Dosen Pembimbing :
Sefrizon, S.Kep.,MPH
Disusun oleh :
Kelompok V
I.A
Nama anggota :
Yuliza Feryani
Wirna Marta Fela
Ulva Urwatul Wusqo
Wulan Getra Puspita
Weni Astuti
Sri Mutiara
Sintia Permata Dewi
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ilmu
Antropologi Kesehatan tentang Implikasi Transkultural Dalam Evaluasi Keperawatan.
Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang materi
Antropologi Kesehatan.
Kami menyadari dalam penulisan Makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang.
Penulis
KATAPENGANTAR.....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................
1.1. Latar Belakang..........................................................................................................
1.2. Tujuan Penelitian......................................................................................................
1.3. Rumusan Masalah.....................................................................................................
1.4. Metode Penelitian.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................
3.2. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh
perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan,
perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi
perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya perpindahan penduduk
menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Semakin banyak
terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah
yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di
lingkungan yang tepat.
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat
adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun
peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat
penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977) orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan
krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus.
Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga,
seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya,
perawatan menjelang kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi
perawatan tersebut hanyalah motivasi dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian
klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap lansia,
menjelang kematian, dan saat kematian.
1. Tujuan umum
Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi pasien menjelang dan saat kematian
dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien tersebut dilihat dari proses
transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan.
BAB 3 Pembahasan Kasus didalamnya mengenai kasus yang dibahas serta jawaban
kasus.
BAB 4 Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran mengenai masalah
gangguan pada systemendokrin.
Dan juga terdapat daftar pustaka yang isinya adalah refensi yang diambil dari buku buku
dan dari teknologi komputer seperti internet membantu untuk melengkapi isi makalah.
Sebelum mengetahui lebih lanjut keperawatan transkultural, perlu kita ketahui apa arti
kebudayaan terlebih dahulu. Kebudayaan adalah suatu system gagasan, tindakan, hasil karya
manusia yang diperoleh dengan cara belajar dalam rangka kehidupan masyarakat.
(koentjoroningrat, 1986)
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan
pada perilaku individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya.
Sedangkan menurut Leinenger (1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan
keperawatan yang berfokus pada analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.
a. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi
serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan
yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan
c. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan
Merupakan bentuk yang optimal dalam pemberian asuhan keperawatan
d. Etnosentris
Budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki
individu menganggap budayanya adalah yang terbaik
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut cirri-ciri dan kebiasaan yang lazim
f. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal
manusia. Jenis ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.
g. Etnografi: Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat
untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap
individu.
h. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku
pada individu, keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk
memenuhikebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan
kualitas kehidupan manusia
i. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia
j. Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi
digunakan untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu,
keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang
bertahan hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai
k. Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek
dan nilai karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari
kelompok lain. Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985), adalah cara
Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-
nilaidan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan
danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan
untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapundia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan
suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan
untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam
aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and
Boyle, 1995).
Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi
perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu
totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga
bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah
lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang
hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan
sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi
individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam
lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol
yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan
budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan
yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.
Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada Sunrise Model yaitu:
Persepsi sehat-sakit
Kebiassaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan
Alasan mencari bantuan/pertolongan medis
Alasan memilih pengobatan alternative
Persepsi penggunaan dan pemanfaatan teknologi dalam mengatasi masalah kesehatan
5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,meliputi:
Pekerjaan
Tabungan yang dimiliki oleh keluarga
Sumber biaya pengobatan
Sumber lain ; penggantian dari kantor,asuransi, dll.
Patungan antar anggota keluarga
Dalam model ini klien/individu dipandang sebagai hasil unik dari suatu
kebudayaan,pengkajian keperawatan transkultural model ini meliputi:
1) Komunikasi (Communication)
Bahasa yang digunakan, intonasi dan kualitas suara, pengucapan (pronounciation),
penggunaan bahasa non verbal, penggunaan diam.
2) Space (ruang gerak)
Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang
gerak dan pergerakan tubuh.
3) Orientasi social (social orientastion)
Budaya,etnisitas,tempat,peran dan fungsi keluarga,pekerjaan,waktu
luang,persahabatan dan kegiatan social keagamaan.
4) Waktu (time)
Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan menjalin
hubungan social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan datang.
5) Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan sehat-
sakit.
6) Variasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim
dan genetic,penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan terhadap
penyakit tertentu,kecenderungan pola makan dan karakteristikpsikologis,koping dan
dukungan social.
Komponen-komponenya meliputi:
a) Identitas budaya
b) Ethnohistory
c) Nilai-nilai budaya
d) Hubungan kekeluargaan
e) Kepercayaan agama dan spiritual
f) Kode etik dan moral
g) Pendidikan
h) Politik
i) Status ekonomi dan social
j) Kebiasaan dan gaya hidup
k) Faktor/sifat-sifat bawaan
l) Kecenderungan individu
m) Profesi dan organisasi budaya
Komponen-komponen diatas perlu dikaji pada diri perawat (self assessment) dan pada
klien, Kemudian perawat mengkomunikasikan kompetensi transkulturalnya melalui media:
verbal, non verbal & teknologi, untuk tercapainya lingkungan yang kondusif bagi kesehatan
dan kesejahteraan klien.
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu :
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle,
1995) yaitu :
b. Cultural careaccomodation/negotiation
Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya
Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
Gunakan pihak ketiga bila perlu
Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya
akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka
akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
1.7. Evaluasi
Perawat sebagai pelayan kesehatan memiliki peran yang sangat penting bagi keluaraga
dan pasien yang akan menjelang ajal.Seorang perawat harus dapat berbagi penderitaan dan
mengintervensi pada saat klien menjelang ajal untuk meningkatkan kualitas hidup. Menjelang
ajal atau kondisi terminal adalah suatu proses yang progresi menuju kematian berjalan
melalui tahapan proses penurunan fisik,psikososial,dan spiritual bagi individu.
a. Peningkatan kenyamanan
Kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan perbedaan distres (oncology
society and the American Nurses Association,1974)
a. Kontrol nyeri
Seluruh pelayan kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengatasi rasa
nyeri,karena nyeri dapat mempengaruhi klien dalam memenuhi kebutuhan istirahat
tidur,nafsu makan,mobilitas dan fungsi psikologis.
b. Ketakutan
Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengurangi rasa
ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti nyeri umum yang selalu datang setiap
saat yang dapat membuat sagala aktifitas terganggu.
c. Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit
Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman seperti
rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian terapi,pemberian chemotherapi,dan radiasi
dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit.
d. Higiene personal
Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang harus dipenuhi agar klien
merasa segar dan nyaman.
b. Pemeliharaan Kemandirian
Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih tempat
perawatan dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien,karena sebagian besar klien
menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri. Dalam pemeliharaan
kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah sakit,ada juga perawatan dirumah
atau perawatan hospice.
a. Tempatkan pasien pada ruangan biasa ( bergabung dengan pasien lain) tidak perlu
ruangan tersendiri, kecuali pada keadaan kritis atau tidak sadar.
b. Libatkan klien dalam program perawatan sesuai kemampuan klien, agar klien merasa
diperhatikan.
c. Berikan pencahayaan yang baik dan bisa diatur agar memberikan stimulus yang
bermakna.
d. Memberikan stimulus berupa gambar, benda yang menyenangkan, atau surat dari anggota
keluarga.
Antropologi Kesehatan Page 16
e. Libatkan keluarga dan teman untuk lebih perhatian
f. Berikan waktu yang cukup kepada keluarga untuk menjenguk atau menemani klien.
Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjung
rohani. Perawat dapat memberikan dukungan kepada klien dalam mengekspresikan filosofi
kehidupan. Ketika kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan menganalisa
nilai dan keyakinan yang berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat
membantu klien dengan mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekspresikan tentang
nilai dan keyakinan, perawat dan keluarga dapat memberikan ketenangan spiritual dengan
menggunakan keterampilan komunikasi, mengekspresikan simpati, berdoa dengan klien.
Dukungan diberikan agar keluarga dapat menerima dan tidak terbawa kedalam situasi duka
berkepanjangan. Hal-hal yang dilakukan perawat, perhatikan :
1. perawat harus mengenali nilai anggota keluarga sebagai sumber dan membantu
mereka untuk tetap berada dengan klien menjelang ajal.
2. mengembangkan hubungan suportif.
3. menghilangkan ansietas dan ketakutan keluarga
4. menetapkan apakah mereka/ kelurga ingin dilibatkan.
Menurut KublerRoss (1969) dalam buku On Death and Dying tahapan respon klien
terhadap proses kematian adalah:
a. Penolakan (denial)
Dalam tahapan respon klien tersebut, perawat dapat memberikan asuhan psikologis:
a. Memberikan dukungan pada fase awal, perawat diharapkan memberikan dukungan pada
klien pada fase penolakan ini. Akan tetapi, budaya yang terjadi di Indonesia pada kondisi
terminal ini, klien dianggap membutuhkan asupan religi. Sehingga yang terjadi bukanlah
perawat memberikan dukungan, tetapi keluarga klien membacakan doa-doa kepada klien.
b. Memberikan arahan pada klien bahwa marah adalah respon normal. Sekarang ini, perawat
lebih memberikan arahan tersebut kepada keluarga klien agar keluarga klien pun tidak
cemas melihat klien mengalami keadaan seperti tersebut.
c. Membantu klien mengekspresikan apa yang dirasakannya. Perawat tidak lagi sendiri
dalam menghadapi klien dalam kondisi terminal, akan tetapi selalu banyak pihak keluarga
yang datang untuk memberikan semangat atau motivasi kepada klien. Perawat lebih
berfungsi untuk memberikan arahan kepada keluarga klien apa yang harus dilakukannya
ketika klien menghadapi respon respon tersebut.
d. Perawat harus hadir sebagai pendamping dan pendengar. Yang dilakukan perawat
hanyalah mengutarakan empatinya terhadap keluarga klien dan ikut serta membantu
memotivasi keluarga klien.
Asuhan psikologis dapat berubah sesuai dengan budaya dari keluarga klien tersebut.
Klien dalam kondisi terminal tersebut membutuhkan motivasi atau dukungan mental dan
spiritual dari keluarga, peran perawat dalam hal ini tidak terlalu banyak. Biasanya apabila
keluarga tersebut mempunyai keyakinan yang besar terhadap tuhan, mereka akan lebih
Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara
medis kepada klien dengan cara :
Seperti itulah proses keperawatan pada pasien terminal, perawat dan pihak keluarga
pasien berkolaborasi dalam mencapai kesejahteraan klien dalam menuju perjalan yang sangat
panjang. Proses proses perawatan pun akan menjadi fleksibel dan lebih menurut kepada
aturan adat dan kebudayaan yang dipercaya oleh pihak keluarga klien. Selama tidak
membahayakan klien, pihak rumah sakit akan senantiasa mengikuti adat budaya keluarga
tersebut.
Perawat mungkin orang yang paling tepat untuk merawat tubuh klien setelah kematian
karena hubungan terapeutik perawat-klien yang telah terbina selama fase sakit. Dengan
demikian perawat mungkin lebih sensitif dalam menangani tubuh klien dengan martabat dan
sensitivitas.
Peran perawat :
4. PEMBAHASAN KASUS
B. Budaya Sunda
Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja,tetapi juga bersifat sosial
budaya.istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat jawa barat(orang sunda)adalah
muriang untuk demam,nyerisirah sakit kepala.
Sakit Demam
Keluhan demam(bahasa sunda-meriang atau panas tiris)ditandai dengan badan terasa
pegal-pegal,menggigil,kadang-kadang bibir biru.Penyebab demam adalah udara kotor
,menghisap debu kotor,pergantian cuaca,kondisi badan lemah,kehujanan,kepanasan cukup
lama,dan keletihan.Pencegahan demam adalah dengan menjaga kebersihan udara yang
dihisap,makan teratur,olahraga cukup,tidur cukup,minum cukup,kalau badan masih
panas/berkeringat jangan langsung mandi,jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau
buah.Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan dengan obat tradisional,yaitu kompres
badan dengan tumbukan daun melinjo,daun cabe atau daun sin gkong,atau dapat juga dengan
obat warung yaitu paramek atau puyer bintang tujuh nomor 16.
4. KONSEP BUDAYA
Budaya dipelajari oleh setiap generasi baik melalui pengalaman hidup formal dan
informal. Bahasa utama melalui sarana transmisi budaya. Praktek-praktek budaya tertentu
sering timbul karena lingkungan kelompok sosial dan fisik. Praktek budaya dan kepercayaan
yang diadaptasi dari waktu ke waktu tetapi mereka terutama tetap konstan selama mereka
memenuhi kebutuhan.
a. Data yang didapatkan lebih lengkap dan mengena karena lebih mendekatkan pada
pengkajian transkultural atau budaya yang merupakan bagian dari latar belakang keluarga
b. Pengkajian pada askep keluarga lebih spesifik dan lebih jelas karena diarahkan ke
spesifikasi teori tertentu
c. Adanya sumber data memperkuat dan memperlengkap pemahaman tentang asuhan
keperawatan keluarga.
d. Memfasilitasi keluarga mengenali lebih jauh kesehatan keluarga dan penanganannya
A. Kesimpulan
1. Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada
perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan
perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang
budaya.
2. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan
pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang
spesifik dan universal.
3. Asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan Transkultural akan mendapatkan data
yang lebih lengkap dan mengena karena lebih mendekatkan pada pengkajian budaya yang
merupakan bagian dari latar belakang keluarga.
4. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untuk
menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien
5. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi
tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkan
mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.
6. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu
saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya
klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.
7. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan dan
pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.
B. Saran