Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS MENINGITIS

DOSEN PENGAMPU :
Detiana S.kep, Ns, M.Kes

NAMA KELOMPOK :
ANGELIA KRISTINA (PO7120522031)
ELIZA WINARTI (PO7120522032)
IRMAWATI (PO7120522034)
NATASHA PRISILIA ANGGITA (PO7120522035)
DONI ADITYA (PO7120522036)
MELISA PUTRI HANDAYANI (PO7120522037)

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PRODI DIII KEPERAWATAN LAHAT
TAHUN 2024/2025
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai yang diharapkan dan tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar Etika Keperawatan
Studi D3 Keperawan Lahat yang telah membimbing kami, serta beberapa pihak yang telah
membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan Makalah tentang
“ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS MENINGITIS” ini masih jauh dari kesempurnaan
maka, saran dan kritik konstruktif pembaca sangat kami harapkan guna merenovasi dan
memperbaiki tugas selanjutnya. Akhir kata kami senantiasa berharap semoga dengan adanya
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya.

Lahat, 20 FEBRUARI 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan Studi Kasus..................................................................................
D. Manfaat Studi Kasus................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................


A. Asuhan Keperawatan meningitis........................................................
B. Pembahasan Kasus..................................................................................
C. Keterbatasan Studi Kasus......................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningitis merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang dapat

menyerang semua kelompok umur, dimana kelompok umur paling rawan terkena

adalah anak-anak, balita, dan orang tua (CDC, 2017). Setiap tahunnya sekitar 1,2

juta kasus Meningitis terjadi di dunia dengan tingkat kematian mencapai 135.000

jiwa. Sekitar 75% kasus meningitis terjadi pada anak dibawah usia <15 tahun.

Dimana meningitis yang disebabkan oleh bakteri menjadi penyebab cukup tinggi

angka kematian pada anak. Menurut WHO di tahun 2015 meningitis yang

disebabkan oleh bakteri berada pada urutan ke-10 penyebab kematian pada anak

dan menjadi salah satu infeksi yang paling berbahaya dengan perkiraan 115.000

kematian di seluruh dunia pada anak-anak (WHO, 2018).

Angka kejadian meningitis pada anak di Indonesia juga tergolong tinggi,

dengan menempati urutan ke-9 dari 10 penyakit yang sering diderita anak

berdasarkan data delapan Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia. Kasus suspek

meningitis bakterial pada anak di Indonesia yakni sekitar 158 dari 100.000 anak

per tahun. Angka kejadian meningitis pediatrik di Indonesia diperkirakan akan

terus meningkat dengan tingkat kematian 18-40 % (Vemila, 2021). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Yan Laksono di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar diperoleh data kasus meningitis yang telah tercatat melalui data register

DIKA, SIRS dan Rekam Medis pada kurun waktu 5 tahun sejak 2014 sampai

dengan 2019 yaitu sebanyak 175 kasus (Laksono, 2019).

Fenomena yang penulis temukan ketika praktik klinik di RSUD Labuang Baji

Makassar melalui observasi diperoleh data masalah utama pada pasien anak

meningitis adalah nyeri. Saat dilakukan pengkajian didapatkan bahwa pasien An.R
berusia 8 tahun merasakan nyeri pada bagian kepala dengan skala 8 atau nyeri

berat, nyeri seperti ditusuk-tusuk, dengan durasi 10-15 menit dan hilang timbul.

Meningitis dapat disebabkan oleh virus, jamur atau bakteri. Keluhan utama yang

biasanya dirasakan penderita meningitis adalah nyeri kepala. Nyeri yang

berlangsung dalam waktu yang lama dapat menyebabkan penurunan saturasi

oksigen, meningkatkan pernafasan, peningkatan denyut jantung, peningkatan

tekanan intrakranial sehingga meningkatkan risiko terjadinya perdarahan

intraventrikuler pada anak (International Association for the Study of Pain, 2017).

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penulisan

Karya Tulis Ilmiah ini adalah “ Bagaimana Analisis Asuhan Keperawatan pada

Pasien Anak Meningitis”

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

“Untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien meningitis”

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Untuk menganalisis pengkajian keperawatan pada pasien meningitis

dengan nyeri

1.2.2.2 Untuk menganalisis diagnosis keperawatan pada pasien meningitis

dengan nyeri

1.2.2.3 Untuk menganalisis intervensi keperawatan pada pasien meningitis

dengan nyeri

1.2.2.4 Untuk menganalisis implementasi keperawatan pada pasien


meningitis dengan nyeri

1.2.2.5 Untuk menganalisis evaluasi keperawatan pada pasien meningitis

dengan nyeri

1.2.2.6 Untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien meningitis

dengan nyeri menggunakan terapi musik

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Tugas akhir ners ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam praktik

keperawatan sebagai proses pembelajaran dalam melakukan analisis

asuhan keperawatan pada pasien anak meningitis.


ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS MENINGITIS

1.1 Konsep Asuhan Keperawatan

1.1.2 Konsep Teori Keperawatan Terkait

Penulis memilih teori keperawatan yang terkait yaitu teori Kolcaba. Hal

ini dikarenakan teori tersebut sejalan dengan intervensi yang diberikan

kepada pasien, dimana intervensi tersebut bertujuan untuk memberikan

perasaan nyaman, rileks sebagai salah satu upaya dalam menurunkan skala

nyeri. Nyeri dapat diartikan sebagai suatu gangguan rasa nyaman yang

dirasakan oleh penderita. Sedangkan teori Kolcaba merupakan teori yang

mengedepankan kenyamanan sebagai kebutuhan semua manusia (Wirastri,

2014), itulah sebabnya penulis memilih teori ini sebagai konsep teori

keperawatan yang terkait dengan rasa nyeri pada pasien anak yang

mengalami meningitis.

Teori Kolcaba dikembangkan oleh Katharine Kolcaba sejak tahun 1990.

Katharine Kolcaba merupakan tokoh keperawatan yang membawa kembali

konsep kenyamanan sebagai landasan utama dalam memberikan pelayanan

kesehatan. Kolcaba dalam teori comfort menyebutkan bentuk kenyamanan

meliputi tiga tipe kenyamanan yaitu relief, ease, dan transcendence. Relief

diartikan sebagai kondisi resipien yang membutuhkan penanganan spesifik

dan segera, ease diartikan sebagai kondisi tenteram atau kepuasan hati dari

klien yang terjadi karena hilangnya ketidaknyamanan fisik yang dirasakan

pada semua kebutuhan, sedangkan transcendence diartikan sebagai keadaan

dimana seseorang individu mampu mengatasi masalah dari ketidaknyamanan


yang terjadi. Kolcaba sendiri, memandang bahwa kenyamanan merupakan
kebutuhan dasar seseorang yang bersifat holistik yang meliputi kenyamanan

fisik, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan (Utami, 2016).

Kenyamanan adalah kebutuhan yang diperlukan pada rentang sakit sampai

sehat dan kenyamanan merupakan lebel tahap akhir dari tindakan terapeutik

perawat terhadap pasien. Kenyamanan adalah pengalaman yang diterima

oleh seseorang dari suatu intervensi. Hal ini merupakan pengalaman langsung

dan menyeluruh ketika kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial, dan lingkungan

terpenuhi. Konsep teori kenyamanan meliputi kebutuhan kenyamanan,

intervensi kenyamanan, variable intervensi, peningkatan kenyamanan,

perilaku pencari kesehatan, dan integritas institusional (Wirastri, 2014).

Kenyamanan adalah sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat

dengan ilmu keperawatan. Seorang perawat harus mampu menyediakan

kenyamanan kepada pasien dan keluarga melalui intervensi dengan persentasi

penilaian kenyamanan (Utami, 2016). Hubungan antara intervensi dengan

teori yang dikemukakan yaitu memberikan rasa aman dan nyaman kepada

pasien dengan memberikan tindakan keperawatan terapi musik yang berguna

menurunkan nyeri akut pada pasien.

1.1.2 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.

Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien, agar dapat

memberikan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan sangat

tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian (Nurarif &

Hardhi, 2016). .
1. Identitas

a. Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status

perkawinan, agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.

b. Identitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan klien,

pendidikan, prkerjaan dan alamat.

2. Riwayat kesehatan

a. Keluhan Utama Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya

demam, sakit kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan

tingkat kesadaran.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pengkajian RKS yang mendukung

keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan

mengenai kelemahan fisik pasien secara PQRST.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu Pengkajian penyakit yang pernah dialami

pasien yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi

keluhan sekarang meliputi pernah kah pasien mengalami infeksi jalan

nafas bagian atas, otitis media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis

lain, tindakan bedah saraf, riwayat trauma kepala. Riwayat sakit TB

paru perlu ditanyakan kepada pasien terutama jika ada keluhan batuk

produktif dan pernah mengalami pengobatan obat anti tuberkulosa yang

sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberkulosa.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga Pada riwayat kesehatan keluarga,

biasanya apakah ada di dalam keluarga yang pernah mengalami

penyakit keturunan yang dapat memacu terjadinya meningitis.


3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum. Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien

meningitis biasanya bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan

semikomatosa.

b. Tanda- Tanda Vital

1) TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau

meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK

( N = 90- 140 mmHg).

2) Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).

3) Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan

lebih meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).

4) Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu

tubuh lebih dari normal antara 38-41°c (N = 36,5°c – 37,4°c).

c. Pemeriksaan Head To Toe

1) Kepala : Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.

2) Mata : Nerfus II, III, IV, VI :Kadang reaksi pupil pada pasien

meningitis yang tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa

kelainan. Nerfus V : Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.

3) Hidung : Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada

kelainan pada fungsi penciuman

4) Telinga : Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis

adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.


5) Mulut : Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah

simetris Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi

dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.

6) Leher Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis. Palpasi :

Biasanya teraba distensi vena jugularis. Nerfus IX dan X : Biasanya

pada pasien meningitis kemampuan menelan kurang baik Nerfus XI :

Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku kuduk

7) Dada

Paru

I : Pada pasien dengan meningitis terdapat perubahan pola

nafas Pa : Pada pasien meningitis premitus kiri dan kanan sama

P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba

A : Pada pasien meningitisterdapat bunyi tambahan seperti ronkhi

pada klien dengan meningitis tuberkulosa.

Jantung

I : Pada pasien meningitis ictus tidak teraba

Pa :Pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial midklavikula

sinistra RIC IV.

P : Bunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC 4-5

midklavikula.

A : Jantung murni, tidak ada mur-mur.


8) Ekstremitas

Pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi

(khusunya lutut dan pergelangan kaki). Klien sering mengalami

penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga

menggangu ADL.

9) Rasangan Meningeal

Kaku kuduk: Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan

karena adanya spasme otot-otot. Fleksi menyebabkan nyeri berat.

Tanda Kernig positif: Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam

keadaan fleksi kea rah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan

sempurna.

Tanda Brudzinski: Tanda ini didapatkan jika leher pasien

difleksikan, terjadi fleksi lutut dan pingul: jika dilakukan fleksi pasif

pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, gerakan yang sama

terlihat pada sisi ekstermitas yang berlawanan.

4. Pola Kehidupan Sehari-hari

a. Aktivitas / istirahat

Pasien mengeluh mengalami peningkatan suhu tubuh

b. Eliminasi

Pasien didapatkan berkurangnya volume pengeluaran urine, hal ini

berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke

ginjal.
c. Makanan / cairan

Pasien menyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual dan

muntah disebabkan peningkatan asam lambung.Pemenuhan nutrisi pada

pasien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.

d. Hygiene

Pasien menyatakan tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri

karena penurunan kekuatan otot.

2.2.2 Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang alaminya baik

yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan

untuk mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap

situasi yang berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2017).

Diagnosa 1 : Nyeri Akut

a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan.

b. Penyebab :

1) Agen pencedera fisiologis (mis.inflamasi, iskemis,neoplasma).

2) Agen pencedera kimiawi (mis.terbakar,bahan kimia iritan).

3) Agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berl


c. Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif - Mengeluh nyeri

2) Objektif

a) Tampak meringis

b) Bersikap protektif

c) Gelisah

d) Frekuensi nadi meningkat

e) Sulit tidur

d. Kondisi Klinis Terkait

1) Kondisi pembedahan

2) Cedera traumatis

3) Infeksi

4) Sindrom koroner akut

Diagnosa 2 : Hipertermia

a. Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.

b. Penyebab

1) Dehidrasi

2) Terpapar lingkungan panas

3) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

5) Peningkatan laju metabolisme

6) Respon trauma

7) Aktivitas berlebihan
8) Penggunaan inkubator

c. Gejala dan tanda mayor

Objektif

1) suhu tubuh diatas nilai normal

d. Gejala dan tanda minor

Objektif

1) Kulit merah

2) Kejang

3) Takikardi

4) Takipnea

5) Kulit terasa hangat

e. Kondisi klinis terkait

1) Proses infeksi

2) Hipertiroid

3) Stroke

4) Dehidrasi

5) Trauma

6) Prematuritas

Diagnosa 3 : Gangguan Mobilitas Fisik

a. Definisi

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara

mandiri.
b. Penyebab

1) Kerusakan struktur tulang

2) Prubahan metabolisme

3) Ketidakbugaran fisik

4) Penurunan kendali otot

5) Penurunan massa otot

6) Kekakuan sendi

7) Kontraktur

8) Nyeri

9) Kecemasan gangguan sensoripersepsi

c. Gejala dan tanda mayor

Subjektif :Mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas

Objektif :

1) Kekuatan otot menurun

2) Rentang gerak (ROM) menurun

d. Gejala dan tanda minor

Subjektif

1) Nyeri saat bergerak

2) Enggan melakukan pergerakan

3) Merasa cemas saat bergerak

Objektif

1) Sendi kaku

2) Gerakan tidak terkoordinasi


3) Gerakan terbatas

4) Fisik lemah

e. Kondisi klinis terkait

1) Cedera medulla spinalis

2) Trauma

3) Fraktur

4) Osteoarthritis

5) Keganasan
2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan

oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu,

keluarga dan komunitas (SIKI, 2018).

DIAGNOSA Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional


(SDKI,2017) Hasil (SIKI,2018)
(SLKI,2019)
Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri : Observasi
asuhan keperawatan Observasi 1) Mengetahui lokasi,
selama 3 kali 24 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, kualitas
jam, maka karakteristik, durasi, nyeri, frekuensi dan
diharapkan tingkat frekuensi, kualitas, intensitas faktor pencetus
nyeri menurun dan nyeri. 2) Mengetahui tingat nyeri
kontrol nyeri 2) Identifikasi skala nyeri 3) Mengetahui keadaan
meningkat dengan 3) Identifikasi respon nyeri non umum pasien
kriteria hasil: verbal 4) Mengetahui seberapa
a. Tidak 4) Identifikasi pengaruh nyeri besar rasa nyeri
mengeluh pada kualitas hidup mempengarui kualitas
nyeri Terapeutik hidup pasien
b. Tidak meringis 1) Berikan teknik non Terapeutik
c. Tidak bersikap farmakologis untuk 1) Mengurangi
protektif mengurangi rasa nyeri (mis. tingkat nyeri pasien/
d. Tidak gelisah Terapi pijat, kompres mengalihkan pasien dari
e. Tidak hangat/dingin, hypnosis, rasa nyerinya
mengalami relaksasi napas dalam) 2) mengurangi resiko factor
kesulitan tidur 2) Kontrol lingkungan yang yang dapat memperberat
f. Frekuensi nadi dapat mempengaruhi nyeri nyeri/menimbulkan nyeri
membaik 3) Fasilitasi istirahat dan tidur 3) mengalihkan dan
g. Tekanan darah Edukasi memenuhi kebutuhan
membaik 1) Jelaskan penyebab, periode istrahat pasien
dan pemicu nyeri.
2) Jelaskan strategi mengatasi Edukasi
nyeri 1) Memberikan informasi
3) Anjurkan untuk memonitor terkait nyeri yang
nyeri secara mandiri dirasakan pasien
4) Ajarkan teknik 2) Membantu pasien
nonfarmakologis untuk mengatasi saat rasa nyeri
mengurangi rasa nyeri muncul
Kolaborasi 3) Pasien dapat mengetahui
1) Kolaborasi pemberian sendiri karakteristik,
analgetik penyebak, lokasi saat
nyeri muncul
4) Memudahkan pasien
untuk mengotrol nyeri
dengan cara sederhana
tanpa menggunakan
obat-obatan
Kolaborasi
1) Mengurangi/
menghilangkan rasa
nyeri yang
dirasakan pasien,
pemberian analgetik
sesuai
kebutuhan pasie
Hipertermia Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia Observasi
intervensi selama 3 Observasi 1) Mengetahui penyebab
x 24 jam, 1) Identifikasi penyebab hipetermia pada pasien.
diharapkan hipertermia 2) Mengetahui suhu tubuh
termoregulasi 2) Monitor suhu tubuh pasien.
membaik, dengan 3) Monitor kadar elektrolit Terapeutik
kriteria hasil: Terapeutk 1) Mengurangi hipertermia
a. Kulit merah 1) Longgarkan atau lepaskan yang dirasakan.
menurun pakaian 2) Mengurangi rasa
b. Kejang 2) Lakukan pendinginan hipetermia dan
menurun eksternal (mis. Selimut memberikan rasa
c. Pucat menurun hiportermia, kompres dingin nyaman.
d. Takipneu pada dahi, leher, dada,
menurun abdomen, aksila) Edukasi :
e. Hipoksia Edukasi 1) Memberikan rasa
menurun 1) Anjurkan tirah baring nyaman.
f. Suhu dalam Kolaborasi :
batas normal Kolaborasi 1) Pemberian cairan dan
1) Kolaborasi pemberian cairan eloktroda sesuai
dan elektrolit intravena, jika kebutuhan pasien.
perlu
komplikasi kesehatan
yang mungkin nanti akan
timbul.
Kolaborasi
pemberian gizi yang cukup
dapat meningkatkan energi
klien
Resiko Tujuan : Pencegahan Infeksi
infeksi Setelah dilakukan Observasi : Observasi
intervensi 1) Monitor tanda dan gejala 1) Mengetahui tanda infeksi
keperawatan infeksi local dan sistemik yang akan muncul pada
selama 3 jam Terapeutik: pasien.
maka ekspetasi 1) Batasi jumlahpengunjung
membaik dengan 2) Berikan perawatan kulit pada Terapeutik
kriteria hasil : area edema 1) Mengurangi risiko
a. Kebersihan 3) Cuci tangan sebelum dan terserang organisme
tangan sesudah kontak dengan eksternal dari luar.
meningkat pasien dan lingkunganpasien
b. Kebersihan 4) Pertahankan teknik aseptic
badan 5) Pada pasien beresiko tinggi
meningkat Edukasi: Edukasi
c. Nafsu makan 1) Jelaskan tanda dan gejala 1) Agar pasien memahami
meningkat infeksi tanda dan gejala infeksi.
d. Demammenuru 2) Ajarkan cara mencuci 2) Personal hygine yang
n tangan yangbenar baik menjadi sangat
e. Kemerahanmen 3) Ajarkan etikabatuk penting menanggulangi
urun 4) Ajarkan cara memeriksa infeksi.
f. Nyerimenurun kondisi luka atau 3) Nutrisi dan cairan
g. Bengkak lukaoperasi seimbang dan cukup
menurun 5) Ajarkan meningkatkan sangat penting
h. Vesikel asupannutrisi menanggulangi infeksi
menurun 6) Anjurkan
i. Cairan berbau meningkatkan asupan
busuk cairan
menurun Kolaborasi: Kolaborasi
j. Sputum 1) Kolaborasi pemberian 1) Untuk menurunkan
berwarna hijau imunisasi, jikaperlu terjadinya penyebaran
menurun organisme
k. Drainase
purulen
menurun
l. Gangguan
kognitif
menurun
m. Kadar sel
darah
n. putih
membaik

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatanyang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi ke status kesehatan yang lebih baikyang menggambarkan kriteria

hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2012).

Komponen tahap implementasi :

a. Tindakan keperawatan mandiri.

b. Tindakan Keperawatan edukatif.

c. Tindakan keperawatan kolaboratif

d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan

keperawatan.
2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya

dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai

efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan

pelaksanaan. Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana (Ridha & Hilda,

2019)

S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh

keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan

pengamatan yang objektif.

A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :

a. Masalah teratasi

Masalah teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku

dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan.

b. Masalah sebagian teratasi

Masalah sebagian teratasi apabila pasien menunjukkan perubahan dan

perkembangan kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan.


c. Masalah belum teratasi

Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak menunjukkan

perubahan perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul

masalah yang baru.


DAFTAR PUSTAKA

Andareto, Obi (2015). Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta. Pustaka Ilmu
Semesta.
Aninditha T, Rasyid A. Nyeri kepala. In: Aninditha T, Wiratman W (eds).
(2017). Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;
Arif, M., & Sari, yuli permata. (2019). Efektifitas Terapi Musik Mozart Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri pasien post operassi Fraktur. Jurnal
Kesehatan Medika Saintika, 10.
Bulut, M., Alemdar, D. K., & MD, A. B. (2020). The Effect of Music Therapy,
Hand massage and Kaleidosope Usage on apostoperative Nause and
Vomiting, Pain, fear, and stress in children. Journal of PeriAnesthesia
Nursing, 35(6), 649–657.
CDC. (2017). Meningococcal disease. Centers for Disease Control and
Prevention. https://www.cdc.gov/meningococcal/index.html.
Djohan. (2006). Terapi Musik Teori % Aplikasi. Yogyakarta. Agromedia Pustaka.
Fadli, F. (2017). Pengaruh distraksi pendengaran terhadap intensitas nyeri pada
klien fraktur di RS Nene Mallma Kabupaten Sidenreng Rappang. Jurnal
llmiag Kesehatan Diagnosis, 11, 135-138 .
Fauziah, Fitrah. (2017). Karakteristik Penderita Meningitis pada Anak di Ruang
Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014-2016. Skripsi
Mahasiswa FKM USU
Fudhori, A., Anik, I., & Immawati. (2021). Penerapan Relaksasi Otot Progresif
untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut pada pasien cephalgia
di kota metro. Jurnal Cendikia Muda, 1. https://doi.org/2807-364
Gilar, M. fajar, Armiyati, Y., & Arief, S. (2014). perbedaan efektivitas terapi
musik klasik dan terapi imajinasi terbimbing terhadap penurunan
intensitas nyeri pasca bedah mayor abdomen di RSUD Tugurejo
Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan.
Harsono. (2015). Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Howlin, C., & Rooney, B. (2020). The Cognitive Mechanisms in
Music Listening Interventions for Pain : A Scoping Review.
57(2), 127–167. https://doi.org/10.1093/jmt/thaa003
International Association for the Study of Pain (2017).
Education: IASPTaxonomy
sKaren, M. J., Kliegman, R. M., Jenson, H. B., & Behrman, R. e.
(2011). Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial (Elsevier (ed.);
6th ed.).
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Panduan Deteksi dan Respon
Penyakit Meningitis Meningokokus. Jakarta
Kyle, Terri., & Carman, Susan. (2014). Buku Ajar Keperawatan
Pediatri (2th ed.). Jakarta: EGC.
Laksono, Y. (2019). Analisis Luaran Meningitis Pada Anak.
Lestari, N. Y., Suryapraba, A., Tini, K., & Budiarsa, I. G. N. K.
(2021). Karakteristik pasien meningitis dewasa di rumah
sakit umum pusat sanglah denpasar januari 2018- september
2019. 10(4), 3–5
Lestari, R. (2021). ANJANI Journal : Health Sciences Study The
Effect of Music Therapy on Pain Level in Infusion in
Children 6-12 Years of Age. 1(1), 17– 24.
Nurarif & Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa Nanda, NIC,NOC Dalam Berbagai
Kasus. Jogjakarta: Mediaction Publishing.
Novitasari, S., Sulaeman, S., & Purwati, H. N. (2019). Pengaruh
Terapi Musik dan Terapi Video Game terhadap tingkat nyeri
anak usia pra sekolah yang dilakukan pemasangan infus. 1,
168–177.
Potter, P., & Perry, A. G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatn (4th ed.).
ECG.
Rahayu, H. S., & Darmawan, D. (2020). Pemberian Teknik Distraksi
Pemutaran Video Kartun Untuk Menurunkan Nyeri Pada
Anak Post Operasi. 4(1), 1–9.

Anda mungkin juga menyukai