MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat
yang dibina oleh Ibu Nurnaningsih Herya Ulfa, S.KM, M. Kes
oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas limpahan hidayah dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ilmu Perilaku
Kesehatan” dengan baik.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Perilaku sangat erat sekali hubungannnya dengan kesehatan. Banyak hal yang
tanpa kita sadari dari perilaku yang kecil dapat menimbulkan efek kesehatan yang
besar bagi seseorang. Salah satu contohnya berupa pesan kesehatan yang sedang
maraknya digerakkan oleh promotor kesehatan tentang gosok gigi sebelum tidur.
Kita semua tahu jika gosok gigi adalah hal yang sederhana, tapi dari hal kecil
tersebut kita bisa melakukan revolusi kesehatan kearah yang lebih baik. Efek
perilaku tersebut memiliki dampak yang besar bagi kesehatan, begitu pula dengan
kesehatan yang baik akan tercermin apabila seseorang tersebut melakukan perilaku
yang baik.
Maka dari itu dalam makalah ini, penulis membahas tentang pengertian perilaku
kesehatan, konsep-konsep perilaku, bentuk-bentuk perilaku kesehatan, hubungan
kesehatan dengan perilaku.
1
3. Mengetahui domain perilaku kesehatan
4. Mengetahui teori-teori ilmu perilaku kesehatan
5. Mengetahui bentuk-bentuk ilmu perilaku kesehatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dari uraian pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas.
1. Who (1947) sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental maupun
sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
3
4. UU No 23/1992 Tentang Kesehatan. Dari beberapa pendapat para ahli dapat
dikatakan bahwa sehat adalah dimana badan ataupun tubuh kita tidak merasakan
keluhan sama sekali. Baik keluhan secara fisik, mental, maupun sosial. Kita
dapat merasakan tubuh kita bugar dan segar tanpa merasakan beberapa gejala-
gejala yang asing ataupun tidak biasanya kita rasakan.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan Sehat adalah keadaan sempurna baik
fisik, mental, maupun sosial dimana badan tidak mengalami keluhan sama sekali.
Jadi, dapat dikatakan sehat adalah kondisi maksimal atau kondisi sempurna tanpa
ada gangguan dalam tubuh kita masing-masing serta kita akan dapat melakukan
aktivitas dengan baik dan lancar.
Sebelum kita bicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu akan dibuat
suatu batasan terlebih dahulu tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari pandangan
biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.
Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme
dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum
4
dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu merupakan penentu dari
perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor
keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk
hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk
perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor
dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning process).
1. Responden respons atau reflexive response, ialah respons yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan yang semacam ini
disebut eliciting stimulasi, karena menimbulkan respons-respons yang relatif
tetap. Misalnya makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat
akan menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya
perangsangan-perangsangan yang demikian ini mendahului respons yang
ditimbulkan. Responden respons (respondent behavior) ini mencakup juga
emosi respons atau emotional behavior. Emotional response ini timbul karena
hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan, misalnya
menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah meningkat karena
marah). Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun dapat menimbulkan perilaku
emosional misalnya tertawa, berjingkat-jingkat karena senang, dan sebagainya.
2. Instrumental respons atau operant response adalah respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang seperti ini disebut
reinforcing stimulus atau reinforcer, karena perangsangan-perangsangan
tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab
itu, perangsang yang demikian itu mengikuti atau memperkuat respons yang
telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab itu perangsang yang demikian itu
mengikuti atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.
Apabila seorang anak belajar atau telah melakukan suatu perbuatan, kemudian
memperoleh hadiah, maka ia akan lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi
5
melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain responnya akan lebih intensif
lagi atau lebih kuat lagi.
6
berulang-ulang, sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan
dengan komponen ketiga keempat dan selanjutnya sampai seluruh perilaku
yang diharapkan terbentuk.
1. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia
dan tidak secara langsung terlihat oleh orang lain. Misalnya berpikir, tanggapan
atau sikap batin, dan pengetahuan. Contohnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi
itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, tetapi ibu itu tidak membawa
anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain, seorang yang
menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia
sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa
si ibu telah tahu guna imunisasi dan contoh kedua orang tersebut telah
mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga berencana, meskipun
mereka sendiri belum melakukan secara konkret terhadap kedua hal tersebut.
Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert behavior) atau
perilaku tertutup.
7
2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah membawa anaknya ke
puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi, dan pada kasus kedua
sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh
karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka
disebut (overt behavior) atau perilaku terbuka.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan
respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat
terselubung (covert behavior). Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai
respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah (overt behavior).
8
d. Perilaku yang berhubungan dengan pemulihan kesehatan (Health Rehabilitation
Behavior)
9
Sementara Becker (1979) mengajukan klasifikasi perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan adalah sebagai berikut:
Lingkungan umum
Lingkungan terbatas
Lingkungan keluarga
Individu
10
Keterangan:
1. Perilaku kesehatan individu: sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya
dengan lingkungan
2. Lingkungan keluarga: kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan
3. Lingkungan terbatas: tradisi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat
sehubungan dengan kesehatan
4. Lingkungan umum: kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang kesehatan.
Undang-undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.
Setiap individu sejak lahir terkait dengan suatu kelompok, terutama kelompok
keluarga. Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka kemungkinan
utnuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena
pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan dan norma-norma sosial
tertentu, maka perilaku tiap individu anggota kelompok berlangsung dalam suatu
jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-
masalah kesehatan.
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku itu kedalam tiga domain (ranah/kawasan) untuk kepentingan tujuan
pendidikan. Yang tediri dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk
pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari (Notoatmodjo, 2011):
1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(knowledge)
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude)
11
3. Praktis (praksis) atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan
dengan materi pendidikan yang diberikan (prectice).
12
1. Tahu (know): Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami (comprehension): diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application): diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4. Analisis (analysis): suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen.
5. Sintesis (synthesis): suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation): kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi.
Sikap merupakan reaksi tau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus ataau objek. Newcomb salah seorang psikolog sosial menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksana motof tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih
merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Berikut ini merupakan
diagram yang dapat menjelaskan uraian tersebut.
Reaksi
Stimulus
organisme Tingkah laku
rangsang
(terbuka)
Reaksi
(reaksi tertutup)
13
Dalam bagian lain Allort (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga
komponen pokok, yakni:
1. Kepercayaan, ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting. Satu contoh misalnya, seorang ibu telah
mendengarkan tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya,
dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa si ibu untuk berpikir dan
berusaha suapaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi
dan keyakinan ikut bekerja sehingga si ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan
anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Sehingga si ibu ini
mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio itu.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
yakni (Notoatmodjo, 2007): Menerima, Merespon, Menghargai, dan Bertanggung
jawab
2.3.3 Domain Psikomotor (Praktik / Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan diantaranya adalah fasilitas.
Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak
lain. Tingkat-tingkat praktik yaitu (Notoatmodjo, 2012):
1. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tidakan yang akan
diambil merupakan praksis tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat
memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.
2. Respons terpimpin (guided response)
14
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh
adalah indikator praksis tingkat dua. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur
dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lamanya
memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praksis tingkat
tiga. Misalnya, seorang ibu yang sudah biasa mengimunisasikan bayi pada umur-
umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
4. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi
kebenaran tindakannya tersebut. Misalnya, ibu dapat memulih dan memasak
makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan
sederhana.
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan
atau promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang
lainnya. Banyak teori tentang perubahan perilaku ini, antara lain yaitu:
15
kredibilitas kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini. Akan tetapi bila
stimulus itu diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif.
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku)
Teori ini menekankan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus
(rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Dalam
meyakinkan organisme faktor reinforcement memegang peranan penting.Proses
perubahan perilaku berdasarkan Teori S-O-R ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Organisme
1. Perhatian
2. Pengertian
Stimulus
3. Penerimaan
Respons:
Reaksi tertutup
(perubahan sikap)
Reaksi Terbuka
(perubahan praktik)
16
2.4.2 Teori Disonan (Dissonance) Festinger
Teori Festinger (1957) telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori
ini sebenarnya sama dengan konsep ‘imbalance’ (tidak seimbang).
Dissonance =
17
2. Perilaku dapat berfungsi sebagai ‘defence mecanism’ atau sebagai pertahanan
diri dalam menghadapi lingkungannya. Misalnya, orang dapat menghindari
penyakit demam berdarah, karena penyakit tersebut merupakan ancaman bagi
dirinya.
3. Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti. Dalam
peranannya itu seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui tindakannya. Misalnya, jika seseorang merasa sakit kepala maka
mengatasi rasa sakit tersebut dengan membeli obat di warung dan meminumnya,
atau melakukan tindakan-tindakan lain.
4. Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab
suatu situasi. Nilai ekspresif ini berasal dari konsep diri seseorang dan
merupakan pencerminan dari hati sanubari. Misalnya, orang yang sedang marah,
senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilakunya.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi
dunia luar individu, dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya
menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu, di dalam kehidupan manusia, perilaku itu
tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia itu adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan
penahan (restrining forces). Perilaku itu dapat berubah apabila terjadi
ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang.
18
Kekuatan-kekuatan pendorong Meningkat
Perilaku Semula
Kekuatan penahan
Perilaku Baru
Penahan Menurun
Perilaku Baru
3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan pendorong menurun. Dengan
keadaan semacam ini jelas juga akan terjadi perubahan perilaku.
Pendorong Pendorong
Perilaku Semula
Penahan Menurun
Perilaku Baru
19
2.5.1 Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah, dimana sebagian perubahan itu disebabkan
karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota
masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.
2.5.2 Perubahan Rencana (Planned Change)
20
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.
Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka, dan
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini akan memekan waktu
yang lama, tetapi perubahan yang dicaapai akan bersifat langgeng karena didasari
pada kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).
2.6.3 Diskusi dan Partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua. Dimana dalam
memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah.
Hal ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga
harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang
diterimanya. Dengan demikian maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai
dasar perilaku mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya
perilaku yang mereka peroleh akan menjadi lebih mantap pula, bahkan menjadi
referensi perilakuorang lain. Sudah barang tentu cara ini akan memakan waktu yang
lebih lama dari cara yang kedua, dan jauh lebih baik dengan cara yang pertama.
Diskusi partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan
informasi-informasi dan pesan-pesan kesehatan.
21
kesehatannya atau segala tindakan secara medis direkomendasikan, dilakukan
secara sukarela oleh seseorang yang percaya dirinya sehat dan bermaksud untuk
mencegah penyakit atau ketidakmampuan atau untuk mendeteksi penyakit yang
tidak tampak nyata (asimptomatik). Pada proses pencegahan dapat dilakukan dalam
dua bentuk medis dan non medis.
2. Tujuan
Tujuan dari perilaku sehat dan perubahan perilaku sehat adalah agar terjadinya
suatu pola hidup sehat yang menunjukan kepada kebiasaan.
3. Akibat
a. Reinforcement (Peningkatan), merupakan sesuatu yang dilakukan yang dapat
membawa kesenangan dan kepuasan. Contoh:
1) Anak kecil yang mau cuci tangan sebelum makan bila di berikan mainan
(Positive Reinforcement).
2) Seseorang minum milanta agar sakit maag hilang (Negative reinforcement).
b. Extincion (Peniadaan), merupakan perilaku sehat yang apabila konsekuensinya
di hilangkan maka akan melemah responnya jika tidak ada stimuli/reinforcer lain
yang mempertahankan perilaku sehat. Contoh: anak kecil yang mau cuci tangan
sebelum makan bila di berikan mainan tetap melakukan perilaku sehatnya karena
pujian orang tua atau kepuasan karena tangannya bersih dari kuman.
22
c. Punishment (Hukuman)
merupakan perilaku yang apabila dilakukan dan membawa konsekuensi yang tidak
menyenangkan cenderung ditekan. Contoh: anak kecil yang bermain dengan benda
tajam seperti pisau dimarahi oleh ibunya, akan tidak mengulanginya lagi.
23
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas.
2. Sehat adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial dimana
badan tidak mengalami keluhan sama sekali. Jadi, dapat dikatakan sehat adalah
kondisi maksimal atau kondisi sempurna tanpa ada gangguan dalam tubuh kita
masing-masing serta kita akan dapat melakukan aktivitas dengan baik dan
lancar.
3. Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang
dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
4. Setiap individu sejak lahir terkait dengan suatu kelompok, terutama kelompok
keluarga. Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka kemungkinan
utnuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh
karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan dan norma-
norma sosial tertentu, maka perilaku tiap individu anggota kelompok
berlangsung dalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu
tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan.
5. Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan
membagi perilaku itu kedalam tiga domain (ranah/kawasan) untuk kepentingan
tujuan pendidikan. Yang tediri dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
6. Terdapat beberapa teori tentang perubahan perilaku , antara lain yaitu: Teori
Stimulus-Organisme-Respons (S-O-R), Teori Disonan (Dissonance) Festinger,
Teori Fungsi (Katz), Teori Keseimbangan (Kurt Lewin)
7. Bentuk-bentuk perilaku dibagi menjadi 3 yakni: Perubahan Alamiah (Natural
Change), Perubahan Rencana (Planned Change), Kesediaan untuk Berubah
(readiness to change)
24
8. Beberapa srategi untuk memperoleh perubahan perilaku tersebut
dikelompokkan menjadi tiga, yakni (WHO, 1984) : Menggunakan Kekuatan /
Kekuasaan, Pemberian Informasi, Diskusi dan Partisipasi.
3.2 Saran
Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling
berkesinambungan, individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang sehat
pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan mencerminkan individu
dengan kualitas hidup baik.
25
Daftar Pustaka
- Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi.Jakarta :
Rineka Cipta
- Ircham Machfoedz dan Eko Suryani. 2008. Pendidikan Kesehatan dan Promosi
Kesehatan. Yogyakarta :Fitramaya.
- http://www.ilunifk83.com/t149-uu-ri-no-23-tahun-1992-tentang-kesehatan
26
LEMBAR DISKUSI
Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan stimulus dan fungsinya? Berikan contoh tentang
teori dissonance! (Anis)
2. Apa yang dimaksud kekuatan/kekuasaan dalam konteks bentuk-bentuk
perubahan perilaku? Apakah upaya-upaya perubahan perilaku kesehatan saling
berhubungan? (Lintang)
3. Apa yang dimaksud dengan reaksi terbuka? (Chaterina)
4. Apa yang dimaksud dengan teori SOR?
27
sehingga mau untuk mematuhi peraturan dan mengubah perilakunya.
Upaya-upaya perubahan perilaku tidak berhubungan satu sama lainnya.
Dari berbagai upaya yang telah disebutkan kita dapat menggunakan
salah satu cara atau lebih untuk dijadikan sebagai usaha untuk merubah
perilaku sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
28