Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KESEHATAN PARIWISATA

“RUANG LINGKUP KESEHATAN PARIWISATA”

Dosen Pembimbing

Ida Ayu Eka Padmiari,SKM,M.Kes

Oleh :

Kelompok 7

D-IV B Semester 5

1. Ni Luh Putu Novi Darmayanti (P07131217046)


2. Putu Mita Kristina Yanti (P07131217051)
3. Ni Kadek Mulyaningsih (P07131217068)
4. Gusti Ayu Widyantari (P07131217071)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN GIZI
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
makalah yang berjudul ”Ruang Lingkup Kesehatan Pariwisata” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas awal perkuliahan semester V
dalam mata kuliah Kesehatan Pariwisata.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menemukan banyak hambatan yang penulis
hadapi. Namun berkat dukungan, bimbingan dan partisipasi berbagai pihak, hambatan-hambatan
tersebut dapat penulis atasi sedikit demi sedikit. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dosen Pembimbing Akademik beserta staf pegawai Poltekkes Kemenkes Denpasar
yang telah banyak membantu penulis sehingga mempermudah penulis dalam
penyusunan makalah ini.
2. Ida Ayu Eka Padmiari,SKM,M.Kes selaku Pembimbing yang telah dengan sabar
membina dan tiada hentinya memberi semangat pada penulis dalam menyusun makalah
ini.
3. Seluruh pihak yang turut serta memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Di samping itu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan di dalam penulisan makalah ini.
Akhir kata, dengan selesainya makalah ini, seberapapun sederhananya makalah ini, penulis
berharap makalah ini memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah
ini.

Denpasar, 15 Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor yang ikut berperan penting dalam usaha peningkatan
pendapatan. Indonesia merupakan negara yang memiliki keindahan alam dan keanekaragaman
budaya, sehingga perlu adanya peningkatan sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan pariwisata
merupakan sektor yang dianggap menguntungkan dan sangat berpotensi untuk dikembangkan
sebagai salah satu aset yang di gunakan sebagai sumber yang menghasilkan bagi Bangsa dan
Negara. Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai
banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai
perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris.
Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-
kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan ”Tour”. (Yoeti, 1991:103). Sedangkan menurut RG. Soekadijo (1997:8), Pariwisata ialah
segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.
Di Era globalisasi memberikan dua jenis pengaruh yang saling bertolak belakang dan sama
kuat. Negara yang terlibat di dalamnya akan memperoleh berbagai keuntungan materi yang luar
biasa. Dunia bisnis import-export akan berkembang dengan pesat karena tidak lagi dibatasi oleh
ruang dan waktu; transaksi berharga jutaan dollar bisa dilakukan dengan siapa saja, kapan saja
tanpa harus mempertimbangkan lokasi dan situasi. Berbagai informasi tentang politik, sosial dan
budaya negara lain dapat dengan mudah diakses di mana saja dan kapan saja. Apa yang sedang
berlangsung di suatu Negara dapat dilihat dan didengar pada waktu yang sama dengan akurat
kalaupun ada perbedaan waktu bias diatasi dengan penyesuaian waktu.
Kondisi ini membantu masyarakat yang hidup di Negara yang bersangkutan untuk lebih maju,
lebih berwawasan, lebih kompetitif dalam segala hal. Secara duniawi mereka yang kuat dan
berkualitas akan mampu bersaing dan mungkin malah menguasai dunia. Kalangan elite Indonesia
dapat menikmati kehidupan dunia yang glamoursebagaimana mereka yang berasal dari Negara
maju. Bukan lagi menjadi rahasia umum bahwa kalangan atas Indonesia menyekolahkan anaknya
di luar negeri, memiliki apartment di USA, Australia, dan negera Negara maju lainnya. Pesawat
terbang menjadi sarana angkutan pribadi yang sangat efesien dan berbagai jenis mobil mewah lalu
lalang di kota-kota besar Indonesia.
Di lain pihak anggota masyarakat yang tidak cukup kuat dan kurang mampu bersaing semakin
lama semakin tersisih dari peredaraan globalisasi. Hukum rimba mulai menerpa masyarakat yang
terlibat secara aktif sehingga mereka yang kuat semakin kuat dan yang menengah atau kalangan
bawah semakin lemah. Kondisi ini dapat memicu munculnya berbagai kendala dan ketegangan
yang pada akhirnya menimbulkan berbagai penyakit baik fisik maupun psikis, mulai dari yang
ringan dan dapat disembuhkan dengan mudah sampai penyakit yang tidak ada obatnya.
Berkenaan dengan fenomena di atas pemerintah melalui undang-undang perburuhan
telah merumuskan hak-hak sosial termasuk hak berlibur dan beristirahat dalam upaya memelihara
supaya orang merasa selalu sehat dan segar baik fisik maupun mentalnya. Berlibur dan beristirahat
hendaknya tidak ditafsirkan istirahat diwaktu senggang saja melainkan hak berlibur dan
beristirahat ditujukan untuk memberi arti yang wajar pada hari-hari libur atau cuti guna kesehatan
dan kesegaran fisik dan mental seseorang dengan berwisata.
Di masa lampau berlibur atau beristirahat merupakan sesuatu yang mewah namun setelah
kemajuan berpikir masyarakat lebih mendalam dan ilmiah terjadi pergeseran nilai dan khusus bagi
masyarakat kaum pekerja, tani, pelajar dan golongan kecil lainnya libur dan istirahat adalah
rekreasi dan relaksasi yang sepenuhnya ditujukan untuk kesehatan mental dan fisik mereka.
Ilmu kedokteran berkembang dengan pesat begitu pula berbagai jenis pengobatan alternatif
baik yang dilakukan oleh seorang profesional maupun amatir. Bertolak dari fakta-fakta tersebut,
makalah ini akan mencoba membahas peranan pariwisata kesehatan dalam memajukan
kepariwisataan di Indonesia

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini yaitu diharapkan mahasiswa dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai ruang lingkup kesehatan pariwisata dan mahasiswa dapat
menerapkan ilmu yang didapat mengenai kesehatan pariwisata untuk para wisatawan
MATERI :

A. DEFINISI KESEHATAN PARIWISATA

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi
yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta
menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sedangkan wisatawan adalah seorang yang
melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang ada wisatanya untuk melihat sesuatu yang
lain. Wisatawan meliputi :

1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk


keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan sebagainya,
2. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud menghadiri pertemuan,
konferensi, musyawarah, atau di dalam hubungan sebagai utusan badan organisasi,
3. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis,

Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara dan dalam upaya
meningkatkan penghasilan masyarakat Indonesia dewasa ini dan dimasa yang akan datang disadari
akan semakin menjadi penting. Oleh karena itu, setiap upaya yang bertujuan untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan disektor ini perlu didukung dan digalakan. Salah satu sektor yang
erat kaitannya dan cukup menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan sektor pariwisata
adalah sektor kesehatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesehatan berasal dari kata
sehat yang mempunyai arti keadaan baik seluruh badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit
atau waras. Jadi kesehatan mempunyai pengertian sebagai keadaan sehat, kebaikan (keadaan
badan, dan sebagainya),.
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi
jugameliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan
spiritual. Menurut WHO (1947), sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau ke-
lemahan.
Sedangkan menurut UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang
utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan.Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal
(psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial dan
ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan pariwisata dimulai sejak berangkat dari rumah
untuk melakukan wisata, selama perjalanan, sampai di tempat tujuan, dan kembali dengan aman
dan nyaman ke tempat asalnya, sehingga wisatawan tersebut tidak jera untuk kembali mengunjungi
daerah wisata yang telah dikunjunginya. Dalam siklus perjalanan wisata itu, kesehatan wisata
termasuk upaya pencegahan, tindakan pengobatan jika diperlukan dan kesiapan repratiasi ke
tempat yang memadai / ke negara asalnya.
B. RUANG LINGKUP KESEHATAN PARIWISATA

Kesehatan pariwisata sendiri sebenarnya dapat dibagi dua yaitu kesehatan pariwisata fisik dan
psikis. Kesehatan parwisata fisik meliputi sarana untuk penyembuhan penyakit kulit, relaxation,
dan kecantikan sementara kesehatan psikis terdiri dari penyembuhan akibat obat-obat terlarang,
depresi, dan gangguan mental.
Kesehatan pariwisata psikis biasanya dilakukan di rumah peristirahatan, rumah sakit dan
pesantren serta hanya terbatas pada pengunjung yang memang menderita penyakit dan tidak dapat
dinikmati oleh rekan, keluarga, dan sanak keluarga walaupun pada masa sekarang sudah mulai
dikembangkan untuk bisa pula dinikmati oleh keluarga terdekat. Salah satu contoh Pesantren
Suryalaya yang terletak di Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat dan sangat terkenal di seluruh
Indonesia sekarang ini menyediakan program yang dapat diikuti oleh keluarga pasien sementara
menunggu proses penyembuhan yang bersangkutan. Jenis kesehatan pariwisata ini dilakukan oleh
keluarga menengah ke atas karena biayanya cenderung sangat mahal terutama pengobatan akibat
narkoba, alhohol dan sejenisnya.
Jenis kesehatan pariwisata fisik yang berkaitan dengan kecantikan biasanya berupa spa, salon
kecantikan dan pemandian air panas. Jenis kesehatan pariwisata ini lebih bisa dinikmati oleh segala
lapisan masyarakat karena relatif lebih murah, banyak pilihan, dapat dilakukan kapan saja dan di
mana saja sesuai dengan kemampuan finansial masing-masing.
Imunisasi juga merupakan lingkup dari kesehatan pariwisata sendiri. Imunisasi tersebut
diantaranya :
a. Routinel Immunization : DPT, POLIO, CAMPAK, INFLUENZA.
b. Required Immunization : Yellow Fever, Cholera, Meningococcal Meningitis.
c. Recommended Immunization : Hepatitis A & B, Typhoid Fever, Japanese Encephalitis,
Cholera, Rabies.
Ruang Lingkup Kesehatan Pariwisata meliputi :

1. Kesehatan wisatawan

Wisata kesehatan atau yang pada umumnya sering disebut dengan medical tourism
merupakan bentuk baru pariwisata (Heung et al. 2011), atau suatu perjalanan yang terorganisir ke
luar lingkungan lokal individu untuk pemeliharaan, peningkatan, dan pemulihan kesehatan dengan
melakukan intervensi medis (Carl dan Carrera, 2010). Lebih lanjut Heung telah mengidentifikasi
bahwa negara-negara seperti India, Malaysia, Singapura, Thailand, telah menjadi negara yang
telah menerapkan peluang bisnis medical tourism dengan menarik lebih dua juta wisatawan medis
pada tahun 2005. Sedangkan negara Hongkong, Hungaria, Israel, Yordania, Filipina, Brasil, Kosta
Rika, Meksiko, dan Turki juga sedang dalam penerapan menarik wisatawan medis khususnya di
bidang bedah.
Wisata medis dipandang sebagai sebuah proses penyediaan pelayanan kesehatan medis
dengan biaya efektif bagi pasien melalui kerja sama dengan industri pariwisata. Sehingga para
wisatawan yang menggunakan perjalanan dengan medical tourism mendapat keuntungan yaitu
tidak hanya menjalani perawatan medis namun dapat sambil menikmati perjalanan dan tinggal di
salah satu tujuan wisata wisata populer di dunia (Gupta, 2008), meski demkian sering juga para
wisatawan hanya melakukan perjalanan semata untuk pelayanan kesehatan.
2. Kesehatan masyarakat lokal (penjamu)
3. Kesehatan pekerja di industri pariwisata

Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja menurut Utama (2001) dapat ditinjau dari dua aspek
yaitu aspek filosofis dan teknis, secara filosifis kesehatan dan keselamatan kerja adalah konsep
berfikir dan upaya nyata untuk menjamin kelestarian tenaga kerja pada khususnya dan setiap insan
pada umumnya, beserta hasil-hasil karya dan budayanya dalam upaya membayar masyarakat adil,
makmur dan sejahtera. Secara teknis adalah upaya perlingdungan yang ditujukan agar tenaga kerja
dan orang lain di tempat kerja/perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, sehingga setiap
sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
Dalam dunia industri pariwisata, kesehatan dan keselamatan kerja sangan diperlukan
khususnya pada suatu akomodasi perhotelan. Seluruh karyawan dalam sebuah hotel harus
diperhatikan kondisi kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya demi menjaga kelancaran
operasional hotel setiap hari. Setiap karyawan rentan terhadap kecelakaan karena memiliki
pekerjaan yang sangat membahayakan apabila pekerja tidak mengetahui prosedur-prosedur
pekerjaan maka akan beresiko terjadi kecelakaan misalnya terjatuh, tertimpa, tersetrum, terkena
penyakit akibat debu, zat kimia beracun, serta terkena senjata tajam lainnya.
Kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan:
1. memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi karyawan dalam berkarya pada semua jenis
dan tingkat pekerjaan.
2. Menciptakan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja..
3. Ikut berpatisipasi dalam melaksanakan pembangunan nasional dengan prinsip pembangunan
berwawasan lingkungan.
Penyebab kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapt dibagi dalam dua kelompok.
1. Kondisi berbahaya, yaitu kondisi yang tidak aman dari
a. Mesin, perakitan, pesawat, bahan dan lain-lain
b. Lingkungan
c. Proses
d. Sifat pekerjaan
e. Cara kerja
2. Perbuatan yang berbahaya, yaitu perbuatan yang berbahaya dari manusia yang dapat terjadi
antara lain karena:
a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana
b. Cacat tubuh yang tidak kentara
c. Keletihan dan kelesuhan
d. Sikap dan tingkah laku yang tidak sempurna.
Cara pencegahan

- Menggunakan alat pelindung diri


- Memperhatikan dan menghindari faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, baik

faktor lingkungan maupun faktor manusia atau pekerja itu sendiri.

- Manajer atau supervisor hendaknya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada

pekerja mengenai semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan.

- Manajer atau supervisor hendaknya memasang gambar atau poster keselamatan kerja

- Memperbaiki manajemen tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

4. Kesehatan lingkungan daerah wisata

Pariwisata Bali sangatlah terkenal. Bali memiliki segudang pesona yang selalu dapat
memikat hati para wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan internasional. Salah
satu yang tetap menjadi idola para wisatawan yaitu berbagai kuliner khas Bali yang selalu menjadi
incaran para wisatawan. Rumah makan yang menyediakan masakan khas Bali selalu ramai untuk
dikunjungi hingga pasar-pasar tradisional pun tak luput dari daftar kunjungan para wisatawan ini.
Banyak masalah kesehatan yang mengincar para wisatawan ini.

Seperti yang dijabarkan dalam jurnal kesehatan yang dilakukan oleh Gandamayu., dkk
(2015) didapat hasil banyak alasan wisatawan melakukan kunjungan ke unit pelayanan kesehatan.
Salah satu yang tertinggi yaitu pada diagnosis medis sistem pencernaan ditemukan dari 26 sampel,
masalah kesehatan wisatawan asing berdasarkan diagnosis medis sistem pencernaan yang
terbanyak adalah diare 12 (46.1%). Diare terjadi akibatkan oleh konsumsi makanan atau minuman
yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya diare. Apabila lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan
minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

Upaya pengendalian untuk mencegah kasus diare pada wisatawan ini adalah dengan
meningkatkan higiene dan higiensanitasi. Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat untuk
mencegah timbulnya penyakit, membuat kondisi sehat serta terjamin pemeliharaan kesehatannya
(Purnawijayanti, 2006). Higiensanitasi meliputi melindungi, memelihara, dan mempertinggi
derajat kesehatan manusia (individu dan masyarakat), sehingga faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan gangguan kesehatan. Sanitasi merupakan
suatu usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan hidup sehat yang menyenangkan dan
menguntungkan masyarakat (Pitojo. 2013). Faktor yang mempengaruhi higiensanitasi air minum,
makanan, air kobokan/cucian pada para pedagang makanan adalah pada sumber air yang
digunakan, wadah penampung air, serta tempat berdagang.

- Sumber Air
Sumber air yang digunakan para pedagang pada umumnya berasal dari air yang sudah
tercemar logam berat dan bahan kimia beracun, serta dekat dengan pembuangan limbah
rumah tangga (septic tank, pembuangan toilet). Hal ini menyebabkan sumber air menjadi
terkontaminasi dan menyebabkan gangguan kesehatan pada saluran pencernaan seperti
diare (Sutrisno, 2007). Sumber air ini biasa digunakan untuk mencuci tangan serta bahan
baku pembuatan makanan dan minuman sehingga dengan kondisi air yang yang sudah
tercemar tersebut dapat meningkatkan resiko terkontaminasi bakteri Coliform.
- Wadah Penampung
Air Wadah yang digunakan untuk menampung sumber air biasanya jarang dilakukan
pembersihan serta tidak ditutup dengan rapat sehingga peralatan untuk memasak serta air
untuk bahan baku masakan terkontaminasi dengan debu (Natalia dkk., 2014).
- Tempat Berdagang
Tempat berdagang adalah fasilitas yang digunakan oleh pedagang untuk aktivitas jual beli
dan pembuatan makanan/minuman. Tempat berdagang harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut: tersedia air bersih, tersedia tempat pembuangan sampah, dan fasilitas
untuk mencuci peralatan masak dan tangan. Lokasi dari tempat berdagang yang dekat
dengan tempat pembuangan sampah serta kurangnya 9 air bersih itulah yang menyebabkan
kontaminasi bakteri Coliform tinggi (Ningsih, 2014).

Setelah mengetahui penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi traveler’s diarrhea,


maka idealnya dilakukan penanggulangan sebagai berikut:

a. Pengadaan alat Chlorine Diffuser oleh Dinkes setempat di Bali. Chlorine diffuser
digunakan untuk meningkatkan kualitas air dengan cara memfilternya.
b. Sosialisasi mengenai higiene dan higiensanitasi pada pedagang makanan serta masyarakat
luas.
c. Menindaklajuti laporan pengaduan dari warga khususnya para wisatawan mengenai
indikasi wabah penyakit diare serta pencemaran air di lingkungan sekitar.
d. Mengirimkan tim survey dari pemerintah untuk memeriksa sampel di sumber air yang
digunakan warga serta memeriksa sampel makanan yang dijual di restoran/daerah wisata
kuliner untuk diuji di laboratorium.
e. Melakukan pengawasan pada sumber air yang digunakan untuk air minum dengan cara
observasi, inspeksi sanitasi, pengambilan sampel, pengawasan dan perawatan terhadap
jaringan perpipaan air, serta pemeriksaan korositas dalam air.
5. Keamanan pangan daerah wisata
6. Kebijakan terkait kesehatan dan pariwisata
DAFTAR PUSTAKA

https://eprints.uny.ac.id/22540/3/BAB%20I.pdf

https://www.academia.edu/36898911/KESEHATAN_PARIWISATA

https://www.scribd.com/doc/246464448/K3-Pariwisata

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/2253b3aaf49cf260b0a1bf63824154b
7.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/02717e5ab905b2f1124a3dd91904828
e.pdf

Anda mungkin juga menyukai