Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

“TEORI KEPERAWATAN PATRICIA BENNER”

Oleh :

Aprilia Imanningtyas (175070200111003)


Muhammad Vandi Pratama (175070200111005)
Hanna Belinda Savitri (175070200111009)
Sherina Alfiani Safana (175070200111013)
Avida Faj’rin (175070200111015)
Rizky Dwi Aryani (175070200111017)
Nurita Sahara Biduri (175070200111029)
Syafira Idhatun Nasyiah (175070200111033)
Ihsanul Fikri (175070200111009)
Afifatul Irsyadah (175070207111001)
Anggun Ramadhani Roslin (175070207111003)
Novrizqa Annisa A. (175070207111005)

Dosen :

Ns. Heri Kristianto, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
MAKALAH
FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

“TEORI KEPERAWATAN PATRICIA BENNER”

Oleh :

Aprilia Imanningtyas (175070200111003)


Muhammad Vandi Pratama (175070200111005)
Hanna Belinda Savitri (175070200111009)
Sherina Alfiani Safana (175070200111013)
Avida Faj’rin (175070200111015)
Rizky Dwi Aryani (175070200111017)
Nurita Sahara Biduri (175070200111029)
Syafira Idhatun Nasyiah (175070200111033)
Ihsanul Fikri (175070200111009)
Afifatul Irsyadah (175070207111001)
Anggun Ramadhani Roslin (175070207111003)
Novrizqa Annisa A. (175070207111005)

Dosen :

Ns. Heri Kristianto, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
i

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dan latar belakang dari Teori Patricia Benner...........................3
2.2 Filosofi Keperawatan Patricia Benner...................................................4
2.3 Konsep Paradigma Keperawatan menurut Patricia Benner...................7
2.4 Aplikasi Teori.......................................................................................10
2.5 Kritik Teori Patricia Benner..................................................................12
2.6 Analisis Kondisi Kompetensi Pendidikan Keperawatan di Indonesia
dengan Sejarah Keperawatan di Indonesia menurut Teori Patricia
Benner ..................................................................................................12
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................20
3.2 Saran.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

ii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan sebuah profesi yang difokuskan kepada
perawatan individu, keluarga dan komunitas untuk mencapai, memelihara, dan
menyembuhkan kesehatan klien. Keperawatan merupakan unsur utama dalam
paradigma keperawatan yang artinya suatu bentuk layanan kesehatan
profesional yang merupakan bagian dari layanan kesehatan yang berdasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-
sosio-spritual yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok, dan
masyrakat (Lokakarya Keperawatan Nasional,1983). Keperawatan merupakan
suatu pleyanan profesional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada
perkembangannya ilmu keperawatan akan selalu mengikuti perkembangan
zaman sehingga ilmu keperawatan akan berubah sesuai dengan perkembangan
zaman. Begitu juga dengan pelayanan kesehatan profesional keperawatan
terutama di Indonesia yang diharapkan dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang profesional sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan zaman. Oleh karena itu dalam prakteknya perawat harus
mengacu pada filosofi keperawatan.
Filosofi keperawatan merupakan dasar yang harus dimiliki oleh seorang
perawat sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil keputusan dan bertindak
dalam melaksanakan praktik keperawatan kepada klien baik yang sehat
maupun yang sakit. Jadi teori filosofi keperawatan merupakan suatu konsep
keyakinan yang berasal dari nilai etik bermula dari suatu seni, kemudian
menjadi suatu ilmu dan selanjutnya berkembang menjadi suatu profesi
keperawatan. Profesi keperawatan ini akan selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan respon manusia terhadap lingkungannya dan sesuai juga
dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu profesi perawat ini harus
mengacu pada teori-teori keperawatan yang ada.
iii
Salah satu ahli filosofi yang terkenal dengan teorinya dan banyak
digunakan dalam pelayanan keperawatan adalah Patricia Benner. Teori ini
mengemukakan bahwa tingkatan dalam pelayanan keperawatan dimulai dari
yang paling bawah yaitu novice (pemula) sampai yang tertinggi yaitu expert
yang mempunyai tugas dan keahlian sesuai dengan tingkatannya. Berdasarkan
hal tersebut kelompok akan membahas tentang filosofi keperawatan menurut
Patricia Benner.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Sejarah dan latar belakang dari Teori Patricia Benner?
2. Bagaimana Filosofi keperawatan yang dikemukakan oleh Patricia
Benner?
3. Apa saja konsep paradigma keperawatan menurut Patricia Benner?
4. Bagaimana pengaplikasian teori menurut Patricia Benner dalam
keperawatan?
5. Bagaimana kritik terhadap teori keperawatan Patricia Benner?
6. Bagaimana analisis kondisi kompetensi pendidikan keperawatan di
Indonesia dengan sejarah keperawatan di indonesia menurut teori Patricia
Benner?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari Penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami sejarah dan latar belakang dari Teori Patricia Benner,
2. Mengetahui Filosofi yang dikemukakan oleh Patricia Benner,
3. Mampu memahami konsep paradigma keperawatan menurut Patricia
Benner,
4. Mampu mengaplikasikan teori menurut Patricia Benner dalam
keperawatan,
5. Mengetahui kritik terhadap teori keperawatan Patricia Benner,
6. Memahami hubungan teori Patricia Benner dengan kondisi kompetensi
iv
pendidikan keperawatan di Indonesia.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan informasi tentang Teori keperawatan Patricia Benner
sehingga dapat dijadikan bahan pembelajaran,
2. Menambah wawasan mahasiswa terkait teori keperawatan sebagai
bahan implementasi untuk praktik keperawatan.

v
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Latar Belakang dari Teori Patricia Benner


Patricia Benner dilahirkan di Hampton Virginia-USA, pada tanggal 10
Mei 1955. Patricia Benner adalah Profesor di Departemen Fisiologis
Keperawatan di Sekolah Keperawatan di Universitas California, San
Francisco. Dr. Benner menerima gelar sarjana di bidang keperawatan dari
Pasadena College, gelar master dan Ph.D dalam keperawatan bedah medis
dari University of California, San Francisco (Alligood dalam Aprianti).
Patricia Benner adalah seorang penulis yang melahirkan sembilan
buku dan diterjemahkan dalam delapan bahasa, termasuk From Novice to
Expert, yang berjudul American Journal of Nursing Book of the Year untuk
pendidikan keperawatan, The Primacy of Caring , ditulis bersama dengan
Judith Wrubel , bernama Kitab Tahun tahun 1990. Buku-bukunya yang
terbaru adalah Fenomenologi Interpretasi : Perwujudan, Caring dan Etika
dalam Kesehatan dan Penyakit , dan The Crisis Care yang ditulis bersama
dengan Susan Phillips yang diterbitkan pada tahun 1994, Keahlian dalam
Praktek Keperawatan : Caring ,Penghakiman Klinis dan Etika yang ditulis
bersama dengan Christine Tanner dan Catherine Chesla , juga bernama Book
of the Year pada tahun 1996, pengasuhan , dengan Suzanne Gordon dan Nel
Noddings yang juga diterbitkan pada tahun 1996 . selain itu, ada pula buku
yang diterbitkan pada bulan Desember 1998 yakni Kebijaksanaan Klinis dan
Intervensi dalam Perawatan Kritis (Alligood dalam Aprianti).
Dr Benner adalah seorang peneliti yang tercatat secara internasional
dan dosen pada pendidikan kesehatan. Karyanya memiliki pengaruh luas pada
keperawatan, baik di Amerika Serikat maupun dalam lingkup internasional,
misalnya dalam penyediaan dasar untuk undang-undang baru dan desain
untuk praktek keperawatan dan pendidikan bagi tiga negara di Australia . Dia
juga terpilih sebagai rekan kehormatan dari Royal College of Nursing.
vi
Karyanya memiliki pengaruh dalam keperawatan di bidang praktek klinis dan
etikaklinis. Ia telah menjadi staf perawat di bidang medis - bedah , ruang
gawat darurat , perawatan koroner , unit perawatan intensif dan perawatan di
rumah. Saat ini , penelitiannya meliputi studi tentang praktik keperawatan di
unit perawatan intensif dan etika keperawatan (Alligood dalam Aprianti).

2.2 Filosofi keperawatan Patricia Benner


Filosofi merupakan pemahaman mengenai dasar-dasar pengetahuan,
serta proses yang digunakan untuk mengembangkan pandangan mengenai
suatu hal. Filosofi keperawatan merupakan kerangka dasar yang harus
dimiliki oleh seorang perawat sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil
keputusan, dan bertindak dalam melaksanakan praktik keperawatan pada
klien yang membutuhkan. Teori filosofi keperawatan merupakan kumpulan
konsep yang digambarkan sebagai pandangan sistematis atas suatu kasus
dengan merancang hubungan-hubungan khusus diantara konsep-konsep
tersebut untuk keperluan penggambaran, penjelasan, perkiraan atau
pengendalian kasus (Alice, 2016).
Kepedulian (caring) adalah inti dari keperawatan yang
mengedepankan tentang kemampuan berinteraksi dan kepedulian yang
menghasilkan bantuan yang berkualitas. Patricia Benner menjelaskan secara
sistematis terkait lima tahap penguasaan keterampilan praktek keperawatan
yang terdiri dari Novice (pemula), Advance Beginner (pemula lanjut),
Competent (kompeten), Proficient (pengusai), dan Expert (ahli) (Muhidin.
2008).
Teori “From Novice To Expert” yang dikemukakan oleh Patricia
Benner diadaptasi dari pendapat Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus yang
berupa “Model Dreyfus”. Teori ini menjelaskan lima tingkat peran dan
perkembangan profesi keperawatan yang meliputi Novice, Advance
Beginner, competent, proficient, dan expert (Saskia, 2017).

vii
1. Novice
a. Belum memiliki pengalaman,
b. Membutuhkan perintah yang jelas dan atribut yang obyektif,
c. Masih merasa kesulitan untuk melihat situasi yang ada,
d. Secara umum, level ini dapat ditujukan untuk mahasiswa keperawatan,
tetapi Benner bisa mengklasifikasikan perawat pada level yang lebih
tinggi (daripada mahasiswa) ke novice pada keadaan tertentu (Syafaa,
2011)
2. Advance Beginner
a. Dapat mengatasi masalah yang dapat diterima oleh klien,
b. Mempunyai pengalaman yang cukup untuk mengendalikan suatu kasus,
c. Fungsi perawat pada situasi ini masih dipandu dengan aturan dan
orientasi pada penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang
pasien tertentu pada situasi yang memerlukan pengetahuan lebih luas.
d. Advance beginner memiliki responsibilitas yang lebih besar dalam
melakukan manajemen asuhan keperawatan pada pasien. Hal ini
dikarenakan mereka sebelumnya telah mempunyai lebih banyak
pengalaman. Benner menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap
ini (Syafaa, 2011).
3. Competent
a. Dengan menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan
mengikuti kegiatan yang lain, advance beginner akan menjadi
competent.
b. Perawat pada level ini mampu mempertimbangkan dan membuat
perencanaan yang diperlukan untuk suatu kasus dan sudah dapat
dilepaskan dari pengawasan,
c. Konsisten, mampu memprediksi, dan manajemen waktu,
d. Perawat competent dapat menunjukkan reponsibilitas yang lebih pada
respon pasien, lebih realistic, dan dapat menampilkan kemampuan kritis
viii
pada dirinya.
e. Tingkat competent adalah tingkatan yang penting dalam pembelajaran
klinis, karena pengajar harus mengembangkan pola terhadap elemen
atau situasi yang memerlukan perhatian yang dapat diabaikan (Syafaa,
2011).
4. Proficient
a. Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat
perubahan yang relevan pada suatu kasus,
b. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan kepercayaan diri pada
pengetahuan dan keterampilannya.
c. Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan keluarga dan pasien
(Syafaa, 2011).
5. Expert
a. Pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan intuitif dari
situasi yang terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari masalah
tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa
alternatif dan penyelesaian.
b. Perbedaan yang ditunjukkan oleh perawat yang berada pada tingkat
expert adalah “mengetahui pasien” yang berarti mengetahui tipe pola
respon dan mengetahui pasien sebagai manusia.
c. Aspek kunci pada perawat expert adalah:
1) Menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis
2) Mewujudkan proses know-how
3) Melihat gambaran yang luas
4) Melihat yang tidak diharapkan (Syafaa, 2011).

2.3 Konsep Paradigma Keperawatan Menurut Patricia Benner


Paradigma keperawatan menurut Patricia Benner meliputi keperawatan,
manusia, lingkungan dan kesehatan sebagai berikut :
1. Keperawatan
Keperawatan digambarkan sebagai suatu hubungan caring dengan kondisi
ix
yang memungkinkan adanya hubungan dan perhatian. Keperawatan dasar
dirancang untuk memungkinkan memberi bantuan dan menerima bantuan.
Keperawatan dipandang sebagai ilmu praktik yang didukung oleh adanya
aspek moral dan etik perawatan dengan disertai tanggung jawab. Benner
memahami praktik keperaawatan sebagai perawatan dan proses belajar
dari pengalaman hidup sehat, sakit dan penyakit yang menggambarkan
antara tiga dimensi tersebut.
2. Manusia
Menurut Benner menggunakan fenomena untuk menjelaskan tentang
orang, yang mana mereka digambarkan sebagai sesorang yang mampu
menilai dirinya sendiri. Sesorang juga memiliki kemampuan untuk
merefleksikan dirinya dan juga tidak mampu merefleksikan dirinya tentang
kesulitan yang dihadapi didunia. Menurut Benner manusia mempunyai
empat peran utama yaitu :
a. Peran situasi
b. Peran tubuh
c. Peran kepribadian
d. Peran selalu menyesuaikan diri
3. Kesehatan
Fokusnya pada pengalaman hidup sehat dan sakit. Sehat didefinisikan
sebagai apa yang dapat dinilai, sedangkan kesejahteraan adalah
pengalaman mausia selama masa sehat sedangkan penyakit adalah apa
yang dinilai pada tingkat fisik.
4. Lingkungan
Benner menggunakan istilah situasi dari pada lingkungan sosial dengan
definisi dan kebermaknaan sosial. Mereka menggunakn istilah situasi yang
memiliki makna yang didefiniskan oleh orang yang berinteraksi,
memamknai dan memahami situasi, menurut individu situasi itu dibatasi
oleh cara individu. (Anonim, 2016)
Patricia Benner mengidentifikasi dirinya sebagai pemikir perawat.
Pada tahun 1982, dia menggambarkan sebuah model untuk keperawatan
berdasarkan perolehan keterampilan. Model ini pada awalnya
x
dikembangkan oleh Profesor Hubert dan Stuart Dreyfus untuk
mengidentifikasi sifat perolehan keterampilan yang dimainkan oleh pilot
pesawat terbang dan pemain catur saat mereka mengembangkan keahlian
dalam posisi mereka (Benner et al., 1996). Dalam aplikasi keperawatan,
Benner membahas lima tingkat keuntungan yang akan diobati perawat saat
mengembangkan praktik mereka (Benner, 1984): pemula, pemula tingkat
lanjut, kompeten, proffisien, dan ahli. Pengembangan melalui fase ini
bergantung pada kombinasi kedalaman dan jangkauan pengalaman klinis,
yang secara positif dibandingkan dengan lamanya menyediakan asuhan
keperawatan di samping tempat tidur. Seperti Benner (2004) menyatakan,
'' bahkan ahli dalam model akuisisi keterampilan Dreyfus harus
menyesuaikan diri dengan situasi dan harus tetap terbuka terhadap hal
yang tak terduga. Dalam model Dreyus, praktisi diasumsikan diam dengan
keterampilan dan keterampilan yang meningkat dalam dunia yang berarti,
dapat dimengerti, namun berubah. Tidak semua perawat melewati setiap
fase yang teridentifikasi atau mencapai tingkat praktik ahli. (Blum, 2010)

Tahapan Kompetensi Klinis Benner Dalam akuisisi dan pengembangan


keterampilan, seorang perawat melewati lima tingkat kemahiran: pemula,
pemula tingkat lanjut, kompeten, mahir, dan ahli.
Tahap 1: Novice
Novice atau pemula tidak memiliki pengalaman dalam situasi di mana mereka
diharapkan melakukannya melakukan. Novice kurang percaya diri untuk
menunjukkan praktik yang aman dan membutuhkan verbal terus-menerus dan
isyarat fisik. Berlatih adalah dalam jangka waktu yang lama dan dia tidak
dapat menggunakannya pertimbangan discretionary
Tahap 2: Pemula Tingkat Lanjut
Pemula Tingkat Lanjut menunjukkan kinerja yang dapat diterima secara
marginal karena perawat memiliki memiliki pengalaman sebelumnya dalam
situasi aktual. Dia efisien dan terampil di bagian latihan daerah, membutuhkan
isyarat pendukung sesekali. Mei / mungkin tidak dalam jangka waktu
tertunda. Pengetahuan berkembang.
xi
Tahap 3: Kompeten
Kompetensi ditunjukkan oleh perawat yang telah di tempat kerja sama atau
serupa situasi selama dua atau tiga tahun Perawat mampu menunjukkan
efisiensi, dikoordinasikan dan memiliki keyakinan dalam tindakannya. Bagi
perawat yang kompeten, sebuah rencana menetapkan sebuah perspektif, dan
rencananya didasarkan pada kontemplasi analitis yang cukup sadar, abstrak,
analitis terhadap masalah. Perencanaan sadar dan disengaja yang merupakan
karakteristik dari tingkat keterampilan ini membantu pencapaiannya efisiensi
dan organisasi. Perawatan selesai dalam jangka waktu yang sesuai tanpa
dukungan isyarat.
Tahap 4: mahir
Perawat yang mahir melihat situasi sebagai sesuatu yang istimewa, bukan
dalam bentuk bagian yang dicincang atau aspek. Perawat yang mahir
memahami situasi secara keseluruhan karena mereka memahami maknanya
dalam hal tujuan jangka panjang. Perawat yang mahir belajar dari pengalaman
kejadian khas apa harapkan dalam situasi tertentu dan bagaimana rencana
perlu dimodifikasi untuk menanggapi kejadian ini. Itu Perawat yang mahir
sekarang bisa mengenali kapan gambaran normal yang diharapkan tidak
terwujud. Ini Pemahaman holistik meningkatkan pengambilan keputusan
perawat yang cakap; itu menjadi kurang bekerja karena perawat sekarang
memiliki perspektif tentang atribut dan aspek yang ada dalam situasi sekarang
adalah yang penting.
Tahap 5: Pakar
Perawat Pakar memiliki pemahaman intuitif setiap situasi dan nol di wilayah
yang akurat Masalahnya tanpa pertimbangan yang sia-sia dari berbagai
macam diagnosa alternatif yang tidak berbuah dan solusi. Ahli beroperasi dari
pemahaman mendalam tentang situasi total. Miliknya Kinerja menjadi lancar
dan fleksibel serta mahir. Kemampuan analitik yang sangat terampil adalah
diperlukan untuk situasi dimana perawat tidak memiliki pengalaman
sebelumnya. Pengenalan filosofis Patricia benner terhadap fenomenologi
mengembangkan pemahaman pembaca tentang strategi dan proses yang
xii
terlibat dalam pendekatan ini terhadap sains manusia. (Benner, 1994)
2.4 Aplikasi teori
1. Praktek keperawatan
Benner menggambarkan praktek klinik keperawatan menggunakan
pendekatan interpretasi fenomenologi. From Novice to Expert (1984) berisi
beberapa contoh aplikasi dalam penerapan metodenya di beberapa situasi
praktek ( Dolan et all, 1984). Awalnya, benner menggunakan pendekatan
promosi, jenjang perawat klinik, program untuk lulusan perawat yang baru
dan seminar untuk mengembangkan pengetahuan klinik. Simposium berfokus
pada keunggulan pada praktek keperawatan yang dilaksanakan untuk
pengembangan staff, pengenalan, dan penghargaan sebagai salah satu jalan
untuk mendemonstrasikan perkembangan pengetahuan klinik dalam praktek.
Setelah itu metode benner banyak diadopsi oleh para praktisi
keperawatan misalnya Fenton (1984) menggunakan pendekatan Benner
dalam sebuah studi ethnography untuk penampilan perawat klinik spesialis.
Penemuannya terdiri dari identifikasi dan deskripsi kompetensi perawat
untuk mempersiapkan perawat mahir. Balasco dan Black (1988) and silver
(1986) menggunakan metode Benner untuk membuat pedoman pembedaan
pengembangan klinik dan jenjang karir dalam keperawatan. Farrell and
Bramadat (1990) menggunakan paradigma analisa kasus Benner dalam
proyek kolaborasi antara universitas pendidikan keperawatan dan rumah sakit
pendidikan untuk mendalami perkembangan klinik yang sesuai dengan skill
dalam praktek yang nyata.
Benner mengembangkan banyak literature yang berfokus pada praktek
keperawatan dan melakukan publikasi karyanya tersebut (Benner, 1984,
1985, 1987, benner et all, 1999). Benner mengedit The American Journal of
Nursing sejak 1980. Dan pada tahun 2001, dia mulai mengedit sebuah seri
yang berjudul Current Controversies in Critical Care pada The American
Journal of Nursing.
2. Pendidikan
Dalam dunia pendidikan, model Benner banyak digunakan sebagai
xiii
acuan oleh para pendidik untuk mempelajari setiap level perawat dari novice
sampai expert dan mempelajari perbedaan masing masing level sehingga
memberikan pengalaman pembelajaran kepada mahasiswa keperawatan.
Benner (1982) mengkritisi tentang konsep competency-based testing
yang berlawanan dengan kompleksitas keahlian dan tingkat keahlian yang
dijelaskan dalam Model Dreyfus dan 31 kompetensi yang dijelaskan oleh
AMICAE (Benner, 1984). Dalam Expertise In Nursing Practice , Benner dan
kolega (1996) menekankan pentingnya pembelajaran skill dan perawatan
melaui pengalaman praktis, penggunaan ilmu pengetahuna dalam praktek,
dan dengan pendidikan formal. Dalam Clinical Wisdom in Critical Care,
Benner dan kolega (1999) memberikan perhatian yang besar pembelajaran
berdasarkan pengalaman dan mempresentasikan bagaimana cara mengajar.
Mereka mendisain CD ROM interaktif untuk melengkapi buku.
Menurut American Association of Nurse Practitioners, lebih dari
205.000 NP yang saat ini berlatih di Amerika Serikat, dengan sekitar 15.000
NP yang lulus dan memasuki angkatan kerja pada tahun 2014.3 Fluks ini
telah menciptakan kebutuhan kritis untuk transisi yang efektif dari akademisi
ke kehidupan nyata. lingkungan dunia Memang, transisi kita sendiri sebagai
NP pemula hanya beberapa tahun yang lalu menjadi saksi kelangkaan
dukungan yang tersedia untuk NP baru. Meskipun upaya ini telah membantu
meningkatkan kompetensi klinis, beberapa program secara khusus menangani
kesejahteraan emosional. (Fitzpatrick, 2016)
3. Penelitian
Metode Benner banyak digunakan sebagai acuan Penulisan dalam
bidang keperawatan. Sebagai contoh Fenton (1984, 1985) menggunakan
model Benner dalam Penulisan pendidikan. Lock dan Gordon (1989) yang
membantu proyek AMICAE, yang mengembangkan pembelajaran inquiry
dalam model formal yang digunakan dalam praktek keperawatan dan medis.
Mereka menyimpulkan bahwa model formal memberikan petunjuk mengenai
pelayanan langsung, pengetahuan dan hasil yang diinginkan.

xiv
2.5 Kritik Teori Keperawatan Patricia Benner
Teori keperawatan yang diungkapkan oleh Patricia Benner membuat
seorang perawat pemula hanya boleh dan dapat fokus pada tugas yang
cenderung mengikuti daftar "harus dilakukan". Sedangkan seorang perawat
ahli fokus pada keseluruhan aspek bahkan saat melakukan tugas. Mereka
dapat melihat tanda-tanda halus dari situasi seperti pasien yang sedikit sulit
untuk dikendalikan daripada pada pertemuan sebelumnya. Padahal, kalau kita
fikir dengan cermat seorang perawat harus menjadi seorang perawar ahli
entah itu yang masih junior ataupun yang sudah senior. Sudah kewajiban dari
seluruh perawat untuk saling berbagi ilmu. Namun, pada teori Patricia ini
terdapat keterbatasan yang membuat seorang perawat junior atau pemula
tidak dapat berkembang dan hanya tetap seperti itu saja. (Ulfa, 2013)
Pada dasarnya, spesifikasi dari teori ini adalah bahwa teori ini
mencerminkan sebuah gerakan dari konsep abstrak masa lampau ke masa
lalu, yaitu sebuah pengalaman nyata. Setiap langkah dibangun dari yang
sebelumnya karena prinsip teori Patricia ini diperluas berdasarkan
pengalaman, dan perawat memperoleh pengalaman klinis. Meski demikian
teori ini memiliki manfaat yang baik juga, teori ini telah mengubah persepsi
tentang apa artinya menjadi perawat ahli. Seorang pakar bukan lagi perawat
dengan pekerjaan dengan bayaran tertinggi, tapi perawat yang memberikan
asuhan keperawatan paling baik. (Gobet, 2008)
Selain itu, ada beberapa kelemahan yang disajikan dalam teori ini.
Salah satu kelemahannya adalah teori tersebut menekankan pembelajaran
melalui pengalaman dan pencapaian keterampilan. Ada sedikit penekanan
pada peran aspek akademik pembelajaran. Teori ini berfokus pada
pengalaman klinis dan perawatan pasien secara langsung. Tanpa pendidikan
dan pengetahuan yang diberikan melalui sekolah, apa yang akan diambilnya
dari area klinis. Kelemahan lain dari teori ini adalah kurangnya definisi
operasional seperti yang dinyatakan di atas. Teori ini tidak memiliki unsur-
unsur yang diperlukan untuk aplikasi kuantitatif. Ini bisa digunakan hanya
xv
sebagai kerangka kerja. (Gobet, 2008)
2.6 Analisis Kondisi Kompetensi Pendidikan Keperawatan di Indonesia
dengan Sejarah Keperawatan di Indonesia menurut Teori Patricia
Benner

2.6.1 Hubungan Teori Benner dengan Sejarah Keperawatan di Indonseia


Teori Patricia Benner Sejarah keperawatan di Indonesia
“Novice to Expert”
Novice Seperti halnya perkembangan keperawatan
a. Belum memiliki pengalaman, di dunia, pelayanan perawatan di Indonesia
b. Membutuhkan perintah yang jelas dan pada awalnya masih didasarkan pada naluri,
atribut yang obyektif, yang kemudian berkembang menjadi aliran
c. Masih merasa kesulitan untuk melihat animisme, dan orang bijak beragama.
situasi yang ada, Sejak masuknya VOC di Indonesia, baru
d. Secara umum, level ini dapat mulai didirikan rumah sakit. Binnen
ditujukan untuk mahasiswa Hospital adalah Rumah Sakit pertama yang
keperawatan, tetapi Benner bisa didirikan pada tahun 1799, tenaga
mengklasifikasikan perawat pada kesehatan yang melayani adalah para dokter
level yang lebih tinggi (daripada bedah serta tenaga perawat yang diambil
mahasiswa) ke novice pada keadaan dari masyarakat pribumi. Pekerjaan perawat
tertentu. pada saat itu bukan pekerjaan dermawan
atau intelektual, melainkan pekerjaan yang
hanya pantas dilakukan oleh prajurit yang
bertugas pada kompeni. Tugas perawat
pada saat itu adalah memasak dan
membersihkan bangsal (domestic work),
mengontrol pasien, menjaga pasien agar
tidak lari ( pasien dengan gangguan jiwa)

xvi
Advance Beginner Dengan berkembangnya pendidikan
a. Dapat mengatasi masalah yang dapat keperawatan non-formal, pendidikan
diterima oleh klien, diberikan melalui pelatihan-pelatihan model
b. Mempunyai pengalaman yang cukup vokasional dan dipadukan dengan latihan
untuk mengendalikan suatu kasus, kerja. Model Keperawatan Kuratif (1920)
c. Fungsi perawat pada situasi ini masih Pelayanan pengobatan menyeluruh bagi
dipandu dengan aturan dan orientasi masyarakata dilakukan oleh perawat seperti
pada penyelesaian tugas. Mereka akan imunisasi/vaksinasi, dan pengobatan
kesulitan memegang pasien tertentu penyakit seksual.
pada situasi yang memerlukan Pada saat itu, karena baru muncul beberapa
pengetahuan lebih luas. model keperawatan saja, sehingga masih
d. Advance beginner memiliki menunjukkan perawat yang hanya
responsibilitas yang lebih besar dalam mengatasi masalah yang dapat diterima
melakukan manajemen asuhan pada situasi yang ada.
keperawatan pada pasien. Hal ini
dikarenakan mereka sebelumnya telah
mempunyai lebih banyak pengalaman.
Benner menempatkan perawat yang
baru lulus pada tahap ini.

c. Konsisten, mampu memprediksi, dan Keperawatan semi professional.


manajemen waktu, Tuntutan kebutuhan akan pelayanan
d. Perawat competent dapat kesehatan (keperawatan) yang bermutu oleh
menunjukkan reponsibilitas yang masyarakat, menjadikan tenaga
lebih pada respon pasien, lebih keperawatan dipacu untuk meningkatkan
realistic, dan dapat menampilkan pengetahuan dan keterampilan dibidang
kemampuan kritis pada dirinya. keperawatan. Pendidikan-pendidikan dasar
e. Tingkat competent adalah tingkatan keperawatan dengan sistem magang selama
yang penting dalam pembelajaran 4 tahun mulai bermunculan. Keperawatan
klinis, karena pengajar harus preventif Pemerintahan belanda
xvii
mengembangkan pola terhadap menganggap perlunya hygiene dan sanitasi
elemen atau situasi yang memerlukan serta penyuluhan dalam upaya pencegahan
perhatian yang dapat diabaikan. dan pengendalian wabah, pemerintah juga
menyadari bahwa tindakan kuratif hanya
berdampak minimal bagi masyarakat dan
hanya di tunjukan bagi mereka yang sakit.
Pada tahun 1937 didirikan sekolah mantri
hygiene di purwekerto, pendidikan ini
terfokus pada pelayanan kesehatan
lingkungan dan bukan merupakan
pengobatan. Karena adanya pendidikan-
pendidikan keperawatan membuat profesi
perawat menjadi lebih berkompetent yang
memiliki kemampuan yang lebih daripada
perawat pada masa sebelumnya.
Proficient Menuju Keperawatan Profesional
a. Perawat pada tahap ini menunjukkan Sejak Indonesia merdeka (1945)
kemampuan baru untuk melihat perkembangan keperawatan mulai nyata
perubahan yang relevan pada suatu dengan berdirinya sekolah pengatur rawat
kasus, (SPR) dan sekolah bidan di RS besar yang
b. Mereka akan mendemonstrasikan bertujuan untuk menunjang pelayanan
peningkatan kepercayaan diri pada kesehatan di rumah sakit. Pendidikan itu
pengetahuan dan keterampilannya. diberuntukkan bagi mereka lulusan SLTP
c. Pada tingkatan ini mereka banyak ditambah pendidikan selama 3 tahun,
terlibat dengan keluarga dan pasien. disamping itu juga didirikan sekolah bagi
guru perawat dan bidan untuk menjadi guru
di SPR. Perkembangan keperawatan
semakin nyata dengan didirikannya
organisasi Persatuan Perawat Nasional
Indonesia tahun 1974. Melalui lokakarya
nasional keperawatan dengan kerjasama
antara Depdikbud RI, Depkes RI dan DPP
PPNI, ditetapkan definisi, tugas, fungsi, dan
xviii
kompetensi tenaga perawat profesional di
Indonesia. Diilhami dari hasil lokakarya itu
maka didirikanlah akademi keperawatan,
kemudian disusul pendirian PSIK FK-UI
(1985) dan kemudian didirikan pula
program paska sarjana (1999). Sejak inilah
kemampuan perawat di Indonesia semakin
baik dalam hal memberikan layanan
kesehatan kepada masyarakat.
Expert Pada saat sekarang ini banyak
a. Pada tingkatan ini perawat expert universitas-universitas yang membuka
mempunyai pegangan intuitif dari program S2 dan S3 untuk Keperawatan
situasi yang terjadi sehingga mampu sehingga perawat yang ingin melanjutkan
mengidentifikasi area dari masalah studynya ke jenjang yang lebih tinggi tidak
tanpa kehilangan pertimbangan waktu kesulitan untuk menuju profesi yang lebih
untuk membuat diagnosa alternatif ahli. Universitas yang menyediakan yaitu
dan penyelesaian. UI, UNDIP, UNAIR, UB, UGM dan masih
b. Perbedaan yang ditunjukkan oleh banyak lagi. Maka dari itu perawat yang
perawat yang berada pada tingkat telah lulus S3 sudah dikatakan sebagai
expert adalah “mengetahui pasien” perawat yang expert yang memiliki
yang berarti mengetahui tipe pola pengalaman yang banyak dan sudah
respon dan mengetahui pasien sebagai mengetahui tindakan yang tepat untuk
manusia. pasien.
c. Aspek kunci pada perawat expert
adalah:
1. Menunjukkan pegangan klinis dan
sumber praktis
2. Mewujudkan proses know-how
3. Melihat gambaran yang luas
4. Melihat yang tidak diharapkan

2.6.2 Kondisi Kompetensi perawat di Indonesia xix


sesuai Teori Patricia Benner
Praktik keperawatan diberikan melalui asuhan keperawatan untuk klien
guna menyelesaikan suatu masalah kesehatan. Pelayanan Keperawatan merupakan
rangkaian tindakan yang dilandasi oleh etika yang ada. Kegiatan tersebut meliputi
tindakan prosedural, pengambilan keputusan yang memerlukan analisis kritis dan
juga kegiatan advokasi dengan menunjukkan perilaku caring. Pengelolaan
pelayanan merupakan tanggung jawab seorang perawat yang memiliki
kompetensi.
Menurut Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), perawat
di Indonesia memiliki kompetensi inti yang harus dilakukan sebagai tugasnya.
Diantara sekian banyak kompetensi yang dimiliki, salah satu kompetensi inti
perawat di Indonesia yaitu melakukan perawatan luka. Melakukan perawatan luka
memiliki kode KES.PG2.045.01. Dalam hal melakukan perawatan luka, seorang
perawat memiliki berbagai fariasi tugas, mulai dari hanya merawat luka ringan
sampai melakukan perawatan pada luka kritis yang membutuhkan prosedur yang
rumit.
Dalam melakukan perawatan luka seorang perawat dalam melakukan
tugasnya dapat dikaitkan dengan teori keperawatan yang dicetuskan oleh Patricia
Benner yaitu Teori From Novice to Expert. Sebagai seorang Novice, perawat
dalammasa ini melakukan pekerjaan dalam merawat luka hanya dengan bertumpu
pada petunjuk dari senior. Sedangkan pada tahap Advanced Beginner atau
Pemula, seorang perawat sudah boleh melakukan perawatan luka ringan atas dasar
pengetahuannya serta berdasarkan pengalaman sebelumnya. Selanjutnya pada fase
Competent, biasanya seorang perawat pada tahap ini telah pemiliki pengalaman
selama paling tidak 2 atau 3 tahun dalam hal melakukan perawatan luka, dan
dalam melakukan tindakan perawat ini sudah mampu memutuskan tindakan mana
yang harus dilakukan agar dalam melakukan tindakan dapat efektif. Selanjutnya
pada tahap Proficient, perawat telah memiliki kemampuan yang lebih holistik
dalam melakukan perawatan luka, serta pada tahap ini perawat dapat melakukan
beberapa perubahan untuk menyesuaikan kondisi dalam melakukan perawatan
luka yang biasanya diterapkan pada pasien dengan luka semi kritis hingga kritis.
Terakhir, pada tahap Expert, perawat tidak lagi bergantung pada prinsip-prinsip,
aturan, atau pedoman untuk menghubungkan situasi dan menentukan tindakan
xx
dalam melakukan perawatan luka. Mereka memiliki latar belakang yang lebih
pengalaman dan pemahaman yang intuitif terhadap situasi klinis, mereka sudah
sangat ahir dalam melakukan perawatan luka baik dalam perawatan luka ringan
sampai luka kritis ( The Infiniteminding Fendi, 2014 dan Tyasmoso A. F, 2003).
Bila dihubungkan dengan sejarah keperawatan di Indonesia, kompetensi
perawat dalam melakukan perawatan luka memiliki hubungan. Seperti pada masa
pemerintahan VOC di Indonesia yaitu sekitar tahun 1602 – 1799, didirikanlah
Dinas Kesehatan Tentara atau Miitaire Gezondsheids Dients yang merupakan
rumahsakit khusus untuk kemilititeran. Rumahsakit itu memiliki pasien yang rata-
rata merupakan korban perang serta memiliki luka yang perlu disembuhkan,
disinilah kompetensi seorang perawat yaitu melakukan perawatan luka diterapkan.
Semua luka mulai dari yang ringan hingga yang kritis membutuhkan perawatan
yang benar. Hingga saat ini, melakukan perawatan luka tidak dapat terlepas dari
keseharian seorang perawat. (Asmadi, 2008)

xxi
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Patricia Benner adalah Profesor di Departemen Fisiologis Keperawatan di
Sekolah Keperawatan di University of California , San Francisco. Saat ini ,
penelitiannya meliputi studi tentang praktik keperawatan di unit perawatan
intensif dan etika keperawatan,
2. Teori Patricia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan
oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus yakni Teori From Novice to Expert,
dimana teori ini menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran dan
perkembangan profesi meliputi: Novice, Advance Beginner, competent,
proficient, dan expert,
3. Konsep paradigma keperawatan menurut Patricia Benner meliputi
keperawatan, manusia, lingkungan dan kesehatan,
4. Teori Patricia Benner dapat diaplikasikan dalam praktik keperawatan,
Pendidikan, dan penelitian,
5. Teori keperawatan yang diungkapkan oleh Patricia Benner membuat seorang
perawat pemula hanya boleh dan dapat fokus pada tugas yang cenderung
mengikuti daftar "harus dilakukan". Sedangkan seorang perawat ahli fokus
pada keseluruhan aspek bahkan saat melakukan tugas.
6. Diantara sekian banyak kompetensi yang dimiliki, salah satu kompetensi inti
perawat di Indonesia yaitu melakukan perawatan luka. Melakukan perawatan
luka memiliki kode KES.PG2.045.01. Dalam hal melakukan perawatan luka,
seorang perawat memiliki berbagai variasi tugas, mulai dari hanya merawat
luka ringan sampai melakukan perawatan pada luka kritis yang membutuhkan
prosedur yang rumit.

xxii
3.2 Saran
1. Perlu diadakan pengkajian lanjutan terhadap tulisan ini guna mengoptimalkan
pemahaman terkait teori Benner,
2. Perlu tambahan referensi sehingga dapat memperkaya literasi terkait teori-
teori keperawatan.

xxiii
DAFTAR PUSTAKA

Alice, Petiprint. 2016 . From Novice to Expert . http://www.nursing-


theory.org/theories-and-models/from-novice-to-expert.php

Anonim. 2016. Patricia Benner. Tersedia dalam


https://dokumen.tips/documents/tugas-kel-5-patricia-benneroke.html
(diakses pada tanggal 19 Oktober 2017)

Aprianti, Rika. 2011. Teori Patricia Banner. Tersedia dalam


http://www.academia.edu/18122775/Teori_patricia_benner (diakses pada
tanggal 19 Oktober 2017)

Asmadi. 2008 . Konsep Dasar Keperawatan . Cetakan I . Jakarta : EGC

Benner, Patricia. 1984. From novice to expert: Excellence and power in clinical
nursing practice. Menlo Park: Addison-Wesley, pp. Halaman 13-34.

Benner, Patricia. 1994. Interpretive phenomenology embodiment, caring, and


ethics in health and illness. London : sage publications

Benner, Patricia. 2015. Curricular and Pedagogical Implications for the Carnegie
Study, Educating Nurses: A Call for Radical Transformation. Journal of
Asian Nursing Research

Blum, Chyntia Ann. 2010. Using the Benner intuitive humanistic decision-
making model in action: A case study Journal of Nurse Education in
Practice. Vol 2. Halaman 303–307

Fitzpatrick, Suzanna. 2016. Expert Nurse to Novice Nurse Practitioner: The


xxiv
Journey and How to Improve the Process. The Journal for Nurse
Practitioners. Volume 12. Halaman 419-421
Gobet, Fernand dan Philippe Chassy. 2008. Towards an Alternative to Benner’s
Theory of Expert Intuition in Nursing : A Discussion Paper. International
Journal of Nursing Studies. School of Social Sciences, Brunel University.
Halaman 129-139

Hunter, Kruszewski, Lindberg. 1994. Introduction To Nursing. USA. Lippincott


Williams & Wilkins

Muhidin. 2008. Persepsi Pasien terhadap Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit


Umum Daerah Sogaten Kota Madiun Jawa Timur : Studi Fenomenologi.
Tesis Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Ulfa, Ana Farida dkk. 2013. Aplikasi Teori Model Keperawatan From Novice to
Expert Patricia Benner. Makalah Program Studi Magister Ilmu
Keperawatan Universitas Airlangga

Saskia, Elvina Nadira. 2017. Apa yang dimaksud dengan Teori From Novice to
Expert dari Patricia Benner. Tersedia dalam https://www.dictio.id/t/apa-
yang-dimaksud-dengan-teori-from-novice-to-expert-dari-patricia-
benner/5874 (diakses pada tanggal 19 Oktober 2017)

Syafaa, Khaerudin dkk. 2011. Teori Filosofi Keperawatan Patricia Benner.


Makalah Sains Keperawatan 1. Program Studi Magister Mnajemen
Keperawatan Universitas Hasanuddin

xxv

Anda mungkin juga menyukai