Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO) menegaskan setiap tahun
sejumlah 358.000 ibu meninggal saat bersalin di mana 355.000 (99%) berasal
dari negara berkembang. Rasio Angka Kematian Ibu (AKI) di Negara
berkembang merupakan peringkat tertinggi dengan 290 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio AKI di negara maju
yaitu 14 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2010). Semakin
tinggi AKI, maka semakin tinggi pula angka kematian bayi (AKB) Sekitar 4
juta pertahun bayi meninggal pada bulan pertama kehidupan. Seperempat dari
mereka meninggal dalam 24 jam kehidupan dan 75% pada minggu pertama
kehidupan (Depkes RI 2011).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun
2007, AKI di Idonesia meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup dan
tahun 2012 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun
2007 AKB di Indonesia sebesar 34 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan di
Tahun 2012 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan survey Kedokteran tahun 2012, AKI Sumatera barat masih
212 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara sesuai target MDGs AKI baru
diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sampai 23 per
1.000 kelahiran hidup. Kasus kematian 2012 di Kota Padang sebanyak
15/16.492 kelahiran hidup (Dinkes Sumbar, 2012).
Terjadi kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di
Indonesia masih didominasi oleh perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena banyaknya
kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses, sosial
budaya, pendidikan, dan ekonomi. Kasus 3 Terlambat meliputi, Terlambat
mengenali tanda bahaya persalinan dan mengambil keputusan, Terlambat
dirujuk, Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Faktor resiko 4 Terlalu yaitu, Terlalu tua hamil (hamil di atas usia 35 tahun)
sebanyak 27%, Terlalu muda untuk hamil (hamil di bawah usia 20 tahun)

1
sebanyak 2,6%, Terlalu banyak (jumlah anak lebih dari 4) sebanyak 11,8%,
Terlalu dekat (jarak antara kelahiran kurang dari 2 tahun) (Shere, 2011).
Kehamilan merupakan hal yang fisiologis tetapi bisa saja terjadi
komplikasi. Salah satunya adalah letak sungsang. Letak sungsang merupakan
letak membujur dengan kepala janin di fundus uteri. Penyebab terjadinya
letak sungsang meliputi panggul sempit, terdapat lilitan tali pusat atau tali
pusat pendek, kelainan uterus, terdapat tumor di pelvis minor yang
mengganggu masuknya kepala janin ke PAP, plasenta previa, kehamilan
ganda. Kejadian letak sungsang berkisar antara 2% sampai 3% bervariasi di
berbagai tempat. Sekalipun kejadiannya kecil tetapi mempunyai penyulit
yang besar dengan angka kematian sekitar 20% sampai 30% (Manuaba,
2008). Janin letak bokong berada pada risiko morbilitas dan mortalitas
prenatal yang lebih tinggi tidak hanya akibat partus tetapi juga karena
presentasi (Cooper, 2009).
Dari pencatatan data ibu hamil di BPM Zulfira Amd.Keb Tarusan
Pesisir Selatan dari bulan Januari-September 2015 terdapat sebanyak 6 kasus
kehamilan dengan letak sungsang. Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan
Kebidanan Pada Ny.“C” G1P0A0H0 Usia Kehamilan 32 Minggu dengan Letak
Sungsang di BPM Zulfira Amd.Keb Tarusan Pesisir Selatan Tanggal 12, 14,
dan 16 Oktober 2015”

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan dan melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ibu
hamil dengan letak sungsang melalui pendekatan pola pikir manajemen
Asuhan Kebidanan secara komprehensif dan mendokumentasikannya dalam
bentuk SOAP.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data Subjektif pada
kasus Ny.”C” G1P0A0H0 Usia Kehamilan 32 minggu dengan Letak

2
Sungsang di BPM Zulfira Amd.Keb Tarusan Pesisir Selatan Tanggal 12,
14, 16 Oktober 2015
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data Objektif pada
kasus Ny.”C” G1P0A0H0 Usia Kehamilan 32 minggu dengan Letak
Sungsang di BPM Zulfira Amd.Keb Tarusan Pesisir Selatan Tanggal 12,
14, 16 Oktober 2015
3. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis, masalah, serta
menentukan kebutuhan dan mengidentifikasi diagnosa potensial pasien
berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dari kasus Ny.”C”
G1P0A0H0 Usia Kehamilan 32 minggu dengan Letak Sungsang di BPM
Zulfira Amd.Keb Tarusan Pesisir Selatan Tanggal 12,14,16 Oktober
2015
4. Mahasiswa mampu merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi asuhan sesuai dengan diagnosa, masalah dan kebutuhan
klien pada kasus Ny.”C” G1P0A0H0 Usia Kehamilan 32 minggu dengan
Letak Sungsang di BPM Zulfira Amd.Keb Tarusan Pesisir Selatan
Tanggal 12,14,16 Oktober 2015
5. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan yang telah
dilaksanakan dengan pendokumentasian SOAP pada kasus Ny.”C”
G1P0A0H0 Usia Kehamilan 32 minggu dengan Letak Sungsang di BPM
Zulfira Amd.Keb Tarusan Pesisir Selatan Tanggal 12,14,16 Oktober
2015

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan dan dapat
mengaplikasikan ilmu dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan
dengan pendokumentasian SOAP dalam penanganan kasus kehamilan
dengan letak sungsang.

1.3.2 Bagi Institusi


1.3.2.1 Institusi Pendidikan
Diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang dalam meningkatkan wawasan
mahasiswa mengenai kasus kehamilan dengan letak sungsang.
1.3.2.2 Instansi Pelayanan

3
Sebagai bahan masukan untuk upaya peningkatan mutu pelayanan
asuhan kebidanan dalam penanganan kehamilan dengan letak sungsang.

1.4 Ruang lingkup Studi kasus


Studi kasus komprehensif ini dilakukan pada tanggal 12, 14, dan 16
Oktober 2015, studi kasus ini bertujuan agar mahasiswa mengembangkan dan
memberikan pelayanan manajemen asuhan kebidanan ibu hamil dengan janin
letak sungsang di BPM ZULFIRA Amd.Keb Tahun 2015.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kehamilan


2.1.1 Pengertian Kehamilan

4
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional (Winkjosastro, 2010).
Proses kehamilan merupakan matarantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoid dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2012).
2.1.2 Pembagian Kehamilan Menurut Usia Kehamilan
Menurut Winkjosastro (2010), usia kehamilan dibagi menjadi 3
triwulan:
1. Triwulan I : kehamilan antara 0-12 minggu
2. Triwulan II : kehamilan antara 13-27 minggu
3. Triwulan III : kehamilan antara 28-40 minggu
Kehamilan trimester III adalah seorang ibu hamil dengan usia
kehamilan antara 28-40 minggu.
2.1.3 Tanda Kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan menurut Winkjosastro (2010), dibagi menjadi
3 bagian, yaitu:
1. Tanda tidak pasti kehamilan
a. Amenorea (tidak dapat haid)
Kehamilan menyebabkan dinding uterus (endometrium) tidak di
lepaskan sehingga amenorea sebagai tanda kehamilan. Namun, hal ini
tidak di anggap sebagai tanda pasti kehamilan karena amenorea dapat
juga terjadi karena penyakit kronik, tumor hipofise, perubahan faktor –
faktor lingkungan dan gangguan emosional terutama pada mereka
yang tidak ingin hamil atau mereka yang ingin sekali hamil.
b. Mual dan muntah (Emesis gravidarum)
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut “morning
sickness”.

5
c. Mengidam (ingin makanan khusus)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
d. Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat. Biasanya
hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
e. Anoreksia (tidak ada selera makan)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi setelah itu
nafsu makan timbul lagi.
f. Mamae menjadi tegang dan membesar.
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron
yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
g. Miksi sering
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh
uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan
kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena
kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
h. Konstipasi atau obstipasi
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk
buang air besar.
i. Pigmentasi (perubahan warna kulit)
Pada areola mamae, genital, kloasma, linea alba yang berwarna lebih
tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah.

j. Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering terjadi pada
triwulan pertama.
k. Varises (pemekaran vena-vena)

6
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu
terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara.

2. Tanda kemungkinan kehamilan


a. Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai
pembesaran perut.
b. Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan
bentuknya makin lama makin bundar.
c. Tanda Hegar
Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama
daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami
hipertrofi seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama
mengakibatkan ismus menjadi panjang dan lebih lunak.
d. Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina,
dan serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon
estrogen.
e. Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang–kadang pembesaran tidak rata
tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol
jelas ke jurusan pembesaran.

f. Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus
dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak
ada kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak

7
ditemukan.
g. Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda
adanya janin di dalam uterus.
h. Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic
gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada
pagi hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa
kehamilan sedini mungkin.

3. Tanda pasti kehamilan


a. Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-
bagian janin.
b. Denyut jantung janin
1) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
2) Dicatat dan didengar dengan alat doppler
3) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
4) Dilihat pada ultrasonograf.
c. Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen

2.1.4 Letak Janin Dalam Rahim


Letak anak sangat penting dalam prognosa persalinan. Beberapa letak
seperti letak lintang dan letak dahi tak dapat lahir spontan pada janin hidup
dan aterm. Dan jika tidak diperbaiki akan berbahaya bagi ibu maupun janin.
Istilah letak dalam ilmu kebidanan mengandung 4 pengertian, yaitu :

1. Situs
Letak sumbu panjang anak terhadap sumbu panjang ibu. Jika ukuran
panjang anak adalah ukuran bokong kepala sesuai dengan sumbu panjang
ibu, maka anak dikatakan dalam letak membujur atau letak memanjang

8
2. Habitus
Bagaimana bagian-bagian dari anak seperti kepala, badan, tangan, kaki itu
letaknya satu terhadap yang lain.
3. Posisi
Letak salah satu bagian anak tertentu terhadap dinding perut / jalan lahir
4. Presentase
Apa yang menjadi bagian terendah dari janin (Winkjosastro, 2010).
2.1.5 Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Kebutuhan makanan pada ibu hamil lebih banyak dari pada
kebutuhan untuk wanita tidak hamil, kegunaan makanan tersebut adalah :
1. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan
2. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan ibu sendiri
3. Supaya luka persalinan lekas sembuh pada masa nifas
4. Guna mengadakan cadangan untuk proses laktasi.
Makanan yang harus dikonsumsi ibu hamil:
1. Protein
Selama hamil, ibu memerlukan semua zat gizi. Oleh karena itu,
kebutuhan energi, protein, vitamin, mineral bertambah. Komponen sel
tubuh ibu dan janin sebagian besar terdiri dari protein. Perubahan dalam
tubuh ibu, seperti plasenta juga memerlukan protein. Agar semua
kebutuhan zat gizi terpenuhi, perlu makan semua jenis golongan makanan
yang terdapat dalam pedoman gizi seimbang.
Selama kehamilan, diperlukan tambahan protein rata-rata 17
gram/hari. Akan tetapi, karena pada trimester pertama ibu hamil belum
bisa makan normal, maka kebutuhan protein belum bisa terpenuhi.
Diharapkan 1 g/kg berat badan protein dapat terkonsumsi. Pada trimester
kadua, ibu hamil sudah mulai mempunyai nafsu makan, 1,5 g/kg berat
badan protein/hari diperkirakan dapat terpenuhi. Pada trimester terakhir
nafsu makannya sudah besar, bahkan kadang-kadang sampai harus dibatasi
untuk menghindari kegemukan dan memudahkan proses melahirkan
(melahirkan dalam kondisi kegemukan beresiko). Pada trimester ketiga ini,
protein bisa mencapai 2g/kg berat badan/hari. Yang penting protein harus
mencapai 15% dari kebutuhan seluruh energi.

9
Jenis protein yang dikonsumsi sebaiknya yang mempunyai nilai
biologi tinggi seperti daging, ikan, telur, tahu, tempe, kacang-kacangan,
biji-bijian, susu, yogurt. Bila seorang ibu tersebut adalah seorang
vegetarian dan bisa mengonsumsi banyak kacang-kacangan, biji-bijian,
sayuran dan buah-buahan, maka ibu tersebut tidak akan mengalami
masalah kekurangan protein (Sibagariang, 2010).
2. Karbohidrat
Janin memerlukan 40 glukosa/hari yang akan digunakan sebagai
sumber energi. Glukosa sangat dibutuhkan karena akan membantu dalam
sistensi lemak, glikogen, dan pembentukan struktur polisakarida. Glukosa
sampai di fetus melalui berbagai tahapan yaitu glukosa darah maternal
meningkat yang akhirnya menyebabkan glukosa mengalir menuju ke fetus.
Sesampainya di fetus, kemudian fetus akan menstimulasi pengeluaran
insulin dan akibatnya ibu mengalami hiperglikemia dan bayi mengalami
peningkatan kadar insulin. Karbohidrat merupakan sumber utama untuk
tambahan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan. Pertumbuhan dan
perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan karbohidrat
sebagai sumber kalori utama. Pilihan yang dianjurkan adalah karbohidrat
kompleks seperti roti, serealia, nasi dan pasta. Selain mengandung vitamin
dan mineral, karbohidrat kompleks juga meningkatkan asupan serat yang
dianjurkan selama hamil untuk mencegah terjadinya konstipasi atau sulit
buang air besar dan wasir (Haemorroid).
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi. Beberapa ahli gizi
sepakat sekitar 60% dari seluruh kalori yang dibutuhkan tubuh adalah
karbohidrat. Jadi, ibu hamil membutuhkan karbohidrat sekitar 1.500
kalori. Bahan makan makanan yang merupakan sumber karbohidrat adalah
serelia (padi-padian) dan produk olahannya, juga kentang, umbi dan
jagung. Namun, karena tidak semua sumber karbohidrat baik, maka ibu
hamil harus bisa memilih yang tepat. Misalnya sumber kabohidrat yang
harusnya dibatasi adalah gula dan permen. sedangkan karbohidrat yang
sebaiknya dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks yang terdapat pada
roti gandum, kentang, serelia atau padi-padian yang tidak digiling. Jenis
ini mengandung serat cukup kalori. Karbohidrat dapat melindungi protein

10
terhadap pembakaran menjadi energi. Mengkonsumsi cukup karbohidrat
dapat mencegah sembelit (Proverawati, 2009)
3. Lemak
Lemak dapat membantu tubuh untuk menyerap banyak nutrisi.
Lemak juga menghasilkan energi dan menghemat protein untuk
dimanfaatkan dalam fungsi-fungsi pertumbuhan jaringan plasenta dan
janin. Bagi ibu hamil, lemak juga dapat disimpan sebagai cadangan tenaga
untuk menjalani persalinan dan pemulihan pasca persalinan. Cadangan
lemak yang terdapat pada ibu hamil juga bermanfaat untuk membantu
proses pembentukan ASI.
Pada kehamilan normal, kadar lemak dalam aliran darah akan
meningkat pada trimester ketiga. Akan tetapi, kebutuhannya tetap hanya
20-25% dari total kebutuhan energi tubuh. Karena itu, konsumsi lemak
yang berlebihan menyebabkan berat badan ibu hamil bertambah terlalu
banyak dan meningkatkan tekanan darah. Dampak lebih lanjutnya,
dikhawatirkan plasenta akan lepas dari dinding rahim.
Perbandingan kandungan omega 6 dan omega 3 sebaiknya lebih
banyak. Meskipun lemak merupakan sumber energi, namun sebagian besar
energi diambil dari karbohidrat. Bayi memerlukan asam linoleat (banyak
terdapat pada minyak kedelai, minyak jagung, minyak biji matahari,
minyak biji kapas). Dan asam lemak esensial yang penting untuk
perkembangan pusat susunan syaraf, termasuk sel otak. Omega 3 banyak
terdapat dalam minyak ikan (ikan laut seperti lemuru, tuna, salmon),
minyak kanola, minyak kedelai, minyak zaitun dan minyak jagung. Dalam
pedoman gizi seimbang, kebutuhan lemak dinyatakan dalam 4 porsi. 1
porsi lemak/minyak = 5 gram. Namun demikian, dalam keadaan hamil
sekalipun ibu hamil harus membatasi asupan lemak karena kandungan
kalorinya yang sangat tinggi (Sibagariang, 2010).
4. Vitamin
Vitamin yang larut dalam lemak :
a. Vitamin A
Vitamin A dari ibu dibutuhkan oleh janin yaitu kurang dari 25
mg/hari, sedangkan vitamin A yang dibutuhkan pada trimester III

11
yaitu berkisar 200 mg/hari. Ibu yang sedang hamil sebaiknya jangan
terlalu sering mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah besar karena
akan menjadi stimulator yang mengakibatkan teratogen. Vitamin A
berfungsi untuk membantu proses pertumbuhan sel dan jaringan
tulang, mata, rambut, kulit dan organ dalam, dan fungsi rahim.
Sumbernya adalah kuning telur, ikan dan hati. Sumber provitamin A
atau karoten adalah wortel, labu kuning, bayam, dan buah-buahan
bewarna kemerahan (Proverawati, 2009).
b. Vitamin D
Vitamin D pada janin berasal dari 25-OH vitamin D ibu yang
berada di dalam otot dan hati fetus. Pada wanita hamil konsistensi
plasma menigkat 2x lebih banyak. Peningkatan vitamin D sebanyak
100%. Kebutuhan vitamin D selama kehamilan diperkirakan 10
mg/hari, sedangkan RDA (Recommended Daily Allowance atau
asupan harian ayang disarankan) menganjurkan 5 mg/hari untuk
wanita hamil pada usia 25 tahun atau lebih. Kebutuhan vitamin D
meningkat untuk penyerapan kalsium (Proverawati, 2009).
c. Vitamin E
Vitamin E mulai diakumulasikan oleh fetus pada akhir minggu
ke 8-10 usia gestasi, ketika terjadi peningkatan akumulasi lemak.
Untuk tetap menjaga pertumbuhan dan perkembangan fetus yang baik
diperlukan RDA vitamin E yaitu sebanyak 2 mg/hari. Pada waktu
hamil terjadi peningkatan 25%. Untuk ibu hamil kebutuhannya sekitar
15 mg (22,5 IU) dan ibu yang menyusui 19 mg (28,5 IU)
(Proverawati, 2009).
d. Vitamin K
Fungsinya belum begitu optimal pada masa kehamilan di
dalam fetus (Proverawati, 2009).

Vitamin yang larut dalam air :


a. Vitamin C
Kebutuhan vitamin C untuk bayi pada masa kehamilan dan
menjelang kelahiran yaitu berkisar antara 3-4 mg/hari. Ibu hamil
membutuhkan vitamin C sebanyak 70 mg perhari. Untuk mencegah
kekurangan vitamin C selama proses kehamilan diperlukan tambahan

12
vitamin C sebanyak 10 mg/hari dengan peningkatan sebanyak 33%.
Dibutuhkan untuk memperkuat pembuluh darah dan mencegah
perdarahan, mengurangi rasa sakit sebanyak 50% saat bekerja,
mengurangi resiko infeksi setelah melahirkan.
Asupan vitamin C dapat mencegah anemia, berperan dalam
pembentukan kolagen interseluler dan proses penyembuhan luka.
Selain itu juga untuk membangun kekuatan plasenta, meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap infeksi dan stress, serta membantu
penyerapan zat besi, vitamin ini dibutuhkan setiap hari dan hanya
sedikit disimpan dalam tubuh. Sumber vitamin C adalah buah dan
sayuran segar, antara lain jeruk, kiwi, pepaya, bayam, kol, brokoli dan
tomat. (Proverawati, 2009)
b. Thiamin
Menggunakan status pengukuran thiamin, maternal dapat
diketahui kebutuhan thiamin selama kehamilan, yaitu dengan cara
memasukkan ekskresi tiamin urin dan ektifitas dari enzim thiamin
dependent seperti transkolasi sel merah yang akhirnya dapat
digunakan sebagai indikasi adanya peningkatan thiamin selama
kehamilan. Dari pengukuran tersebut didapatkan hasil yaitu terjadi
peningkatan kadar thiamin dalam tubuh sehingga diperlukan adanya
thiamin tambahan yaitu sebanyak 0,4 mg/hari. Thiamin meningkat
selama kehamilan yaitu sebanyak 25%. Kebutuhan thiamin meningkat
untuk membantu pembentukkan energi (Proverawati, 2009).
c. Niasin dan Riboflavin
Niasin yang diperlukan selama kehamilan yaitu 2 mg/hari dan
0,3 mg/hari dari riboflavin. Riboflavin mengalami peningkatan
sebanyak 15% dan niasin 30%. Kebutuhan niasin dan riboflavin
meningkat untuk membantu pembentukkan energy (Proverawati,
2009).
d. Vitamin B6
Vitamin B6 penting untuk metabolisme asam amino. Pada
masa kehamilan diperlukan intake protein yang lebih tinggi karena
adanya proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga
diperlukan juga adanya vitamin B6 yang besar untuk melakukan
metabolisme dengan peningkatan 100%. Vitamin B6 dibutuhkan oleh

13
tubuh untuk membantu mengatasi mual dan muntah (Proverawati,
2009).
e. Asam folat
Semua zat gizi diperlukan selam masa kehamilan, namun asam
folat merupakan salah satu vitamin B yang perlu mendapat perhatian.
Asam folat diperlukan untuk membentuk sel baru. Setelah konsepsi,
asam folat membantu mengembangkan sel syaraf dan otak janin.
Konsumsi asam folat yang cukup pada minggu-minggu sebelum
konsepsi dan 3 bulan pertama kehamilan (periode kritis) dapat
mengurangi risiko kelainan susunan syaraf pada bayi. Asam folat tidak
bisa disimpan dalam tubuh, harus diberikan setiap hari, kebutuhan 0,4
mg/hari. Sumber asam folat adalah hati, sayuran hijau, jeruk, kembang
kol, kacang kedelai/kacang-kacangan lain, roti gandum, serelia, ragi
(Sibagariang, 2010).
5. Mineral
Mineral berperan pada pertumbuhan tulang dan gigi. Bersama
dengan protein dan vitamin, mineral membentuk sel darah dan jarinagn
tubuh yang lain. Mineral yang sangat dibutuhkan selama kehamilan adalah
kalsium, Zat besi dan seng.

a. Kalsium
Pada kelompok dewasa usia 19-29 tahun, kebutuhan kalsium
rata-rata 800 mg/hari. Wanita hamil memerlukan lebih banyak
kalsium. Penyerapan kalsium selama kehamilan lebih baik dibanding
saat tidak hamil. Kalsium diperlukan terutama pada trimester 3
kehamilan. Kalsium dibutuhkan untuk pertumbuhan janin sekitar 250
mg/hari serta untuk persediaan ibu hamil sendiri agar pembentukan
tulang janin tidak mengambil dari persediaan kalsium ibu. Remaja
hamil membutuhkan kalsium yang lebih banyak. Diperkirakan sekitar
50% ibu hamil di indonesia masih dalam usia pertumbuhan. Untuk
pertumbuhan diperlukan 300 mg/hari, sehingga rata-rata asupan
kalsium 950 mg/hari sudah dapat mencukupi kebutuhan selama
kehamilan.
Cukup mengkonsumsi kalsium berarti mengurangi timbulnya
toksemia dan hypertensi. Bagi remaja hamil, kebutuhan kalsiumnya

14
lebih besar untuk pertumbuhan diri sendiri dan janin yang
dikandungnya. Banyak wanita yang baik sebelum, sedang atau
sesudah hamil tidak mengkonsumsi kalsium yang berakibat
osteoporosis dan pengurangan pada masa kekerasan tulang. Kelebihan
kalsium juga dapat menimbulkan pembentukan batu ginjal dan gejala
hiperkalasemia. Sumber kalsium dapat diperoleh dari susu dan
olahannya, ikan/hasil laut, sayuran berwarna hijau dan kacang-
kacangan (Sibagariang, 2010).
b. Zat besi
Kebutuhan zat besi selama hamil sangat tinggi, khususnya
trimester 2 dan 3. Kebutuhan zat besi dapat dipenuhi dengan
tambahan pil besi dengan dosis 100 mg/hari. Pada trimester 1 belum
ada kebutuhan yang mendesak, sehinngga kebutuhannya sama dengan
wanita dewasa yang tidak hamil.
Zat besi penting untuk pembentukan hemoglobin. Untuk
meningkatkan masa hemoglobin, diperlukan zat besi sekitar 500 mg
(termasuk simpanan) karena selama hamil volume darah meningkat
sampai 50%. Pada saat melahirkan, ada zat besi yang hilang sebanyak
250 mg, belum termasuk untuk janin dan plasenta. Kekurangan harus
dipenuhi selama trimester 2 dan 3.
Hemoglobin membawa oksigen keseluruh tubuh, termasuk ke
plasenta. Sumber zat besi adalah makanan yang berasal dari hewan
yaitu daging, ayam dan telur serta kacang-kacangan, biji-bijian dan
sayuran hijau. Agar absorbsi zat besi lebih baik, perlu adanya vitamin
C yang banyak terdapat pada jeruk, macam-macam jus, brokoli,
tomat. Kekurangan zat besi yang umum diderita ibu hamil dapat
meningkatkan resiko kelahiran bayi prematur atau bayi dengan berat
badan rendah dan ibunya yang menderita anemia (Sibagariang, 2010).
c. Seng
Selama kehamilan, kebutuhan seng meningkat mencapai 15
mg/hari ini menunjukkan teradapat peningkatan 3 mg lebih tinggi dari
wanita yang tidak hamil. Selama kehamilan dan menyusui, kebutuhan
seng meningkat 50%. Seng terdapat dalam bahan makanan dari
hewan, misalnya daging, makanan dari laut dan unggas, serta padi-

15
padian. Kebutuhan seng akan tercukupi apabila konsumsi protein
cukup.
Seng merupakan mineral mikro esensial. Seng diperlukan untuk
fungsi sistem reproduksi, pertumbuhan janin, sistem pusat syaraf dan
fungsi kekebalan tubuh. Kekurangan seng akan menghambat
pertumbuhan janin dalam kandungan, bahkan tidak menutup
kemungkinan akan terjadi kasus kretinisme (cebol) pada bayi yang
dilahirkan. Selain itu, konsumsi seng yang tidak mencukupi akan
mempengaruhi daya pengecap dan pembau si ibu. Hal ini akan
berakibat pada penurunan nafsu makan si ibu (Sibagariang, 2010).
6. Air
Air merupakan bagian sitem transportasi tubuh. Air mengangkut
zat besi keseluruh tubuh termasuk plasenta dan membawa sisa makanan
keluar tubuh. Jika ibu hamil mengalami muntah-muntah, maka disarankan
untuk minum cairan sebanyak mungkin, minimal 3 liter per hari
(Sibagariang, 2010).
7. Yodium (garam)
Zat yodium begitu mudah dijumpai pada garam dapur ternyata
memegang peranan penting pada masa kehamilan. Yodium merupakan
bahan dasar hormon tiroksin yang berfungsi dalam pertumbuhan dan
perkembangan otak bayi. Ibu hamil dianjurkan untuk menambah asupan
yodiumnya dari sebelum hamil. Kekurangan yodium pada ibu hamil dapat
berakibat abortus, lahir mati, kelainan bawaan pada bayi, meningkatnya
angka kematian pranatal, melahirkan bayi kretin. (Sibagariang, 2010)

Kebutuhan zat gizi ibu hamil


Zat gizi Nilai gizi
Trimester I Trimester II Trimester III
Energi (kal) 180 300 300
Protein (g) 17 17 17
Vitamin A (mg) 300 300 300
Tiamin (mg) 0,3 0,3 0,3
Riboflavin (mg) 0,3 0,3 0,3
Niasin (mg) 4 4 4
Vitamin B12 0,2 0,2 0,2
Asam folat 200 200 200
Vitamin C (mg) 10 10 10

16
Kalsium (mg) 150 150 150
Fosfor (mg) 0 0 0
Besi (mg) 0 0 0
Seng (mg) 1,7 1,7 1,7
Iodium 50 50 50
(Uliyah, 2008)

2.2 Kehamilan Letak Sungsang


2.2.1 Pengertian
Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri
(Rukiyah, 2010).
Istilah presentasi bokong (breech presentation) digunakan ketika polus
podalik berada pada pintu atas panggul. Presentasi bokong merupakan
malpresentasi yang paling sering dijumpai (Kumar, 2014).
Menurut Mochtar (2011) letak sungsang adalah janin yang letaknya
memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong
di bawah.
2.2.2 Klasifikasi Letak Sungsang
Mochtar (2011) menyatakan bahwa klasifikasi letak sungsang
adalah :
1. Letak bokong murni (frank breech) : letak bokong dengan kedua
tungkai terangkat keatas
2. Letak Sungsang Sempurna (complete breech) : letak bokong
dimana kedua kaki ada disamping bokong (letak bokong kaki sempurna
(lipat kejang)
3. Letak Sungsang tidak sempurna (incomplete breech) : letak bokong
dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut, terdiri
dari :

a. Kedua kaki = letak kaki sempurna (24%)


Satu kaki = letak kaki tidak sempurna
b. Kedua lutut = letak lutut sempurna (1%)
Satu lutut = letak lutut tidak sempurna
Posisi bokong ditentukan oleh sacrum, ada 4 posisi :

17
1. Left sacrum anterior (sacrum kiri depan)
2. Right sacrum anterior (sacrum kanan depan)
3. Left sacrum poterior (sacrum kiri belakang)
4. Right sacrum poterior (sacrum kanan belakang)

2.2.3 Etiologi
Menurut Mochtar (2011), penyebab terjadinya letak sungsang antara lain :
1. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada,
misalnya pada panggul sempit, hidrosefalus, anensefali, plasenta previa,
tumor-tumor pelvis dan lain-lain.
2. Janin mudah bergerak, seperti pada hidramnion, multipara, janin
kecil (prematur)
3. Gemeli (kehamilan ganda)
4. Kelainan uterus seperti uterus arkuatus bikornis, mioma uteri
5. Janin sudah lama mati
6. Sebab yang tidak diketahui
2.2.4 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan
janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan
diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan
yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin
sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa
fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang
(Winkjosastro, 2010).

18
2.2.5 Diagnosis
Menurut Cunningham (2012) penegakan diagnosis dari letak sungsang
adalah:
1. Pemeriksaan Abdomen
Dengan maneuver Leopold pertama, teraba kepala janin yang bulat,
keras, dan balotemen positif pada fundus. Menuver kedua menunjukkan
punggung terletak pada salah satu sisi abdomen dan bagian kecil pada
sisi yang lain. Pada manuver ketiga, bokong dapat digerakkan di atas
pintu atas panggul jika belum engage. Setelah janin masuk panggul
(engagement), maneuver keempat menunjukkan bokong yaitu terfiksasi
di dalam simfisis.
2. Auskultasi
Djj paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat
(Mochtar, 2011)
3. Pemeriksaan Vagina
Tuberositas ischiadicum, sacrum, dan anus biasanya dapat dipalpasi
pada presentasi frank breech, dan setelah janin makin turun, genitalia
eksterna dapat diidentifikasi. Pada proses persalinan yang lama, bokong
dapat menjadi sangat bengkak sehingga sulit menetukan perbedaan
antara muka dan bokong. Pada beberapa kasus, anus dapat salah
diperiksa sebagai mulut dan tuberositas ischiadicum disangka eminentia
malar. Namun dengan pemeriksaan seksama, jari akan merasakan
resistensi muscular pada anus, sedangkan melalui mulut, akan teraba
rahang yang lebih keras dan kurang lentur. Pada jari akan terdapat
mekonium jika dikeluarkan dari anus. Mulut dan eminentia malar
membentuk suatu segitiga, sedangkan tuberositas ischiadicum dan anus
terletak dalam satu garis lurus.
Sacrum dan prosesus spinosus di palpasi untuk menentukan posisi
dan presentasi janin. Seperti pada presentasi janin, posisi janin terdiri
atas sacrum kiri anterior (LSA), sacrum kanan anterior (RSA), sacrum
kiri posterior (LSP), sacrum kanan posterior (RSP), atau sacrum

19
transversal (ST) yang mencerminkan hubungan sacrum janin terhadap
pelvis ibu.
Pada presentasi bokong komplet, kaki janin dapat teraba di
sepanjang bokong. Pada presentasi kaki, salah satu atau kedua kaki
terletak di bawah bokong. Bila bokong telah turun lebih jauh ke dalam
rongga panggul, genitalia dapat diraba.
4. Teknik Pencitraan
Pada banyak janin, bokong berukuran lebih kecil daripada kepala karena
sebagian besar janin kurang bulan. Lebih lanjut, tidak seperti presentasi
kepala, kepala janin dengan presentasi bokong tidak diperbolehkan
untuk mengalami molding selama persalinan. Dimensi pelvis juga harus
dinilai sebelum pelahiran per vagina untuk mencegah terjebaknya kepala
janin saat pelahiran sungsang. Selain itu, jenis sungsang dan derajat
fleksi atau ekstensi leher harus diidentifikasi. Untuk menilai hal tersebut,
terdapat beberapa teknik pencitraan.
5. USG
USG merupakan pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan dalam
periode antenatal pada kasus presentasi bokong untuk mengamati :
a. Memastikan presentasi
b. Posisi plasenta
c. Maturitas janin
d. Estimasi berat janin
e. Jumlah cairan ketuban
f. Anomali kongenital yang nyata
g. Hiperekstensi leher (Kumar, 2014).
6. Foto Rontgen Abdomen : Harus dilakukan jika USG tidak mungkin
dikerjakan.
a. Untuk memastikan presentasi
b. Untuk menyingkirkan kemungkinan hiperekstensi leher
c. Untuk menyingkirkan kemungkinan anomali kongenital
tulang
d. Maturitas janin (Kumar, 2014).

2.2.6 Komplikasi
1. Lilitan tali pusat
Hal ini harus dicurigai jika terjadi bradikardia dan menetap, janin segera
dikembalikan ke presentasi bokong, ibu diobservasi dan jika perlu
dilakukan seksio sesaria.
2. Pemisahan plasenta

20
Bidan harus meminta ibu untuk melapor jika terjadi nyeri atau perdarahan
pervaginam selama dan setelah prosedur.
3. Pecah ketuban
Jika hal ini terjadi, tali pusat dapat mengalami prolaps karena baik kepala
ataupun bokong tidak mengalami engagement.
2.2.7 Prognosis
Mochtar (2011) menyatakan bahwa prognosis yang mungkin timbul pada
kehamilan sungsang adalah :
1. Bagi ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, juga karena dilakukan
tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi
mudah terkena infeksi.
2. Bagi anak
Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran darah
plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat
terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia.
Oleh karena itu setelah pusat lahir dan supaya janin hidup, janin
harus dilahirkan dalam waktu 8 menit.
2.2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanan untuk kehamilan dengan letak sungsang menurut Mufdillah
(2009), adalah posisi knee chest, Posisi knee chest Menurut Saifudin (2010)
adalah posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dari dada menempel
pada kasur pada kehamilan 28-30 minggu dilakukan posisi knee chest 3-4
kali per hari selam 15 menit. Langkah- langkah knee chest diantaranya:
1. Ibu dengan posisi menungging (seperti sujud)
2. Lutut dan dada menempel pada lantai
3. Lutut sejajar dengan dada
4. Lakukan 3-4 kali/hari selama 10-15 menit
5. Lakukan pada saat sebelum tidur, sesudah tidur, sebelum mandi
dan selain itu juga telah melakukan posisi knee chest secara tidak
langsung pada waktu melaksanakan sholat

21
2.2.9 Pendidikan Kesehatan Pada Ibu Hamil dengan Letak Sungsang
Mengingat bahaya-bahayanya, sebaiknya persalinan dalam letak sungsang
dihindari. Untuk itu bila pada waktu antenatal ditemukan letak sungsang hal
yang harus dilakukan adalah:
1. Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan letak
sungsang.
2. Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest, yaitu meletakkan
kepala diantara kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan,
kemudian turunkan badan sehingga dada menyentuh kasur dengan
menggeser siku sejauh mungkin. Kegunaan gerakan ini adalah untuk
mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar bagian kepala
janin tetap berada di bawah. Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan
“anti sungsang”
3. Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang
dari 34 minggu tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin
masih cukup kecil dan cairan amnion masih cukup banyak sehingga
kemungkinan besar janin masih dapat memutar dengan sendirinya.
4. Lakukanlah rujukan atau kolaborasi dengan dokter kandungan
untuk melakukan USG pada usia kehamilan 35-36 minggu. Untuk
mengetahui presentasi janin, mengetahui jumlah cairan amnion, letak
plasenta dan keadaan plasentanya.
5. Konseling kepada ibu mengenai pilihan untuk melahirkan jika saat
umur kehamilan 35-36 minggu bagian terendah janin bukan kepala.
6. Konseling dan diskusikan mengenai kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing pilihan persalinan tersebut (Winkjosastro, 2010).

22
2.3 Antenatal Care (ANC)
2.3.1 Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan kesehatan yang
dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala yang
diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan
(Rukiyah, 2010).
Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care ada 14 standar
pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang
dikenal dengan 14 T. Menurut Badan Litbangkes Depkes RI (2011) standar
minimal pelayanan Antenatal care ada “14T” yaitu :
1. Tanyakan dan menyambut ibu dengan ramah
2. Tinggi badan dan berat badan di timbang
3. Temukan kelainan atau periksa daerah muka dan leher (gondok,
vena jugularis eksterna), jari dan tungkai (edema), lingkaran lengan atas,
panggul (perkusi ginjal) reflek lutut
4. Tekanan darah diukur
5. Tekan/palpasi payudara (benjolan), perawatan payudara, senam
payudara, tekan titik (accu preasure) peningkatan ASI
6. Tinggi fundus diukur
7. Tentukan posisi janin (Leopold I-IV) dan detak jantung janin
8. Tentukan keadaan (palpasi) liver dan limpa
9. Tentukan kadar Hb dan periksa lab (protein dan glukosa urin),
sediaan vagina dan VDRL (PMS) sesuai indikasi
10. Terapi dan pencegahan anemia (tablet Fe) dan penyakit lainnya
sesuai indikasi (gondok, malaria, dll)
11. Tetanus toksoid imunisasi
12. Tingkatkan kesegaran jasmani (accu preasure) dan senam hamil
13. Tingkatkan pengetahuan ibu hamil (penyuluhan) makanan bergizi
ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, petunjuk agar tidak terjadi bahaya
pada waktu kehamilan dan persalinan
14. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
Tujuan dilakukan pemeriksaan kehamilan antara lain : memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu
dan bayi, mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyulit secara

23
umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan cukup
bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma
seminimal mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dengan
normal dan pemberian ASI ekslusif, mempersiapkan ibu dan keluarga dalam
menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
(Rukiyah, 2010).
2.3.2 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan sangat diperlukan untuk memantau keadaan ibu dan
janinnya. Dalam literatur Saifudin (2007), sebagai berikut :
1. Kehamilan trimester I (<14 minggu) satu kali kunjungan
2. Kehamilan trimester II (14-28 minggu) satu kali kunjungan
3. Kehamilan trimester III (28-36 minggu dan sesudah minggu ke 36)
dua kali kunjungan.

Asuhan pada K1, K2, K3 dan K4 adalah :


1. Kunjungan I (KI)
Kontak bumil pertama kali dengan tenaga kesehatan. Dilakukan untuk :
a. Penapisan dan pengobatan anemia.
b. Perencanaan persalinan.
c. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya.
2. Kunjungan II dan III
Kunjungan ulang bumil dengan tenaga kesehatan. Dilakukan untuk :
a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatanya.
b. Penapisan PE, gamelli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan.
c. Mengulang perencanaan persalinan.
3. Kunjungan IV
Kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang profesional yang ke 4
atau lebih sesuai standar. Dilakukan untuk :
a. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III.
b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi.
c. Memantapkan rencana persalinan.
d. Mengenali tanda-tanda persalinan.

24
(Jannah, 2012)

Jadwal kunjungan ulang antenatal

Penilaian antenatal Kunjungan Kunjungan Kunjungan Kunjungan


I II III IV
Riwayat kehamilan    
Riwayat kebidanan  - - -
Riwayat kesehatan  - - -
Riwayat sosial  - - -
Pemeriksaan keseluruhan  Jika ada Jika ada Jika ada
(umum) indikasi indikasi indikasi
Pemeriksaan kebidanan    
(luar)
Pemeriksaan kebidanan  Jika ada Jika ada Jika ada
(dalam) indikasi indikasi indikasi
Pemeriksaan labor  Jika ada Jika ada Cek Hb
indikasi indikasi dan
pemeriksaa
n lab lain
jika ada
indikasi
Penanganan - - - -
Pemberian imunisasi TT TT 1 TT 2 - -
Pemberian tablet Fe 90 tablet - - -
Konseling umum  memperku memperku Memperku
at at at
Konseling khusus - Jika ada Jika ada Jika ada
indikasi indikasi indikasi
Perencanaan persalinan - -  
Perencanaan penanganan    
komplikasi
(Jannah, 2012)
2.3.3 Tujuan Kunjungan
Tujuan asuhan kehamilan pada kunjunga awal : mengumpulkan
informasi mengenai ibu hamil yang dapat membantu bidan dalam membina
hubungan yang baik dan rasa saling percaya antara ibu dan bidan,

25
mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi, menggunakan data untuk
menghitung usia kehamilan dan tafsiran tanggal persalinan, merencanakan
asuhan khusus yang dibutuhkan ibu (Rukiyah, 2010).
2.3.4 Batasan
1. Pelayanan antenatal
Pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama
kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan
2. Deteksi dini kehamilan beresiko
Penjaringan bumil resti oleh nakes, kader, maupun dukun
3. Kunjungan bumil
Kontak bumil dengan tenaga kesehatan sesuai dengan standar (posyandu,
puskesmas, pondok bersalin, kunjungan rumah)
4. Kunjungan K1
Kontak bumil pertam kali dengan tenaga profesional kesehatan
5. Kunjungan ulang
Kontak bumil dengan nakes
6. K4
Kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang profesional yang ke-4
atau lebih sesuai standar dengan kriteria :
a. Minimal 1 kali kontak triwulan I
b. Minimal 1 kali kontak triwulan II
c. Minimal 2 kali kontak triwulan III
Syafrudin (2009)

2.4 Konsep Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Letak Sungsang


Secara bahasa, pendokumentasian berarti pekerjaan mencatat atau
merekam peristiwa dan objek maupun aktivitas pemberian jasa (layanan)
yang dianggap berharga dan penting. Jadi, dokumentasi kebidanan adalah
suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan
perkembangan kesehatan reproduksi dan semua kegiatan yang dilakukan
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Selanjutanya, pengertian
dokumentasi kebidanan adalah sebagai berikut :

1. Suatu sistem pencatatan dan pelaporan tentang layanan mandiri


yang dilakukan bidan.

26
2. Suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi
dan perkembangan kesehatan reproduksi dan semua kegiatan yang
dilakukan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.
(Mangkuji, 2012).

Secara umum, tujuan pencatatan asuhan kebidanan adalah sebagai :

1. Bukti pelayanan yang bermutu/standar


2. Tanggung jawab legal
3. Informasi untuk perlindungan nakes
4. Data statistik untuk perencanaan layanan
5. Informasi pembiayaan/asuransi
6. Informasi untuk penelitian dan pendidikan
7. Perlindungan hak pasien
(Mangkuji, 2012).
Dokumentasi SOAP
1. Subjektif
a. Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis
b. Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi
mengenai kekhawatiran dan keluhannya)
(Mangkuji, 2012).
Data Subjektif:
1) Biodata Ibu / Suami : berfungsi untuk membedakan antara pasien
yang satu dengan pasien yang lainnya
a) Umur ibu :
- Usia ibu hamil yang lebih dari 35 tahun cenderung mengalami
kelainan letak sungsang karena kondisi rahim yang sudah mulai
menurun fungsi dan elastisitasnya sehingga menimbulkan berbagai
komplikasi kehamilan termasuk kelainan letak janin.
- Pada paritas > 3 keadaan rahim ibu sudah tidak seperti rahim
yang pertama kali melahirkan sehingga ketika ibu hamil dengan
paritas > 3, maka janin ibu tersebut akan lebih aktif bergerak
sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak normal dan dapat
menyebabkan terjadinya letak sungsang. Angka kejadian letak
sungsang akan berisiko terjadi pada ibu dengan grandemultipara

27
dibanding pada primigravida. Pada primipara (1) merupakan aman
di tinjau dari sudut kematian maternal dan paritas tinggi (lebih dari
3) mempunyai angka kejadian kehamilan letak sungsang
(Winkjosastro, 2010).
b) Pendidikan : ini berkaitan dengan pengetahuan dan respon
terhadap kehamilan ibu
c) Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal, dan adat
kebiasaan selama hamil yang dapat merugikan kesehatan di daerah
tempat tinggal si ibu.
d) Pekerjaan: berkaitan dengan beban kerja ibu dan
dampaknya bagi kehamilan ibu serta tingkat ekonomi si ibu dalam
memenuhi kebutuhan di masa kehamilannya
2) Keluhan Utama : ibu ingin memeriksakan kehamilannya, ibu
merasa ada bagian keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri
pada daerah tulang iga sehingga ibu merasa sesak, gerakan janin pada
perut bagian bawah (Rukiyah, 2010).
3) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu :
- Kehamilan : hidramnion, plasenta previa, riwayat
kehamilan dengan kelainan letak
- Paritas : prematuritas, BBLR, makrosomia, hidrosefalus,
persalinan dengan tindakan.
4) Riwayat penyakit terdahulu : panggul sempit, fibra, myoma,
abnormalitas uterus
5) Riwayat kesehatan keluarga : myoma, panggul sempit

2. Objektif :
a. Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien
b. Hasil pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik lain
c. Informasi dari keluarga atau orang lain
(Mangkuji, 2012)
Data objektif
1) TTV : terjadinya peningkatan frekuensi pernafasan ibu yang
disebabkan karena ibu merasa sesak akibat desakan kepala janin pada
tulang iga. Menurut Indriyani (2013), pernapasan normal berkisar 16-
24x/i.
2) Anamnesis : pergerakan anak teraba oleh ibu dibagian perut
bawah, ibu merasa ada bagian keras (kepala) yang mendesak tulang iga
dan rasa nyeri pada daerah tulang iga karena kepala janin, sakit di ari-ari

28
atau perut ibu bagian bawah yang disebabkan karena kaki janin
menendang perut ibu.
3) Palpasi :
a) Leopold : Teraba bagian keras, bulat, melenting pada
fundus.
b) Leopold II : Punggung dapat diraba pada salah satu sisi
perut, bagian kecil pada sisi yang berlawanan,
c) Leopold III : Diatas simphisis teraba bagian yang kurang
bundar dan lunak.
4) Auskultasi : denyut jantung janin (DJJ) sepusat atau DJJ
ditemukan paling jelas pada tempat yang lebih tinggi (sejajar atau lebih
tinggi dari pusat).
5) Vagina Toucher : terbagi 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera
ossis ischi dan ujung os sacrum, anus, genitalia anak jika oedema tidak
terlalu besar dapat diraba. Perbedaan antara letak sungsang dan kepala
pada pemeriksaan dalam jika anus posisi terendah maka akan teraba
lubang kecil, tidak ada tulang, tidak menghisap, keluar mekonium, jika
presentasi kaki maka akan teraba tumit dengan sudut 90 derajat, terasa
jari-jari, pada presentasi lutut akan terasa patella dan poplitea. Pada
presentasi mulut maka akan terasa ada hisapan di jari, teraba rahang dan
lidah. Pesentasi tangan siku : terasa jari panjang, tidak rata, patella (-).
Untuk menentukan perbedaan tangan dan kaki : pada kaki ada kalkaneu,
sehingga terdapat tonjolan tulang yaitu mata kaki dan kalkaneus. Pada
tangan hanya ada mata di pergelangan tangan, kaki tidak dapat diluruskan
terhadap tungkai, jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki (Rukiyah,
2010).
6) USG merupakan pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan dalam
periode antenatal pada kasus presentasi bokong untuk mengamati :
a) Memastikan presentasi
b) Posisi plasenta
c) Maturitas janin
d) Estimasi berat janin
e) Jumlah cairan ketuban
f) Anomali kongenital yang nyata
g) Hiperekstensi leher (Saputra, 2014).

3. Analisis

29
a. Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data
subjektif dan objektif
b. Diagnosis/masalah
c. Diagnosis/masalah potensial
d. Antisipasi diagnosis/masalah potensial/tindakan segera
(Mangkuji, 2012).

Contoh :
1) Diagnosis : Ny.”…” G..P..A..H.. Usia kehamilan …. Minggu,
janin hidup, tunggal, intra uterine, let-su, pu-ka/pu-ki KU ibu dan janin
baik.
Data Dasar :
1. HPHT
2. ibu mengatakan ini kehamilannya yang ke-
3. Leopold I : TFU : ……
Pada fundus : teraba kepala
Leopold II : puka/puki
Leopold III: let-bokong
4. DJJ
2) Masalah : ketidaknyamanan karena desakan kepala pada
tulang iga
3) Diagnosa masalah potensial :
Perdarahan post partum akibat robekan jalan lahir, robekan jalan lahir jika
persalinan dengan tindakan, jika ketuban pecah dini (KPD) dapat terjadi
partus lama, dan infeksi, gangguan peredaran darah plasenta setelah
bokong dan perut lahir karena tali pusat terjepit antara kepala dan panggul,
anak bisa menderita asfiksia (Mochtar, 2011).
4) Tindakan segera dari kehamilan dengan letak sungsang yaitu :
a) Kolaborasi dengan SpOG
b) Pada PONEK, persalinan di bawah pengawasan SpOG
5) Kebutuhan : beri konseling mengenai keadaan letak janinnya
dan anjurkan ibu untuk sering-sering sujud (knee-chest)

4. Perencanaan
Pendokumentasian tindakan (I) dan evaluasi (E), meliputi: asuhan mandiri,
kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling dan tindak lanjut (follow
up) (Mangkuji, 2012).

30
1) Perencanaan
Rencana asuhan kebidanan yang bisa diberikan kepada ibu hamil
dengan letak sungsang yaitu :
a) Beritahu hasil pemeriksaan yang sebenarnya, jelaskan pada pasien
mengenai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan letak
sungsang.
b) Beri konseling mengenai gerakan knee-cheest, yaitu meletakkan
kepala diantara kedua tangan lalu menoleh ke samping kiri atau kanan,
kemudian turunkan badan sehingga dada menyentuh kasur dengan
menggeser siku sejauh mungkin. Kegunaan gerakan ini adalah untuk
mempertahankan atau memperbaiki posisi janin agar bagian kepala
janin tetap berada di bawah. Gerakan ini disebut juga sebagai gerakan
“anti sungsang”
c) Jika diketahui janin letak sungsang pada usia kehamilan kurang
dari 34 minggu tidak perlu dilakukan intervensi apapun, karena janin
masih cukup kecil dan cairan amnion masih cukup banyak sehingga
kemungkinan besar janin masih dapat memutar dengan sendirinya.
d) Lakukanlah rujukan atau kolaborasi dengan dokter kandungan
untuk melakukan USG pada usia kehamilan 35-36 minggu. Untuk
mengetahui presentasi janin, mengetahui jumlah cairan amnion, letak
plasenta dan keadaan plasentanya.
e) Konseling kepada ibu mengenai pilihan untuk melahirkan jika saat
umur kehamilan 35-36 minggu bagian terendah janin bukan kepala.
f) Konseling dan diskusikan mengenai kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing pilihan persalinan tersebut (Winkjosastro, 2010).
g) Menganjurkan ibu USG untuk mengamati :
1. Memastikan presentasi
2. Posisi plasenta
3. Maturitas janin
4. Estimasi berat janin
5. Jumlah cairan ketuban
6. Anomali congenital yang nyata
7. Hiperekstensi leher (Kumar, 2014).
2) Pelaksanaan
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidence based kepada
klien/pasien dalam bentuk upaya promotif, prevent, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

31
3) Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan
untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai
dengan perubahan perkembangan.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 12-10-2015


Pukul : 16.00 WIB

I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA
A. Identitas/ Biodata
Nama Istri : Ny.”C” Nama Suami : Tn.”R”
Umur : 26 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Bangsa : WNI Bangsa : WNI
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswsata
Alamat : Tarusan Alamat : Tarusan

32
B. Anamnesa (Data Subjektif )
1. Keluhan Utama : ibu ingin memeriksakan kehamilannya, ibu
merasa ada bagian keras yang mendesak tulang iga dan nyeri pada ari-
ari
2. Ibu mengatakan sebelumnya sudah mengetahui tentang kondisi
kehamilannya saat ini
Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah mendapatkan penyuluhan
mengenai kelainan letak dalam kehamilan
Ibu sebelumnya tidak mengetahui mengenai posisi knee chest
3. Riwayat menstruasi
Menarche : Umur 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 5-6 hari
Disminorhe: tidak ada
Banyaknya : 2-3 ganti pembalut

4. Riwayat kehamilan dan nifas yang lalu :


N Ta- Usia Jenis Tem Komplikasi Peno Bayi Nifas
o. hun keha Persa pat Ibu Bayi long PB/BB/ Kea Loch La
Lahir
mila linan per JK da- ea kt
n salin an asi
an
1. Ini

5. Kontrasepsi yang pernah ibu gunakan : Ibu tidak pernah


menjadi akseptor KB sebelumnya
6. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Hari Pertama Haid Terakhir : 28-02-2015
b. Keluhan keluhan pada
TM I : mual dan muntah
TM II : tidak ada
TM III : ada bagian keras yang mendesak tulang iga
c. Kapan pergerakan janin yang dirasakan ibu : 3 bulan yang lalu

33
d. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ± 23 x
e. Keluhan keluhan yang dirasakan ibu
5L : Tidak ada
Mual dan muntah terus menerus : Tidak ada
Nyeri perut : Tidak ada
Demam tinggi : Tidak ada
Sakit kepala berat : Tidak ada
Penglihatan kabur : Tidak ada
Rasa nyeri / panas BAK : Tidak ada
Gatal pada vulva : Tidak ada
Pengeluaran pervaginam : Tidak ada
Nyeri & kemerahan pada tungkai : Tidak ada
Benkak pada wajah, tangan & kaki : Tidak ada
f. Obat/ suplemen termasuk jamu : Tidak ada
jamuan yang dikonsumsi
g. Imunisasi TT
TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
 
7. Riwayat kesehatan ibu
a. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Jantung : tidak ada Asma : tidak ada
Hipertensi : tidak ada TBC : tidak ada
Ginjal : tidak ada Epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada PMS/IMS : tidak ada
b. Riwayat Alergi
Jenis makanan : tidak ada
Jenis obat obatan : tidak ada
c. Riwayat transfusi darah : tidak ada
d. Riwayat operasi dinding rahim : tidak ada
e. Riwayat pernah mengalami gangguan jiwa : tidak ada
7. Riwayat kesehatan keluarga
a. Riwayat penyakit keturunan

34
Jantung : tidak ada Asma : tidak ada
Hipertensi : tidak ada Epilepsi : tidak ada
DM : tidak ada
b. Riwayat keturunan kembar : tidak ada
8. Riwayat Psikososial
a. Kehamilan ini : Direncanakan
b. Respon ibu terhadap kehamilan ini : Ibu menerima kehamilannya
c. Respon suami dan keluarga terhadap : Suami menerima kehamilan
kehamilan istrinya
d. Hubungan dengan suaami/keluarga : Baik
e. Hubungan dengan tetangga & masyarakat : Baik
f. Kekhawatiran - kekhawatiran khusus : tidak ada

9. Riwayat perkawinan
Kawin umur : 25 tahun
Setelah kawin berapa lama ibu hamil : 1 bulan
10. Keadaan ekonomi
Penghasilan perbulan : ± 2.000.000
jumlah anggota keluarga yg ditanggung : 2 anggota
11. Kebiasaan hidup sehari hari
a. Personal hygine
Mandi : 2x sehari
Sikat gigi : 2x sehari
Keramas : 2x sehari
Ganti pakaian dalam : 2x sehari
b. Pola makan dan minum
1. Sebelum hamil : 3x sehari (nasi sepiring sedang, lauk/ikan
1 potong sedang, sayur semangkuk sedang)
2. Sesudah hamil : 3x sehari (nasi sepiring sedang, lauk/ikan
1-2 potong sedang, tahu / tempe 1 potong sedang, sayur
semangkok sedang dan segelas sedang susu)
c. Pola eliminasi :
BAK
Frek : ± 5-6 x sehari
Warna : kuning jernih

35
Keluhan : tidak ada keluhan
BAB
Frek : ± 1-2 x sehari
Warna : kecoklatan
Kosistensi : lunak
Keluhan : tidak ada keluhan
d. Pola istirahat
Istirahat siang : ± 1-2 jam
Istirahat malam : ± 6-7 jam

e. Aktifitas sehari hari


Beban kerja : tidak ada
Olahraga : ada, jalan pagi
Kegiatan spiritual : baik
f. Hubungan seksual : tidak ada keluhan
g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Kebiasaan merokok, minuman keras, : tidak ada
Konsumsi obat-obatan terlarang
Budaya yang merugikan kesehatan : tidak ada
12. Persiapan untuk kegawatdaruratan
a. Pengambilan Keputusan yang berhubungan : Suami
dengan kesehatan ibu
b. Tempat persalinan yang diinginkan : BPM
c. Petugas Kesehatan yang diinginkan : Bidan
d. Persiapan Donor Darah : Sudah ada
e. Persiapan Biaya Persalinan : Sudah ada
f. Persiapan Transportasi : Sudah ada
g. Golongan Darah :A
C PEMERIKSAAN FISIK (Data Objektif)
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CMC
TD : 110 / 80 mmHg
Suhu : 36,7 C
Nadi : 80 x / i
Pernafasan : 25 x / i
BB Sebelum hamil : 49 kg
BB sekarang : 58 kg

36
TB : 154 cm
LILA : 26 cm

2. Pemeriksaan Khusus
a) Inspeksi
Kepala : bersih, simetris, tidak ada massa atau
pembengkakan
Rambut : tidak rontok, hitam
Mata : Simetris kiri dan kanan konjungtiva merah muda,
sklera tidak ikterik
Muka : Tidak oedema, tidak ada kloasma gravidarum
Mulut dan Gigi : Tidak ada karies, mulut bersih, dan tidak ada
sianosis
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan
limfe
Payudara : Simetris : Kiri-kanan
Areola : Hiperpigmentasi
Papilla Mamae : Menonjol
Kolostrum : Belum keluar
Abdomen : Bekas Luka Operasi : Tidak ada
Pembesaran Perut : Sesuai dengan usia
kehamilan
Striae Lividae : Ada
Linea Alba : Ada
Genitalia : Kemerahan : Tidak Ada
Pembengkakan : Tidak Ada
Varices : Tidak Ada
Oedema : Tidak Ada
Ektremitas
Atas Bawah
Oedema : Tidak Ada Oedema : Tidak Ada
Sianosis : Tidak Ada Sianosis : Tidak Ada
Pergerakan : Aktif Pergerakan : Aktif

b). Palpasi
Leopold I : TFU pertengahan px-pusat. Pada bagian fundus teraba
bulat, keras dan melenting kemungkinan kepala janin
Leopold II : Pada perut ibu bagian kiri, teraba keras, memanjang dan
memapan kemungkinan punggung janin. Pada perut ibu bagian kanan,
teraba tonjolan-tonjolan kecil, kemungkinan ektremitas janin.
Leopold III : Pada perut ibu bagian bawah, teraba bundar, lunak, dan
tidak melenting kemungkinan bokong janin belum masuk PAP
Leopold IV : belum dilakukan

37
Mc Donald : 30 cm
TBBJ : (30-13) x155= 2635 gram
c). Auskultasi
DJJ : postif
Frekuensi/irama : 142 x/i /Teratur
d). Perkusi
Reflek patella kanan : positif
Reflek Patella kiri : positif
e). Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : tanggal 12 oktober 2015
Hb : 11,2 gr/dl

Riwayat ANC
6. K1 : Tanggal 19-05-2015
Asuhan yang diberikan yaitu konsumsi makanan yang
bergizi serta makan dengan porsi sedikit namun sering
untuk mengurangi rasa mual. Terapi obat yang diberikan
adalah tablet FE, calac, dan B6
7. K2 : Tanggal 27-08-2015
Asuhan yang diberikan kepada ibu adalah penuhi
kebutuhan nutrisi, menjaga personal hygiene, istirahat
yang cukup. Terapi obat yang diberikan adalah tablet FE,
asam folat, dan vitamin C.
Data Fokus:
1. Keluhan utama : ibu ingin memeriksakan kehamilannya, ibu
merasa ada bagian keras yang mendesak tulang iga
2. Palpasi : Pada perut bagian bawah teraba bundar, lunak dan
tidak melenting kemungkinan bokong janin dan belum masuk PAP
3. Auskultasi : Djj terdengar lebih tinggi dari pusat
4. Ibu mengatakan sebelumnya sudah mengetahui tentang kondisi
kehamilannya saat ini
5. Ibu mengatakan bahwa ibu belum pernah mendapatkan penyuluhan
tentang kehamilan dengan kelainan letak
6. Ibu mengatakan bahwa sebelumnya ibu belum pernah melakukan
gerakan knee chest

38

Anda mungkin juga menyukai