
perawat dengan pengalaman di Intervensi program EASE yang
karyanya telah dipresentasikan di konferensi akademik dan dalam
jurnal akademik. Perawat ini berpartisipasi dalam briefing studi
dan EASE lokakarya pelatihan program. Selama lokakarya,
mereka menerima pelatihan tentang EASE.
BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


Hasil utama : persepsi self-efficacy dan perilaku self-management.
Hasil sekundernya : data tekanan darah sistolik dan diastolik pasien, data fungsi
ginjal berupa perkiraan laju filtrasi glomerolus, kreatinin, serum potasium, dan
hemoglobin
Hasil pengataman psikologis : memaparkan bahwa skor rata-rata untuk self-
efficacy peserta kelompok intervensi meningkat setelah 12 minggu, yaitu dari
80,5 (75,0-86,5) menjadi 85,0 (77,3-91,0). Sedangkan pada kelompok kontrol,
skor rata-rata menurun dari 81,0 (66,8-87,5) menjadi 80,0 (67,1-85,0).
Kemudian untuk skor rata-rata self-management peserta baik pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sama-sama meningkat. Namun, pada
kelompok intervensi peningkatan terjadi sangat signifikan yaitu dari 51,5 (46,3-
58,8) menjadi 57,0 (52,3-59,0). Sedangkan pada kelompok kontrol meningkat
dari 51,0 (42,0-54,0) menjadi 53,0 (43,8-56,5) saja. Untuk hasil pengamatan
fisik (eGFR, fungsi ginjal, tekanan darah) yang dilakukan tidak ditemukan
adanya efek atau interaksi dari pelaksanaan program EASE, kecuali kadar
kalium yang menurun pada kelompok intervensi dan meningkat pada kelompok
kontrol.
BAB 5. PENUTUPAN

5.1 Kesimpulan
Program pengayaan/lanjutan dari program edukasi konvensional terbukti
memberikan hasil yang signifikan dalam peningkatan self-efficacy pasien.
Perbedaan yang signifikan secara statistik diamati pada hasil psikologis
tetapi tidak dalam hasil fisiologis (tekanan darah, fungsi ginjal, eGFR. Oleh
karena itu diharapkan penelitian selanjutnya untuk memperpanjang periode
intervensi dan melanjutkan jangka panjang penilaian agar didapatkan hasil
untuk mengevaluasi hubungan antara manajemen diri dan data fisiologis pasien.
5.2 Saran
Bagi Profesi Keperawatan
Bagi profesi keperawatan diharapkan dapat membantu pasien dalam
meningkatkan self-efficacy pasien ini dapat diterapkan dalam intervensi
keperawatan kepada pasien. meningkatkan self-efficacy ini melibatkan secara
aktif dan kooperatif pasien dalam mencegah progresif penyakit dan
memperbaiki exercise tolerance.
DAFTAR PUSTAKA

Mei-Chen L., Shu-Fang V. V, Nan-Chen H., Juin-Ming T. 2016. Self-Management


Program on eGFR, Depression, and Quality of Life among Patients with Chronic
Kidney Disease: A Meta-Analysis. Asian NursingResearch. Vol 5: 1-8

http://dx.doi.org/10.1016/j.anr.2016.04.002

Joboshi, H. O. M. 2016. Effectiveness of an educational intervention (the Encourage


Autonomous Self-Enrichment Program) in patients with chronic kidney disease:
A randomized controlled trial. International Journal of Nursing Studies
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2016.11.008

Anda mungkin juga menyukai