“MEDELEINE LEININGER”
DISUSUN OLEH :
SULIYANINGSIH (175070201111017)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan
rahmatNya yang diberikan sehingga tugas makalah kami yang berjudul “MAKALAH
FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN MEDELEINE LEININGER” ini dapat kami
selesaikan dengan baik. Adapun makalah ini kami buat untuk memenuhu kewajiban tugas
Falsafah dan Teori Keperawatan yang telah diberikan.
Dalam kesempatan ini, tidak lupa kami menghaturkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang sudah ikut membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, dalam
bentuk ide maupun tenaga mereka. Pada akhirnya, saran dan kritik pembaca makalah ini yang
bertujuan untuk kebaikan makalah ini kedepannya, sangat kami terima dan kami hargai.
Penyusun
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................3
LATAR BELAKANG.........................................................................................................3
RUMUSAN MASALAH....................................................................................................3
TUJUAN..............................................................................................................................4
BAB 2 ISI............................................................................................................................5
BIOGRAFI..........................................................................................................................5
KELEBIHAN TEORI..........................................................................................................9
KEKURANGAN TEORI....................................................................................................9
CONTOH KASUS..............................................................................................................13
BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................15
SIMPULAN.........................................................................................................................15
SARAN................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................17
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
a. Siapakah Madeleine Leininger ?
b. Apa yang dimaksud dengan teori keperawatan Leininger beserta asumsi dan teori
sunrise ?
c. Apa tujuan dari teori keperawatan model Leininger ?
d. Apa kelebihan dari teori keperawatan model Leininger ?
e. Apa kekurangan dari teori keperawatan model Leininger ?
f. Bagaimana penerapan dari teori keperawatan model Leininger ?
g. Bagaimana contoh kasus penerapan teori Leininger sesuai dengan kebudayaan
yang ada di daerahmu ?
1. Budaya
Kebudayaan berfokus pada nilai, norma, adat istiadat, yang hidup dimasyarakat dan
dikembangkan dari generasi ke generasi.
2. Asuhan Budaya
Berfokus pada perilaku caring yang dalam implentasinya menganut unsur
kebudayaan.
3. Diversitas Asuhan Budaya
1. Perawatan adalah inti dan fokus utama, berbeda, dan fokus sebagai pemersatu
keperawatan.
2. Perawatan humanistik dan ilmiah sangat penting untuk pertumbuhan,
kesejahteraan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, dan kemampuan untuk
menghadapi kematian dan kecacatan.
3. Perawatan (peduli) sangat penting untuk menyembuhkan atau penyembuhan,
karena tidak ada penyembuhan tanpa perawatan. (Asumsi ini dianggap memiliki
relevansi yang mendalam di seluruh dunia).
4. Perawatan dalam budaya adalah perpaduan dari dua konstruksi utama yang
membimbing peneliti untuk menemukan, menjelaskan, dan menjelaskan
kesehatan, kesejahteraan, ekspresi kepedulian, dan kondisi manusia lainnya.
5. Ekspresi kepedulian dalam budaya, makna, pola, proses, dan struktur kebudayaan
beragam. Namun beberapa kesamaan (universalitas) ada diantara dan di antara
budaya.
6. Nilai, keperayaan, dan praktik perawatan dalam budaya mempengaruhi dan
tertanam dalam pandangan dunia, faktor struktur sosial (misalnya agama, filsafat
kehidupan, kekerabatan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, dan nilai
budaya), serta konteks etnohistoris dan lingkungan.
7. Setiap budaya memiliki sesuatu yang umum, biasanya beberapa perawatan
profesional (etis) dapat ditemukan dan digunakan untuk praktik perawatan
kesehatan yang terkendali.
8. Kesesuaian budaya dengan perawatan terapeutik terjadi ketika nilai-nilai,
kepercayaan, ekspresi, dan pola budaya diketahui secara gamblang dan digunakan
secara tepat, sensitif dan bermakna dengan orang-orang dengan budaya yang
beragam atau serupa. [ CITATION Lea16 \l 1057 ]
Pada teori sunrise model milik Leininger ini dijelaskan bahwa sebagai perawat
harus menguasai pengetahuan dan wawasan yang luas sebelum menjalankan asuhan
keperawatan kepada pasien, keluarga, ataupun komunitas mengenai tatanan budaya dan
sosial dalam lingkup yang luas maupun luas (Asmadi, 2008). Leininger memiliki tujuan
untuk memberikan gambaran secara visual dalam membantu perawat memahami sacara
konseptual bagian utama keperawatan, misalnya teknologi, agama, filosofi, hubungan
keluarga, dan sosial, nilai-nilai kultur, politik, pendidikan dan ekonomi, serta agar dapat
mempermudah perawat mengaplikasikan teori tersebut (Leininger, 1995). Teori
keperawatan transcultural Leininger juga memiliki tujuan memberi fasilitas wawasan bagi
perawat mengenai persamaan dan perbedaan variasi budaya dalam perawatan humanistik,
keyakinan, pola penyakit, dan nilai-nilai antar berbagai kultur. [ CITATION War16 \l 1057 ]
E. KELEBIHAN TEORI
1. Penelitian dan Teori Leininger ini telah membantu mahasiswa keperawatan
memahami perbedaan budaya dalam perawatan manusia, kesehatan, dan kesakitan
[ CITATION Pro17 \l 1057 ].
2. Dapat meningkatkan atau menyediakan perawatan yang sesuai dengan budaya-
perawatan yang menguntungkan dan bermanfaat untuk klien, keluarga, dan
kelompok budaya (Leininger, 1991b)
F. KEKURANGAN TEORI
1. Penurunan teori dari model ini dapat terjadi pada berbagai tingkatan mulai dari skala
mikro (skala kecil yang spesifik pada individu) untuk mempelajari kelompok,
keluarga, komunitas, ataupun fenomena dengan skala luas (beberapa budaya).
[ CITATION Pro17 \l 1057 ]
2. “Enablers” sangat berbeda dengan perangkat mekanis seperti alat, timbangan, alat
pengukur, dan alat-alat umum lainnya yang menjauhkan objektifitas, yang biasa
digunakan dalam penelitian kuantitatif. Alat-alat tersebut sering terlihat tidak alami
dan memberi kesan menakutkan pada informan penelitian yang berhubungan dengan
kebudayaan (Leininger, 2002c, hal.89)
3. Faktor pendidikan yang dibutuhkan untuk praktik dan persiapan mengikuti
sertifikasi perawat transkultural. Terdapat kebutuhan untuk penelitian dan konsultasi
di seluruh dunia. Sementara dana penelitian untuk memperlajari pendidikan dan
praktik keperawatan transkultural belum adekuat. Meskipun sangat jelas adanya
kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan layanan dari perawat transkultural,
10 | T E O R I M E D E L E I N L E I N I N G E R
namun persiapan pendidikan untuk perawat transkultural ini masih lemah dan
terbatas di mancanegara. [ CITATION Pro17 \l 1057 ]
1. Riset (Research)
Pada tahun 1955, teori Leininger telah diuji cobakan lebih dari 100 kali
menggunakan metode penelitian berbagai budaya. Hal serupa juga dilakukan untuk
menguji teori Ethnonursing. Pentingnya budaya pasien dalam pemenuhan kebetuhan
hanya dibahas secara spesifik oleh teori Transcultural Nursing. Kajian teori
Ethnonursing dilakukan pada keluarga yang salah seorang anggota keluarganya
memiliki penyakit neurologis akut. Dalam kajian ini, anggota keluarga yang sehat
diwawancarai dan dilakukan observasi agar bisa dilihat bagaimana keluarga tersebut
merawat salah seorang keluarga lain yang memiliki penyakit neurologis. Data yang
diperoleh dari kajian tersebut ternyata hanya satu anggota saja yang tidak ikut dalam
penjagaan anggota keluarga yang sakit, sedangkat keluarga yang lain melakukan
penjagaan selama kurang dari 24 jam. Kajian tersebut juga menunjukkan faktor apa
saja yang mempengaruhi kepedulian keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
Faktor-faktor tersebut antara lain hubungan keluarga yang dinamis, kepedulian,
transisi dan ketabahan juga pergolakan emosi. Hal ini menjelaskan secara nyata
bahwa menjaga pasien sakit merupakan suatu bentuk rasa caring dan memberikan
pengetahuan bahwa perawat peka terhadap budaya.
Kajian kedua yang dilakukan memiliki tujuan untuk menganalisis bagaimana
ekspresi warga Afrika Amerika dan Anglo Amerika dalam pelaksanaan sift caring
berkepanjangan dengan menggunakan metode Ethnonursing kualitatif. Data yang
dikumpulkan terdiri dari penduduk Afrika Amerika dan Anglo Amerika, staf penyedia
pelayanan pemeliharaan gaya hidup preadmission perawatan professional dan
memuaskan penduduk serta staf keperawatan, pemilik apartemen dan rumah
penduduk, juga lembaga kebudayaan dengan motif dan pelaksanaan keperawatan, ada
sekitar 40 partisipan. Selain berguna bagi masyarakat , penemuan ini juga berguna
bagi pengembangan teori Culture Care Diversity dan Universality yang dilakukan
oleh staf profesional.
11 | T E O R I M E D E L E I N L E I N I N G E R
2. Edukasi
Bukan merupakan hal baru jika keanekaragaman budaya dimasukkan dalam
kurikulum pendidikan keperawatan. Keanekaragaman budaya ini diintegrasikan pada
tahun 1917 dalam kurikulum keperawatan ketika panduan yang memiliki fokus ilmu
sosiologi dan isu sosial yang kerap dihadi perawat dipublikasikan oleh komite
kurikulum National League of Nursing (NLN). Kemudian, pengetahuan mengenai
reaksi seseorang dalam melawan rasa sakit dikelompokkan dalam panduan latar
belakang budaya pada tahun 1937 oleh komite National League of Nursing (NLN).
Pada tahun 1965-1969, Madeleine Leininger melakukan promosi pertamanya
mengenai Transcultural Nursing. Tidak hanya melakukan pengembangan
Transcultural Nursing di bidang kursus, beliau juga mendirikan program perawat
pertama di Colorado School of Nursing bersama ilmuwan PhD yang kemudian pada
tahun 1977 diperkenalkan kepada mahasiswa pascasarjana. Beberapa pandangan
menilai jika program keperawatan akan berjalan kurang maksimal jika tidak
mengetahui pengaruh perawat peka budaya. Walaupun teori Leininger memiliki
pengaruh besar terhadap proses pembelajaran keperawatan, Leininger tetap khawatir
akan pengaruh globalisasi yang sangat pesat dalam bidang pendidikan. Di Indonesia,
penerapan teori Transcultural Nursing sangat penting diterapkan mengingat seorang
perawat tidak hanya merawat pasien yang berkebangsaan Indonesia saja. Kelak, bisa
saja perawat tersebut merawat pasien dari luar negeri selain Indonesia. ( [ CITATION
Hamka \l 1057 ]
3. Kolaborasi (collaboration )
Pengoptimalan asuhan keperawatan harus dilakukan dengan mengacu pada variasi
pendekatan yang menghargai nilai budaya, kepercayaan, tindakan, dan kepekaan
terhadap lingkungan individu. Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan
pelayanan kesehatan memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan
latar belakang budayaklien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan
kolaborasi dengan klien,ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya. Nantinya,
pemahaman terhadap budayaklien akan diimplentasikan ke dalam strategi yang
digunakan dalam melaksanakanasuhan keperawatan. Strategi ini merupakan strategi
perawatan peka budaya yang dikemukakan oleh Leininger, antara lain adalah :
i. Strategi I, Perlindungan / mempertahankan budaya. Mempertahankan budaya
dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
12 | T E O R I M E D E L E I N L E I N I N G E R
nilai yang relevan dan SOP yang berlaku, misalnya budaya berolahraga setiap
pagi atau makan sayur dan buah setiap hari.
ii. Strategi II, Mengakomodasi/negosiasi budaya .Intervensi dan implementasi
keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi
terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
sebagai tenaga kesehatan membantu klien dalam memilih dan menentukan
pilihan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan dan cocok
dengan keadaan kesehatannya saat itu, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani atau nabati lain yang nilai gizinya setara dengan ikan.
iii. Strategi III, merestrukturisasi atau mengubah budaya klien yang membawa
dampak negative bagi kesehatan klien. Perawat berupaya membantu klien
dalam merestrukturisasi gaya hidupnya yang biasanya merokok menjadi tidak
merokok atau yang biasanya minum alcohol setiap hari menjadi tidak minum
alcohol berlebihan.
iv. Pemberi Perawatan (Care Giver)
Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Transcultural
Nursing. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, maka akan berakibat terjadinya
cultural shock atau culture imposition pada klien. Cultural shock dialami oleh klien
ketika perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya yang
dimilikinya dengan budaya yang dimiliki oleh klien. Culture imposition merupakan
kasus dimana adanya tenaga kesehatan yang secara diam atau terang-terangan
memaksakan budaya, keyakinan, atau perilaku nya sehari-hari pada kliennya yang
berbeda budaya dengannya, karena menurut tenaga kesehatan tersebut, budaya yang
dimilikinya lebih tinggi dibandingkan dengan budaya yang dimiliki oleh kliennya.
Contoh kasus, seorang pasien penderita gagal ginjal memiliki kebiasaan selalu makan
dengan sambal sehingga jika tidak ada sambal pasien tersebut tidak mau makan.Ini
merupakan tugas perawat untuk mengkaji hal tersebut karena ini terkait
dengankesembuhan dan kenyamanan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan.
Ada 3 cara melaksanakan tindakan keperawatan yang memiliki latar budaya atau
kebiasaan yang berbeda. Dalam kasus ini berarti perawat harus mengkaji efek
samping sambal terhadap penyakit gagal ginjal
pasien, apakah memberikan dampak yang negatif atau tidak memberikan pengaruh
apapun. Jika memberikan dampak negatif tentunya sebagai care giver perawat harus
13 | T E O R I M E D E L E I N L E I N I N G E R
merestrukturisasi kebiasaan pasien dengan mengubah pola hidup pasien dengan hal
yang membantu penyembuhan pasien tetapi tidak membuat pasien merasa tidak
nyaman sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan. Pemahaman dan pengertian
perawat terhadap budaya klien sangat mempengaruhi efektivitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik. Bila perawat
tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga tidak
akan terjadi hubungan terapeutik.
v. Manajemen
Dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan Transcultural Nursing bisa
ditemukan dalam manajemen keperawatan. Diantaranya ada beberapa rumah sakit
yang dalam memberikan pelayanan menggunakan bahasa daerah yang digunakan oleh
pasien. Hal ini memugkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan lebih dekat
dengan pemberi pelayanan kesehatan. Bisa saja, tidak semua warga negara
Indonesia fasih dan nyaman menggunakan bahasa Indonesia. Terutama bagi
masyarakat awam, mereka justru akan merasa lebih dekat dengan pelayanan
kesehatan yang menggunakan bahasa ibu mereka. Karena biasanya, budaya yang
dipegang masing-masing individu masih cenderung kuat.
vi. Sehat-Sakit
Konsep sehat dan sakit yang dijelaskan oleh Leininger merupakan satu hal yang
bergantung pada budaya. Apresiasi terhadap rasa sakit yang diderita dan ditampilkan
di Indonesia dipengaruhi oleh keadaan budaya pribadi masing-masing. Contohnya
saja di Suku Batak, seseorang dikatakan benar-benar sakit apabila tidak bisa
menjalankan aktivitas dengan normal. Jika hanya sakit flu dan batuk, maka orang
tersebut tidak dianggap sakit.[ CITATION Rah15 \l 1057 ]
H. CONTOH KASUS
Kasus perbedaan budaya yang ingin kami ambil adalah kasus dimana masyarakat
Bali menggunakan daun pare yang biasanya di Jawa tidak digunakan, tetapi disana
digunakan untuk menyembukan panas dalam atau batuk. Sedangkan di Jawa, daun
pare sendiri jarang digunakan, bahkan buah pare yang dihasilkan pun tidak terlalu
banyak dikonsumsi karena rasanya yang pahit, padahal memiliki banyak nutrisi yang
baik bagi kesehatan tubuh. Maka menurut kelompok kami, rencana keperawatan yang
perlu kami lakukan menurut teori Leininger adalah :
14 | T E O R I M E D E L E I N L E I N I N G E R
a. Generic Care System:
Sebagai perawat kita harus mengidentifikasi perbedaan konsep budaya
yang perawat dan klien miliki. Perbedaan ini terletak pada cara pengobatan
klien yang telah diwariskan secara turun temurun.
Kita tidak boleh gegabah atau terburu-buru berinteraksi dengan klien
Perawat dapat mendiskusikan perbedaan budaya yang ada dengan
komunikasi yang perlahan-lahan
b. Cultural Care Preservation:
Dalam melakukan komunikasi dengan klien harus menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti oleh klien
Dalam merumuskan perencanaan perawatan, perawat dapat memfasilitasi
keterlibatan keluarga klien dalam pengambilan keputusan
Jika klien tetap bersikukuh pada pendiriannya, perawat dapat bernegoisasi
dengan pengetahuan biomedis yang dimilikinya
c. Cultural Care Repattering
Memberi kesempatan pada klien dalam memahami apa yang disampaikan
oleh perawat
Memberikan informasi tentang pelayanan kesehatan yang akan diberikan
oleh perawat
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15 | T E O R I M E D E L E I N L E I N I N G E R
Dari ulasan dan uraian yang telah dijabarkan mengenai Teori keperawatan
Transkultural diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Keperawatan transkultural merupakan suatu pemberian kebutuhan dasar
asuhan keperawatan pada klien untuk meningkatkan serta mempertahankan
kesehatan yang sesuai dengan budaya dan latar belakang klien.
2. Asumsi sunrise pada teori ini maksudnya yaitu bahwa teori ini mengenai
struktur sosial dan budayanya untuk mengembangkan dan mempertimbangkan
arah yang dapat membuka pikiran yang bisa mempengaruhi kesehatan
keperawatan atau dijadikan sebagai dasar untuk menganalisa dan berfokus
pada asuhan keperawatan professional dan sistem keperaatan yang universal.
Teori ini menggambarkan bahwa kondisi serta fisik manusia tidak bisa
dipisahkan dari budayanya.
3. Tujuan dari teori keperawatan transkultural adalah dapat mengaplikasikan
konsep transkultural dalam menganalisa masalah atau kasus klien, membantu
memahami kebutuhan sesuai budaya klien, menentukan asuhan keperawatan,
serta dapat terbentuknya proses keperawatan sesuai dengan kebudayaan yang
universal dan spesifik.
4. Kelebihan dari teori ini yaitu bahwa teori ini bisa membantu para perawat
untuk memahami perbedaan budaya mengenai perawatan, kesehatan, dan
kesakitan serta bisa meningkatkan perawatan pada klien yang sesuai dengan
budaya klien sehingga bisa bermanfaat.
5. Kekurangan teori ini yaitu terdapat penurunan teori skala mikro yang spesifik
pada individu, perbedaan alat-alat kesehatan yang digunakan untuk penelitian
kuantitatif yang menakutkan informan yang berhubungan dengan
kebudayaan, serta lemahnya pendidikan untuk perawat transkultural di
mancanegara.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, apabila ada kritik
dan saran yang sifatnya membangun, maka sampaikan dan kami akan menerima
dengan lapang dada. Apabila kami selaku penyusun melakukan kesalahan mohon
dimaafkan dan kami harap pembaca dapat memakluminya. Demikianlah makalah
ini kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
16 | T E O R I M E D E L E I N L E I N I N G E R
DAFTAR PUSTAKA
17 | T E O R I M E D E L E I N L E I N I N G E R
1. TMM LEININGER. 2016. Makalah Teori Medeline M. Leininger.
http://www.academia.edu/download/49522237/MAKALAH.docx diakses pada
tanggal 18 Oktober 2017 pukul 13.55 WIB
2. Hamid dan Ibrahim. 2017. Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka. Singapura :
Elsevier
3. Learning, Jones & Bartlett. 2016. Community Health Nursing-Caring for the Public’s Health.
United States of America: World Headquarters
4. Warastiko, C., Sapti H.Widyarti. 2016. Rancangan Bangun dan Validasi Lembar Kaji
Identitas Profesional Perawat Islam Indonesia. Jurnal Skolastik Keperawatan 2(2), 115-116.
5. Aplikasi Teori Transcultural Nursing dalam Proses Keperawatan oleh Rahayu
Iskandar, Ners, M.Kep. 2015. Diperoleh dari
https://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger .
6. Admin. 2016.Teori Model Leininger dalam Praktik Keperawatan.
(www.staff.ui.ac.id). Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 05.00 WIB
7. Admin. 2015. Transkultural Nursing (www.S1-keperawatan.umm.ac.id). Diakses
tanggal 18 Oktober 2017 pukul 13.00 WIB
8. Admin. 2009. Meideline Leininger (www.docshare04.docshare.tips.com). Diakses
tanggal 18 Oktober 2017 pukul 13.45 WIB
18 | T E O R I M E D E L E I N L E I N I N G E R