Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KONSEP

CHRONIC CARE MODEL &


INNOVATIVE CARE FOR CHRONIC CONDITIONS
Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Kronis

KELOMPOK 1 / REGULER 1
Anggota Kelompok:
Avida Faj`Rin 175070200111015
Aliyasir Muhammad 175070200111019
Siti Maskuroh 175070200111023
Faiqotul Amalia 175070201111001
Ayu Widia Kusuma 175070201111005
Indah Kumala Sari 175070201111013
Putri Arofa 175070201111015
Siti Avifah Rahmah 175070207111011
Aprianto Daniel P. 175070220111001

Dosen Pengampu: Alfrina Hany, S.Kp, M.Ng (AC)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Chronic Care Model & Innovative Care For Chronic Conditions”.
Dan juga tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Para Dosen yang
telah memberikan materi sehingga kami mampu menulis makalah ini.

Harapan kami semoga makalah yang telah dibuat dapat memberikan


pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca. Dikarenakan keterbatasan
pengetahuan, kami yakin makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
Karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
menyempurnkan makalah ini. Dengan harapan kedepannya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Malang, 22 Agustus 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu,
keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
Menurut teori yang disampaikan oleh Watson (1985), keperawatan terdiri atas 10
faktor karatif yang menganjurkan perawat memberikan asuhan keperawatan
paripurna kepada para pasien  sehubung dengan kondisi penyakit mereka,
termasuk pasien dengan penyakit kronis.
Pusat Statistik Kesehatan Nasional U.S menjelaskan bahwa penyakit
kronis adalah  penyakit yang berlangsung selama tiga bulan atau lebih (National
Center for Health Statistics, 2013). Penyakit kronis membutuhkan perawatan
jangka panjang, karena bersifat irreversibel, progresif, menetap dan dapat
mempengaruhi fungsi tubuh lainnya hingga menimbulkan kecacatan dan
kematian. Orang yang mengalami penyakit kronis membutuhkan penyesuaian
diri yang berkelanjutan dan terus berinteraksi dengan sistem pelayanan
kesehatan. (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010).
Menkes (2011) menjelaskan proporsi angka kematian akibat penyakit
tidak menular (PTM) yang sebagian besar dipicu oleh penyakit kronis di
Indonesia meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun
2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh
penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker,
dan penyakit paru obstruktif kronis. Hal ini dipicu berbagai faktor risiko antara lain
merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak sehat.
Dampak lain yang timbul akibat penyakit kronis adalah mengganggu
ekonomi penderita dan keluarganya, karena pengobatannya seringkali memakan
waktu lama dan memerlukan biaya besar. Selain itu, salah satu dampak penyakit
kronis adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Sehingga
dibutuhkan suatu manajemen terhadap penyakit kronis.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari Chronic Care Model dan Innovative Care for Chronic
Conditions?
2. Apakah elemen-elemen yang ada dalam Chronic Care Model dan Innovative
Care for Chronic Conditions?
3. Bagaimana interaksi antar pasien dan perawat dalam Chronic Care Model dan
Innovative Care for Chronic Conditions?
4. Bagaimana peran perawat menurut Chronic Care Model dan Innovative Care
for Chronic Conditions?
5. Apakah tujuan dari Chronic Care Model dan Innovative Care for Chronic
Conditions?
6. Apakah kelebihan dan kekurangan dari Chronic Care Model dan Innovative
Care for Chronic Conditions?
7. Bagaimana aplikasi dari Chronic Care Model dan Innovative Care for Chronic
Conditions?
8. Bagaimana pendapat kelompok terkait Chronic Care Model dan Innovative
Care for Chronic Conditions?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari Chronic Care Model dan Innovative Care for
Chronic Conditions.
2. Mengetahui elemen-elemen yang ada dalam Chronic Care Model dan
Innovative Care for Chronic Conditions.
3. Mengetahui interaksi antar pasien dan perawat dalam Chronic Care Model
dan Innovative Care for Chronic Conditions.
4. Mengetahui peran perawat menurut Chronic Care Model dan Innovative Care
for Chronic Conditions.
5. Mengetahui tujuan dari Chronic Care Model dan Innovative Care for Chronic
Conditions.
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Chronic Care Model dan
Innovative Care for Chronic Conditions.
7. Mengetahui aplikasi dari Chronic Care Model dan Innovative Care for Chronic
Conditions.
8. Mengembangkan pendapat kelompok terkait Chronic Care Model dan
Innovative Care for Chronic Conditions.
1.4 MANFAAT
Mahasiswa dapat mengetahui dan mengaplikasikan terkait konsep-
konsep Chronic Care Model dan Innovative Care for Chronic Conditions yang
termuat dalam makalah.
BAB II

PEMBAHASAN

Chronic Care Model (CCM)

1. Definisi Chronic Care Model (CCM)

Model keperawatan kronis merupakan suatu model yang dipandang


paling tepat untuk merawat pasien dengan penyakit kronis. Model keperawatan
kronis adalah suatu kerangka kerja untuk meningkatan pemberian perawatan
untuk mendukung manajemen penyakit kronis yang berkualitas tinggi berpusat
pada pasien dan memiliki focus terbentuknya interaksi yang produktif antara
pasien yang memiliki penyakit kronis dengan disiplin ilmu yang lain (tim lintas
profesi) yang pro aktif.

2. Elemen Chronic Care Model (CCM)


a. Komunitas
Sekumpulan sumber daya masyarakat yang dibentuk dengan
tujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Di dalam
elemen komunitas biasanya ada suatu program masyarakat yang
dapat mendukung atau memperluas aspek perawatan dalam
system kesehatan pasien dengan penyakit kronis.
b. Health System
Menciptakan suatu budaya atau kebiasaan,organisasi dan
mekanisme untuk mempromosikan bagaimana perawatan yang
aman dan berkualitas tinggi.
 Mendukung peningkatan di semua tingkatan organisasi.
Dimulai dari pemimpin senior
 Mempromosikan strategi peningkatan perawatan dalam
system kesehatan yang efektif dengan tujuan untuk
perubahan system kesehatan yang komprehensif
 System ini berupaya meningkatan perawatan penyakit
kronis harus dimotivasi dan dipersiapkan untuk perubahan
diseluruh rumah sakit.
 Berupaya mendorong penyelesaian kesalahan dan
masalah dengan kualitas tinggi dan sistematis untuk
meningkatkan perawatan.
 Mengembangkan kebijakan yang memfasilitasi koordinasi
perawatan didalam dan seluruh organisasi
c. Self Management Support
 Dukungan manajemen diri yang efektif merupakan hal
yang lebih dari sekedar memberi instruksi apa yang harus
mereka lakukan namun harus menumbuhkan rasa
tanggung jawab terhadap kesehatan mereka sendiri.
Dukungan manajemen menggunakan pendekatan
kolaboratif. Penyedia layanan kesehatan dan pasien harus
bekerja sama untuk merumuskan masalah dan
menetapkan prioritas
 Memberdayakan dan menyiapkan pasien untuk mengelola
perawatan kesehatan mereka sendiri serta menekankan
peran sentral pasien dalam pengelolaan kesehatan
mereka.
 Gunakan strategi dukungan manajemen diri yang efektif
mencakup penilaian,penetapan tujuan,perencanaan
tindakan dan pemecahan masalah serta tindak lanjut.
 Mengatur sumber daya internal dan komunitas untuk
memberikan dukungan manajemen diri yang berkelanjutan
kepada pasien
d. Decision Support
 Keputusan perawatan harus berdasarkan pada pedoman
yang jelas dann terbukti yang didukung oleh penelitian
klinis. Pedoman harus didiskusikan dengan pasien
sehingga mereka dapat memahami prinsip-prinsip dibalik
perawatan yang mereka terima. Mereka yang memberikan
perawatan membutuhkan pelatihan berkelanjutan untuk
tetap memperoleh informasi terbaru
 Meningkatkan perawatan klinis yang konsisten dengan
menggunakan bukti secara ilmiah dan preferensi pasien
 Mencantumkan pedomana berbasis bukti dalam praktik
klinis harian
e. Delivery System Redesign
 Memastikan pemberian perawatan klinis yang
efektif,efisien dan dukungan manajemen diri
 Menggunakan interaksi yang sudah direncanakan untuk
mendukung pemberian perawatan yang berdasarkan
evidence based
 Memastikan bahwa perawatan yan diberikan sudah sesuai
dengan latar belakang budaya pasien
f. Clinical Information System
 System informasi klinis yang komprehensif dapat
meningkatkan perawatan pasien secara mandiri dengan
memberikan alarm untuk layanan yang diperlukan dengan
data yang sudah diringkas untuk membantu
mengidentifikasi dan merencanakan perawatan.
 Mengatur data pasien dan populasi untuk memfasilitasi
perawatan yang efektif dan efisien
 Mengidentifikasi subpopulasi yang relevan untuk
perawatan proaktif
 Memfasilitasi perencanaan perawatan pasien secara
mandiri
3. Interaksi Antara Pasien dan Perawat
Interaksi antar pasien dan perawat dalam model keperawatan kronik
yaitu interaksi yang ditekankan bila dilihat dari tujuannya adalah
terbentuknya interkasi yang produktif antar pasien yang mengalami
penyakit kronis dan lebih menekankan dan mengutamakan pada
pelayanan diluar rumah sakit
Interaksi yang produktif antar pasien dan tim kesehatan interaksi
tersebut dibentuk dalam 4 area utama yaitu self management support,
delivery system redesign ,decision support ( melakukan yang terbaik bagi
pasien dan mendukung agar bisa terus dilakukan), clinical Information
systems. Oleh karena itu beberapa interaksi yang dilakukan dalam model
ini adalah
- Melakukan interaksi dengan pasien secara lansung ataupun
dengan media telepon dan pesan
- Sebelum melakukan interaksi, menetapkan rencana interaksi
berupa agenda misalnya kunjugan fisik rutin yang dilakukan
pada pasien Diabetes Melitus
- Menyediakan layanan Informasi bagi pasien dan masyarakat
umum yang jelas dan sistematis
- Melakukan perawatan yang sistematis sebagai contoh
dengan pasien penderita penyakit jantung koroner, tim
kesehatan mampu memberikan informasi terkait dengan
kondisi pasien agar pasien mampu memahami terkait dengan
penyakitnya.
- Menggunakan strategi dengan mendukung pasien dalam
manajemen diri pasien secara efektif, nilai dan penetapan
tujuan yang diharapkan.

4. Peran Perawat dalam Chronic Care Model


 Dalam hal ini perawat berperan dalam mengkaji kemampuan
memanajemen diri pasien dan kepercayaan diri pasien,perawat dapat
melibatkan pasien .
 Menyesuaikan manajemen perawatan dengan langkah-langkah
sesuai dengan SOP
 Secara aktif memfollow-up atau memantau serta mengevaluasi
secara berkelanjutan kondisi pasien
 Perawat dapat melakukan pendekatan dengan melibatkan pasien
dalam strategi dukungan manajemen diri yang efektif yaitu mencakup
penilaian, penetapan tujuan,perencanaan tindakan, pemecahan
masalah, serta penetapan tujuan yang sesuai dengan kasus penyakit
pasien.
 Melakukan kunjugan rutin dan memandirikan pasien sesuai dengan
rencana interaksi yang telah ditetapkan.
 Perawat berperan sebagai leaders berpartisipasi aktif dalam tim dan
melakukan interaksi dengan pasien, memberikan edukasi dan fokus
pada peningkatan perawatan.
 Berkontribusi dalam pelaksanaan kebijakan perencananan
manajemen pelayanan kesehatan pasien dan mampu memperkirakan
pasien dengan keadaan beresiko tinggi
 Memotivasi klien untuk berpartisipasi dalam program yang
bermamfaat
5. Tujuan Model Chronic Care Model
Terbentuknya interaksi yang produktif antara pasien yang mengalami
penakit kronis dengan tim lintas profesi yang pro-aktif sehingga dapat
memberikan asuhan yang aman, efektif tepat waktu, focus pada pasien,
efisien dan adil.
6. Kelebihan dan Kekurangan Chronic Care Model
a) Informasi didapat langsung dari pasien sehingga lebih akurat
b) Terdapat kelompok yang proaktif dan siap untuk mendukung interaksi
yang produktif
c) Implementasi mendukung kapasitas pasien dengan menawarkan
informasi, tetapi jarang menawarkan sumberdaya praktis. Misalnya
bantuan keuangan dan transportasi.
7. Pengaplikasian Chronic Care Model
Chronic care model bisa digunakan dalam bidang keperawatan.
Sebagai buktinya, hasil penelitian keperawatan prenatal dari jurnal
“Applying the chronic care model to prenatal care: Patient activation,
productive interactions, and prenatal outcomes” dapat ditarik kesimpulan
bahwa pasien yang aktif, pasien yang sudah melaksanakan persalinan
sebelumnya dan pasien yang ingin melahirkan secara normal sangat
tinggi tingkat keberhasilannya jika menerapkan chronic care model dalam
pelayanan kesehatannya. Penelitian ini menngunakan metode analisis
data umum departemen kesehatan ibu dan keluarga dari salah satu
komunitas Rumah Sakit dan dua pusat pelayanan medis di 3 negara
bagian yaitu Georgia, Nevada dan Virginia. Sejumlah 159 pasien beresiko
rendah dipantau selama masa kehamilan dan dipantau serta
diberitindakan biometric untuk meningkatkan status kesehatannya. Model
perawatan kronis menekankan pada pemberdayaan pasien yang
mengarah atau bertujuan untuk peningkatan klinis kesehatan, fungsional
dan hasil yang memuaskan. Saat menerapkan model ini keperawatan
prenatal, wanita hamil yang diidentifikasi merasa lebih baik dan bias
melaporkan perasaan membaik ketika hamil, dan itu yang bisa membuat
banyak kemungkinan bisa untuk persalinan pervaginam.
Ada juga penelitian pengaplikasian Chronic Care Model di
Indonesia dalam jurnal “Organizing Chronic Care Model On Management
Control Regularity Of Patient Post Stroke RSUD Sultan Syarif Muhamad
Alkadrie Pontianak City” menjelaskan bahwa serangan berulang
mengkhawatirkan karena dapat memperburuk situasi dan meningkatkan
biaya perawatan. Pengorganisasian layanan berbasis model perawatan
kronis mampu mempertahankan dan menjembatani keteraturan control
pasien pasca stroke yang konsep layanannya berfokus pada partisipasi
aktif pasien dan system layanan kesehatan. Keteraturan control pasien
pasca stroke tidak lepas dari dukungan dan kemampuan penyedia
layanan. Peningkatan layanan dapat ditingkatkan melalui penerapan
Model Pemeliharaan Kronis di mana terdapat beberapa elemen penting
seperti konfigurasi sistematis, pembaruan dalam desain system layanan,
system informasi klinis modern.
8. Pendapat Kelompok Terkait Model
Menurut kelompok kami, Chronic Care Model ini sangat cocok
untuk diterapkan di Indonesia karena titik berat pelayanan ini lebih
mengutamakan pada pelayanan di luar rumah sakit. Chronic Care Model
sangat membantu pasien dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Sehingga pasien bisa mendapatkan pelayanan kesehatan secara
berkelanjutan dan dapat mengontrolnya. Chronic care model juga dapat
membuat pasien patuh pada layanan kesehatan dan bisa kooperatif
dalam proses pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan pasien dan meningkatkan kinerja layanan kesehatan yang
berlaku.

Innovative Care for Chronic Conditions

1) Definisi Innovative Care for Chronic Conditions (ICCC)

Merupakan pengenalan ide-ide baru ,metode atau program untuk


mengubah cara perawatan dengan kondisi kronis dengan cara mencegah
dan mengelola. Model ini berarti mengintegrasi komponen fundamental
dari masing-masing tingkat mikro,meso dan makro dari system perawatan
kondisi kronis. Bisa juga disebut sebagai cara berpikir yang baru
mengenai kondisi kronis. Dalam konseptualisasi baru kondisi kronis
,kualitas hidup pasien dan keluarga dianggap sebagai hasil yang penting
serta ditekankan pada hasil dari peran pasien. Kerangka ICCC model ini
didasarkan pada prinsip prinsip dasar yang sudah ditetapkan,yang
meliputi tingkat mikro,meso dan makro.

2) Elemen Innovative Care for Chronic Conditions


 Mendukung perubahan perilaku dan sumberdaya dari model akut
dan episodic menjadi perawatan yang komprehensif.
 Membangun komitmen dan kebijakan politik dalam upaya
mencegah dan mengelola berbagai kondisi kronis
 Menghindari fragmentasi layanan untuk memastikan bahwa
perawatan yang diberikan untuk kondisi kronis sudah terintegrasi.
 Menyelaraskan dan menganilisis kebijakan yang berdampak pada
perawatan kondisi kronis. Seperti peraturan tenaga kerja,hokum
dan Pendidikan kesehatan.
 Menggunakan perawatan tim dan berbasis bukti klinis (evidence
based) yang baru serta skill untuk mengelola kondisi kronis yang
lebih efisien.
 Berorientasi kembali pada perawatan kesehatan untuk kondisi
kronis disekitar pasien dan keluarga
 Mendukung pasien dan komunitas,karena adanya komunitas
dalam lingkungan sekitar pasien dengan penyakit kronis dapat
membantu dalam memberikan pelayanan kesehatan yang tidak
disediakan oleh penyedia perawatan kesehatan teroganisir.
 Menekankan pada upaya pencegahan karena banyak komplikasi
dari kondisi pasien dengan penyakit kronis yang dapat dicegah
atau diminimalisir.
3) Interaksi Antar Pasien dan Perawat
 Interaksi antar perawat dan pasien dalam model ini adalah dimana,
tenaga medis dapat memberikan informasi pada pasien, orang
terdekat pasien dan yang dapat dianggap sebagai support pasien
dalam menghadapi penyakit yang dialami.
 Petugas kesehatan disini harus mampu menyediakan informasi yang
jelas dan tersampaikan kepada pasien dan memastikan bahwa pasien
memiliki informasi dan pemahaman yang memadai terkait dengan
mengelola kondisi kronis mereka saat berada diluar rumah sakit atau
di rumah .
 Interaksi yang berjalan juga harus mampu memberikan hasil ketika
pasien dapat mengerti dan mengajukan secara bebas beberapa
pertanyaan terkait dengan penyakit mereka.
 Interaksi berjalan dengan baik ketika kualitas komunikasi yang
dilakukan dapat mempengaruhi hasil kesehatan, misalkan perubahan
pola hidup / aktivis fisik pada penederita hypertensi dan diabetes
melitus .
 Dalam model ini kerangka kerja yang didasarakan pada prinsip
panduan yang berbasis bukti dan dasar dari keputusan dalam
perencanaan sebuah kebijakan dan manajemen klinis dan kondisi
kronis, disini perawat harus mampu memberikan informasi pada
pasien berdasarkan data dan bukti yang jelas.
 Bukti yang disampaikan berupa intervensi apa saja yang akan
dilakukan terkait dengan penyakit pasien , proses perwatan yang
akan dialami pasien sehingga dapat mengurangi rasa cemas dalam
diri pasien.
 Di beberapa negara telah dikembang suatu informasi yang diberikan
pada pasien dan keluarga dengan penyakit kronis dengan
pendekatan inovatif dan program kreatif dalam untuk meningkatkan
manajemen yaitu dengan pendidikan, pelatihan, manajemen diri,
hingga pemusatan relawan yang dmembentuk suatu program kreatif
dan inovatif agar lebih dekat denngan pasien yang disamapaikan
melaui kunjungan rumah, kunjungan kelompok, dan tindak lanjut
melalui telepon.
4) Peran Perawat dalam Model ICCC
 Dalam hal ini perawat memiliki peran dalam menyampaikan informasi
kepada pasien dan keluarga mengenai kondisi klinis
 Perawat dapat memberikan penjelasan berdasarkan data yang jelas
dan tindakan perencanaan selanjutnya yang akan dilakukan.
 Memberikan kesempatan untuk pasien bertanya terkait dengan
kondisi, memberikan informasi yang tersedia tentang besarnya efek
kondisi kronis dan intervensi efiesien untuk mengurangi beban pasien.
 Disamping pasien orang yang diberikan informasi juga adalah
keluarga pasien, hal yang yang disampaikan adalah tentang kondisi
kronis penyakit yang dialami pasien, tindakan yang dilakukan, strategi
dalam mencegah komplikasi dan mengatasi gejala tersebut.
 Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk mengubah
dan mempertahankan perilaku kesehatan sehari-hari, mematuhi terapi
jangkan panjang misalnya pada pasien dengan diabetes melitus.
 Memberikan dan mempersiapkan bekal pada pasien dan keluarga
keterampilan / pola kebiasaan yang lebih baik untuk mengelola
kondisi kesehatan dirumah, obat-obatan yang harus dikonsumsi, dan
dalam memanajemen gaya hidup
5) Tujuan Model ICCC
Menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk
pencegahan dan pengelolaan kondisi kesehatan kronis di seluruh dunia
dengan mengambil tindakan yang efektif dan inovatif untuk mengatasi
kondisi tersebut.
6) Kelebihan dan Kekurangan Model ICCC
a. Menyediakan kerangka kerja yang komprehensif untuk pencegahan
dan pengelolaan kondisi kesehatan yang kronis di seluruh dunia
b. Dapat mengambil tindakan yang efektif dan inovatif untuk mengatasi
kondisi kronis
c. Dapat menjelajahi kondisi kronis dengan melihat dampak ekonomi
pada pasien, keluarga masyarakat dan pemerintah.
d. Defisit dalam sistem kesehatan saat ini untuk berhasil mengelola
kondisi kronis karena model perawatan akut mendominasi sistem
perawatan kesehatan. Model perawatan akut meningkatkan
pengeluaran perawatan kesehatan tanpa meningkatkan status
kesehatan populasi.
7) Pengaplikasian Model ICCC

Menurut penelitian yang saya dapatkan dari sebuah jurnal,


Diabetes Care in Malaysia: Problems, New Models, and Solutions
menjelaskan bahwa penelitian ini berfokus pada status diabetes saat ini di
Malaysia, termasuk epidemiologi , komplikasi, gaya hidup, dan perawatan
farmakologis, serta penggunaan teknologi dalam manajemennya. Dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Malaysia menetapkan
strategi pendekatan yang komprehensif untuk meningkatkan
pencegahan, pengobatan, dan pengendalian diabetes sebagai respon
mendesak terhadap penyakit kronis yang berkembang ini. Strategi
komprehensif yang diberikan antara lain:

 Organisasi perawatan kesehatan


Klinik menyediakan advokasi penting bagi berbagai lembaga
otoritatif di masyarakat. 
Misalnya, program sederhana tentang cara memasak makanan
sehat akan memiliki dampak pragmatis dan positif di masyarakat.

 Pendukung keputusan
Pelatihan bertingkat secara teratur dari para profesional
perawatan kesehatan mengenai kinerja pengambilan keputusan
pilihan individual terbaik untuk.

 Sistem informasi klinis


Sistem informasi klinis dapat diperluas di luar aplikasi
pendaftar, audit, dan sistem pelacakan yang biasa dengan
menghubungkan berbagai produk satu sama lain. Informasi ini
juga dapat diakses di ruang tunggu klinik untuk pendidikan pasien.
 Dukungan manajemen diri
Melalui pendekatan ini, klinik kesehatan menyediakan
layanan penghentian merokok di rumah yang mencakup
konseling, terapi farmasi, dan sebagainya.

 Sumber daya dan kebijakan masyarakat


Menciptakan lingkungan yang sehat memiliki dampak signifikan
pada dukungan sosial kesehatan dan kualitas hidup secara
keseluruhan
8) Pendapat Kelompok
Menurut kelompok kami, Innovative Care for Chronic Conditions
ini cocok dan dapat diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan dengan adanya inovasi pada perawatan
pasien dengan kondisi kronis dapat memberikan kondisi yang lebih baik

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Chronic Care Model (CCM) adalah suatu kerangka kerja untuk


meningkatan pemberian perawatan untuk mendukung manajemen
penyakit kronis yang berkualitas tinggi berpusat pada pasien dan memiliki
fokus terbentuknya interaksi yang produktif antara pasien yang memiliki
penyakit kronis dengan disiplin ilmu yang lain (tim lintas profesi) yang pro
aktif. Tujuan dari model ini adalah agar terbentuk interaksi yang produktif
antara pasien yang mengalami penyakit kronis dengan tim lintas profesi
yang pro-aktif sehingga dapat memberikan asuhan yang aman, efektif
tepat waktu, focus pada pasien, efisien dan adil.
Pada model keperawatan kronis ini perawat membantu memenuhi
kebutuhan pasien dengan memberikan beberapa informasi mengenai
kondisi pasien dan melakukan interkasi dua arah antara perawat dan
pasien, selain itu pasien juga diajarkan untuk dapat manajemen diri
sendiri dengan tepat dan efektif, perawat juga memfasilitasi perencanaan
perawatan berkelanjutan secara mandiri. Sehingga, model keprawatan
kronis ini dapat diterapkan di Indonesia sebagai upaya untuk
meningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia karena model ini
dapat mempermudah masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan
yang berkelanjutan mengenai kondisinya dan dapat mengontrol
kondisinya agar tidak terulang kembali pada kondisi kronisnya.

Innovative Care for Chronic Conditions (ICCC) merupakan


pengenalan ide-ide baru, metode atau program untuk mengubah cara
perawatan dengan kondisi kronis dengan cara mencegah dan mengelola.
Model ini berarti mengintegrasi komponen fundamental dari masing-
masing tingkat mikro,meso dan makro dari system perawatan kondisi
kronis. Tujuan dari model ini ada untuk menyediakan kerangka kerja yang
komprehensif untuk pencegahan dan pengelolaan kondisi kesehatan
kronis di seluruh dunia dengan mengambil tindakan yang efektif dan
inovatif untuk mengatasi kondisi tersebut. Pada model Innovative Care for
Chronic Conditions ini perawat melakukan pengelolaan kondisi kronis
pasien yang terintegrasi dan terorganisir untuk memperoleh hasil yang
lebih efisien, perawat juga melakukan upaya penekanan pada
pencegahan komplikasi akibat kondisi kronis pasien, perawat juga
melakukan edukasi kepada pasien secara jelas dan tepat agar pasien
benar-benar memahami cara mengelola kondisi kronis saat berada diluar
rumah sakit dan mengenali apa saja efek yang akan ditimbulkan pada
kondisi kronis, perawat juga melakukan pendekatan kepada keluarga
pasien dan memberikan eduksi juga kepada keluarga. Sehingga, model
keperawatan ini juga sangat baik jika dapat diterapkan di Indonesia
dengan adanya beberapa inovasi pada perawatan kronis pasien agar
tidak memperburuk keadaan pasien dan dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di Indoensia.
2. Saran
1. Dengan adanya kedua model keperawatan kronis tersebut diharapakan
model tersebut dapat diterapkan di Indonesia guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia.
2. Perawat juga perlu memahami model keperawatan kronis yang ada
sebagai bekal untuk melayani pasien dengan kondisi kronis.
3. Perawat juga harus bertanggung jawab atas pasien dengan kondisi kronis
dan memahami setiap kondisi kronis yang dialami.
DAFTAR PUSTAKA

Irawan T. 2012. Keperawatan Menurut Jean Watson. (Online)


Kemenkes RI. 2013. Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab Kematian
Terbanyak di Indonesia. (Online) Termuat dalam
http://www.depkes.go.id/article/view/1637/penyakit-tidak-menular-ptm-penyebab-
kematian-terbanyak-di-indonesia.html (Diakses pada 22 Agustus 2019)

World Health Organization.2002. Innovative Care For Chronic Condition. WHO/


MNC/CCH 02.01

Ledford, C. Sadler, K. Jackson, J. Womack, J. 2018. Applying The Chronic Care


Model to Prenatal Care: Patient activation, productive intractions, and Prenatal
Outcomes. Patient Education and Counselling 101(2018) 1620-1623.

Saputra, A. Lusminasari, L. 2017. Organizing Chronic Care Model on


Management Control Regularity of Patient Post Stroke RSUD Sultan Syarif
Mohamad Alkadrie Pontianak City. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia hal
167-173

Hussein Z, et al. Ann Glob Health. 2015. Diabetes Care in Malaysia: Problems,
New Models, and Solutions. VOL. 81, NO. 6. Icahn School of Medicine at Mount
Sinai.

Anda mungkin juga menyukai