PERITONITIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah yang diampu oleh :
Hafna Ilmy Muhalla, S.Kep., Ns., M. Kep., Sp. Kep. M. B.
Disusun oleh :
KELOMPOK E
Erica Feby Vindiawanti (1521119131145)
Fadiyah Nurfarihah (152111913154)
Faninda Rifdah Ardarey (152111913149)
Salsabilla Aina Sa’ada (152111913157)
Aziz Nugraha (152111913133)
Amri Selfia (152111913151)
Zakia Nur Fatihah (152111913144)
David Indri Rifka Aprilia (152111913083)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kelompok E ini dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul "peritonitis” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Hafna Ilmy Muhalla, S.Kep.,
Ns., M. Kep., Sp. Kep. M. B. pada mata kuliah keperawatan medikal bedah.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hafna Ilmy Muhalla, S.Kep.,
Ns., M. Kep., Sp. Kep. M. B. selaku dosen mata kuliah keperawatan medikal
bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
kelompok E dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Kelompok E
i
DAFTAR ISI
ii
3.2 Asuhan Keperawatan .......................................................................... 15
A. Pengkajian .............................................................................................. 15
B. Diagnosa ................................................................................................. 26
C. Intervensi ................................................................................................ 28
D. Implementasi .......................................................................................... 34
E. Evaluasi .................................................................................................. 52
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 58
4.1 Pengkajian ........................................................................................... 58
4.2 Diagnosis Keperawatan ...................................................................... 59
4.3 Intervensi Keperawatan ...................................................................... 60
4.4 Implementasi Keperawatan................................................................. 67
4.5 Evaluasi Keperawatan......................................................................... 73
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 75
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 75
5.2 Saran ................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 77
LAMPIRAN ......................................................................................................... 79
Lampiran 1. Dokumentasi Diskusi Kelompok ................................................ 79
Lampiran 2. Sumber Pustaka ........................................................................... 80
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep medis dari kanker peritonitis.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan dari peritonitis.
4. BAB 4 : Pembahasan
Pada bab ini penulis membahas tentang kesenjangan antara teori pada
setiap proses keperawatan yang telah dilaksanakan dan cara
pemecahannya.
5. BAB 5 : Penutup
Pada bab ini membahas kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan dari
isi karya ini serta mengemukakan saran-saran untuk perbaikan yang
diperlukan untuk kesempurnaan karya tulis.
2
1.5 Manfaat Penulisan
1. Mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada
klien dengan peritonitis.
2. Menyusun perencanaan keperawatan klien dengan peritonitis.
3. Menambah wawasan praktek keilmuan keperawatan terutama dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien peritonitis.
3
BAB II
TINJUAN TEORI
A. Definisi
Menurut Price & Wilson, 2006, Peritonitis adalah peradangan
peritoneum (membrane serosa yang melapisi rongga abdomen) yang
merupakan penyulit berbahaya yang terjadi dalam bentuk akut maupun
kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ
abdomen (misalnya, apendisitis, salpingitis), perforasi saluran cerna atau
dari luka tembus abdomen.
B. Anatomi
Peritoneum adalah lapisan serosa yang paling besar dan paling
komleks yang terdapat dalam tubuh. Membran serosa tersebut membentuk
suatu kantung tertutup (coelom) dengan batas-batas:
- anterior dan lateral : permukaan bagian dalam dinding abdomen
- posterior : retroperitoneum
- inferior : struktur ekstraperitoneal di pelvis
- superior : bagian bawah dari diafragma
● Peritoneum dibagi atas :
- peritoneum parietal
- peritoneum viseral
- peritoneum penghubung yaitu mesenterium, mesogastrin, mesocolon,
mesosigmidem, dan mesosalphinx.
4
C. Klasifikasi
a. Peritonitis Primer
Peritonitis terjadi tanpa adanya sumber infeksi dirongga peritoneum,
kuman masuk ke dalam rongga peritoneum melalui aliran darah / pada
pasien perempuan melalui genital
b. Peritonitis Sekunder
Terjadi bila kuman kedalam rongga peritoneum dalam jumlah yang
cukup banyak. Peritonitis karena pemasangan benda asing ke rongga
peritoneum misalnya pemasangan kateter. Kateter ventrikula –
peritoneal Kateter peritoneal – jugular (Padila, 2012).
D. Etiologi
Infeksi bakteri, seperti:
- Ulkus perforasi: Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran gastro-
intestinal
- Appendicitis perforasi: Komplikasi utama dari appendiks
- Diverkulitis: suatu kondisi di mana divertikuli di usus pecah
- Perforasi usus
- Luka tembak
- Luka tusuk
E Patofisiologi
Peritonitis disebabkan oleh kebocoran isi dari organ abdomen
kedalam rongga abdomen abdomen biasanya akibat dari inflamasi, infeksi,
iskemia, trauma, perforasi tumor. Terjadi proliferasi bacterial. Terjadi
edema jaringan, dan dalam waktu singkat terjadi eksudasi cairan. Cairan
dalam rongga peritoneal menjadi keruh dengan peningkatan jumlah
protein, sel darah putih, debris seluler, dan darah. Respon segera dari
saluran usus adalah hipermotilitas, diikuti oleh ileus paralitik, disertai
akumulasi udara dan cairan dalam usus (Smeltzer Bare, 2002: 1103).
5
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi bakteri adalah keluarnya
eksudat fibrinosa. Terbentuk kantong-kantong nanah (abses) diantara
perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan
sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang
bila infeksi menghilang, tetapi tetap menetap sebagai pita-pita fibrinosa,
yang kelak dapat menyebabkan terjadinya obstruksi usus (Price & Wilson,
2005: 449).
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan
peritoneum atau bila infeksi menyebar akan menyebabkan timbulnya
peritonitis generalisata. Dengan timbulnya peritonitis generalisata, aktifitas
peristaltic berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi
atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus,
menyebabkan terjadinya dehidrasi, gangguan sirkulasi, oliguria, mungkin
syok. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang
meregang dan dapat menggganggu pulihnya motilitas usus dan
menyebabkan terjadinya obstruksi usus (Price & Wilson, 2005: 449).
6
F. Manifestasi Klinis
Gejala klinis peritonitis yang terutama adalah nyeri abdomen.
Nyeri dapat dirasakan terus-menerus selama beberapa jam, dapat hanya di
satu tempat ataupun tersebar di seluruh abdomen. Dan makin hebat
nyerinya dirasakan saat penderita bbergerak.
Gejala lainnya meliputi:
- Demam : Temperatur lebih dari 38oC, pada kondisi sepsis berat
dapat hipotermia
- Mual dan muntah : Timbul akibat adanya kelainan patologis organ
visera atau akibat iritasi peritoneum
- Adanya cairan dalam abdomen, yang dapat mendorong diafragma
mengakibatkan kesulitan bernafas.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi dari peritonitis adalah : gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit, sesak napas akibat desakan distensi
abdomen ke paru, pembentukan luka dan pembentukan abses (Rudi,
2012).
H. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan Laboratorium
- Radiografi abdomen
- USG Pelvis
- Parasintesis abdomen
- 5 CT Scan, scintigrafhy, MRI
I. Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan pasien peritonitis penggantian cairan, koloid
dan elektrolit adalah focus utama. Analgetik diberikan untuk mengatasi
nyeri antiemetic dapat diberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah.
7
Terapi oksigen dengan kanul nasal atau masker akan meningkatkan
oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang-kadang intubasi jalan napas dan
bentuk ventilasi diperlukan. Terapi medikamentosa nonoperatif dengan
terapi antibiotic, terapi hemodinamik untuk paru dan ginjal, terapi nutrisi
dan metabolic dan terapi modulasi respon peradangan.
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Pekerjaan
d. Alamat
2. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan Fisik
8
a. Tanda Tanda Vital
b. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium.
1) Complete Blood Count (CBC), umumnya pasien dengan
infeksi intra abdomen menunjukan adanya luokositosis.
2) Cairan peritoneal.
3) Urinalisis untuk mengetahui adanya penyakit pada saluran
kemih
b) Pemeriksaan Radiologi
1) Foto polos abdomen memperlihatkan distensi disertai edema
dan pembentukan gas dalam usus
2) USG
3) Foto rontgen abdomen memperlihatkan distensi disertai
edema dan pembentukan gas dalam usus halus dan usus besar
atau pada kasus perforasi organ viceral. Foto tersebut
menunjukan udara bebas di bawah diafragma.
4) Foto rontgen toraks dapat memperlihatkan diafragma
9
e. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan dahulu adalah riwayat penyakit yang
merupakan predisposisi terjadinya penyakit saat ini. Pada klien
dengan peritonitis mempunayai riwayat ruptur saluran cerna,
komplikasi pasca operasi, operasi yang tidak steril dan akibat
pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa dan
ruptur hati.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada klien dengan pasca operasi
laparatomi dengan peritonitis adalah (Herdman, 2012) :
a) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh. Definisi :
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan
katakteristik :
1) Kram abdomen dan nyeri abdomen.
2) Menghindari makanan.
3) Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal atau
penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
4) Kerapuhan kapiler.
5) Diare.
6) Kehilangan rambut berlebih.
7) Bising usus hiperaktif.
8) Kurang makanan dan kurang informasi.
9) Kurang minat terhadap makanan.
10) Tonus otot menurun.
11) Mengeluh gangguan sensasi rasa.
12) Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA (Recommended Daily
Allowance).
13) Sariawan rongga mulut.
10
14) Steatore.
15) Kelemahan otot mengunyah dan otot untuk menelan. Faktor yang
berhubungan :
- Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien.
- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan.
- Ketidakmampuan menelan makanan.
- Faktor psikologis.
b) Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenagkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitannya yang tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung selama < 6 bulan.
Batasan karakteristik :
1) Perubahan selera makan.
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekuensi jantung.
4) Perubahan frekuensi pernafasan.
5) Laporan isyarat.
6) Diaforesis.
7) Perilaku distraksi.
8) Mengekspresikan perilaku (merengek, menangis,gelisah).
9) Sikap melindungi area nyeri.
10) Melaporkan nyeri secara verbal.
11) Perubahan posisi untuk melindungi nyeri.
12) Gangguan tidur. Faktor yang berhubungan :
13) Agens cidera (misalnya, biologi, fisik, zat kimia, psikologis)
11
c) Hambatan mobilitas fisik
Definisi : keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah.
Batasan karakteristik :
1) Penurunan waktu reaksi.
2) Kesulitan membolak-balik posisi.
3) Dispnea setelah beraktivitas.
4) Perubahan cara berjalan.
5) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
6) Keterbatasan rentang pergerakan sendi.
7) Pergerakan lambat.
8) Pergerakan tidak terkoordinasi.
d) Risiko infeksi
Resiko infeksi. Definisi : mengalami peningkatan resiko terserang
organisme patogenik.
Faktor risiko :
1) Penyakit kronis (DM/Obesitas)
2) Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan
patogen.
3) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
4) Gangguan peristaltik.
12
5) Kerusakan integritas kulit.
6) Trauma jaringan
7) Penurunan hemoglobin
C. Intervensi Keperawatan
Menurut Budiono (2016), tipe intervensi keperawatan terdiri dari :
1. Observasi
Rencana tindakan keperawatan diagnostik adalah rencana tindakan
untuk mengkaji atau melakukan observasi terhadap kemajuan klien dengan
pemantauan secara langsung. Dengan observasi ini, diharapkan hal-hal
yang ditetapkan dalam kriteria hasil dapat dipantau secara
berkesinambungan hingga tujuan berhasil dicapai.
2. Terapeutik
Intervensi terpeutik adalah rencana tindakan yang ditetapkan untuk
mengurangi, memperbaiki, dan mencegah perluasan masalah yang
bersumber dari ilmu, kiat dan seni keperawatan.
3. Edukasi
Intervensi edukasi merupakan bentuk pendidikan kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan perawatan diri kilen dengan penekanan
pada partisispasi klien untuk betanggung jawab terhadap perawatan diri.
Edukasi ini sangat diperlukan terutama bila masalah keperawatan dan
kriteria hasil berhubungan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
4. Kolaborasi
Intervensi keperawatan kolaboratif adalah tindakan medis yang
disesuaikan dengan masalah yang terjadi. biasanya untuk masalah yang
berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh.
13
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan pelaksanaan intervensi yang
telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara
maksimal yang mencakup aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan
serta pemulihan kesehatan dengan mengikut sertakan pasien dan
keluarganya. Tujuan implementasi yaitu agar kriteria hasil atau luaran
yang telah ditentutan dapat tercapai dengan baik.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan
tujuan dan kriteria hasil yang Anda buat pada tahap perencanaan
(Budiono, 2016). Proses evaluasi dapat menggunakan format SOAP,
SOAPIE, maupun SOAPIER. Menurut Budiono (2016), proses evaluasi
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat dapat berupa :
1. Evaluasi proses (formatif), yaitu dilakukan setelah selesai tindakan,
berorientasi pada etiologi, dilakukan secara terus –menerus hingga
tujuan yang telah ditentukan tercapai
2. Evaluasi hasil (sumatif), yaitu dilakukan setelah akhir tindakan
keperawatan secara paripurna, berorientasi pada masalah
keperawatan, menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan,
rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan
kerangka waktu yang ditetapkan.
14
BAB III
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Saat masuk rumah sakit tanggal 26 Juni 2012, pukul 10.00 WITA, klien
mengatakan nyeri pada daerah perut.
15
mengatakan saat itu tiba-tiba perutnya terasa sakit seperti tertusuk pisau.
Klien mengatakan nyerinya terletak di semua bagian perut, klien
mengatakan sakit yang dirasakan terus-menerus dan menyebar tembus ke
belakang. Klien mengatakan perut sakit disertai mual dan muntah
sebanyak 5 kali. Melihat kondisi klien, isteri klien berinisiatif membawa
klien ke Rumah Sakit Umum Daerah Nunukan. Selama dirumah sakit
Nunukan, nyeri perut klien sedikit teratasi dengan bantuan terapi obat
suntik. Pada tanggal 26 Juni 2012 klien di rujuk di Rumah Sakit Umum
Daerah Tarakan, pada tanggal 27 Juni 2012, pada pukul 01.00 Wita -
02.00 Wita klien dilakukan tindakan operasi “Laparatomy Eksplorasi”.
Setelah itu klien dipindahkan ke ruang ICU. Klien mengatakan pindah dari
ruang ICU pada tanggal 04 Juli. Pada saat pengkajian klien mengatakan
perutnya masih terasa sakit, sakitnya terletak di bagian “Lumbal Dextra”.
sakit yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk jarum, klien mengatakan skala
nyeri 2, lamanya sakit pada perut sekitar 10 menit. Klien mengatakan
mengalami penurunan berat badan sejak 1 bulan yang lalu, klien
mengatakan selera makan berkurang. Pada saat pengkajian tiba-tiba nyeri
pada perut timbul, klien terlihat sedikit meringis. Klien mengatakan nyeri
luka dikarenakan terpasang drain.
e. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi obat maupun makanan.
f. Riwayat imunisasi
16
Klien mengatakan imunisasinya lengkap pada waktu masih anak-anak.
Klien memperoleh informasi ini dari orang tuanya.
g. Data psiko-sosial-ekonomi
Klien mengatakan hubungan dengan keluarga dan masyarakat rukun,
Selama di rumah sakit, klien didampingi oleh kakak dan istrinya. Klien
mengatakan teman terdekatnya adalah istri dan anak-anaknya. Pada saat
pengkajian klien mengatakan tidak mengetahui mengenai penyakit yang
menyebkan klien di operasi. Klien mengatakan penyebabnya dikarenakan
sering terlambat makan.
b. Pola makan
Sebelum sakit: klien mengatakan jadwal makan 3 kali sehari (pagi, siang,
malam). Tetapi sejak satu bulan yang lalu porsinya lebih kecil
dibandingkan sebelumnya. Klien mengatakan makan yang dimakan
bervariasi. Klien mengatakan makanan yang disukai adalah semua
makanan yang dimasak oleh istrinya, apapun jenisnya. Pada saat
pengkajian klien mengatakan makan 3 kali sehari, tetapi mengkonsumsi
setengah dari porsi makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Klien
mengatakan mengalami penurunan selera makan, di karenakan cepat
kenyang, klien mendapat diet tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
c. Pola minum
Sebelum sakit klien mengatakan dalam sehari menghabiskan air minum 7
gelas/hari. Saat mengkaji klien mengatakan dalam sehari menghabiskan air
17
minum sekitar 1500 ml/hari. Klien juga terpasang infuse pada tangan kiri,
dengan cairan Ringer Lactat 20 tpm. Dihabiskan dalam waktu 8 jam.
g. Personal hygiene
1. Mandi
Sebelum sakit klien mengatakan mandi 2 kali sehari, menggunakan
sabun, tidak bau, kebersihan tubuh bersih, dan klien menyikat gigi tiga
kali sehari. Saat mengkaji klien mengatakan mandi 1 kali sehari,
18
menggunakan sabun, kebersihan tubuh bersih, dan menyikat gigi 2
kali sehari.
2. Rambut
Sebelum sakit klien mengatakan keramas rambut 2 kali sehari, dengan
menggunakan sampo. Saat mengkaji klien mengatakan keramas 1 kali
sehari, dengan menggunakan sampo.
3. Kuku
Sebelum sakit klien mengatakan memotong kuku 1 kali seminggu.
Saat pengkajian klien mengatakan memotong kuku 1 kali seminggu,
pada saat mengkaji kuku klien terlihat bersih.
4) Pemeriksaan fisik
a. TTV
- Kesadaran = Composmentis
- GCS = E = 4, V = 5, M = 6
- Tekanan Darah = 110/ 70 mmHg
- Nadi = 76 x/i
- Pernapasan = 20 x/i
b. Antropometri
- Sebelum sakit: TB = 168 cm BB = 58 Kg
- Saat mengkaji: Tinggi Badan = 168 cm Berat Badan = 58 Kg
19
c. Kepala
Bentuk kepala bulat, tidak ada lesi, tidak ada massa, tidak ada
benjolan, tidak ada tumor, warna rambut hitam, penyebaran rambut
merata.
d. Mata
Bola mata lengkap dan simetris, konjungtiva berwarna merah muda,
sklera tidak ikterus, kornea dan iris jernih dan tidak ada kelainan,
lapang pandang dapat dilakukan klien, ketajaman penglihatan dapat
membaca koran dan majalah dalam jarak 30 cm, di bawah mata
terdapat lingkaran hitam.
e. Hidung
Posisi septum nasi ditengah, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
edema, tidak ada benjolan, tidak ada deviasi septum, tidak ada polip,
patensi jalan nafas sama.
f. Telinga
Bentuk telinga kiri dan kanan simetris, daun telinga elastic bersih,
lubang telinga tidak ditemukan serumen dan peradangan, membrane
timpani terdapat sedikit serumen, tidak terdapat nyeri tekan dan edema
pada telinga kiri dan kanan.
h. Leher
Posisi trakea tegak lurus ditengah, (tidak ada terdapat deviasi), tiroid
tidak tampak adanya pembesaran, tidak ada edema, massa,
20
perdarahan, suara vokal jelas dan tidak parau, kelenjar limfe tidak ada
peradangan, denyut nadi karotis teraba jelas dan stabil.
i. Kulit
Kulit klien teraba hangat, turgor kulit elastis.
j. Dada
- Inspeksi : bentuk thoraks kanan dan kiri simetris, pernafasan
vesikuler 20 x/i irama nafas teratur, tidak ada edema,
pengembangan dada simetris, retraksi dinding dada simetris
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan massa, vocal premitus teraba
sama, batas paru-hepar ICS 5
- Perkusi : bunyi hepar pekak, bunyi paru sonor
- Auskultasi : terdapat bunyi bronchial diatas sternum, bunyi
bronco vesikuler di ics 2, dan bunyi vesikuler disemua lapang
paru serta tidak ada bunyi jantung tambahan.
k. Jantung
- Inspeksi : tidak ada kemerahan, tidak ada edema, tidak ada massa,
nadi teraba 76 x/ i, batas jantung atas ICS 2, batas jantung bawah
ICS 5.
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : bunyi jantung S1 (loop-loop), bunyi jantung S2 (lup-
lup), S1 terdengar pada mid clavikula, S2 pada ICS 2
- Auskultasi : tidak terdapat bunyi jantung tambahan.
l. Abdomen
- Inspeksi : tidak ada kemerahan, bentuk perut buncit, terdapat
bekas jahitan Post Op Laparatomy dengan panjang 23 cm, luka
laparatomy terlihat kering, terdapat pada selang drain di lumbal
21
dextra, cairan drain 90 cc, warna cairan drain hijau kecoklatan.
tidak ada pembesaran dan pelebaran pembuluh darah.
- Auskultasi : bising usus terdengar 18 x/i
- Palpasi : terdapat nyeri tekan pada lumbal dextra, hepar tidak
teraba, dan tidak ada tanda-tanda asites.
- Perkusi : terdengar bunyi timpani pada abdomen
m. Muskuloskeletal
Kedua tungkai tampak simetris, tidak tampak edema, tidak ada
kelainan pada ekstermitas dan klien dapat bergerak dengan bebas.
o. Columna vertebralis
Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang, tidak ada nyeri tekan.
5) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium (26-06-2012)
22
MCHC 32,0 g/dl (32-37 g/dl)
b. Faal ginjal
c. Faal hati
d. Eletrolit
23
KETERANGAN HASIL NILAI NORMAL
PEMERIKSAAN
f. Faal hati
g. Elektrolit
24
natrium 136.5 mmol/L (135-145 mmol/L)
25
WBC 8,3 x10³/ µL (4-10 x 10³/µL)
k. Faal ginjal
B. Diagnosa
Analisis Data
26
dirasakan seperti tertusuk-
tusuk jarum
- Klien mengatakan skala nyeri
2
- Klien mengatakan durasi
nyeri 10 menit
DO :
- Klien sedikit terlihat
meringis.
27
yang dimakan ½ porsi
- Klien mengatakan kondisi
fisiknya lemah
- Klien mendapat diet tinggi
karbohidrat dan tinggi
protein.
DO :
- Albumin 2.9 g/dl (27 Juni
2012)
- Hb 369 x 10³/ µL (3 Juli
2012)
- HCT 34.7 % (3 Juli 2012)
- Antropometri : BB 58 kg TB
168 cm
C. Intervensi
28
120/80 mmHg seperti relaksasi
- Klien mampu nafas dalam,
berdaptasi distraksi,
dengan nyeri imajinasi, dan
kompres
Kolaborasi :
- Berikan Obat
sesuai indikasi:
antrain 3 x 1
ampul
29
pola tidur tindakan keperawatan - Identifikasi pola
berhubungan 2x24 jam dengan kriteria aktivitas dan tidur
dengan situasi hasil : - Identifikasi faktor
tidak nyaman - Keluhan sulit pengganggu tidur
dan interupsi tidur pasien (fisik dan atau
lingkungan menurun psikologis)
- Keluhan pasien - Identifikasi
sering terjaga makanan dan
menurun minuman yang
- Keluhan pasien mengganggu tidur
tidak puas tidur (mis. kopi, teh,
menurun alkohol, makan
- Keluhan pasien mendekati waktu
pola tidur tidur, minum
berubah menurun banyak air
- Keluhan pasien sebelum tidur)
istirahat tidak - Identifikasi obat
cukup menurun tidur yang
- Kemampuan dikonsumsi.
beraktivitas Terapeutik :
pasien - Modifikasi
meningkat. lingkungan (mis.
pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
tidur)
- Fasilitasi
menghilangkan
stres sebelum tidur
(mis.
30
manganjurkan
untuk melakukan
aktvitas ringan)
- Tetapkan jadwal
tidur rutin (6-8
jam)
- lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis.
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
Edukasi :
- Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
- Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
- Anjurkan
menghindari
makanan atau
minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
31
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
- Anjurkan faktor-
faktor yang
berkontibusi
terhdap gangguan
pola tidur (mis.
psikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift
bekerja)
- Ajarkan relaksasi
otot autogenik
atau cara
nonfarmakologi
lainnya.
32
- Identifikasi
perlunya
penggunaan
selang nasogatrik
- Monitor asupan
makan
- Monitor berat
badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Catat adanya
muntah/diare
- Auskultasi bising
usus
- Timbang berat
badan dengan
teratur
- Pantau abdomen
dengan sering,
penampilan bising
usus normal.
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
33
- Anjurkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
pereda nyeri,
antlemetik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu.
D. Implementasi
34
1. Nyeri Akut 26-06-2012 1.2 - Pasien
10.00 Mencatat lokasi nyeri, mengatakan
lamanya, dan skala nyeri 2
intensitas skala. - Pasien
mengatakan
lama nyeri 5
menit
- Klien
terlihat
sedikit
meringis
35
penglihatan
klien baik
- Klien
terlihat tidak
menggunaka
n kaca mata
baca
36
26-06-2012 1.8 - Pasien
20.00 Memberikan obat tampak
injeksi : antrain 1x1 tenang dan
ampul rileks’
- Antrain: rute
pemberian
di drip
(diinjeksi
dibotol).
37
baca
- Pasien
membaca
koran
dengan jarak
30 cm
38
- Tidak ada
respon
negatif
- Antrain: rute
pemberian
di drip
(diinjeksi
dibotol infus
2. R
Resiko Infeksi 26-06-2012 1.2 - Hasil TTV :
11.30 Mengukur tanda- TD : 100/80
tanda vital dengan mmHg
sering P : 20 x/i
N : 80 x/i
ST : 36 ºc
- Akral pasien
terasa
hangat
39
Neropenem 1x1 gr - Tidak ada
res
- Lefloxaxine
: 1 botol
(didahuluka
n sebelum
mengganti
cairan Rl
yang
tercampur
oleh
cernevit
sementara.
- Neropenem:
rute
pemberian
bolus
(intravena
melalui
selang
infuse
langsung).
40
terasa
hangat
41
kecoklatan
42
cernevit
sementara)
- Neropenem:
rute
pemberian
bolus (
intravena
melalui
selang
infuse
langsung)
43
pada area
luka
- Warna
cairan tubuh
kecoklatan
- Kolostomi
beg sudah
terpasang
- Klien
tampak
tenang dan
rileks.
44
pemberian
bolus
(intravena
melalui
selang
infuse
- langsung)
3. G
Gangguan pola 26-06-2012 1.2 - Klien
tidur 12.40 Menaikkan tempat mengatakan
tidur pasien mengantuk
- Klien
terlihat
menguap
45
26-06-2012 1.6 - Pasien
23.07 Menaikkan pagar mengucapka
tempat tidur pasien n terima
kasih
46
06.30 Menganjurkan pasien mengatakan
untuk mandi akan mandi
- Pasien
terlihat
mandiri
47
18.00 Memberikan obat terlihat
injeksi renitidine : tenang dan
1x1 ampul, cernevit rileks
1x1 vial - Ranitidine:
rute
pemberian
Bolus
(intravena
melalui
selang
infuse
langsung)
- 3) Cernevit:
rute
pemberian
di drip
(diinjeksi
dibotol
infuse Rl).
48
semua
- Klien
mengatakan
durasi nyeri
5 menit
- Klien
terlihat
sedikit
meringis
- Ranitidine:
rute
pemberian
bolus
(diinjeksi di
selang
infuse
langsung)
- Cernevit:
Rute
pemberian
di drip
(dinjeksi di
dalam botol
RI)
49
usus - Verban
drain terlihat
bersih, tidak
terlihat
terkena
cairan drain
50
an 1 piring
makanan
- Total berat
badan pasien
58 kg
- Selera
makan
pasien
bertambah
- BB tidak
bertambah
51
dibotol
infuse Rl).
E. Evaluasi
27-06-2012 S :
23.05 - Pasien mengatakan skala nyeri 0
- Pasien mengatakan tidak
merasakan nyeri
52
O:
- Pasien tidak menggunakan
kacamata baca
- Pasien terlihat tenang dan rileks
- Tidak ada respon negatif obat
injeksi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
27-06-2012 S :
18.10 - Pasien mengatakan masih terasa
sakit pada selang drain
- Pasien mengatakan skala nyeri 1
O:
- Tidak ada kemerahan pada selang
drain dan luka jagitan
- Jumlah cairan drian 5 cc
53
- Warna cairan drain kecoklatan
- Hasil TTV : TD : 120/80 mmHg; P
: 20 x/i; N : 80 x/i; ST : 36,1 º
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Mengukur tanda-tanda vital
dengan sering
- Melakukan tindakan invasive
(perawatan & pengangkatan selang
drain, serta pemasangan kolostomi
beg)
- Memberikan obat injeksi 1x1
botol, neropenem 1x1 gr
28-06-2012 S :
18.10 - Pasien mengatakan senang
O:
- Hasil TTV : TD : 120/80 mmHg; P
: 20 x/i; N : 72 x/i; ST : 36 ºc
- Akral pasien terasa hangat
- Jumlah cairan tubuh sekitar 100 cc
- Tidak ada kemerahan pada area
luka
- Warna cairan tubuh kecoklatan
- Kolostomi beg sudah terpasang
- Tidak ada tanda negatif dari injeksi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
54
3. Gangguan pola 26-06-2012 S :
tidur b.d interupsi 23.15 - Klien mengatakan mengantuk
lingkungan O:
(D.0055) - Klien terlihat menguap
- Klien terlihat mandiri
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Mengajarkan pasien melakukan
personal hygiene
- Mengatakan pasien untuk berjalan-
jalan
- Memberikan bantal kepada pasien
27-06-2012 S :
23.15 - Pasien mengatakan tidur selama 6
jam
- Pasien mengatakan mandi
O:-
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan pasien untuk
melakukan personal hygiene
55
- Pasien mengatakan tidak
memegang area luka
O:
- Pasien tidak terlihat pucat
- Tidak terdapat kemerahan disekitar
area luka
- Pasien terlihat tenang dan rileks
- Tidak ada tanda negatif pada
pemberian injeksi
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Memberikan obat injeksi :
ranitidine 1x1 ampul, cernevit 1x1
vial
- Melakukan pemeriksaan abdomen
dan melakukan auskultasi
27-06-2012 S :
18.10 - Pasien mengatakan berat badan 58
kg
O:
- Bising usus pasien 14 x/i
- Perut pasien tidak terlihat
kemerahan
- Verban drain terlihat bersih, tidak
terlihat terkena cairan drain
- Pasien terlihat tenang dan rileks
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
- Menimbang berat badan pasien
56
- Memberikan obat injeksi :
ranitidine 1x1 ampul, cernevit 1x1
vial
28-06-2012 S :
18.10 - Pasien mengatakan menghabiskan
1 piring makanan
O:
- Berat badan pasien 58 kg
- Selera makan pasien meningkat
- Pasien terlihat tenang dan rileks
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
57
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Pada saat pengkajian ditemukan bahwa pasien mengalami kesulitan tidur.
Jam tidur klien tidak terpenuhi karena sering terbangun pada malam hari.
a. Sirkulasi
Menurut Doenges (2000), tidak ada gejala yang muncul pada
pasien peritonitis Dan ditandai dengan takikardia, berkeringat, pucat,
hipotensi (tanda syok), serta edema pada jaringan. Dalam hal ini tidak
ada riwayat penyakit jantung pada klien ditandai dengan tekanan darah
klien 110/70 mmHg, nadi klien 76 kali per menit, dan tidak ada
peningkatan vena jugularis.
b. Eliminasi
Pada saat pengkajian klien sering BAK dalam sehari. Sedangkan
data yang didapatkan di kasus adalah klien mengatakan pada saat
dirumah sakit BAK sebanyak 7 kali sehari sebanyak 200 cc, warna BAK
berwarna kuning keemasan (seperti warna bensin) dan baunya khas bau
amoniak. BAB sebanyak 1 kali sehari, klien mengatakan tidak memiliki
kesulitan waktu BAB, konsistensi BAB lunak. Sehingga pada saat dikaji
klien tidak mendapat penyakit perkemihan.
c. Makanan/Cairan
Pada saat pengkajian klien tidak banyak mengkonsumsi makanan
dikarenakan tidak adanya selera makan dan untuk minum klien banyak
mengkonsumsi air minum, tidak ditemukan pada klien mual/muntah.
Sedangkan data yang didapatkan di kasus adalah pada saat dikaji klien
mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi setengah dari porsi
58
makanan yang diberikan oleh rumah sakit. Menurut penilaian klien, klien
mengatakan makanan yang dimakan bervariasi. Klien mengatakan
mengalami penurunan selera makan, dikarenakan cepat kenyang. Klien
mengatakan kondisi fisiknya lemah, klien mendapat diet tinggi
karbohidrat dan tinggi protein. Untuk minum dalam sehari menghabiskan
air minum sekitar 1500 cc/hari. Klien juga terpasang infuse pada tangan
kiri, dengan cairan Ringer Lactat 20 Tpm. Di habiskan dalam waktu 8
jam.
d. Nyeri/kenyamanan
Pada saat pengkajian klien masih sedikit terlihat nyeri, dengan
ekspresi wajah sedikit meringis karena masih terasa sakit akibat dari
tindakan pembedahan. Sedangkan data yang didapatkan dikasus adalah
terdapat nyeri tekan pada bagian lumbal dextra, Klien mengatakan sakit
pada daerah perut, Klien mengatakan sakit yang dirasakan seperti
tertusuk-tusuk jarum, Klien mengatakan skala nyeri 2, Klien mengatakan
durasi nyeri 10 menit.
59
c. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi kimia peritoneum perifer
(toksin), trauma jaringan, akumulasi cairan dalam rongga
abdomen/peritoneal, (distensi abdomen).
d. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual/muntah, distensi usus, abnormalitas metabolik,
peningkatan kebutuhan metabolik.
e. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan krisis situasi, ancaman
kematian, atau perubahan status kesehatan, faktor fisiologis, status
hipermetabolik. f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
Sedangkan diagnosa yang ditemukan pada kasus adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan krisis situasi.
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan asupan nutrisi tak
adekuat.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
60
- Klien tampak semi fowler dan
tenang dan rileks supinasi
- Menstabilkan - Berikan tindakan
tekanan darah kenyamanan
120/80 mmHg seperti relaksasi
- Klien mampu nafas dalam,
berdaptasi distraksi,
dengan nyeri imajinasi, dan
kompres
Kolaborasi :
- Berikan Obat
sesuai indikasi:
antrain 3 x 1
ampul
61
rendah Meropenem 2 x 1
gr, Levofloxaxine
2 x 500 g
62
tidur)
- Fasilitasi
menghilangkan
stres sebelum tidur
(mis.
manganjurkan
untuk melakukan
aktvitas ringan)
- Tetapkan jadwal
tidur rutin (6-8
jam)
- lakukan prosedur
untuk
meningkatkan
kenyamanan (mis.
pijat, pengaturan
posisi, terapi
akupresur)
Edukasi :
- Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
- Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
- Anjurkan
menghindari
makanan atau
63
minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
- Anjurkan faktor-
faktor yang
berkontibusi
terhdap gangguan
pola tidur (mis.
psikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift
bekerja)
- Ajarkan relaksasi
otot autogenik
atau cara
nonfarmakologi
lainnya.
64
kenyang pasien makanan yang
menurun disukai
- Berat badan IMT - Identifikasi
pasein membaik kebutuhan kalori
dan jenis nutrien
- Identifikasi
perlunya
penggunaan
selang nasogatrik
- Monitor asupan
makan
- Monitor berat
badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
badan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
- Catat adanya
muntah/diare
- Auskultasi bising
usus
- Timbang berat
badan dengan
teratur
- Pantau abdomen
dengan sering,
penampilan bising
65
usus normal.
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
- Anjurkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis.
pereda nyeri,
antlemetik), jika
perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika
perlu.
66
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari perencanaan
yang telah dibuat pada tahap perencanaan dengan berfokus pada kemampuan
klien untuk mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi,
menemukan pertahanan sistem tubuh, menatap hubungan klien dengan
lingkungan, dan implementasi pesan kolaborasi (Setiadi, dalam Sari, 2019).
Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan yang dibuat untuk Tn. S
dilakukan selama 2 hari yaitu mulai 26 Juni 2012 hingga 28 Juni 2012, Pada
perencanaan asuhan keperawatan sebelumnya fokus diagnosis utama yaitu
manajemen nyeri yang berhubungan dengan inspirasi bedah, yang menjadi
penyebab dari masalah keperawatan lainnya. Implementasi yang dilakukan sudah
sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Intervensi yang dapat diimplementasikan
yaitu sebagai berikut.
1. Nyeri akut b.d. insisi bedah
a. Pada hari pengkajian (Hari Pertama), 26 Juni 2012, Pukul 10.00
WIB, nyeri dihubungkan dengan insisi bedah, serta dilakukan
tindakan keperawatan yaitu mengkaji skala nyeri secara
komprehensif didapatkan Respon Pasien: skala nyeri 2 dari 10,
lama nyeri 5 menit, dan klien terlihat sedikit meringis. Pada Pukul
10.02 WIB, Perawat kemudian meminimalkan aktivitas klien untuk
mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan disertai pengukuran tanda
vital klien. Pukul 10.02 WIB, Perawat juga membantu pasien
memberikan posisi semi fowler dan supinasi, Pukul 10.05 WIB,
Perawat Memberikan tindakan kenyamanan seperti relaksasi nafas
dalam distraksi, imajinasi, dan kompres, (Respon pasien : pasien
terlihat senang dan rileks, pasien mengatakan senang membaca
koran dan majalah, ketajaman penglihatan klien baik, dan klien
terlihat tidak menggunakan kacamata baca). Pada pukul 10.40
WIB, perawat kemudian memberikan obat sesuai dengan indikasi :
antrain 3×1 ampul, dengan berkolaborasi dengan dokter untuk
meredakan nyeri secara cepat, (Respon pasien : Klien terlihat
67
tenang dan rileks). Pada pukul 15.30 WIB, perawat melakukan
pencatatan lokasi, lama, dan intensitas nyeri, dengan Respon pasien
: Pasien mengatakan tidak merasa nyeri, dan klien tampak tenang
dan rileks. Pukul 16.30 WIB, perawat memberikan posisi supinasi
pada pasien, Respon Pasien : Pasien terlihat tenang dan rileks.
Pukul 20.00 WIB Perawat memberikan obat injeksi antrain 1×1
Ampul, dengan respon pasien : Pasien tampak tenang dan rileks.
b. Pada hari kedua, Tanggal 27 Juni 2012, Pukul 07.00 WIB, perawat
mengkaji ulang skala nyeri pada pasien dan didapatkan hasil skala
0 dari 10, pasien mengatakan tidak merasakan nyeri, pasien terlihat
tenang dan rileks. Perawat menindaklanjuti hasil yang didapatkan
dengan meneruskan implementasi tindakan keperawatan untuk
mengurangi nyeri seperti; Pukul 11.10 WIB, perawat memberikan
posisi semi fowler, Respon Pasien : Mengucapkan terima kasih.
Pukul 11.15, Menganjurkan pasien untuk membaca, Respon pasien
: Pasien tidak menggunakan kacamata baca, Pasien membaca koran
dengan jarak 30 cm dari koran. Pukul 15.00 WIB, Perawat
memberikan obat injeksi anterin 3×1 ampul, Respon pasien :
Pasien terlihat tenang dan rileks. Pukul 19.00 WIB, perawat
mencatat lokasi nyeri, lama, dan intensitas skala nyeri, dengan
respon pasien; pasien mengatakan tidak merasakan nyeri, pasien
terlihat tenang dan rileks. Pukul 23.00 WIB, Perawat memberikan
obat injeksi : antrain 1x1 ampul, dengan respon pasien setelah
diberikan obat; Klien tenang dan rileks, tidak ada respon negatif,
Antrain : rute pemberian di drip (di injeksi di botol infus).
68
- N : 80 x/i
- ST : 36 ºc
- akral pasien terasa hangat
Pukul 16.40 WIB, melakukan pengukuran tanda-tanda vital,
dengan hasil;
- TD : 110/80 mmHg
- P : 20 x/i
- N : 72 x/i
- ST : 36 ºc
Pukul 18.00 WIB, Perawat memberikan obat injeksi lafloxaxine :
1x1 botol, Neropenem 1x1 gr, Respon pasien : klien tampak tenang
dan rileks, tidak ada res, Lefloxaxine : 1 botol (didahulukan
sebelum mengganti cairan Rl yang tercampur oleh cernevit
sementara. Neropenem: rute
pemberian bolus (intravena melalui selang infuse langsung).
b. Pada hari kedua, Tanggal 27 Juni 2012, Pukul 11.00 WIB, perawat
melakukan tindakan invasif (perawatan selang drain), Respon
pasien: pasien mengatakan masih terasa sakit pada selang drain,
pasien mengatakan skala nyeri 1, pasien mengatakan durasi nyeri
3 menit, Tidak ada kemerahan pada selang drain dan luka jahitan,
Benang jahitan drain sudah terpotong sebelumnya, Jumlah cairan
drain 5 cc, Warna cairan drain kecoklatan. Pukul 12.00 WIB,
perawat melakukan pengukuran TTV, dengan hasil;
- TD : 120/80 mmHg
- P : 20 x/i
- N : 80 x/i
- ST : 36,1 ºc
- Akral klien terasa Hangat
Pukul 17.00 WIB, perawat melakukan pengukuran TTV, dengan
hasil;
- TD : 120/70 mmHg
69
- P : 20 x/i
- N : 80 x/i
- ST : 36 ºc
- Akral klien terasa hangat.
Pukul 18.00 WIB, perawat memberikan obat injeksi : lefloxaxine
1x1 botol, nerope-nem 1x1 g. Respon pasien; Lefloxaxine : 1 botol
(didahulukan sebelum mengganti cairan Rl yang tercampur oleh
cernevit, Neropenem: rute pemberian
bolus ( intravena melalui selang infuse langsung).
c. Pada hari ke-3, tanggal 28 Juni 2012, Pukul 04.55 WIB, perawat
melakukan pengukuran TTV, dengan hasil ;
- TD : 120/80 mmHg
- P : 20 x/i
- N : 72 x/i
- ST : 36 ºc
- Akral pasien terasa hangat
Pukul 10.00 WIB, perawat melakukan tindakan invasive
(perawatan & pengangkatan selang drain, serta pemasangan
kolostomi beg), Respon pasien: pasien mengatakan senang,
jumlah cairan tubuh sekitar 100 cc, Tidak ada kemerahan pada
area luka, Warna cairan tubuh kecoklatan, Kolostomi beg sudah
terpasang, Klien tampak tenang dan rileks. Pukul 18.00 WIB
memberikan obat injeksi 1x1 botol, neropenem 1x1 gr, dengan
respon pasien; Klien tampak tenang dan rileks, Lefloxaxine : 1
botol (didahulukan sebelum mengganti cairan Rl yang tercampur
oleh cernevit sementara), Neropenem: rute pemberian bolus
(intravena melalui selang infuse langsung).
70
a. Pada Hari pertama (26 Juni 2022), Pukul 12.40, Perawat membantu
menaikkan tempat tidur pasien, Respon pasien: klie mengatakan
mengantuk, klien terlihat menguap. Pukul 17.00 WIB, Perawat
menganjurkan klien beraktivitas ringan seperti berjalan-jalan
disekitar ruangan, respon pasien; klien mengatakan akan
melakukan. Pukul 18.35 WIB, Perawat menganjurkan pasien untuk
mandi, Respon pasien; Pasien mengikuti dan pasien terlihat
mandiri. Pukul 23.05 WIB, perawat memberi tempat yang nyaman
pada pasien seperti memberikan bantal, respon pasien; Pasien
terlihat mengantuk. Pukul 23.07 WIB , perawat menaikkan pagar
tidur pasien, respon pasien: pasien mengucapkan terima kasih.
b. Pada hari ke-2, tanggal 27 Juni 2022, Pukul 06.20 WIB, Perawat
menganjurkan pasien untuk mandi, Respon pasien; Pasien
mengataksn akan mandi. Pukul 07.30 WIB, menganjurkan klien
untuk jalan-jalan disekitar ruangan, respon pasien : pasien berjalan
sendiri. Pukul 18.30 WIB, perawat menganjurkan klien untuk
mandi, Respon klien ; Pasien mengatakan sudah mandi pukul 17.30
WIB. Pukul 23.05 WIB, perawat memberi tempat yang nyaman
pada pasien seperti memberikan bantal, respon pasien; Pasien
terlihat mengantuk. Pukul 23.10 WIB, perawat menaikkan pagar
tidur pasien, respon pasien: pasien mengucapkan terima kasih.
c. Pada hari ke-3, tanggal 28 juni 2012, pukul 06.30, Perawat
menganjurkan pasien untuk mandi. Respon pasien; Pasien akan
mandi, pasien terlihat mandiri.
71
abdomen pasien, Respon pasien; Pasien mengatakan tidak
memegang area luka, Tidak ada kemerahan disekitar area luka.
Pukul 18.00 WIB, perawat memberikan memeberikan obat injeksi
renitidine : 1x1 ampul, cernevit 1x1 vial, respon pasien; pasien
terlihat tenang dan rileks.
72
(intravena melalui selang infuse langsung), Cernevit: rute
pemberian di drip (diinjeksi dibotol infuse Rl).
73
lafloxaxine 1×1 botol, dan neropemen 1×1 gr. Pasien mengatakan masih
terasa sakit pada selang drain, dan pasien mengatakan skla nyeri 1. Pasien
terlihat senang, akral tubuh pasien hangat, tidak ada tindakan negatif atas
tindakan injeksi. Masalah terasi dan menghentikan intervensi pada tanggal
26 juni 2012, dengan diagnosa resiko infeksi b.d. tindakan invasif.
74
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada Tn. S yang mengalami
Peritonitis Post Op Laparatomy di RSUD Tarakan selama 3 hari mulai tanggal 26
Agustus 2012 sampai 28 Juni 2012 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
a. Pengkajian Keperawatan, hasil pengkajian data sesuai dengan teori yang
telah ada. Data yang dikumpulkan berupa data subjetif dan data objektif dari
klien mencakup klien sendiri, keluarga, masyarakat, lingkungan dan
kebudayaan dengan dibuktikan atau diperkuat menggunakan pemeriksaan
fisik, diagnostik, hingga hasil laboratorium.
b. Diagnosa Keperawatan yang ditemukan pada Tn. S ada 5 hasil diagnosis
yaitu nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan tindakan invasif, gangguan pola tidur berhubungan
dengan krisis situasi, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan asupan
nutrisi tak adekuat, dan kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpajan informasi.
c. Perencanaan Keperawatan, berdasarkan kelima diagnosis dapat disimpulkan
bahwa masalah utama dan prioritas yang perlu diatasi adalah nyeri akut dan
resiko tinggi infeksi sehingga tujuan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan
kemudian disusun untuk mengatasi diagnosis tersebut.
d. Implementasi Keperawatan merupakan perwujudan dari perencanaan yang
telah dibuat pada tahap perencanaan dengan berfokus pada kemampuan klien
untuk mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, menemukan
pertahanan sistem tubuh, menatap hubungan klien dengan lingkungan, dan
implementasi pesan kolaborasi.
e. Evaluasi Keperawatan yang dapat diambil dari asuhan keperawatan yang
dilakukan adalah bahwa masalah keperawatan yang diangkat telah dianggap
teratasi.
75
5.2 Saran
Pada proses perumusan asuhan keperawatan yang tepat untuk sebuah
kasus semu hal yang perlu dipertimbangkan bagi mahasiswa adalah mutu
pemberian asuhan keperawatan tersebut secara komprehensif sesuai dengan
kondisi klien. Dalam hal ini pustaka berkaitan kasus semu keperawatan sangat
penting ketersediaan dan keterjangkauannya. Besar harapan untuk semua institusi
pendidikan maupun kesehatan meningkatkan dan memperbarui kualitas pustaka
jenis tersebut.
76
DAFTAR PUSTAKA
77
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia Defnisi dan Indikator Diagnosa
Edisi 1 Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
78
LAMPIRAN
79
Lampiran 2. Sumber Pustaka
80
3. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan
81
5. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi
82
7. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
83
9. Asuhan Keperawatan Pada Tn.T Yang Mengalami Karsinoma Nasofaring
Pro Kemoterapi Di Gedung Prof. Soelarto Lantai IV RSUP Fatmawati.
84