Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu Pr. IKGP/IKGM III
Oleh:
Kelompok 1
Pembimbing:
drg. Hestieyonini H., M.Kes
drg Kiswaluyo, M.Kes
Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes
Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kes
drg. Surartono Dwiatmoko, M.M
drg. Elyda Akhya M., MIPH
Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Praktik Kerja Lapangan
Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat
Oleh :
Kelompok 2 (Tim Survey) Putaran I
Koordinator : Agya Nanda Prasetya (121611101064)
Anggota : Aisyah Gediyani P (121611101098)
Afthin Maritta Noviyanti (141611101001)
Umil Syifa Kuluba (141610101011)
Erlita Prestiandari (141611101016)
Faiza Lailiyah (141611101024)
Muhammad Sandy Irianto (141611101026)
Yona Anindita (141611101027)
Kanwangwang Dwi N A (141611101036)
Pembimbing:
drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M. Kes
drg Kiswaluyo, M.Kes
Dr. drg. Ristya Widi Endah Yani., M. Kes
drg. Elyda Akhya, M, MIPH
Dr. drg. Ari Tri Wanodyo Handayani, M.Kes
drg. Surartono Dwiatmoko, M.M
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat III yang berjudul
“Hubungan Tindakan Pengobatan Gigi Warga Sukojember terhadap Status Kesehatan
Gigi dan Mulut”. Laporan ini disusun atas kegiatan yang telah dilakukan selama
praktikum IKGM III di salah satu wilayah kerja Puskesmas Jelbuk yaitu Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis
menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada:
1. drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M. Kes, selaku Kepala Bagian IKGM (Ilmu
Kesehatan Gigi Masyarakat) FKG Universitas Jember,
2. drg. Kiswaluyo, M. Kes, selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
3. Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
4. drg. Elyda Akhya, M. PH selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
5. drg. Ari Tri Wahyuni, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
6. drg. Surartono Dwiatmoko, M.M selaku dosen pembimbing mata kuliah
IKGM,
7. drg. Alfi selaku kepala Puskesmas dan drg. Sari. selaku dokter gigi Puskesmas
Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
8. Seluruh staf Puskesmas Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
9. Seluruh pimpinan Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
10. Bapak Kepala Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
11. Bapak Kepala Dusun Krajan Timur Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
12. Bapak Kepala Dusun Leces 1 Kecmatan Jelbuk Kabupaten Jember,
13. Bapak Kepala Dusun Cangkring Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
14. Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
15. Rekan-rekan kelompok II putaran I Praktikum IKGM III.
2
ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak
yang membutuhkan. Amin.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
3.5.1 Sampel Penelitian ..................................................................................... 35
3.5.2 Penentuan Besar Sampel .......................................................................... 35
3.5.3 Kriteria sampel ......................................................................................... 36
3. 6 Alat dan Bahan Penelitian........................................................................... 37
3.6.1 Alat Penelitian .......................................................................................... 37
3.6.2 Bahan Penelitian....................................................................................... 37
3.7 Prosedur Penelitian....................................................................................... 38
3.7.1 Tahap Persiapan ....................................................................................... 38
3.7.2 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 38
3.7.3 Trial Penelitian ......................................................................................... 39
3.7.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 39
3.7.5 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 39
3.8 Teknik Pengolahan Data .............................................................................. 40
3.9 Penyajian Data .............................................................................................. 40
3.10 Analisis Data ................................................................................................ 41
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 42
4.1 Hasil Penelitian.............................................................................................. 42
4.1.1 Hasil kuesioner tindakan berobat gigi pada masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ....................................................... 42
4.1.2 Hasil Pemeriksaan Status Gigi Geligi pada Masyarakat Desa Sukojember
Kabupaten Jember...................................................................................... 43
4.1.3 Hasil Pemeriksaan Status Periodontal pada Masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ....................................................... 46
4.1.4 Hasil Kuesioner Pemeriksaan Kehilangan Perlekatan pada Masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ................................... 49
4.1.5 Hasil Kuesioner Pemeriksaan Fluorosis Gigi pada Masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ................................... 51
4.1.6 Hasil Kuesioner Pemeriksaan Keparahan Erosi Gigi pada Masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ................................... 53
4.1.7 Hasil Kuesioner Pemeriksaan Lesi Mukosa Oral pada Masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ................................... 54
5
4.1.8 Hasil Pemeriksaan Kebutuhan Perawatan Segera pada Masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ................................... 55
4.1.9. Hasil pemeriksaan penggunaaan gigi tiruan (RA-RB) pada Masyarakat
Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember .......................... 56
4.1.10 Hasil Kuesioner Tindakan Berobat Gigi dengan Jenis Kelamin Masyarakat
Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember .......................... 57
4.1.11.Hasil Kuesioner Tindakan Berobat Gigi dengan Usia Masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ................................... 58
4.1.12 Hasil Kuesioner Tindakan Berobat Gigi berdasarkan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ...... 60
4.1.13 Hasil Kuesioner Tindakan Berobat Gigi berdasarkan Jenis Pekerjaan
Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ...... 61
4.2 Analisa Data................................................................................................... 62
4.3 Pembahasan ................................................................................................... 65
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 79
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 79
5.2 Saran .............................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 80
LAMPIRAN......................................................................................................... 85
6
DAFTAR TABEL
7
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hasil kuesioner tindakan berobat gigi pada masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ............................... 43
Gambar 4.2. Hasil pemeriksaan status gigi geligi pada mahkota gigi masyarakat
Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ...................... 44
Gambar 4.3 Hasil pemeriksaan status gigi geligi pada akar gigi masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ............................... 46
Gambar 4.4 ..Hasil Pemeriksaan Status Periodontal pada Masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ............................... 47
Gambar 4.5. Hasil pemeriksaan status periodontal (Poket) pada masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ........................... 49
Gambar 4.6. Hasil pemeriksaan kehilangan perlekatan pada masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ............................. 51
Gambar 4.7. Hasil pemeriksaan fluorosis email pada masyarakat Desa
Sukojember............................................................................................. 53
Gambar 4.8. Hasil pemeriksaan keparahan erosi gigi pada masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ............................... 54
Gambar 4.9. Hasil pemeriksaan lesi mukosa oral pada masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ............................... 55
Gambar 4.10. Hasil pemeriksaan kebutuhan perawatan segera pada masyarakat
Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ...................... 56
Gambar 4.11. Hasil pemeriksaan penggunaan gigi tiruan (RA-RB) pada
masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ... 57
Gambar 4.12 Hasil kuesioner tindakan berobat gigi dengan jenis kelamin pada
masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ... 58
Gambar 4.13. Hasil kuesioner tindakan berobat gigi dengan umur pada
masyarakat Desa Sukojember................................................................. 59
Gambar 4.14. Hasil kuesioner tindakan berobat gigi berdasarkan tingkat
pendidikan masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember..................................................................................................... 61
8
Gambar 4.15 Hasil Kuesioner Tindakan Berobat Gigi berdasarkan Jenis Pekerjaan
.Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.. 62
9
DAFTAR LAMPIRAN
10
BAB 1. PENDAHULUAN
11
44 tahun memiliki DMF-T sebesar 9,82 atau 10 gigi (sangat tinggi) yang
mengalami lubang, cabut dan tambal karena karies gigi. Usia lansia yaitu 60 tahun
keatas memiliki nilai DMF-T sebsar 24,13 atau 25 gigi (sangat tinggi) yang
mengalami lubang, ditambal maupun dicabut karena karies gigi. Penelitian
Puspitaningrum (2018), mengenai tingkat karies gigi pada masyarakat Desa
Sumberejo Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, menunjukkan hasil bahwa
rata-rata indeks DMF-T pada masyarakat usia 17-25 tahun sebesar 1,61 (rendah),
masyarakat usia 26-35 tahun memiliki rata-rata indeks DMF-T sebesar 4,17
(sedang), masyarakat usia 36-45 tahun memiliki rata-rata indeks DMF-T sebesar
4,6 (sedang), masyarakat usia 46-55 tahun memiliki rata-rata indeks DMF-T
sebesar 5,33 (tinggi), masyarakat usia 56-65 tahun memiliki rata-rata indeks
DMF-T sebesar 6,3 (sangat tinggi).
Klasifikasi tingkat keparahan karies menurut WHO dikategorikan menjadi
lima kategori yaitu tingkat keparahan sangat rendah dengan nilai DMF-T sebesar
0,0-1,0. Tingkat keparahan rendah dengan nilai DMF-T sebesar 1,2-2,6. Tingkat
keparahan sedang dengan nilai DMF-T 2,7-4,4. Tingkat keparahan tinggi dengan
nilai DMF-T 4,5-6,5 serta tingkat keparahan sangat tinggi dengan nilai DMF-T
sebesar > 6,6.
Survei Nasional Riskesdas 2013 melaporkan penduduk Indonesia yang
menyadari bahwa dirinya bermasalah gigi dan mulut hanya 28,6%, dan diantara
mereka yang menyadari hal itu, hanya 30% yang menerima perawatan atau
pengobatan dari tenaga profesional gigi. Ini berarti effective demand untuk berobat
gigi sangat rendah, yaitu hanya 8,6%. Temuan selanjutnya adalah angka
keperawatan yang sangat rendah, terjadinya keterlambatan perawatan yang tinggi,
sehingga kerusakan gigi sebagian besar berakhir dengan pencabutan.
Jelbuk adalah salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Jember,
Jawa Timur. Jelbuk memiliki enam Desa yaitu Desa Jelbuk, Desa Sucopangepok,
Desa Panduman, Desa Suko Jember, Desa Suger Kidul dan Desa Sukowiryo.
Jelbuk memiliki puskesmas yang terletak di utara Kabupaten Jember. Puskesmas
Jelbuk memiliki data di bulan Juli 2018 yang menyatakan bahwa penyakit pulpa
dan jaringan periapikal termasuk penyakit 13 besar yang ada di daerah Jelbuk.
12
Namun berdasarkan data pelayanan kesehatan gigi dan mulut Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember 2016, pelayanan tumpatan gigi tetap di Puskesmas Jelbuk
tercatat hanya 56 kasus. Hal ini menggambarkan bahwa banyaknya masyarakat
yang kurang menyadari untuk merawat kesehatan giginya.
Tindakan perawatan gigi di masyarakat saat ini masih rendah. Hal ini
dapat dilihat dari kesadaran masyarakat untuk menambal gigi. Kesadaran tersebut
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Ditinjau dari teori Lawrence Green,
terbentuknya perilaku individu untuk mencari pengobatan gigi (tambal gigi)
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factors) yang
meliputi pengetahuan, sikap, tradisi, sistem nilai, tingkat pendidikan, sosial
ekonomi; faktor pemungkin (enabling factors) yang meliputi ketersediaan sarana
dan prasarana kesehatan, akses pelayanan, mutu pelayanan; dan faktor penguat
(reinforcing factors) meliputi sikap dan perilaku orangtua atau keluarga, tokoh
masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, dan peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan kesehatan. Perilaku sendiri dapat dinilai dari pengetahuan,
sikap, dan tindakan seseorang (Sumanti, 2013).
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2007
menunjukkan sebesar 69,4% diantara penduduk yang mengeluh sakit gigi
melakukan pengobatan sendiri. Di antaranya sebesar 86,2% penduduk membeli
obat modern untuk mengatasi rasa sakit yang bias diperoleh di kios, warung,
maupun warung obat. Tingginya perilaku mengobati sendiri menunjukkan sudah
mampunya penduduk mengatasi rasa sakit dimana hal ini merupakan basic
emergency care. Pilot dan Miller menguraikan berbagai strata perawatan, pertama
adalah “basic emergency care”, yang meliputi relief of pain dan cabut gigi. Sesuai
dengan peningkatan kondisi social ekonomi dan pendidikan, penduduk akan
menuntut perawatan pada tingkat yang lebih tinggi seperti perawatan simple care,
moderate, complex. Di sini nampak bahwa penduduk masih pada taraf “basic
emergency care” dimana tujuan utamanya adalah mengatasi rasa sakit. Situasi
semacam ini sudah baik namun harus diikuti dengan perawatan secara kuratif
pada pelayanan yang tepat/professional (Kristanti dan Dwi 2014).
13
Orientasi medan yang dilakukan di Dusun Krajan Timur, Dusun Cangkring
dan Dusun Leces 1 di Desa Suko Jember Jelbuk dengan 350 responden
menunjukkan bahwa 51% warga lebih memilih membeli obat di warung
dibandingkan pergi ke dokter gigi atau ke puskesmas untuk mengatasi sakit
giginya. Hal ini juga pemahaman warga tentang waktu menyikat gigi yang benar
71% dari responden menjawab bahwa menyikat gigi pada saat mandi.
Pemeriksaan OHI-S dan DMF-T pada 350 responden juga menunjukkan kategori
yang sangat tinggi untuk skor DMF-T yaitu 7,6 dan skor OHI-S yang
menunjukkan kategori sedang yaitu 2,2. Selain itu didukung dari data sekunder
dari buku kunjungan poli gigi puskesmas Jelbuk pada bulan Mei 2018 hanya
sebesar 8,8% dari warga Suko Jember yang memeriksakan gigi dan mulut. Tujuan
atau goals WHO tentang kesehatan gigi dan mulut 2020 untuk karies gigi
diantaranya adalah mengurangi gigi karies (D) dan mengurangi pencabutan gigi
karena karies gigi (M) pada usia 18 tahun, 35-44 tahun dan 60 tahun keatas. Oleh
karena itu, peneliti bermaksud untuk meneliti dengan observasi mengenai
hubungan tindakan berobat sakit gigi warga Sukojember terhadap status kesehatan
gigi dan mulut.
14
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pihak yang terkait
dalam upaya mengadakan perencanaan program kesehatan masyarakat,
terutama program kesehatan gigi dan mulut.
3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan
pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut.
4. Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat bahwa seharusnya jika sakit gigi berobat ke dokter gigi
dibandingkan dengan membeli obat sendiri di warung.
15
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang
berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya. Konsep
kesehatan gigi adalah gigi dan semua jaringan yang ada di dalam mulut, termasuk
gusi dan jaringan sekitarnya. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas
(Notoadmodjo, 2012).
a. Persepsi (perception).
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
Contohnya, mengambil sikat gigi yang benar dari sejumlah sikat gigi yang
disajikan dengan berbagai bentuk dan kekerasan bulu sikat dari lunak,
sedang dan keras untuk menggosok gigi (Heri dan Maulana, 2009).
b. Respon terpimpin (guided response).
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan
sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
Contohnya mendidik cara menggosok gigi untuk anak berumur di bawah
lima tahun dengan posisi ibu di belakang anaknya, dan anak serta ibu
menghadap ke cermin agar anak bisa melihat. Selanjutnya ibu melakukan
gerakan menggosok gigi agar anak bisa mencontohnya (Heri dan Maulana,
2009).
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan sebuah kebiasaan, maka
16
ia sudah mencapai praktir tingkat tiga. Contohnya, anak umur lima tahun
sudah mampu menggosok gigi dengan benar, pagi hari sesudah makan dan
malam hari sebelum tidur (Heri dan Maulana, 2009).
d. Adopsi (adoption).
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Contohnya, untuk anak
yang masih dibawah lima tahun dan mempunyai kebiasaan minum susu
manis dalam botol, si ibu bisa mengurangi jumlah gula dalam susunya dan
segera membersihkan gigi anak dengan kain bersih yang dibasahi sebab
akan sangat sulit untuk langsung menggosok gigi anak ketika tidur (Heri
dan Maulana, 2009).
17
Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data tentang indikator
perilaku tersebut agak berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan
sikap dapat dilakukan dengan wawancara. Sedangkan untuk memperoleh data
tindakan yang paling akurat adalah melalui pengamat.
Kode standar harus digunakan untuk semua bagian dari formulir (s). Jika
persyaratan ini tidak diamati, WHO tidak akan dapat membuat rekomendasi untuk
memproses data dan meringkas hasilnya. Jika beberapa dari penilaian kesehatan
mulut tidak dilakukan, atau tidak berlaku untuk kelompok usia diperiksa, bagian
yang tidak digunakan dari formulir harus dibatalkan dengan diagonal , atau
dengan menggunakan kode 9 di kotak yang sesuai (= tidak tercatat).
18
Gambar : Penulisan yang tepat dan jelas mencegah kebingungan antara angka dan
huruf sehingga berbeda satu sama lain (lihat teks).
19
20
Formulir ini dirancang untuk memfasilitasi analisis data dari pengamatan.
Setiap kotak diberi nomor identifikasi (nomor kecil dalam tanda kurung), yang
mewakili lokasi di file komputer. Kode perekaman adalah ditampilkan di dekat
kotak yang sesuai. Untuk meminimalkan jumlah kesalahan, semua entri harus
jelas dan tidak ambigu. Ambiguitas dalam pengentrian secara umum terjadi saat
menulis 1 dan 7, 2 dan 4, 6 dan 0, dan B dan 8. Untuk menghindari entri
membingungkan dan salah yang dapat menimbulkan masalah saat analisis
komputasi hingga hasil yang tidak akurat, angka harus ditulis jelas .
Penguji dapat mendikte kode menggunakan kata-kata umum dalam bahasa
lokal, misalnya, dalam bahasa Inggris, seseorang dapat menggunakan Alfa, Beta,
Gamma, Api dan X-ray, bukan A, B, C, D, G, F, X untuk memfasilitasi
pemahaman yang jelas bagian dari petugas rekaman.
Angka dua digit di atas atau di bawah yang dibagi menjadi beberapa kotak
menunjukkan gigi spesifik sesuai dengan sistem notasi gigi yang dikembangkan
oleh WHO dan FDI (sebelumnya disebut Fédération Dentaire Internationale,
sekarang World Dental Federation). Digit pertama menunjukkan kuadran gigi
mulut dan digit kedua gigi yang sebenarnya. Dalam menunjuk gigi,
yangpemeriksa harus memanggil nomor kuadran dan kemudian nomor gigi,
misalnya gigi insisivus kanan atas kedua (12) disebut sebagai "satu-dua" daripada
"duabelas"; molar ketiga kiri bawah (38) harus disebut sebagai "tiga-delapan"
daripada "tiga puluh delapan".
Formulir penilaian kesehatan mulut
bagian berikut:
• informasi umum
• kondisi ekstraoral
21
Gambar : Nomor gigi menurut WHO / FDI yang digunakan untuk pengkodean
gigi: (a) penomoran gigi permanen dan (b) penomoran gigi primer.
• status periodontal
• kehilangan keterikatan
• flourosis enamel
• erosi gigi
• trauma gigi
• catatan rujukan.
Bentuk penilaian kesehatan mulut standar yang sesuai untuk anak-anak (Lampiran
2) mencakup bagian-bagian berikut:
22
- informasi Umum
- status geligi
- status gingiva
- fluorosis email
- erosi gigi
- trauma gigi
Berkenaan dengan lesi mukosa mulut, jika sampel hanya terdiri dari anak-
anak, keputusan dapat dibuat untuk merekam lesi yang sering diamati hanya pada
anak-anak daripada semua lesi yang mungkin terjadi pada orang dewasa. Sangat
penting menggunakan formulir yang tepat saat survei anak-anak atau orang
dewasa (disesuikan dengan target responden).
Selama perencanaan survei, daftar situs pemeriksaan dan daftar penguji yang
akan terlibat dalam penelitian harus dibuat, dan diberi kode untuk setiap
pemeriksa. Daftar pengkodean juga harus menyertakan angka kode yang akan
digunakan untuk informasi relevan lainnya seperti konten fluoride air minum atau
penggunaan suplemen fluoride. Penyelidik harus menulis nama negara tempat
survei dilakukan dengan menyertakan ibukota surat pada formulir penilaian asli
sebelum membuat salinan tambahan. Pada formulir disertakan kode WHO untuk
negara di mana survei akan dilakukan dan tidak boleh diisi oleh penyidik.
Informasi penting termasuk tahun, bulan, dan hari ujian. Nomor identifikasi
adalah petunjuk unik untuk seorang individu yang sedang diperiksa, kode juga
diberikan untuk menunjukkan apakah pemeriksaan adalah pemeriksaan asli atau
palsu dan oleh pemeriksa individu yang bertanggung jawab untuk pemeriksaan
23
Di bagian informasi umum, poin-poin berikut dicatat:
- nama (perlu ditanyakan pada penulis apakah data diizinkan untuk direkam),
- Jenis kelamin,
- tanggal lahir,
- usia,
- pekerjaan,
- jenis lokasi,
1) Tanggal penulisan
Tahun, bulan, dan hari harus dicatat pada formulir pada saat
pemeriksaan. Menulis hari memungkinkan penyidik untuk merujuk
kembali waktu pemeriksaan diadakan yang mungkin perlu ditinjau atau
diperiksa.
2) Nomor Identifikasi
Pemeriksa
Jika lebih dari satu pemeriksa berpartisipasi dalam survei, setiap pemeriksa harus
diberi kode khusus, yang harus dimasukkan dalam kotak penulisan. Jika
pemeriksa validasi berpartisipasi dalam survei, dia juga harus menetapkan kode
khusus.
1) Nama
2) Jenis Kelamin
25
namanya saja (yang mungkin atau mungkin tidak direkam). Kode yang
relevan (1 = pria, 2 = wanita) dimasukkan kotak penulisan.
3) Tanggal lahir
4) Umur
Umur harus dicatat sebagai usia pada hari ulang tahun terakhir
(Misal: Seorang anak di ketiga belas tahun kehidupan adalah 12 tahun).
Jika usia kurang dari 10 tahun, masukkan "0" di kotak penulisan (misalnya
6 tahun dikodekan sebagai "06"). Komunitas di mana usia diekspresikan
istilah yang berbeda, konversi harus dilakukan. Jika usia subjek tidak
diketahui, mungkin perlu untuk membuat perkiraan atas dasar, misalnya,
status erupsi gigi atau, untuk orang dewasa, peristiwa atau kejadian besar
dalam kehidupan di masyarakat. Di mana usia telah diperkirakan, cara
perkiraan seharusnya dilaporkan.
5) Kelompok etnis
26
pemerintah atau data administrasi sekolah pada saat pengambilan sampel
pilihan.
6) Kelompok lain
7) Pekerjaan
Pemeriksaan klinis
Rongga mulut adalah bagian dari kompleks orofacial dan pemeriksa harus
mencatat setiap kelainan yang nyata dari jaringan wajah, hidung, pipi atau dagu.
Kondisi tersebut dan lokasinya dicatat menggunakan kode yang
direkomendasikan berikut ini :
Kondisi
0 = Normal
1 = Ulserasi, luka
2 = Erosi
3 = Fissures
4 = Cancrum oris
27
5 = Pembesaran kelenjar getah bening
9 = Tidak tercatat
Lokasi
1 = Wajah
2 = Leher
3 = Hidung
4 = Pipi
5 = Chin
6 = Komis
7 = Perbatasan Vermillion
8 = Jaws
Status gigi dalam formulir penilaian kesehatan mulut untuk dewasa dan di
formulir penilaian kesehatan mulut untuk anak-anak.
• pemeriksaan harus dilakukan secara teratur dari satu gigi atau ruang gigi ke gigi
atau gigi yang berdekatan;
28
• jika gigi permanen dan gigi utama menempati ruang gigi yang sama, maka
hanya status gigi permanen yang harus dicatat. Status gigi permanen (mahkota
dan akar) dicatat menggunakan nomor
skor dan status gigi-geligi primer dicatat menggunakan skor huruf di kotak yang
sama.
Entri harus dibuat di setiap kotak yang berkaitan dengan koronal dan akarstatus
gigi. Pada anak-anak, keadaan akar tidak dinilai; karena itu kotak yang sesuai
telah dihilangkan dalam Penilaian Kesehatan Mulut
2.3 Karies
29
2.3.2 Etiologi Karies
a. Host (saliva dan gigi)
Manusia mempunyai bentuk anatomi gigi yang berbeda-beda. Lekuk dan
fisur yang terdapat pada permukaan oklusal gigi memiliki bentuk yang bermacam-
macam dengan kedalaman yang berbeda. Gigi yang mempunyai lekukan yang
dalam merupakan daerah yang sulit untuk dibersihkan dari sisa-sisa makanan,
sehingga plak dapat berkembang dengan cepat dan akan menyebabkan terjadinya
karies gigi. Karies pada gigi desidui mudah terjadi pada permukaan yang halus,
sedangkan pada gigi permanen mudah ditemukan karies di permukaan pit dan
fisur (Ramayanti dan Purnakarya, 2013).
Pit dan fisura pada gigi merupakan daerah gigi yang sangat rentan
terhadap karies oleh karena sisa-sisa makanan maupun bakteri akan mudah
tertumpuk disini. Saliva merupakan sistem pertahanan utama terhadap karies.
Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu glandula parotida, glandula
submandibularis, dan glandula sublingualis, serta beberapa kelenjar saliva kecil.
Sekresi saliva akan membasahi gigi dan mukosa mulut sehingga gigi dan mukosa
tidak menjadi kering. Saliva membersihkan rongga mulut dari debris-debris
makanan sehingga bakteri tidak dapat tumbuh dan berkembang biak. (Prasasti,
2016).
b. Substrat (makanan)
Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang terdapat pada permukaan
enamel. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH
plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi
email. Sintesa polisakharida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat dari pada glukosa,
fruktosa, dan laktosa, sehingga sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik.
Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu dan membutuhkan waktu
30-60 menit untuk kembali ke pH normal (pH = 7). Konsumsi gula yang terlalu
sering dan berulang-ulang akan tetap mengakibatkan pH plak di bawah normal
dan menyebabkan demineralisasi email (Kidd dan Bechal, 2012).
c. Mikroorganisme
30
Mikroorganisme yang berperan dalam menyebabkan karies adalah bakteri
Streptococcus mutans dan Laktobacilus karena di dalam mulut pasien dengan
karies aktif jumlah S. mutans dan Laktobacilus lebih banyak daripada mulut orang
yang bebas karies. Bakteri tersebut bersifat kariogenik karena mampu membuat
asam dari karbohidrat yang dapat difermentasikan. S. mutans dan Laktobacilus
tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel ke permukaan gigi
karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari
karbohidrat makanan. Polisakarida tersebut yang terdiri dari polimer glukosa
menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin, akibatnya
bakteri lain terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain,
sehingga plak semakin menebal dan menghambat fungsi saliva untuk menetralkan
plak tersebut (Kidd dan Bechal, 2012).
d. Waktu
Karies merupakan penyakit yang perkembangannya lambat dan terjadi
secara bertahap, serta ditandai oleh periode demineralisasi dan remineralisasi
(Ramayanti dan Purnakarya, 2013). Karies perkembang menjadi suatu kavitas
membutuhkan waktu yang cukup lama, diperkirakan 6 - 48 bulan (Pintauli &
Hamada, 2008). Karies lebih cepat terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan
orang dewasa (Ramayanti dan Purnakarya, 2013).
31
Desa Sukojember memiliki jumlah penduduk 6.328 jiwa dan 2.266 KK.
Mayoritas penduduk Desa Sukojember merupakan penduduk asli dan sebagian
kecil pendatang dengan dominasi suku Madura dan sebagian kecil suku Jawa.
Mata pencaharian penduduk desa Sukojember adalah sebagian besar pada bidang
pertanian, hanya sebagian kecil yang bekerja pada bidang usaha perdagangan,
peternakan maupun keterampilan. Masyarakat Desa Sukojember sebagian besar
banyak yang beragama Islam.
32
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.3.1Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tindakan berobat sakit gigi
masyarakat Desa Sukojember. Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Pengertian Usaha yang dilakukan seseorang Keadaan gigi geligi seseorang yang
yang mengalami sakit gigi untuk dilihat dari keberadaan tanda klinis
menjelaskan sakitnya disertai upaya karies pada mahkota maupun akar
mencari pengobatan yang sesuai gigi. Tanda klinis karies diperiksa
33
untuk menghilangkan sakitnya. menggunakan probe WHO meliputi
kriteria gigi sehat, yakni gigi tanpa
kavitasi nyata karies meskipun
terdapat kehitaman pada pit dan fisur
gigi; gigi dengan karies, yakni gigi
yang memiliki kavitasi nyata pada pit,
fisur dan permukaan halus dengan
dasar kavitas lunak, gigi dengan
tumpatan sementara dan gigi dengan
mahkota klinis rusak seluruhnya
karena karies dan hanya menyisakan
akar gigi; tumpatan dengan karies,
yakni gigi/akar yang telah ditumpat
dan memiliki struktur yang terkena
karies; tumpatan tanpa karies, yakni
gigi/akar yang telah ditumpat dan
tidak ada tanda-tanda karies pada
struktur gigi; gigi yang dicabut karena
karies, yakni skoring pada mahkota
gigi yang telah dicabut akibat karies.
Alat Ukur Alat ukur yang digunakan untuk Alat ukur yang digunakan untuk
mengukur perilaku berobat sakit gigi mengukur perilaku berobat sakit gigi
warga Desa Sukojember adalah warga Desa Sukojember adalah
kuesioner. kuesioner. Alat ukur yang digunakan
untuk mengukur status kesehatan gigi
dan mulut warga Desa Sukojember
adalah form pemeriksaan indeks WHO
Metode Metode pengukuran untuk mengukur Metode pengukuran untuk mengukur
Pengukuran tindakan berobat sakit gigi warga Desa tindakan berobat sakit gigi warga Desa
Sukojember dilakukan dengan Sukojember dilakukan dengan
34
meminta responden untuk menjawab meminta responden untuk menjawab
seluruh pertanyaan yang ada dalam seluruh pertanyaan yang ada dalam
kuesioner. Jawaban benar diberi nilai kuesioner. Jawaban benar diberi nilai
1 dan jawaban salah diberi nilai 0. 1 dan jawaban salah diberi nilai 0.
Metode pengukuran untuk mengetahui
status kesehatan gigi dan mulut warga
Desa Sukojember menggunakan form
indeks WHO meliputi pemeriksaan
status gigi geligi, periodontal,
kehilangan perlekatan, fluorosis email,
erosi gigi, lesi mukosa oral, kebutuhan
perawatan segera dan gigi tiruan. Hasil
pemeriksaan difokuskan pada status
gigi geligi.
35
Keterangan :
n = jumlah subyek penelitian.
P = proporsi populasi.
d = derajat kesalahan yang diterima dalam proporsi (10%).
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini :
= 246,12
Jadi, subyek penelitian yang dibutuhkan dibulatkan menjadi 250 warga
Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember yang terbagi dalam 3
dusun yaitu :
Dusun Krajan Timur = 81 warga
Dusun Leces 1 = 80 warga
Dusun Cangkring = 89 warga
36
2. Bukan masyarakat Dusun Krajan Timur, Leces 1 dan Cangkring
Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
3. Masyarakat dengan usia < 17 dan > 65 tahun
4. Ada kendala komunikasi
5. Tidak bersedia mengisi kuesioner
6. Tidak bersedia diperiksa rongga mulutnya
37
3.7 Prosedur Penelitian
38
3.7.3 Trial Penelitian
Trial penelitian dilakukan pada hari Rabu, 29 Agustus 2018 kepada 60
warga Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember yang tersebar di
Dusun Krajan Timur, Leces 1 dan Cangkring menggunakan kuesioner yang terdiri
dari 15 pertanyaan dan pemeriksaan status kesehatan gigi dan mulut
menggunakan form pemeriksaan indeks WHO.
39
4. Pengukuran indeks pemeriksaan gigi WHO
5. Scoring
6. Tabulasi data
7. Analisa data
40
Sukojember. Data disajikan dalam bentuk diagram untuk dideskripsikan serta
menunjukkan hasil analisa data.
41
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Hasil kuesioner tindakan berobat gigi pada masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Hasil kuesioner tindakan berobat gigi pada masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember menunjukkan bahwa
masyarakat dusun Krajan Timur dengan jumlah populasi 81 orang,
berdasarkan kuesioner tindakan berobat gigi 35 orang termasuk dalam
kategori buruk. 29 orang termasuk dalam kategori sedang, dan 17 orang
termasuk dalam kategori baik. Masyarakat dusun Leces 1 dengan jumlah
populasi 80 orang, berdasarkan kuesioner tindakan berobat gigi 35 orang
termasuk dalam kategori buruk, 30 orang termasuk dalam kategori sedang,
dan 15 orang termasuk dalam kategori baik. Masyarakat dusun Cangkring
dengan jumlah populasi 89 orang, berdasarkan kuesioner tindakan berobat
gigi 33 orang termasuk dalam kategori buruk, 42 orang termasuk dalam
kategori sedang, dan 14 orang termasuk dalam kategori baik. Hasil
kuesioner tindakan berobat gigi pada masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ditampilkan pada Gambar 4.1.
42
Gambar 4.1 Hasil kuesioner tindakan berobat gigi pada masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
4.1.2 Hasil Pemeriksaan Status Gigi Geligi pada Masyarakat Desa Sukojember
Kabupaten Jember
Hasil pemeriksaan status gigi geligi pada mahkota gigi masyarakat
Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk menunjukkan bahwa masyarakat
Dusun Krajan Timur memiliki mahkota gigi sehat sejumlah 20,5 gigi per
individu, mahkota gigi karies sejumlah 5,6 gigi per individu, mahkota gigi
ditumpat dengan karies dan tanpa karies sejumlah 0 gigi per individu, gigi
yang dicabut akibat karies sejumlah 0,8 gigi per individu, gigi yang dicabut
karena sebab lain selain karies gigi sejumlah 0,1 gigi per individu, gigi yang
dirawat fissure sealant dan protesa cekat/mahkota cekat/imlant/veneer
sejumlah 0 gigi per individu, gigi yang belum ataupun tidak tumbuh
sejumlah 1,9 gigi per individu dan kondisi gigi lain diluar kriteria
pemeriksaan sejumlah 3,3 gigi per individu.
Hasil pemeriksaan juga menunjukkan Masyarakat Dusun Leces 1
memiliki mahkota gigi sehat sejumlah 19,5 gigi per individu, mahkota gigi
karies sejumlah 7 gigi per individu, mahkota gigi ditumpat dengan karies
dan tanpa karies sejumlah 0 gigi per individu, gigi yang dicabut akibat
karies sejumlah 0,7 gigi per individu, gigi yang dicabut karena sebab lain
43
selain karies sejumlah 0 gigi per individu, gigi yang dirawat fissure sealant
sejumlah 0 gigi per individu, gigi dengan protesa cekat/mahkota
cekat/imlant/veneer sejumlah 0,1 gigi per individu, gigi yang belum ataupun
tidak tumbuh sejumlah 2,1 gigi per individu dan kondisi gigi lain diluar
kriteria pemeriksaan sejumlah 2,5 gigi per individu.
Hasil pemeriksaan status gigi geligi menunjukkan masyarakat Dusun
Cangkring memiliki mahkota gigi sehat sejumlah 19,7 gigi per individu,
mahkota gigi karies sejumlah 7,2 gigi per individu, mahkota gigi ditumpat
dengan karies dan tanpa karies sejumlah 0 gigi per individu, gigi yang
dicabut akibat karies sejumlah 0,9 gigi per individu, gigi yang dicabut
karena sebab lain selain karies gigi sejumlah 0,2 gigi per individu, gigi yang
dirawat fissure sealant dan protesa cekat/mahkota cekat/imlant/veneer
sejumlah 0 gigi per individu, gigi yang belum ataupun tidak tumbuh
sejumlah 1,9 gigi per individu dan kondisi gigi lain diluar kriteria
pemeriksaan sejumlah 1,8 gigi per individu. Hasil pemeriksaan status gigi
geligi pada mahkota gigi masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk
Kabupaten Jember ditampilkan pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Hasil pemeriksaan status gigi geligi pada mahkota gigi masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
44
Hasil pemeriksaan status gigi geligi pada akar gigi masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Krajan
Timur memiliki akar gigi sehat sejumlah 1,7 akar gigi per individu, karies pada
akar gigi sejumlah 0,4 akar gigi per individu, akar gigi yang ditumpat dengan
karies dan tanpa karies sejumlah 0 akar gigi per individu, akar gigi yang dicabut
akibat karies maupun sebab lain sejumlah 0,8 akar gigi per individu, akar gigi
dengan protesa cekat/mahkota cekat/imlant/veneer sejumlah 0 akar gigi per
individu, akar gigi yang tidak terekspos sejumlah 28,9 akar gigi per individu dan
kondisi akar gigi lain diluar kriteria pemeriksaan sejumlah 0,1 akar gigi per
individu.
Hasil pemeriksaan status gigi geligi pada akar gigi juga menunjukkan
bahwa masyarakat Dusun Leces 1 memiliki akar gigi sehat sejumlah 1 akar gigi
per individu, karies pada akar gigi sejumlah 0 akar gigi per individu, akar gigi
yang ditumpat dengan karies dan tanpa karies per individu sejumlah 0 akar gigi
per individu, akar gigi yang dicabut akibat karies maupun sebab lain sejumlah 1
akar gigi per individu, akar gigi dengan protesa cekat/mahkota
cekat/imlant/veneer sejumlah 0,1 akar gigi per individu, akar gigi yang tidak
terekspos sejumlah 29,8 akar gigi per individu dan kondisi akar gigi lain diluar
kriteria pemeriksaan sejumlah 0 akar gigi per individu.
Hasil pemeriksaan status gigi geligi pada akar gigi menunjukkan bahwa
masyarakat Dusun Cangkring memiliki akar gigi sehat sejumlah 1,2 akar gigi per
individu, karies pada akar gigi sejumlah 0,4 akar gigi per individu, akar gigi yang
ditumpat dengan karies dan tanpa karies per individu sejumlah 0 akar gigi per
individu, akar gigi yang dicabut akibat karies maupun sebab lain sejumlah 1,4
akar gigi per individu, akar gigi dengan protesa cekat/mahkota
cekat/imlant/veneer sejumlah 0 akar gigi per individu, akar gigi yang tidak
terekspos sejumlah 28,8 akar gigi per individu dan kondisi akar gigi lain diluar
kriteria pemeriksaan sejumlah 0,1 akar gigi per individu. Hasil pemeriksaan status
gigi geligi pada akar gigi masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk
Kabupaten Jember ditampilkan pada Gambar 4.3.
45
Gambar 4.3 Hasil pemeriksaan status gigi geligi pada akar gigi masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
46
Berdasarkan nilai rata-rata individu status periodontal perdarahan
gingiva didapatkan nilai tertinggi untuk kriteria kondisi gusi yang sehat
adalah Dusun Cangkring sebesar 19,4 sedangkan nilai terendah pada Dusun
Krajan Timur sebesar 16,5. Nilai tertinggi untuk kriteria gusi yang
mengalami perdarahan adalah Dusun Krajan Timur sebesar 10,7 sedangkan
nilai terendah adalah Dusun Cangkring sebesar 8,4. Nilai tertinggi untuk
kriteria gigi eksklusi adalah Dusun Krajan Timur sebesar 1,9 sedangkan
nilai terendah adalah Dusun Cangkring sebesar 1,1. Nilai tertinggi untuk
kriteria gigi geligi yang tidak ada adalah Dusun Krajan Timur sebesar 3,1
dan Cangkring sedangkan nilai terendah adalah Dusun Leces 1 sebesar 2,7.
Hasil pemeriksaan status periodontal (perdarahan gingiva) pada masyarakat
Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ditampilkan pada
Gambar 4.4.
Gambar 4.4 ..Hasil Pemeriksaan Status Periodontal pada Masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
48
Gambar 4.5. Hasil pemeriksaan status periodontal (Poket) pada masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
50
Gambar 4.6. Hasil pemeriksaan kehilangan perlekatan pada masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
0 : Normal
1 : Meragukan
2 : Sangat Ringan
3 : Ringan
4 : Sedang
5 : Berat
8 : Gigi di-eksklusi (mahkota, tambalan, bracket)
9 : Tidak dapat dicatat (gigi belum erupsi)
52
Gambar 4.7. Hasil pemeriksaan fluorosis email pada masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
4.1.6 Hasil Kuesioner Pemeriksaan Keparahan Erosi Gigi pada Masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Erosi gigi dibagi menjadi 4 kategori, antara lain:
0 : Tidak ada tanda erosi
1 : Erosi pada email
2 : Erosi pada dentin
3 : Keterlibatan pulpa
Berdasarkan hasil pemeriksaan keparahan erosi menurut form
WHO pada masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember dibagi menjadi 3 dusun, yaitu dusun Krajan Timur, dusun
Cangkring dan dusun Leces 1. Pada kategori 0 atau tidak ada tanda erosi di
dusun Cangkring menunjukkan sebanyak 82 orang hasil ini menunjukkan
angka paling tinggi di desa Sukojember. Hasil keparahan erosi dusun
Krajan Timur menunjukkan angka paling rendah yaitu sebesar 72 orang,
sedangkan dusun Leces 1 sebanyak 77 orang.
Hasil keparahan erosi yang tergolong kategori 1 atau erosi pada
email pada tiap dusun berbeda-beda. Sebesar 13 orang pada desa
Cangkring merupakan hasil paling tinggi pada kategori 1, sedangkan desa
Leces 1 sebanyak 6 orang kategori 1 atau erosi pada email dan merupakan
53
hasil yang paling rendah di Desa Sukojember. Selain itu juga terdapat
kategori 2 atau erosi pada dentin. Berdasarkan pemeriksaan keparahan
erosi menurut form WHO dusun Krajan Timur memiliki nilai yang tinggi
sebanyak 4 orang dan merupakan nilai yang paling tinggi di desa
Sukojember sedangkan nilai paling rendah di dusun Leces 1 yaitu tidak
ada masyarakat yang mengalami erosi pada dentin. Pada kategori 3 atau
erosi ketelibatan pulpa paling tinggi pada dusun Leces 1 yaitu sebanyak 3
orang merupakan paling tinggi di Desa Sukojember sedangkan pada dua
dusun lainnya yaitu Krajan Timur dan Cangkring tidak ada masyarakat
yang mengalami kaparahan erosi melibatkan pulpa. Hasil pemeriksaan
gigi berdasarkan keparahan erosi gigi ditunjukkan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Hasil pemeriksaan keparahan erosi gigi pada masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
4.1.7 Hasil Kuesioner Pemeriksaan Lesi Mukosa Oral pada Masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Hasil pemeriksaan lesi mukosa oral pada Masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember menunjukkan bahwa
sebanyak 67 orang di Dusun Krajan Timur tidak memiliki lesi mukosa oral
(normal), 74 orang di Dusun Leces 1 tidak memiliki lesi mukosa oral
54
(normal) dan 65 orang di Dusun Cangkring tidak memilikki lesi mukosa
oral (normal). Sebanyak 5 orang dari Dusun Krajan Timur menderita lesi
mukosa oral berupa RAS, 3 orang dari dusun Leces 1 menderita lesi
mukosa oral berupa RAS dan 12 orang dari Dusun Cangkring menderita
RAS. Ketiga dusun tidak ada yang menderita lesi mukosa oral yang
mengarah keganasan. Sebanyak 8 orang dari Dusun Krajan Timur menderita
lesi lain, 2 orang dari Dusun Leces 1 menderita lesi lain dan 11 orang dari
Dusun Cangkring menderita lesi lain. Berdasarkan penjelasan tersebut
menunjukkan bahwa jumlah tertinggi dari ketiga dusun tidak memiliki lesi
mukosa oral (normal). Hasil pemeriksaan lesi mukosa oral pada masyarakat
Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ditampilkan pada
Gambar 4.9.
Gambar 4.9. Hasil pemeriksaan lesi mukosa oral pada masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
55
dari Dusun Leces 1 tidak membutuhkan perawatan dan 15 orang dari
Dusun Cangkring. Sebanyak 70 orang dari Dusun Krajan Timur
memerlukan perawatan tetapi tidak segera, 68 orang dari Dusun Leces 1
memerlukan perawatan tetapi tidak segera dan 64 dari Dusun Cangkring
memerlukan perawatan tetapi tidak segera. Sebanyak 4 orang dari Dusun
Krajan Timur memerlukan perawatan segera, 4 orang dari Dusun Leces 1
memerlukan perawatan segera dan 10 orang dari Dusun Cangkring
memerlukan perawatan segera. Berdasarkan penjelasan tersebut
menunjukkan bahwa jumlah paling tinggi dari ketiga dusun adalah
memerlukan perawatan tetapi tidak segera. Hasil pemeriksaan kebutuhan
perawatan segera pada masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk
Kabupaten Jember ditampilkan pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10. Hasil pemeriksaan kebutuhan perawatan segera pada masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Gambar 4.11. Hasil pemeriksaan penggunaan gigi tiruan (RA-RB) pada masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
4.1.10 Hasil Kuesioner Tindakan Berobat Gigi dengan Jenis Kelamin Masyarakat
Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Hasil kuesioner tindakan berobat gigi dengan jenis kelamin pada
masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
menunjukkan bahwa laki-laki sebanyak 46 orang termasuk kedalam
tindakan berobat gigi kategori buruk dan perempuan sebanyak 56 orang
termasuk kedalam tindakan berobat gigi kategori buruk. Laki-laki
sebanyak 42 orang termasuk kedalam tindakan berobat gigi kategori
57
sedang dan perempuan sebanyak 59 orang termasuk kedalam tindakan
berobat gigi kategori sedang. Laki-laki sebanyak 15 orang termasuk
kedalam tindakan berobat gigi kategori baik dan perempuan sebanyak 32
orang termasuk kedalam tindakan berobat gigi kategori baik. Berdasarkan
penjelasan tersebut menunjukkan bahwa tindakan berobat gigi pada
masyarakat Desa Sukojember dengan jenis kelamin perempuan paling
banyak pada kategori sedang yaitu sebanyak 59 orang dan jenis kelamin
laki-laki paling banyak pada kategori buruk yaitu sebanyak 46 orang. Hasil
kuesioner tindakan berobat gigi dengan jenis kelamin pada masyarakat
Desa Sukojember ditampilkan pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Hasil kuesioner tindakan berobat gigi dengan jenis kelamin pada
masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
58
orang, kategori sedang sebanyak 24 orang, dan kategori baik sebanyak 19
orang. Dewasa akhir umur 36-45 tahun pada kategori buruk sebanyak 32
orang, kategori sedang sebanyak 26 orang dan kategori baik sebanyak 8
orang. Lansia awal umur 46-55 tahun pada kategori buruk sebanyak 20
orang, kategori sedang sebanyak 13 orang, dan kategori baik sebanyak 2
orang. Lansia akhir umur 56-65 tahun pada kategori buruk sebanyak 8
orang, kategori sedang sebanyak 12 orang dan kategori baik sebanyak 2
orang. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa tindakan
berobat gigi pada masyarakat Desa Sukojember pada kategori buruk paling
banyak pada dewasa akhir dengan umur 36-45 tahun yaitu sebanyak 32
orang. Kategori sedang paling banyak pada dewasa akhir umur 36-45
tahun dan remaja akhir umur 17-25 tahun yaitu sebanyak 26 orang.
Kategori baik paling banyak pada dewasa awal umur 26-35 tahun yaitu
sebanyak 19 orang. Hasil kuesioner tindakan berobat gigi dengan umur
pada masyarakat Desa Sukojember ditampilkan pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13. Hasil kuesioner tindakan berobat gigi dengan umur pada masyarakat Desa
Sukojember
59
4.1.12 Hasil Kuesioner Tindakan Berobat Gigi berdasarkan Tingkat Pendidikan
Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Hasil kuesioner tindakan berobat gigi pada masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember menunjukkan bahwa
sebanyak 9 orang tidak sekolah termasuk dalam kategori buruk, 66 orang
dengan tingkat pendidikan SD/MI termasuk dalam kategori buruk, 23
orang dengan tingkat pendidikan SMP/MTS termasuk dalam kategori
buruk, 4 orang dengan tingkat pendidikan SMA/MA/SMK dalam kategori
buruk, 7 orang tidak sekolah termasuk dalam kategori sedang, 57 orang
dengan tingkat pendidikan SD/MI termasuk dalam kategori sedang, 25
orang dengan tingkat pendidikan SMP/MTS termasuk dalam kategori
sedang, 12 orang dengan tingkat pendidikan SMA/MA/SMK termasuk
dalam kategori sedang, dan 1 orang dengan tingkat pendidikan S1
termasuk dalam kategori sedang, 22 orang dengan tingkat pendidikan
SD/MI termasuk dalam kategori baik, 22 orang dengan tingkat pendidikan
SMP/MTS termasuk dalam kategori baik, 14 orang dengan tingkat
pendidikan SMA/MA/SMK dalam kategori baik, dan 1 orang dengan
tingkat pendidikan S1. Hasil kuesioner tindakan berobat gigi pada
masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
ditampilkan pada diagram 4.19. Berdasarkan penjelasan tersebut
menunjukkan bahwa tindakan berobat gigi pada masyarakat Desa
Sukojember dengan tingkat pendidikan tidak sekolah paling banyak pada
kategori buruk yaitu sebanyak 9 orang, tingkat pendidikan SD/MI paling
banyak pada kategori buruk yaitu sebanyak 66 orang, tingkat pendidikan
SMP/MTS paling banyak pada kategori sedang yaitu sebanyak 25 orang,
tingkat pendidikan SMA/MA/SMK paling banyak pada kategori sedang
yaitu sebanyak 12 orang, dan tingkat pendidikan S1 paling banyak pada
kategori baik dan sedang yaitu sebanyak 1 orang. Hasil Kuesioner
Tindakan Berobat Gigi berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa
Sukojember ditunjukkan pada diagram 4.14.
60
Gambar 4.14. Hasil kuesioner tindakan berobat gigi berdasarkan tingkat pendidikan
masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
61
Gigi berdasarkan Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Sukojember
ditunjukkan pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15 Hasil Kuesioner Tindakan Berobat Gigi berdasarkan Jenis Pekerjaan
.Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa data hasil kuesioner tindakan berobat sakit
gigi serta data status kesehatan gigi dan mulut pada mahkota dan akar gigi
62
memiliki nilai signifikansi 0,00 (p<0,05) yang berarti data tersebut tidak
terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa data hasil
kuesioner tindakan berobat sakit gigi memiliki nilai signifikansi 0,015 (p<0,05)
serta data status kesehatan gigi dan mulut pada mahkota dan akar gigi memiliki
nilai signifikansi 0,00 (p<0,05) yang berarti data tersebut tidak homogen.
Penelitian ini terdapat variabel tindakan berobat sakit gigi masyarakat
Desa Sukojember. Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember, dimana skala datanya
ordinal karena memiliki beberapa kategori dari hasil skor kuesioner serta terdapat
variabel status kesehatan gigi dan mulut warga Desa Sukojember yang dapat
dilihat dari hasil pemeriksaan gigi geligi menggunakan form WHO dimana skala
datanya berupa nominal. Kesimpulan dari uji normalitas dan homogenitas
didapatkan hasil berupa data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen.
Selanjutnya data diuji Spearman correlation untuk mengetahui hubungan dari
variabel tindakan berobat sakit gigi dan variabel status kesehatan gigi dan mulut.
Hasil uji Spearman correlation dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Variabel N r p Keterangan
63
pada akar
64
correlation variabel tindakan berobat sakit gigi dengan tumpatan tanpa karies
pada akar tidak dapat diuji karena memiliki nilai yang konstan. Hasil analisa
hubungan uji Spearman correlation variabel tindakan berobat sakit gigi dengan
gigi dicabut karena karies dengan nilai signifikansi 0.319 (p>0.05) dan angka
korelasi 0.063 yang berarti tidak ada hubungan antara tindakan berobat sakit gigi
dengan gigi dicabut karena karies dengan korelasi kedua variabel kuat.
4.3 Pembahasan
Hasil kuesioner tindakan berobat sakit gigi pada masyarakat Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember pada Gambar 4.1
menunjukkan bahwa masyarakat Dusun Krajan Timur, Dusun Leces 1 dan Dusun
Cangkring tindakan berobat sakit gigi banyak yang termasuk dalam kategori
buruk. Munculnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah
satunya adalah dikarenakan oleh faktor perilaku atau sikap mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut. Hal ini sejalan dengan pernyataan oleh Chairunnisa
(2017) yang menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan akan pentingnya
pemeliharaan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi karies gigi yaitu perilaku
menyikat gigi yang meliputi rutin sikat gigi, frekuensi menyikat gigi, waktu
menyikat gigi, teknik menyikat gigi dan jenis pasta gigi. Kebersihan mulut dapat
dipelihara dengan menyikat gigi dan melakukan pembersihan gigi dengan benang
pembersih gigi. Pentingnya upaya ini adalah untuk menghilangkan plak yang
menempel pada gigi. Perilaku konsumsi makanan kariogenik dapat menyebabkan
karies dapat dilihat dari intensitas konsumsi makanan kariogenik dan waktu
konsumsi makanan kariogenik. Termasuk dalam golongan makanan kariogenik,
yaitu makanan yang dapat memicu timbulnya kerusakan gigi adalah makanan
yang kaya akan gula. Perilaku menjaga kesehatan yaitu dengan rutin ke dokter
gigi 6 bulan sekali. Perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dapat berupa tindakan saat ada keluhan gigi dan pernah mendapatkan perawatan
gigi serta tempat mendapatkan perawatan (Noviani, 2010).
65
Pola berobat gigi seseorang dapat beragam, tergantung dari pengalaman
keluhan sakit gigi yang pernah dialami, kondisi sosial ekonomi, perawatan yang
pernah diterima, sarana akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, dan sarana
prasarana pelayanan kesehatan gigi (Sintawati, 2016). Tindakan adalah tingkat
pengetahuan yang berbaur dengan sikap dan dimiliki oleh kontrol pribadi
seseorang (Budiharto, 2013). Tindakan masyarakat pedesaan terhadap penyakit
gigi dan mulut ketika mengalami masalah gigi dan mulut, mereka masih
menggunakan cara tradisional sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman
sendiri, atau dengan bantuan orang lain yang bukan berprofesi sebagai dokter gigi
(Alamsyah, 2010). Hal yang sangat mempengaruhi masalah tersebut adalah faktor
pendidikan dan ekonomi dari masyarakat,yang berpengaruh pada
pengetahuan,sikap dan perilaku pola hidup sehat masyarakat. Dari segi ekonomi
dapat dilihat dimana Desa Sukojember termasuk daerah pedalaman. Segi sosial
dapat dilihat dari kurangnya sosialisasi tentang kesehatan gigi dan mulut. Selain
itu kurangnya tenaga medis yang dibutuhkan (Menurut ketua Persatuan Dokter
Gigi Indonesia/PDGI Pusat, Emmyr F Moe,saat ini perbandingan jumlah dokter
gigi dengan penduduk di Indonesia mencapai 1:17.500. Artinya, satu dokter gigi
masih melayani 17.500 orang pasien per tahun,dan pada tahun
2008,berbanding1:12.000).
Hasil Pemeriksaan Status Gigi Geligi pada Masyarakat Desa Sukojember
Kabupaten Jember pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat
memiliki 20-21 gigi sehat dalam rongga mulutnya. Hal ini berarti terdapat sekitar
12 gigi dalam rongga mulut tiap individu yang tidak dapat berfungsi secara
optimal yang kemungkinan disebabkan oleh adanya karies maupun kehilangan
gigi. Data hasil pemeriksaan menunjukkan tiap individu di Desa Sukojember
memiliki 6-7 karies dalam rongga mulutnya. Manusia umumnya memiliki 32 gigi
dalam rongga mulutnya yang berperan dalam proses pengunyahan, berbicara dan
estetik (Sutanto, 2014). Karies gigi memiliki kedalaman yang bervariasi, mulai
dari superfisial, media, profunda hingga profunda perforasi. Umumnya, karies
superfisial tidak menimbulkan keluhan sehingga sering diabaikan masyarakat.
Karies gigi yang tidak dirawat selanjutnya akan berkembang hingga dapat
66
menginfeksi jaringan pulpa. Karies yang telah menginfeksi hingga jaringan pulpa
akan menimbulkan keluhan berupa rasa sakit yang mengganggu seseorang dalam
beraktifitas. Dengan demikian, karies gigi dapat mempengaruhi kualitas hidup
seseorang. Hal ini didukung oleh penelitian Rianti (2016), yang mana semakin
dalam kedalaman karies gigi, semakin menurun kualitas hidup yang berhubungan
dengan kesehatan mulut seseorang.
Faktor- Faktor Penyebab Karies Gigi antara lain host (saliva dan gigi),
substrat, mikroorganisme, dan waktu. Plak yang mengandung bakteri merupakan
awal bagi terbentuknya karies. Daerah gigi yang memudahkan perlekatan plak
sangat mungkin diserang karies. Variasi morfologi pada gigi juga mempengaruhi
resistensi gigi terhadap karies. Pit dan fisura pada gigi merupakan daerah gigi
yang sangat rentan terhadap karies oleh karena sisa-sisa makanan maupun bakteri
akan mudah tertumpuk disini. Saliva merupakan sistem pertahanan utama
terhadap karies. Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu glandula
parotida, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, serta beberapa
kelenjar saliva kecil. Sekresi saliva akan membasahi gigi dan mukosa mulut
sehingga gigi dan mukosa tidak menjadi kering. Saliva membersihkan rongga
mulut dari debris-debris makanan sehingga bakteri tidak dapat tumbuh dan
berkembang biak. Aliran saliva yang baik akan cenderung membersihkan mulut
termasuk melarutkan gula serta mengurangi potensi kelengketan makanan
(Prasasti, 2016). Faktor substrat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang terdapat pada
permukaan enamel. Substrat dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam
plak dengan menyediakan bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta
bahan aktif lain yang menyebabkan timbulnya karies (Fatmawati, 2011).
Mikroorganisme yang berperan dalam menyebabkan karies adalah bakteri
Streptococcus mutans dan Laktobacilus karena di dalam mulut pasien dengan
karies aktif jumlah S. mutans dan Laktobacilus lebih banyak daripada mulut orang
yang bebas karies. Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta alam dan
frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Secara umum, lamanya waktu
67
yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup
bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.(Prasasti, 2016).
Hasil pemeriksaan akar gigi pada Gambar 4.3 menunjukkan masyarakat
Desa Sukojember memiliki akar gigi sehat sejumlah 1-2 akar gigi per individu.
Akar gigi sehat yang dimaksud dalam pemeriksaan ialah akar gigi yang
terkekspos namun tidak mengalami karies, dimana pada gigi yang bersangkutan
ditemukan adanya resesi gingiva. Sedangkan untuk akar gigi yang mengalami
karies kurang dari 1 akar gigi. Karies akar yang dimaksud ialah karies pada akar
gigi yang terkespos tanpa melibatkan mahkota gigi (WHO, 2013). Karies akar
biasanya terjadi disebelah apikal dari CEJ yang disebabkan oleh bakteri plak dan
konsumsi gula. Permukaan akar lebih rentan mengalami demineralisasi dibanding
enamel, sebab sementum bersifat lebih lunak dibanding enamel dan akan
mengalami demineralisasi pada pH 6,7. Umumnya karies akar tidak akan
berkembang apabila gingiva sehat dan tidak terdapat plak (Markose, 2016). Baik
karies pada mahkota maupun akar gigi apabila tidak dilakukan perawatan dapat
berdampak pada kehilangan gigi dan berpengaruh pada kualitas hidup (Rianti,
2016).
Pada kenyataannya, kesadaran masyarakat Desa Sukojember untuk
merawat giginya yang terkena karies masih sangat rendah. Hal ini ditunjukkan
dari hasil pemeriksaan, dimana dari 250 responden yang diperiksa tidak
ditemukan adanya gigi maupun akar gigi yang ditumpat. Berdasarkan penelitian
Heta, dkk (2016), tindakan menambal gigi memiliki hubungan bermakna dengan
pengetahuan seseorang. Pengetahuan merupakan domain penting dalam
pembentukan tindakan seseorang. Seseorang dengan pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut rendah cenderung beresiko memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut
serta lebih takut untuk melakukan kunjungan ke dokter gigi. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian, dimana dari hasil kuesioner diketahui sebesar 22%
responden mengaku takut untuk berobat ke dokter gigi. Dengan demikian, diduga
pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut di Desa Sukojember
masih rendah sehingga berpengaruh terhadap tindakan menambal gigi.
68
Karies gigi yang tidak dilakukan perawatan pada akhirnya dpaat
menyebabkan kehilangan gigi (Saintrain dkk, 2012). Berdasarkan hasil
pemeriksaan, masyarakat Desa Sukojember mengalami kehilangan gigi sejumlah
1 gigi yang dicabut karena karies dan 0 gigi yang dicabut akibat sebab lain.
Kehilangan gigi ini memang tidak banyak dikeluhkan oleh masyrakat namun
dapat mempengaruhi kualitas hidup. Menurut Gerritsen dalam Siagian (2016),
kehilangan satu atau beberapa gigi dapat menyebabkan gangguan fungsi dan
estetika yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Kehilangan gigi
dapat berpengaruh terhadap aktivitas sosial, sebab kehilangan gigi dapat
mempengaruhi penampilan estetik, mengganggu sistem mastikasi dan
kenyamanan bicara. Dengan demikian, kehilangan gigi dapat berpengaruh pada
fisik dan psikologis seseorang (Siagian, 2016).
Hasil pemeriksaan status periodontal (perdarahan gingiva) pada Gambar
4.4 menunjukkan bahwa perdarahan gingiva dapat dihubungkan dengan
rendahnya kebersihan rongga mulut (oral hygiene). Hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa adanya perdarahan gingiva yang tinggi sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa penyakit periodontal terjadi karena adanya faktor primer
berupa iritasi bakteri dan faktor sekunder berupa faktor lokal dan sistemik. Faktor
lokal dapat berupa: restorasi yang keliru, kavitas karies, tumpukan sisa makanan,
geligi tiruan yang desainya tidak baik, alat ortodonti, susunan gigi-geligi yang
tidak teratur, kurangnya seal bibir atau kebiasaan bernafas melalui mulut, dan
merokok. Faktor sistemik dapat berupa: faktor genetik, nutrisional, hormonal, dan
hematologi (penyakit darah) (Madson, 2012).
Hasil pemeriksaan status periodontal (skor poket) pada Gambar 4.5
menunjukkan bahwa sedikit masyarakat Desa Sukojember yang ditemukan
adanya poket. Kebersihan mulut masyarakat Desa Sukojember termasuk dalam
kategori sedang. Kebersihan mulut yang tidak dipelihara dengan baik kana
menimbulkan penyakit di rongga mulut. Penyakit periodontal seperti periodontitis
dan gingivitis merupakan akibat dari kebersihan mulut yang buruk (Bassuni dkk,
2014), hal tersebut sesuai dengan hasil orientasi yang didapatkan bahwa skor
69
OHI-S masyarakat Desa Sukojember masuk pada kategori sedang namun tidak
sampai menimbulkan terbentuknya poket.
Hasil pemeriksaan kehilangan perlekatan gigi pada Gambar 4.6 di
masyarakat Desa Sukojember yaitu dusun Krajan Timur, Leces 1 dan Cangkring
menunjukkan hasil yang rendah terutama pada dusun Leces 1. Kehilangan
perlekatan gigi dimasyarakat terjadi pada usia rata-rata 40 tahun keatas dan lebih
parah terjadi pada usia 60 tahun. Menurut laporan RISKESDAS (Riset Kesehatan
Nasional) 2013 angka prevalensi nasional penyakit gigi dan mulut sebesar 25,9%.
Kehilangan gigi nasional pada usia 35-44 tahun sebesar sebesar 0,4% yang
semakin meningkat pada usia 65 tahun ke atas (17,6%). Kehilangan perlekatan
gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak muncul di
masyarakat sehingga sering menggangu fungsi pengunyahan, estetis, bahkan
hubungan sosial. Kehilangan perlekatan gigi disebabkan oleh karies dan penyakit
periodontal. Kehilangan perlekatan gigi juga dapat dihubungkan dengan tingkat
sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan penghasilan (Siagian, 2016).
Hasil pemeriksaan fluorosis email ditunjukkan pada Gambar 4.7.
Prevalensi fluorosis email di Indonesia bervariasi tergantung tinggi-rendahnya
kadar fluorida yang terdapat dalam air tanah yang digunakan sebagai konsumsi air
minum masyarakat. Berdasarkan hasil pemeriksaan gigi fluorosis menurut form
WHO pada masyarakat Desa Sukojember yang dibagi menjadi 3 dusun, yaitu
dusun Krajan Timur, dusun Cangkring dan dusun Leces 1 menunjukkan sebagian
besar masyarakat tidak mengalami fluorosis gigi dan sedikit masyarakat saja yang
mengalami fluorosis. Fluorosis yang diderita masyarakat Desa Sukojember
termasuk pada kategori yang ringan. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
desa Sukojember memiliki kadar fluorida dalam air tanah yang digunakan sebagai
konsumsi air minum rendah, sehingga prevalensi masyarakat yang mengalami
fluorosis gigi rendah. Menurut penelitian Mariati (2015) menyatakan bahwa
Fluorosis gigi merupakan suatu kelainan struktur email yang disebabkan oleh
asupan fluor berlebih selama periode pembentukan gigi. Tanda awal gigi terpapar
fluor berlebih ialah email yang tampak berbintik-bintik, disebut mottled enamel.
Bintik-bintik ini bisa berwarna kuning atau coklat akibat permukaan email gigi
70
yang tidak sempurna. Istilah mottled enamel digunakan untuk menggambarkan
beberapa gejala dan akibat dari fluorosis gigi atau fluorosis endemik. Selain
karena kandungan flourida dalam air minum keparahan fluorosis gigi juga dapat
disebabkan karena tingkat aktivitas fisik individu, faktor gizi dan pertumbuhan
tulang.
Hasil pemeriksaan keparahan erosi gigi ditunjukkan pada Gambar 4.8
pada masyarakat Desa Sukojember yang dibagi menjadi 3 dusun, yaitu dusun
Krajan Timur, dusun Cangkring dan dusun Leces menunjukkan sebagian besar
masyarakat tidak mengalami erosi gigi dan sedikit masyarakat saja yang
mengalami erosi ringan yaitu erosi pada email saja. Erosi gigi ditandai dengan
berkontaknya asam dengan permukaan gigi tanpa adanya keterlibatan bakteri.
Erosi pada email gigi dapat disebabkan oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik.
Faktor ekstrinsik penyebab erosi gigi antara lain, asam yang terdapat dalam
makanan, minuman dan obat-obatan (Sungkar dkk, 2016).
Hasil pemeriksaan lesi mukosa oral ditunjukkan pada Gambar 4.9 di
Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember menunjukkan
bahwa sebanyak 67 orang di Dusun Krajan Timur, 74 orang di Dusun Leces 1,
dan 65 orang di Dusun Cangkring tidak memiliki lesi mukosa oral atau kondisi
gusinya dalam keadaan sehat / normal. Sebanyak 5 orang dari Dusun Krajan
Timur menderita lesi mukosa oral berupa SAR (Stomatitis Apthous Rekuren)
atau sariawan, begitu pula 3 orang dari dusun Leces 1 dan 12 orang dari Dusun
Cangkring memiliki kondisi yang sama. Ketiga dusun tidak ada yang menderita
lesi mukosa oral yang mengarah pada keganasan. Sebanyak 8 orang dari Dusun
Krajan Timur, 2 orang dari Dusun Leces 1, dan 11 orang dari Dusun Cangkring
menderita lesi lain. Lesi lain dapat berupa infeksi jamur pada rongga mulut
(Candida sp.), scrotal tongue, atropi glossitis, hairy tongue dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa kondisi tertinggi dari ketiga
dusun yaitu tidak memiliki lesi mukosa oral (normal). Hal ini didukung oleh
penelitian Akbar (2014) yang menunjukkan bahwa rendahnya tingkat keganasan
rongga mulut penduduk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember oleh karena
rendahnya kebiasaan merokok, menyirih, dan menyusur masyarakat setempat.
71
Hasil Pemeriksaan Kebutuhan Perawatan Segera ditunjukkan Gambar
4.10 pada Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Hasil kuesioner tindakan berobat gigi pada Masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember menunjukkan bahwa 7 orang dari Dusun
Krajan Timur, 8 Orang dari Dusun Leces 1 dan 15 orang dari Dusun Cangkring
tidak membutuhkan perawatan. Sebanyak 70 orang dari Dusun Krajan Timur
memerlukan perawatan tetapi tidak segera, begitu pula 68 orang dari Dusun Leces
1 dan 64 dari Dusun Cangkring memerlukan perawatan tetapi tidak segera.
Sedangkan sebanyak 4 orang dari Dusun Krajan Timur, 4 orang dari Dusun Leces
1 dan 10 orang dari Dusun Cangkring memerlukan perawatan segera. Berdasarkan
penjelasan tersebut diketahui bahwa jumlah paling tinggi dari ketiga dusun adalah
memerlukan perawatan tetapi tidak segera. Kebutuhan perawatan yang tidak
segera ini dikarenakan jarang ditemukan kondisi keganasan pada jaringan lunak
rongga mulut sekaligus keparahan dari kondisi gigi-geligi masyarakat Kecamatan
Jelbuk Kabupaten Jember (Akbar, 2014).
Hasil pemeriksaan penggunaaan gigi tiruan (RA-RB) ditunjukkan
Gambar 4.11 pada Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember menunjukkan bahwa jumlah paling tinggi dari Dusun Krajan Timur,
Dusun Leces 1, dan Dusun Cangkring adalah tidak ada gigi tiruan. Perawatan
dengan menggunakan gigi tiruan untuk mengganti gigi yang hilang sangat penting
untuk mengembalikan fungsi pengunyahan, fungsi bicara dan fungsi estetik,
namun tidak semua orang yang mengalami kehilangan gigi berkeinginan untuk
menggunakan gigi tiruan. Penggunaan gigi tiruan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti, mahalnya biaya pembuatan gigi tiruan, lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk pembuatan gigi tiruan serta kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang manfaat pemakaian gigi tiruan (Chairunnisa, 2017). Pelayanan kesehatan
gigi dan mulut di picu karena ekonomi masyarakat yang rendah dan keterbatasan
finansial untuk mendapatkan pengobatan yang layak serta pengetahuan
masyarakat untuk melakukan pembuatan gigi tiruan rendah. Hal inimenyebabkan
perilaku masyarakat yang tidak sehat yang akan berdampak pada sikap dan
tindakan yang mencerminkan kondisi yang tidak sehat juga (Wahab, 2017).
72
Hasil kuisioner tindakan berobat gigi berdasarkan jenis kelamin pada
masyarakat Desa Sukojember ditunjukkan pada Gambar 4.12 yaitu pada jenis
kelamin perempuan memiliki tindakan berobat gigi yang lebih baik dari pada laki-
laki. Perempuan termasuk dalam kategori baik dalam tindakan berobat gigi dari
pada laki-laki. Hal ini dikarenakan responden perempuan memiliki jumlah yang
lebih banyak dari pada responden laki-laki dan jenis kelamin laki-laki lebih
banyak bekerja sehingga untuk melakukan tindakan berobat gigi tidak memiliki
waktu senggang. Hal ini didukung oleh penelitian Supariani (2013) bahwa jenis
kelamin perempuan lebih banyak memanfaatkan kesehatan gigi dan mulut dari
pada jenis kelamin laki-laki karena jenis kelamin laki-laki banyak yang bekerja
sehingga kurang memiliki waktu untuk melakukan tindakan berobat gigi.
Hasil kuesioner tindakan berobat gigi dengan usia pada masyarakat Desa
Sukojember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember ditunjukkan pada Gambar
4.13 yang menunjukkan hasil bahwa masyarakat usia 26-35 tahun memiliki
jumlah paling banyak dalam tindakan berobat gigi yang termasuk dalam kategori
baik yaitu sebanyak 19 orang. Masyarakat usia 46-65 tahun memiliki jumlah
paling sedikitdalam tindakan berobat gigi yang termasuk dalam kategori baik
yaitu sebanyak 4 orang. Hal ini dikarenakan semakin tua usia seseorang, tingkat
pemahaman mengenai kesehatan gigi dan mulut semakin menurun. Daya tangkap
dan daya logika akan menurun seiring dengan bertambahnya usia Hasil penelitian
ini didukung oleh Anggraini (2016) yang menyatakan bahwa semakin tua usia
seseorang, ketangkasan dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut akan semakin
berkurang. Ketangkasan yang terbatas pada masyarakat usia tua menyebabkan
pemeliharaan diri termasuk dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut akan
semakin menurun.
Hasil kuesioner tindakan berobat gigi dengan tingkat pendidikan pada
masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember ditunjukkan
pada Gambar 4.14 bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan SD/MI paling
banyak yang termasuk dalam kategori buruk yaitu sebanyak 66 orang dan
masyarakat dengan tingkat pendidikan S1 tidak ada yang termasuk dalam kategori
buruk. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
73
daya tangkap dan daya logika akan semakin meningkat sehingga dapatn
mengubah kesadaran dan pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut. Hal
ini didukung oleh penelitian Nayoan (2015) yang menyatakan bahwa faktor
pendidikan mempengaruhi kesadaran dan kesehatan gigi dan mulut. Menurut
Nidyawati, dkk (2013) faktor pendidikan merupakan faktor kedua terbesar dari
faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap pengetahuan sehingga
seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan gigi dan mulut dan akan
memengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.
Hasil kuisioner tindakan berobat gigi berdasarkan jenis pekerjaan
ditunjukkan pada Gambar 4.15 di masyarakat Desa Sukojember yaitu jenis
pekerjaan petani paling banyak pada kategori buruk. Pekerjaan paling banyak
pada masyarakat Desa Sukojember adalah petani. Petani bekerja sehari penuh
sehingga petani tidak memiliki waktu senggang untuk melakukan tindakan
berobat gigi. Hal ini didukung oleh penelitian Putra dan Ratmini (2013) bahwa
petani tidak memiliki waktu senggang untuk melakukan tindakan berobat gigi
karena jam kerja petani bersamaan dengan jam kerja puskesmas sehingga untuk
berobat ke puskesmas tidak memungkinkan dan kesibukan pada pekerjaan petani
mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan dalam mencari tindakan
berobat gigi. Tingkat pendidikan petani juga berpengaruh pada tindakan berobat
gigi berdasarkan jenis pekerjaan. Tingkat pendidikan petani paling banyak yaitu
sekolah dasar. Petani dengan tingkat pendidikan sekolah dasar memiliki tindakan
berobat gigi yang buruk. Hal ini didukung oleh penelitian Nidyawati, dkk (2013)
bahwa tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan tindakan
yang baik tentang kesehatan gigi dan mulutnya dan akan mempengaruhi perilaku
untuk hidup sehat.
Hubungan Tindakan Berobat Sakit Gigi dengan Status Kesehatan Gigi dan
Mulut ditunjukkan Tabel 4.2. Hasil uji hubungan Spearman correlation variabel
tindakan berobat sakit gigi dengan karies pada mahkota dengan nilai signifikansi
0.035 (p<0.05) dan angka korelasi – 0.134 yang berarti terdapat hubungan antara
tindakan berobat sakit gigi dengan karies pada mahkota dengan korelasi yang
74
lemah, dan hasil analisa hubungan tindakan berobat sakit gigi dengan karies pada
akar memiliki nilai signifikansi 0.013 (p<0.05) dan angka korelasi – 0.156 yang
berarti terdapat hubungan antara tindakan berobat sakit gigi dengan karies pada
akar dengan korelasi kedua variabel lemah. Hal ini dikarenakan salah satu
penyebab besarnya jumlah karies per individu Desa Sukojember, Kecamatan
Jelbuk, Kabupaten Jember adalah rendahnya kesadaran individu untuk mengobati
gigi yang mengalami karies. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil data penelitian
dimana dari Dusun Krajan Timur, rata-rata besarnya jumlah karies per individu 6
gigi; Dusun Leces 1 7 gigi; Dusun Cangkring 7 gigi. Hal ini diduga berkaitan
dengan rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan gigi dan mulut,
sehingga mempengaruhi tindakan berobat gigi yang tepat yakni menambal gigi ke
dokter gigi, didukung oleh penelitian Heta dkk (2016) bahwa pengetahuan
memiliki hubungan bermakna dengan tindakan menambal gigi. Selain itu,
menurut Tjahja dkk (2015) umumnya dokter gigi hanya menerima dan mengobati
pasien yang akan berobat gigi, namun kurang memperhatikan upaya promotif dan
preventif ke masyarakat. Oleh karena itu, hal ini dapat menyebabkan rendahnya
pengetahuan masyarakat untuk berobat sakit gigi yang tepat.
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai tindakan berobat, masyarakat Desa
Sukojember cenderung memilih untuk mengobati sakit gigi yang dialaminya
dengan cara membeli obat sakit gigi ke warung ataupun dengan menempelkan
koyo ke bagian yang sakit. Hal ini menunjukkan masyarakat sudah mampu untuk
mengatasi rasa sakit (relief of pain) yang termasuk dalam strata perawatan basic
emergency care. Menurut Pilot dan Miller dalam Kristanti (2014) terdapat
beberapa strata perawatan, yakni pertama adalah basic emergency care, yang
meliputi relief of pain dan cabut gigi. Sesuai dengan peningkatan kondisi sosial
ekonomi dan pendidikan, masyarakat akan menuntut perawatan pada tingkat yang
lebih tinggi seperti perawatan simple care, moderate, complex. Dengan demikian,
tindakan berobat sakit gigi masyarakat Desa Sukojember sudah baik namun harus
dipertahankan dan diikuti dengan penyuluhan agar dapat memotivasi masyarakat
untuk mencari fasilitas pelayanan yang tepat/professional.
75
Korelasi yang lemah antara tindakan berobat sakit gigi dengan karies pada
mahkota dan akar gigi disebabkan karena terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi tingginya jumlah karies per individu di Desa Sukojember,
diantaranya faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut.
Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan
gigi dan mulut. Menurut Ria (2017), pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya perilaku seseorang, dimana perilaku dapat
menentukan keberhasilan suatu perawatan. Pengetahuan dapat diperoleh secara
alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan, tidak hanya
diperoleh lewat pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh dari
pendidikan non formal. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka tingkat
pengetahuannya akan semakin banyak, dengan demikian daya serap terhadap
informasi juga akan semakin tinggi. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang
baik mengenai suatu hal, cenderung akan mengambil keputusan yang lebih tepat
berkaitan dengan masalah. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar
masyarakat Desa Sukojember merupakan lulusan Sekolah Dasar, sehingga
mempengaruhi pengetahuan dan tindakan berobat sakit gigi yang belum tepat.
Selain itu, faktor seperti kebiasaaan, faktor sosial dan ekonomi serta lingkungan
fisik juga memiliki pengaruh terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut
(Nurjannah, 2016).
Hasil analisa hubungan uji Spearman correlation variabel tindakan berobat
sakit gigi dengan tumpatan dengan karies pada mahkota memiliki nilai
signifikansi 0.348 (p>0.05) dan angka korelasi – 0.060 yang berarti tidak ada
hubungan antara tindakan berobat sakit gigi dengan tumpatan dengan karies pada
mahkota dengan korelasi kedua variabel lemah. Hal ini berarti kesadaran
masyarakat untuk menambalkan giginya masih rendah. Rendahnya kesadaran
masyarakat untuk menambal gigi sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Ditinjau dari teori Lawrence Green, terbentuknya perilaku individu untuk mencari
pengobatan gigi (tambal gigi) dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor
predisposisi (predisposing factors) yang meliputi pengetahuan, sikap, tradisi,
sistem nilai, tingkat pendidikan, sosial ekonomi; faktor pemungkin (enabling
76
factors) yang meliputi ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, akses
pelayanan, mutu pelayanan; dan faktor penguat (reinforcing factors) meliputi
sikap dan perilaku orangtua atau keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama,
petugas kesehatan, dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
kesehatan (Sumanti, 2013).
Uji korelasi Spearman menunjukkan variabel tindakan berobat sakit gigi
dengan gigi dicabut karena karies tidak memiliki hubungan, dengan nilai
signifikansi 0.293 (p>0.05). Uji korelasi Spearman antara tindakan berobat sakit
gigi dengan akar gigi dicabut karena karies memiliki nilai signifikansi 0.319
(p>0.05) yang berarti tidak ada hubungan antara tindakan berobat sakit gigi
dengan akar gigi dicabut karena karies. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
ektraksi gigi mungkin saja akibat penyakit periodontal. Sesuai dengan pernyataan
Preetanath (2010) dalam Fadhila (2014) bahwa penyakit periodontal lebih banyak
menjadi alasan kehilangan gigi di pedesaan. Periodontitis dan gingivitis
merupakan penyakit periodontal yang sering terjadi pada seseorang yang tidak
menjaga kebersihan mulut dengan baik. Kebersihan mulut yang kurang baik
menyebabkan penimbunan plak yang menyebabkan gingivitis. Gingivitis yang
tidak ditangani dapat berkembang menjadi periodontitis dan menyebabkan
kehilangan gigi (Fadhila, 2014). Berdasarkan hasil orientasi medan di Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk menunjukkan skor OHI-S berada dalam kategori
sedang, yang berarti masyarakat Desa Sukojember kurang memperhatikan
kebersihan rongga mulutnya, sehingga memungkinkan untuk perkembangan
penyakit periodontal yang dapat berakibat pada kehilangan gigi.
Uji hubungan menggunakan uji korelasi Spearman antara tindakan berobat
sakit gigi dengan tumpatan tanpa karies menunjukkan bahwa data tidak dapat
diuji. Hasil serupa juga ditemukan pada uji korelasi antara tindakan berobat sakit
gigi dengan tumpatan tanpa karies dan dengan karies pada akar. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena angka tumpatan yang sangat rendah, yakni hanya
2 gigi dari 250 responden yang diperiksa. Data tersebut menunjukkan motivasi
masyarakat untuk berobat gigi masih rendah. Hal ini didukung oleh pernyataan
dalam Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas oleh
77
Departemen Kesehatan RI tahun 2007 yang menyatakan bahwa dari jumlah
penduduk yang mengeluhkan sakit gigi, hanya 13% yang berobat jalan dan 87%
nya tidak berobat. Motivasi untuk berobat gigi dipengaruhi oleh pengetahuan
tentang penyakit gigi. Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan, baik dari
pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan sangat penting dalam
pembentukan tindakan seseorang. Kurangnya pengetahuan menyebabkan
masyarakat tidak mengetahui penyebab penyakit gigi dan langkah-langkah
pencegahan dan penanganannya (Lendrawati, 2013). Kurangnya motivasi berobat
gigi masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk kemungkinan berhubungan
dengan tingkat pendidikan masyarakat yang didominasi tingkat sekolah dasar,
sehingga memungkinkan pengetahuan masyarakat masih kurang dan
pembentukan pola pikir serta tindakan berobat sakit gigi masih rendah.
78
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Terdapat hubungan antara tindakan berobat sakit gigi dengan karies pada
mahkota pada masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember.
2. Terdapat hubungan tindakan berobat sakit gigi dengan karies pada akar pada
masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
3. Tidak terdapat hubungan antara tindakan berobat sakit gigi terhadap
tumpatan dengan karies pada mahkota pada masyarakat Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
4. Tidak terdapat hubungan antara tindakan berobat sakit gigi dengan gigi yang
dicabut karena karies pada masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk
Kabupaten Jember.
5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian yang didapatkan, untuk penelitian
selanjutnya, sebaiknya kuisioner yang digunakan untuk mengetahui tindakan
berobat saat sakit gigi pada masyarakat menggunakan kuisioner dengan jumlah
soal yang lebih representatif dan data sekunder harus lebih banyak untuk
menunjang penelitian.
79
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A.H. 2011. Metode Penelitian Kebidanan & Tehnik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika. (hal 118).
Bassuni, Chilil, Deby Kania Tri Putri. 2014. Gambaran Indeks Kebersihan Mulut
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Guntung Ujung
Kabupaten Banjar. Fakultas Kedokteran Gigi Lambung Mangkurat
Banjarmasin. Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. 2(1): 18-23.
Chairunnisa, Pocut Aya Sofya, Cut Fera Novita. 2017. Gambaran Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Tentang Kehilangan Gigi dan Pemakaian Gigi
Tiruan Di Kecamatan Jaya Baru Banda Aceh. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Syiah Kuala. Journal Caninus Denstistry. 2 (4): 142 –149.
Depkes RI. 2007. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Puskesmas,
Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar, Jakarta.
Heri D. J dan Maulana S. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. (hal 264-271).
80
Heta, Faransisca Viesta Nanda, Rosihan Adhani dan Emma Yuniarrahman. 2016.
Tingkat Pengetahuan, Ketersediaan Fasilitas, Dan Dorongan Petugas
Kesehatan Terhadap Tindakan Masyarakat untuk Menambal Gigi. Jurnal
Kedokteran Gigi. 1 (1): 52-56.
Kristanti, Ch. M. dan Dwi Hapsari. 2014. Persepsi Sakit Gigi dan Pola Berobat.
Indonesian Journal of Dentistry. 14(1) : 53-59.
Laporan nasional. 2014. Riset kesehatan dasar nasional tahun 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan.
(hal 119-133).
Lemeshow, S., D.W. Hosmes., J. Khar, dan S.K. Lwanga. Besar Subyek dalam
Penelitian. Alih bahasa oleh Dibyo Pramono. 1997. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. (hal. 56).
Madson. JD, Eley. 2012. Buku Ajar Periodonti. Jakarta: Hipokrates. (hal 1-19,
150, 205-209).
Markose, A. 2016. Root caries, diagnosis, prevention and their treatment. IOSR
Journal of Dental and Medical Sciences. 15(11): 23-30.
81
Notohartojo, Indrawati Tjahja dan Lannywati Ghani. 2015. Pemeriksaan Karies
Gigi pada Beberapa Kelompok Usia oleh Petugas dengan Latar Belakang
Berbeda di Provinsi Kalimantan Barat. Buletin Penelitian Kesehatan.
43(4): 257-264.
Prasasti, Ika. 2016. Hubungan Peran Orang Tua Dalam Kebersihan Gigi dan
Mulut dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak Pra Sekolah di Taman
Kanak-Kanak (TK) PGRI Kelurahan Ngesrep Semarang. Skripsi.
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Puspitaningrum, Larasati. 2018. Hubungan kadar fluor air minum dengan karies
gigi pada masyarakat pesisir dusun watu ulo desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember. Skripsi. Jember: Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Jember.
Putra, I. Made Ariyasa dan Ni Ketut Ratmini. 2013. Perilaku Masyarakat Desa
Pangkung Karung Kerambitan terhadap Pencarian Pengobatan Gigi.
Jurnal Kesehatan Gigi. 1(1): 22-26.
Ramayanti, Sri dan Purnakarya Peran Makanan terhadap Kejadian Karies Gigi
Idral. 2013. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 7(2) : 89-93.
Rianti A.N. 2016. Hubungan karies gigi terhadap kualitas hidup yang terkait
dengan kesehatan gigi dan mulut pada remaja usia 12-14 tahun di SMP
Negeri 2 Jumantono Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Saintrain M.V dan Souza E. H. 2012. Impact of tooth loss on the quality of life.
The Gerondotology Society and John Wiley and Sons. 29(2): 632-636.
Setiadi. 2008. Konsep dan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta. Graha Ilmu. (hal.
61-66).
82
Siagian K. 2016. Kehilangan sebagian gigi pada rongga mulut. Jurnal e-Clinic.
Manado: 4(1): 4-6.
Sintawati, FX., Made Ayu L.S. 2016. Pola Berobat Gigi dan Status Kesehatan
Gigi di Provinsi Bangka Belitung. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan;
19(2): 141–147.
Sungkar, Suzanna, Sri Fitriyani dan Intan Yumanita. 2016. Kekerasan Permukaan
Email Gigi Tetap Setelah Paparan Minuman Ringan Asam Jawa. Journal
Of Syiah Kuala Dentistry Society (JDS). 1(1): 1-8.
Tjahja I dan Lannywati Ghani. 2015. Status Kesehatan Gigi dan Mulut Ditinjau
dari Faktor Individu Pengunjung Puskesmas DKI Jakarta Tahun 2007.
Bulletin Penelitian Kesehatan. 38 (2): 52-66.
WHO (World Health Organization). 2013. Oral Health Survey: Basic Methods-
5th ed. France: WHO Library Cataloguing. (hal. 35-56).
83
Yadav, Khushbu dan Satyam Prakash. 2016. Dental Caries Review. Asian
Journal of Biomedical and Pharmaceutical Sciences. 6(53): 1-7.
84
LAMPIRAN
85
LAMPIRAN B. KUISIONER
No responden :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban dibawah ini yang
dianggap paling benar!
1. Apakah anda pernah sakit gigi?
a. Pernah
b. Ragu-ragu
c. Tidak pernah
2. Jika sakit gigi apa yang seharusnya dilakukan?
a. Dibiarkan sembuh sendiri
b. Berobat ke dokter gigi
c. Beli obat sakit gigi ke warung
3. Apa tindakan yang harus dilakukan jika ada gigi berlubang dan sakit?
a. menempelkan koyo atau menggosok dengan obat gosok
b. berkumur dengan air garam
c. ditambal ke dokter gigi
4. Pernahkah anda ke dokter gigi?
a. Pernah
b. Ragu-ragu
c. Tidak pernah
5. Berapa kali pemeriksaan gigi secara rutin yang harus dilakukan ke dokter gigi
atau ke puskesmas?
a. 6 bulan sekali
b. 1 tahun sekali
c. Apabila sakit
6. Apakah alasan anda tidak memeriksakan gigi secara rutin?
a. Tidak ada keluhan
b. Tidak ada waktu senggang
c. Jarak yang terlalu jauh
7. Apa sarana pelayanan kesehatan gigi apa yang paling dekat dengan rumah
anda?
a. Puskesmas
86
b. Tukang gigi
c. Bidan desa
8. Jika anda sakit gigi, mengapa anda lebih memilih untuk mengobati sendiri
dari pada pergi ke puskesmas / dokter gigi?
a. Takut
b. Tidak ada waktu karena sibuk bekerja
c. Terbiasa sembuh sendiri dengan meminum obat warung
87
LAMPIRAN C. KARTU STATUS
88
LAMPIRAN D. ANALISIS DATA
Descriptive Statistics
soal
N 250
a
Normal Parameters Mean 3.03
Positive .167
Negative -.089
Kolmogorov-Smirnov Z 2.644
89
B. Hasil Uji Normalitas Status Gigi Geligi
Descriptive Statistics
mahkota
N 1000
a
Normal Parameters Mean 1.88
Positive .397
Negative -.306
Kolmogorov-Smirnov Z 12.569
Descriptive Statistics
akar
N 1000
a
Normal Parameters Mean .34
Positive .511
Negative -.415
Kolmogorov-Smirnov Z 16.166
90
C. Uji Homogenitas Hasil Jawaban Kuesioner
soal
mahkota
akar
91
E. Uji hubungan non parametrik dengan Uji Spearman
Hasil Kuesioner dengan Status Gigi Geligi kode 1 (karies pada mahkota)
Correlations
skor mahkota1
*
Spearman's rho skor Correlation Coefficient 1.000 -.134
N 250 250
*
mahkota1 Correlation Coefficient -.134 1.000
N 250 250
Hasil Kuesioner dengan Status Gigi Geligi kode 2 (tumpatan dengan karies pada
mahkota)
Correlations
skor mahkota2
N 250 250
N 250 250
92
Hasil Kuesioner dengan Status Gigi Geligi kode 3 (tumpatan tanpa karies pada
mahkota)
Correlations
skor mahkota3
Sig. (2-tailed) . .
N 250 250
Sig. (2-tailed) . .
N 250 250
Hasil Kuesioner dengan Status Gigi Geligi kode 4 (gigi dicabut karena karies pada
mahkota)
Correlations
skor mahkota4
N 250 250
N 250 250
Hasil Kuesioner dengan Status Gigi Geligi kode 1 (karies pada akar)
Correlations
skor akar1
*
Spearman's rho skor Correlation Coefficient 1.000 -.156
N 250 250
*
akar1 Correlation Coefficient -.156 1.000
N 250 250
93
Correlations
skor akar1
*
Spearman's rho skor Correlation Coefficient 1.000 -.156
N 250 250
*
akar1 Correlation Coefficient -.156 1.000
N 250 250
Hasil Kuesioner dengan Status Gigi Geligi kode 2 (tumpatan dengan karies pada
akar)
Correlations
skor akar2
Sig. (2-tailed) . .
N 250 250
Sig. (2-tailed) . .
N 250 250
Hasil Kuesioner dengan Status Gigi Geligi kode 3 (tumpatan tanpa karies pada
akar)
Correlations
skor akar3
Sig. (2-tailed) . .
N 250 250
Sig. (2-tailed) . .
N 250 250
94
Hasil Kuesioner dengan Status Gigi Geligi kode -
Correlations
skor akar4
N 250 250
N 250 250
Correlations
skor akar4
N 250 250
N 250 250
95
Correlations
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66
** ** ** a a a **
soal2 Pearson Correlation .077 1 .487 .450 .398 . . . .777
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66
** ** ** a a a **
soal3 Pearson Correlation -.010 .487 1 .422 .385 . . . .736
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66
** ** ** a a a **
soal4 Pearson Correlation .183 .450 .422 1 .329 . . . .757
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66
** ** ** a a a **
soal5 Pearson Correlation -.043 .398 .385 .329 1 . . . .660
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66
a a a a a a a a a
soal9 Pearson Correlation . . . . . . . . .
Sig. (2-tailed) . . . . . . . .
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66
a a a a a a a a a
soal1 Pearson Correlation . . . . . . . . .
0 Sig. (2-tailed) . . . . . . . .
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66
a a a a a a a a a
soal1 Pearson Correlation . . . . . . . . .
1 Sig. (2-tailed) . . . . . . . .
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66
* ** ** ** ** a a a
total Pearson Correlation .266 .777 .736 .757 .660 . . . 1
N 66 66 66 66 66 66 66 66 66
a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
96
G. Uji Reliabilitas Kuesioner
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.763 .794 6
97
LAMPIRAN E. Foto Penelitian
98
99
LAMPIRAN F. Tabulasi Data
100
101
102
103
UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MELALUI
USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI DESA SUKOJEMBER
KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER
Diajukan sebagai syarat untuk memenuhi salah satu tugas Pr. IKGP/IKGM III
Oleh:
Kelompok UKGS Putaran 1
Koordinator : Paramita Rachmawati Zulkarnain 141611101023
Anggota : Yas’a Nuuruha 131611101009
Nabilah Dzakiyatul Fakhirah 141611101004
Erfika Arifanti 141611101009
Shinta Permata Sari 141611101012
Dini Roswati Sya’bani 141611101015
Prisca Vianda Sukma 141611101019
Pembimbng :
drg. Hestieyonini H., M.Kes
drg. Kiswaluyo., M.Kes
Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes
Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kes
drg. Elyda Akhya., M. IPH
drg. Surartono Dwi Atmoko, M.M
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat III yang
berjudul “Upaya Peningkatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Melalui Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah Di Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten
Jember”. Laporan ini disusun atas kegiatan yang telah dilakukan selama
praktikum IKGM III di salah satu wilayah kerja Puskesmas Jelbuk yaitu Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis
menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada:
1. drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M. Kes, selaku Kepala Bagian IKGM (Ilmu
Kesehatan Gigi Masyarakat) FKG Universitas Jember,
2. drg. Kiswaluyo, M. Kes, selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
3. Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
4. drg. Elyda Akhya, M. IPH selaku dosen pembimbing mata kuliah IKGM,
5. Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah
IKGM,
6. drg. Surartono Dwiatmoko, M.M selaku dosen pembimbing mata kuliah
IKGM,
7. dr. Alfi Yudisianto selaku kepala Puskesmas dan drg. Sari Yuniarti selaku
dokter gigi Puskesmas Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
8. Seluruh staf Puskesmas Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
9. Seluruh pimpinan Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
10. Kepala Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
11. Kepala Dusun Krajan Timur Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
12. Kepala Dusun Cangkring Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
13. Kepala Dusun Leces 1 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
14. Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
15. Rekan-rekan tim UKGS Putaran 1 dan seluruh anggota kelompok Putaran 1
Praktikum IKGM III.
ii
Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan, kami
mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan memberikan informasi yang berguna bagi semua pihak yang
membutuhkan. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar.............................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................ iv
Daftar Tabel....................................................................................................i
Daftar Gambar.............................................................................................. vi
Bab 1. Pendahuluan......................................................................................8
1.1 Latar Belakang....................................................................................8
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................10
1.3 Tujuan................................................................................................ 11
1.4 Manfaat.............................................................................................. 11
Bab 2. Materi Kegiatan................................................................................ 12
2.1 Usaha Kesehatan Sekolah..................................................................12
2.2 Pemeliharaan Kesehatan Gigi ...........................................................12
2.2.1 UKGS Tahap I (Satu)/ Paket Minimal UKGS.........................12
2.2.2 UKGS Tahap II (Dua)/Paket Standar UKGS.......................... 13
2.2.3 UKGS Tahap III / Paket Optimal UKGS................................ 13
2.3 Langkah-Langkah UKGS.................................................................. 14
2.3.1 Persiapan Kegiatan.................................................................. 14
2.3.2 Pelaksanaan Lapangan ............................................................15
2.4 Pemeliharaan Kesehatan Gigi............................................................17
2.5 Sikat Gigi........................................................................................... 18
2.6 Pasta Gigi...........................................................................................19
2.7 Teknik Menyikat Gigi....................................................................... 20
2.8 Makanan yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi................................ 21
2.9 Kunjungan ke Dokter Gigi................................................................ 21
2.10 Kriteria OHI-S................................................................................. 22
2.11 Indeks Karies Gigi DMF-T dan def-t...............................................23
2.12 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut........................................... 24
iv
Bab 3. Metodologi Penelitian....................................................................... 28
3.1 Metode Kegiatan................................................................................28
3.2 Definisi Operasional.......................................................................... 29
3.3 Alat dan Bahan.................................................................................. 30
3.4 Sasaran Kegiatan............................................................................... 31
3.5 Susunan Acara UKGS....................................................................... 31
3.6 Pembagian Anggota...........................................................................32
3.7 Topik Kegiatan.................................................................................. 32
3.8 Analisis Data......................................................................................32
Bab 4. Hasil Kegiatan................................................................................... 34
4.1 Hasil Data.......................................................................................... 34
4.2 Pembahasan....................................................................................... 43
Bab 5. Kesimpulan dan Saran..................................................................... 46
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 46
5.2 Saran.................................................................................................. 46
Daftar Pustaka.............................................................................................. 47
Lampiran....................................................................................................... 51
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test
di SDN Sukojember 01....................................................................... 35
Tabel 4.2 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test
di SDN Sukojember 03......................................................................... 36
Tabel 4.3 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test
di MI Fatahillah.....................................................................................37
Tabel 4.4 Perbandingan OHI-S sebelum, sesudah, dan selisih sikat gigi di SDN
Sukojember 01...................................................................................... 38
Tabel 4.5 Perbandingan OHI-S sebelum, sesudah, dan selisih sikat gigi di SDN
SDN Sukojember 03............................................................................. 39
Tabel 4.6 Perbandingan OHI-S sebelum, sesudah, dan selisih sikat gigi di SDN
MI Fatahillah.........................................................................................40
Tabel 4.7 Nilai indeks karies gigi pada siswa SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03dan MI Fatahillah..........................................................42
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post test di SDN
Sukojember 01................................................................................. 35
Gambar 4.2 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post test di SDN
Sukojember 03....................................................................................36
Gambar 4.3 Perbandingan skor rata-rata nilai pre test dan post test di MI
Fatahillah............................................................................................ 37
Gambar 4.4 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta
selisihnya di SDN Sukojember 01 .....................................................39
Gambar 4.5 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta
selisihnya di SDN Sukojember 03......................................................40
Gambar 4.6 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta
selisihnya di MI Fatahillah................................................................. 41
Gambar 4.7 Nilai indeks karies gigi pada siswa SDN Sukojember 01,
SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah............................................. 42
vii
BAB 1 PENDAHULUAN
8
umur di atas 10 tahun yaitu, 91,9% menjadi 93,8%, sedangkan untuk yang
menyikat gigi dengan benar (sesudah makan pagi dan sebelum tidur) mengalami
penurunan yaitu, pada tahun 2007 sebesar 7,3% dan di tahun 2013 sebesar 2,3%.
Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa
rata-rata skor DMF-T di Indonesia mencapai 4,6. Hal ini mungkin terjadi
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2014).
Kebersihan mulut mempunyai peran penting di bidang kesehatan gigi,
karena kebersihan mulut yang buruk dapat mengakibatkan timbulnya berbagai
penyakit baik lokal maupun sistemik. Pengukuran kebersihan gigi dan mulut
merupakan upaya untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut
seseorang. Umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan suatu
indeks. Indeks adalah suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat
pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan
gigi yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus. Kebersihan mulut dinilai dengan
kriteria Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S) (Agusta dkk, 2014; Narulita dkk,
2016).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan
secara umum yang turut berperan dalam menunjang dan mensukseskan
tercapainya visi Indonesia Sehat 2010, melalui pendekatan strategi paradigma
sehat bidang kesehatan gigi dan mulut yang menerapkan pendekatan Primary
Oral Health Care melalui pemberdayaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Salah satunya adalah pelaksanaan program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
(UKGS) yang menerapkan suatu bentuk program pelayanan kesehatan gigi pada
anak sekolah yang dilaksanakan melalui kegiatan pokok kesehatan di Puskesmas
diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pokok Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS). Program UKGS yang dapat dilakukan di lingkungan sekolah
dapat berupa promosi kesehatan melalui kegiatan penyuluhan yang dapat
meningkatkan pengetahuan. Hollund mengemukakan bahwa ada 4 faktor yang
berasal dari masing-masing individu yang akan mempengaruhi kebiasaan
hidupnya yaitu pengetahuan yang dimilikinya, keyakinan, kemauan, dan perilaku.
9
Faktor kunci yaitu pengetahuan membuat seseorang tahu mana yang benar, mana
yang salah dan di faktor inilah peran pendidikan menjadi sangat penting
(Kemenkes, 2012).
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah salah satu usaha untuk
mengatasi masalah kesehatan gigi anak. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
adalah salah satu upaya kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pemeliharaan
dan peningkatan kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah yang ditunjang dengan
upaya kuratif bagi individu yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
Usaha kesehatan gigi dan mulut ini termasuk salah satu program puskesmas
dalam pelayanan kesehatan gigi, yang diselenggarakan bersamaan dengan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan ini mengarah kepada pendidikan secara dini
terhadap kebiasaan memelihara kesehatan gigi dan mulut. Upaya yang dilakukan
dalam program UKGS ini berupa peningkatan kesehatan gigi dan mulut,
pencegahan penyakit gigi dan mulut, pengobatan dan pemulihan terhadap karies
gigi (Kemenkes, 2012).
Berdasarkan uraian diatas, tim UKGS melakukan Kegiatan UKGS di
SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah. Kegiatan ini
dilaksanakan dengan melibatkan siswa-siswi kelas 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 di setiap
sekolah.
10
1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengetahuan siswa SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03
dan MI Fatahillah sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan
gigi menggunakan metode dongeng.
1.3.2. Mengetahui perbedaan pengetahuan siswa SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah sebelum dan setelah dilakukan
dilakukan penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode dongeng.
1.3.3. Mengetahui perbedaan indeks kebersihan rongga mulut antara sebelum
dan sesudah penyuluhan pada siswa SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah.
1.3.4. Mengetahui bagaimana perbedaan indeks karies gigi siswa pada SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah.
1.4 Manfaat
1.4.1. Bagi mahasiswa
Meningkatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai pengetahuan
indeks kebersihan dan indeks karies pada tingkat sekolah dasar.
1.4.2. Bagi sekolah
Meningkatkan pengetahuan siswa pada SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah akan pentingnya kesehatan gigi dan
mulut sehingga dapat melakukan tindakan pencegahan penyakit gigi dan
mulut.
1.4.3. Bagi puskesmas
a. Mendapatkan informasi tentang siswa-siswi yang membutuhkan
perawatan di puskesmas.
b. Mendapatkan data indeks kebersihan rongga mulut siswa pada SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah.
c. Mendapatkan data indeks karies pada SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah.
11
BAB 2 MATERI KEGIATAN
12
2.2.2 UKGS Tahap II (Dua)/ Paket Standar UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI sudah
terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas, kegiatannya
adalah:
1. Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh
dinas pendidikan dengan narasumber tenaga kesehatan gigi.
2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
penjaskes / guru pembina UKS/ dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang
berlaku (Buku Pendidikan Olahraga dan Kesehatan) untuk semua murid
kelas 1-6, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan.
3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat
gigi bersama setiap hari minimal untuk kelas 1, 2, dan 3 dibimbing oleh
guru dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor.
4. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru.
5. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran
diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal,
dengan persetujuan tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan
dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi.
6. Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh (dilakukan di
sekolah atau dirujuk sesuai kemampuan), bila pada penjaringan murid kelas
I dijumpai murid dengan gigi tetap ada yang karies atau bila gigi sulung
karies lebih dari 8 gigi dilakukan fissure sealant pada gigi molar yang
sedang tumbuh.
7. Rujukan bagi yang memerlukan.
2.2.3 UKGS Tahap III/ Paket Optimal UKGS
Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh dinas
pendidikan dengan narasumber tenaga kesehatan gigi.
1. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru
penjaskes/ guru pembina UKS/ dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang
13
berlaku (Buku Pendidikan Olahraga dan Kesehatan ) untuk semua murid
kelas 1-6, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan.
2. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat
gigi bersama setiap hari minimal untuk kelas 1, 2, dan 3 dibimbing oleh
guru dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor.
3. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru.
4. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran
diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal,
dengan persetujuan tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan
dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi.
5. Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh pada murid
kelas 1 dan 2 atau dilakukan fissure sealant pada gigi molar yang sedang
tumbuh.
6. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas 1 sampai
dengan kelas 6 (care on demand).
7. Rujukan bagi yang memerlukan.
14
c. Perencanaan bersama menentukan SD dan MI sasaran operasional.
d. Pendekatan kepada para guru SD dan MI sebagai sasaran operasional,
karena guru merupakan orang yang berpengaruh (key person) dalam proses
merubah perilaku murid. Karena itu hubungan baik dengan para guru harus
dibina terlebih dahulu oleh pelaksana teknis.
e. Penjelasan kepada orang tua murid/ Komite Sekolah melalui Kepala
Sekolah dan atau guru kelas.
2.3.2 Pelaksanaan lapangan mencakup perangkat kegiatan yang dilaksanakan
pada tingkat Puskesmas, yang terdiri atas:
1. Pengumpulan data
a. Data dasar untuk keperluan perencanaan operasional, meliputi :
1) Jumlah SD dan MI, murid dan guru
2) Data tentang situasi pelaksanaan UKS berdasarkan paket UKS
3) Data tentang situasi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SD dan MI
khususnya sehubungan dengan persentase sekolah menurut pentahapan
UKGS.
b. Data untuk evaluasi dampak program terhadap profil kesehatan gigi dan
mulut murid
1) Oleh tenaga kesehatan
2) Oleh guru
3) Intervensi perilaku
4) Penggerakan peran serta guru melalui lokakarya/pelatihan
2. Penyuluhan kepada murid berupa:
a. Latihan menggosok gigi
b. Pengajaran formal tentang kesehatan gigi dan mulut
c. Penilaian kebersihan mulut oleh guru, melalui pemeriksaan rutin
d. Penyuluhan oleh tenaga kesehatan secara insidental.
3. Intervensi medis teknis/perorangan
a. Pembuangan karang gigi
b. Pemeriksaan mulut, pengobatan sementara
4. Aplikasi fluor
15
a. Melalui pasta gigi yang memenuhi persyaratan
b. Untuk daerah khusus intensifikasi melalui kumur-kumur dengan larutan
yang mengandung fluor aktif atau pemberian tablet fluor.
5. Surface protection, fissure sealant, kegiatan scaling, penambalan dengan
metode ART (Atrauma Restorative Treatment technique), pencabutan,
rujukan.
6. Manajemen
a. Supervisi dan bimbingan teknis
1) Kunjungan pembinaan ke SD dan MI, minimal 1x sebulan
2) Kunjungan supervisi dan pembinaan ke Puskesmas oleh koordinator
kesehatan gigi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau kunjungan supervisi
oleh penanggung jawab program kesehatan gigi dan mulut Dinas Kesehatan
Propinsi ke Kabupaten/Kota minimal 1x dalam 1 triwulan, dan supervisi
dari penanggung jawab program kesehatan gigi dan mulut pusat ke daerah
minimal 1 x 1 tahun.
b. Pelaporan
c. Penilaian (evaluasi) UKGS ini dilaksanakan beberapa komponen:
1) Komponen kegiatan (Proses) meliputi penilaian tentang pelaksanaan
lapangan, antara lain frekuensi pelaksanaan intervensi perilaku, frekuensi
pelaksanaan supervisi dan bimbingan teknis per minggu (bulan).
2) Komponen karya cipta (Output) meliputi penilaian volume pelayanan antara
lain jumlah murid yang diberi pelayanan medik gigi, jumlah murid yang
diberi penyuluhan, per minggu (bulan)
3) Komponen hasil antara (Outcome) meliputi penilaian tentang perubahan
sikap dan perilaku antara lain jumlah murid yang melakukan sikat gigi
dengan benar, jumlah murid memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
gigi dan mulut sesuai kebutuhan.
4) Komponen dampak (Impact) melipu penilaian survei perubahan dalam
status kesehatan gigi dan mulut murid.
a) Kebersihan gigi dan mulut murid (OHIS)
b) Pengalaman karies gigi (DMF-T)
16
c) Kondisi gusi
d. Pembinaan
Pembinaan untuk mempertahankan dan perbaikan status kesehatan gigi dan
mulut yang telah dicapai, kegiatan berupa:
1) Penjaringan (screening) oleh guru dan atau tenaga kesehatan gigi atau
pelaksana UKS untuk menentukan jumlah murid yang perlu perawatan.
2) Kegiatan menggosok gigi di sekolah dilakukan secara teratur di bawah
koordinasi guru.
3) Kegiatan perawatan kesehatan gigi dan mulut bagi murid yang memerlukan.
4) Pembinaan peran serta melalui forum komunikasi tatap muka, ketrampilan
guru dan sebagainya.
17
bentuk dan cara menyikat gigi, juga tergantung dari frekuensi dan lamanya
menyikat gigi (Sriyono, 2011).
18
b. Sikat gigi elektrik
Sikat gigi elektrik memiliki gerakan rotasi, dan beberapa sikat gigi
menggunakan energi dengan frekuensi rendah untuk meningkatkan kemampuan
pembersihan. Sikat gigi elektrik sangat bergantung pada kontak mekanik antara
bulu sikat dan gigi untuk menghilangkan plak. Penambahan dari energi frekuensi
rendah menghasilkan gerakan dinamis yang dapat membersihkan dengan lebih
baik. Getaran yang dihasilkan juga dapat menggganggu bakteria pada permukaan
rongga mulut. Penelitian lain melaporkan sikat gigi mekanik dengan gerakan
memutar dapat mengurangi bakteri plak sebesar 11%, dan 6% daripada sikat gigi
biasa. Keuntungan jangka panjang belum diperoleh tetapi sikat gigi mekanik dapat
mengurangi bakteri plak dan penurunan perdarahan pada gingiva yang lebih baik
(Carranza, 2015).
19
magnesium, aluminium silikat, dan koloid silika. Bahan yang biasa digunakan
adalah karboksil metal selulosa, amilosa, alginat, derivat sintetis selulosa, sorbitol
dan polyethylene glycol (PEG). Surfactan atau deterjen (1-2%), bahan penambah
rasa (0-2%), bahan terapeutik (0-2%) yaitu: fluor, bahan desensitisasi, bahan anti-
tartar dan bahan antimikroba (Sukanto, 2011).
20
membersihkan plak dengan baik dan dapat menjaga kesehatan gusi dengan baik,
teknik ini dapat diterapkan pada anak umur 6-12 tahun. Teknik penyikatan gigi
horizontal, vertical dan roll adalah teknik yang paling sering digunakan dalam
penyikatan gigi (Hariyanti dkk, 2014).
21
2.10 Kriteria OHI-S
Pemeriksaan OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) dilakukan dengan
menginstruksikan siswa untuk membuka mulut selanjutnya gigi yang terpilih
(empat gigi diperiksa permukaan bukal atau fasialnya yaitu molar satu atas kanan,
insisivus satu atas kanan, molar satu atas kiri dan insisivus satu bawah kiri serta
dua gigi diperiksa pada permukaan lingualnya, molar satu bawah kanan dan kiri)
dilakukan pemeriksaan DI-S (Debris Index Simplified) dan CI-S (Calculus Index
Simplified) untuk menentukan skor masing-masing indeks (Oktavilia dkk,
2014).Pemeriksaan DI-S (Debris Index Simplified) dan CI-S (Calculus Index
Simplified) digunakan sonde yang diletakkan pada 1/3 incisal dan digerakkan ke
1/3 gingival sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
1. Skor 0: tidak ada debris / tidak ada kalkulus
2. Skor 1: debris lunak / kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3
permukaan gigi
3. Skor 2: debris lunak / kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3
permukaan, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi
4. Skor 3: debris lunak/ kalkulus supragingival menutupi lebih dari 2/3
permukaan gigi.
Skor dari debris indeks / kalkulus per orang diperoleh dengan cara
menjumlahkan skor debris / kalkulus tiap permukaan gigi dan dibagi oleh jumlah
dari permukaan gigi yang diperiksa. Hasil masing-masing dari DI-S dan CI-S
kemudian dijumlahkan maka jadilah skor OHI-S dengan kriteria skor sebagai
berikut:
1. 0,0-1,2 = baik
2. 1,3-3,0 = sedang
3. 3,1-6,0 = buruk
Rahang atas yang diperiksa adalah bagian bukal gigi 16 dan 26 serta bagian
labial gigi 11. Rahang bawah yang diperiksa adalah bagian lingual 36 dan 46 serta
bagian labial gigi 31 (Anwar dkk, 2017).
Penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk
mewakili apabila salah satu dari gigi tersebut tidak ada, antara lain:
22
1. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M2 rahang atas atau rahang bawah.
2. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah.
3. Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
4. Bila gigi 1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada 1 kiri
rahang atas.`
5. Bila gigi 1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
6. Bila gigi 1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi 1
kanan rahang bawah
7. Bila gigi 1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian (Carranza, 2015).
23
karies, gigi dengan indikasi ekstraksi, dan gigi yang ditumpat. Pemeriksaan gigi
dilakukan dari regio I (kanan atas), dan diteruskan ke regio II (kiri atas) kemudian
regio III (kiri bawah) dan regio IV (kanan bawah). Setiap gigi yang memiliki
kavitas, restorasi, dan hilang karena karies dicatat (Mentari dkk, 2016). Angka
DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dan beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
a. Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan kedalam kategori D (Decay).
b. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen
dimasukkan dalam kategori D (Decay).
c. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D (Decay).
d. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam
kategori M (Missing).
e. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan
perawatan ortodonti tidak dimasukkan dalam kategori M (Missing).
f. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F
(Filling).
g. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori
F (Filling).
h. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak dimasukkan
dalam kategori M (Missing) (Hiremath, 2011).
Rata-rata penilaian indeks DMF-T digunakan rumus:
24
2.12 Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Pengertian
Penyuluhan kesehatan gigi adalah pendidikan kesehatan yang berisi
komunikasi, informasi dan edukasi sebagai upaya promotif dalam meningkatkan
kesehatan gigi masyarakat. Keberhasilan seorang penyuluh kesehatan setelah
memberikan penyuluhan dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku sasaran
yang diharapkan dapat menolong dirinya sendiri maupun orang lain dalam
memelihara dan menjaga kesehatan. Perubahan perilaku tentunya tidak dapat
terjadi secara langsung tetapi melalui suatu proses belajar yang dapat dinilai dari
hasilnya. Metode penyuluhan yang tepat sangat membantu pencapaian usaha
dalam mengubah tingkah laku sasaran (Nurfalah dkk, 2014).
b. Metode
Fitriani pada tahun 2011 menyatakan hanya ada dua jenis metode dalam
penyuluhan kesehatan gigi, yaitu:
1.) One way method
Metode ini menitikberatkan pendidik yang aktif, sedangkan pihak sasaran
tidak diberi kesempatan untuk aktif. Salah satu contoh dari one way method
adalah metode ceramah. Ceramah adalah cara penyajian informasi yang dilakukan
penyuluh dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap
pendengar atau sasaran. Metode ceramah dapat dilakukan dengan atau tanpa alat
bantu. Beberapa contoh alat bantu yang dapat digunakan adalah media poster,
power point, boneka karakter dan buku cerita bergambar. Metode ceramah dapat
digunakan jika tujuan belajar yang ingin dicapai berkenaan dengan ranah kognitif.
Keuntungan menggunakan metode ceramah antara lain, tidak memerlukan alat
peraga yang banyak, murah dan mudah menggunakannya, serta waktu yang
diperlukan dapat dikendalikan oleh penyuluh, sedangkan kekurangan
menggunakan metode ceramah antara lain, dapat menimbulkan kebiasaan kurang
aktif untuk mencari dan mengelola informasi, serta tidak semua sasaran memiliki
daya tangkap yang sama sehingga sering menimbulkan salah paham dalam
mengartikan materi penyuluhan yang diberikan
25
2.) Two way method
Metode ini menjamin adanya komunikasi dua arah antara pendidik dan
sasaran, yang termasuk dalam metode ini antara lain:
a) Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran/ penyuluhan
dengan cara mempertunjukkan secara langsung cara melakukan sesuatu atau
mempertunjukkan suatu proses. Keuntungan dari metode demonstrasi adalah
proses penerimaan sasaran terhadap materi penyuluhan akan lebih berkesan secara
mendalam sehingga mendapatkan pemahaman atau pengertian yang lebih baik,
terlebih lagi bila para peserta dapat turut serta secara aktif melakukan demonstrasi.
Sementara itu kekurangan dari metode demonstrasi adalah apabila alat yang
diperagakan tidak dapat diamati dengan baik karena ukuran alat terlalu kecil,
maka hal tersebut mengakibatkan proses demonstrasi hanya dapat dilihat beberapa
orang yang berdekatan dengan pembicara.
b) Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti pura-pura. Simulasi adalah
metode penyuluhan dimana penyuluh dapat melakukan suatu kegiatan belajar
mengajar yang berorientasi pada penghayatan keterampilan aktualisasi dan praktik.
Metode simulasi bertujuan agar seseorang dapat bertingkah laku seperti orang lain,
dengan tujuan agar orang tersebut dapat mempelajari lebih mendalam tentang
bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu.
c) Permainan peran (Role playing)
Role playing adalah metode penyuluhan yang di dalam pelaksanaannya
sasaran harus memerankan satu atau beberapa peran tertentu. Keuntungan dari
metode ini adalah sebagian besar peserta dapat ikut aktif mengamati, mengalami,
dan menghayati perilaku tertentu sehingga materi penyuluhan dapat lebih mudah
dipahami dan dimengerti. Kerugian dari metode ini adalah terkadang peserta
kurang mampu membawakan peran dengan semestinya.
26
d) Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah proses interaksi belajar yang berisi pertanyaan
yang diajukan dan jawaban dari topik belajar tertentu. Keuntungan dari metode ini
adalah semua pihak yang terlibat mempunyai kesempatan untuk mengemukakan
pendapat. Kerugian dari metode ini adalah dapat terjadi perbedaan pendapat yang
berlarut-larut sehingga akan memerlukan waktu penyuluhan yang lebih lama.
e) Media
Fitriani pada tahun 2011 juga menyatakan bahwa, media yang dapat
digunakan dalam penyuluhan dapat dikelompokkan menjadi:
1) Media visual
Media ini berguna dalam membantu menstimulasi indra penglihatan pada
saat proses penyampaian materi penyuluhan dilakukan. Beberapa contoh
alat/benda yang termasuk dalam media visual adalah poster, boneka karakter,
Power Point, dan lain sebagainya.
2) Media audio
Media ini berguna dalam membantu menstimulasi indra pendengaran pada
saat proses penyampaian materi penyuluhan dilakukan. Beberapa contoh alat yang
termasuk dalam media audio adalah radio dan rekaman suara dalam kaset.
3) Media audiovisual
Media yang penyampaian pesannya dapat diterima oleh indra pendengaran
dan indra penglihatan. Contoh alat yang termasuk dalam media audiovisual adalah
film animasi.
27
BAB 3. METODOLOGI
28
3.1.1 Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dilakukan dengan cara mengukur skor
def-t, DMF-T dan OHI-S.
a. Pemeriksaan def-t dan DMF-T
Pemeriksaan DMF-T dilakukan dengan cara menghitung jumlah kerusakan
gigi yang disebabkan karies, gigi yang tanggal atau indikasi dicabutdan gigi yang
ditumpat karena karies pada gigi permanen sedangkan pemeriksaan def-t
dilakukan pada gigi sulung.
b. Pemeriksaan OHI-S
Skor OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan skor DI-S dan CI-S.
c. Menyikat gigi bersama
Sebelum melakukan sikat gigi bersama terlebih dahulu dioleskan bahan
pewarna pada gigi siswa yang akan melakukan sikat gigi bersama untuk
membantu agar debris dapat terlihat jelas.
Pada kegiatan ini siswa diinstruksikan untuk mengerjakan soal post test
setelah dilakukan penyuluh dan menyikat gigi bersama ini dilakukan di lapangan
oleh seluruh siswa kelas 1 sampai 6 SDN Sukojember 1, SDN Sukojember 3, dan
MI fatahillah.
29
Terdiri dari komponen Debris Index dan Calculus Index, dengan demikian
OHI merupakan hasil penjumlahan dari Debris Indeks dan Calculus Index, dimana
setiap indeks merupakan skala nilai dari 0-3.
3.2.4 DMF-T
Decay Missing Filling. Decay adalah kerusakan gigi permanen karena karies
yang masih dapat ditambal. M = Missing adalah gigi permanen yang hilang
karena karies atau gigi karies yang mempunyai indikasi untuk dicabut. F = Filling
yaitu gigi permanen yang telah ditambal karena karies.
3.2.5 def-t
Decay Exfoliate Filling. Decay adalah kerusakan gigi sulung karena karies
yang masih dapat ditambal. E = Exfoliated adalah gigi sulung yang hilang karena
karies atau gigi karies yang mempunyai indikasi untuk dicabut. F = Filling yaitu
gigi permanen yang telah ditambal karena karies.
30
e. Pasta gigi yang mengandung fluor
f. Air mineral 220 ml
31
3.6 Pembagian Anggota
MI Fatahillah
Koordinator : Nabilah Dzakiyatul Fakhirah
Kelas 1, 2, 3 : Erlita, Agya, Zulfah
Kelas 4, 5, 6 : Yas’a, Yuniko, Dhita, Nabilah
SDN Sukojember 01
Koordinator : Paramita Rachmawati Zulkarnain
Kelas 1 : Nanik, Aini
Kelas 2 : Yas’a, Paramita
Kelas 3 : Prisca, Shinta
Kelas 4 : Umil, Kanwangwang
Kelas 5 : Afthin, Faiza
Kelas 6 : Nabilah, Rusella
Dogicil : Narita, Ziyana, Primawati
SD Sukojember 03
Koordinator : Erfika Arifanti
Kelas 1, 2, 3 : Aisha, Erfika
Kelas 4, 5, 6 : Dini, Arie, Yona, Erlangga
Dogicil : Arina, Lady, Benny
32
Sedangkan jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen maka dilakukan
uji non parametrik Wilcoxon Sign Test. Data DMF-T dan def-t antara kelas satu
sampai enam, kemudian dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Jika data
terdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji parametrik One Way Anova
dengan uji lanjutan LSD sedangkan jika data tidak terdistribusi normal dan tidak
homogen maka dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis dengan uji lanjutan
Mann Whitney.
33
BAB 4. HASIL KEGIATAN
4.1.1 Uji pada Kelompok Pre Test dan Post Test Penyuluhan pada SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah Sebelum dan
Sesudah Penyuluhan
34
Tabel 4.1 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test
di SDN Sukojember 01
Gambar 4.1 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test di SDN
Sukojember 01
35
Tabel 4.2 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test
di SDN Sukojember 03
Gambar 4.2 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test di SDN
Sukojember 03
36
Tabel 4.3 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test
di MI Fatahillah
Gambar 4.3 Perbandingan jumlah siswa menurut kategori nilai pre test dan post test di MI
Fatahillah
37
4.1.2 Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut Peserta UKGS pada SDN Sukojember
01, SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah Sebelum dan Sesudah Sikat Gigi
Tabel 4.4 Perbandingan OHI-S sebelum, sesudah dan selisih sikat gigi di SDN
Sukojember 01
SDN Sukojember 01
Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta selisihnya di
SDN Sukojember 01.
38
Gambar 4.4 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta selisihnya di SDN
Sukojember 01
Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 menunjukkan perbandingan skor OHI-S yang
terdiri dari DI-S dan CI-S sebelum dan sesudah dilakukan sikat gigi bersama.
Skor DI-S sesudah dilakukan sikat gigi bersama mengalami penurunan sebesar
0,56 yang berarti terdapat perubahan yang lebih baik. Sebanyak 173 siswa SDN
Sukojember 1 yang terdiri dari siswa kelas 1 sampai kelas 6 dilakukan
pemeriksaan OHI-S dan sikat gigi bersama.
Tabel 4.5 Perbandingan OHI-S sebelum, sesudah dan selisih sikat gigi di SDN
Sukojember 03
SDN Sukojember 03
39
Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta selisihnya
di SDN Sukojember 03.
Gambar 4.5 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta selisihnya di SDN
Sukojember 03
Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 menunjukkan perbandingan skor OHI-S yang
terdiri dari DI-S dan CI-S sebelum dan sesudah dilakukan sikat gigi bersama.
Skor DIS sesudah dilakukan sikat gigi bersama mengalami penurunan sebesar
0,69 yang berarti terdapat perubahan yang lebih baik. Sebanyak 70 siswa SDN
Sukojember 3 yang terdiri dari siswa kelas 1 sampai 6 dilakukan pemeriksaan
OHI-S dan sikat gigi bersama.
Tabel 4.6 Perbandingan OHI-S sebelum, sesudah dan selisih sikat gigi di MI
Fatahillah
MI Fatahillah
40
Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta selisihnya di
MI Fatahilah
Gambar 4.6 Perbandingan skor OHI-S sebelum dan sesudah sikat gigi serta selisihnya di MI
Fatahilah
Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 menunjukkan perbandingan skor OHI-S yang
terdiri dari DI-S dan CI-S sebelum dan sesudah dilakukan sikat gigi bersama.
Skor DIS sesudah dilakukan sikat gigi bersama mengalami penurunan sebesar
0,47 yang berarti terdapat perubahan yang lebih baik. Sebanyak 18 siswa MI
Fatahillah yang terdiri dari siswa kelas 1 sampai kelas 6 dilakukan pemeriksaan
OHI-S dan sikat gigi bersama.
4.1.3 Indeks Karies Gigi Peserta UKGS pada SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah Sebelum dan Sesudah Sikat Gigi
41
Tabel 4.7 Nilai Indeks Karies Gigi pada Siswa SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03 dan MI Fatahillah
def-t DMF-T
Nama Sekolah
DMF-
d e F def-t D M F
T
SDN
613 1005 0 8,8 196 4 1 0,8
Sukojember 01
SDN
254 173 0 6,1 57 0 0 0,7
Sukojember 03
Gambar 4.7 Nilai Indeks Karies Gigi pada SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03
dan MI Fatahillah
Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.7 menunjukkan nilai indeks karies
def-t pada gigi geligi siswa kelas 1 hingga kelas 6 di SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03, dan MI Fatahillah berada pada kategori tinggi dam sangat tinggi.
Nilai def-t sangat tinggi diperoleh di SDN Sukojember 01 sedangkan nilai def-t
42
tinggi diperoleh di SDN Sukojember 03 dan MI Fatahillah. Nilai indeks karies
DMF-T pada gigi geligi siswa kelas 1 hingga kelas 6 di SDN Sukojember 01,
SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah berada pada kategori sangat rendah.
4.2 Pembahasan
Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut adalah syarat penting dalam
membentuk sikap untuk sehat. Pengetahuan yang baik akan berdampak pada
perilaku merawat kesehatan gigi dan mulut yang baik pula. Penyuluhan kesehatan
gigi dan mulut adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku
seseorang, sekelompok orang atau masyarakat sehingga mempunyai pengetahuan,
sikap dan kebiasaan untuk berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan gigi dan
mulut. Penyuluhan yang dilakukan pada kegiatan UKGS kali ini menggunakan
metode kombinasi antara metode dongeng dengan media poster, ceramah,
demonstrasi dengan media phantom dan metode tanya jawab. Penggunaan metode
tersebut dianggap menjadi efektif karena dilihat dari antusias siswa sekolah dasar
yang peneliti lakukan penyuluhan, hal tersebut didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khairani (2017) dan Prasko dkk (2016) bahwa metode dongeng
dengan metode poster merupakan salah satu metode penyuluhan yang efektif
karena siswa pada usia tersebut lebih mudah memahami sesuatu secara visual
yang menarik dan demontrasi dimana siswa dilibatkan dan dicontohkan secara
langsung materi yang disampaikan.
Materi penyuluhan mencakup waktu menyikat gigi, makanan yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan waktu kunjungan ke dokter gigi. Keberhasilan
penyuluhan dapat dinilai berdasarkan hasil pre test sebelum penyuluhan dan post
test sesudah penyuluhan yang diberikan kepada siswa di ketiga sekolah tersebut.
Hasil pre test dan post test yang sudah ditabulasi kemudian dilakukan analisis
perbedaan menggunakan uji Wilcoxon, dikarenakan pada uji normalitas dari data
yang didapat pada ketiga sekolah dasar menggunakan kolmogorov-smirnov
didapatkan data tidak terdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan uji non
parametrik. Nilai probabilitas hasil uji beda skor pre test dan post test penyuluhan
didapatkan kurang dari nilai α (0.05) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
43
nilai pre test dengan post test dari masing-masing ketiga sekolah dasar tersebut
ada beda. Hasil pada penelitian didapatkan nilai post test di ketiga sekolah dasar
mengalami peningkatan dibandingkan hasil pre test seperti yang ditunjukkan pada
tabel 4.1, tabel 4.2, dan tabel 4.3. Data penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan pengetahuan pada siswa di ketiga sekolah dasar.
Pemeriksaan skor OHI-S, DMF-T, def-t, dan sikat gigi bersama
merupakan kegiatan lain yang peneliti lakukan untuk melengkapi kegiatan UKGS
pada ketiga sekolah tersebut. Penilaian kebersihan gigi dan mulut menggunakan
indeks OHI-S yang merupakan jumlah Debris Indeks (DI) dan Calculus Indeks
(CI). Oral Hygiene Indeks Simplified (OHI-S) digunakan untuk menilai hasil dari
cara menyikat gigi, menilai kegiatan kesehatan gigi dari siswa. Pemeriksaan OHI-
S ini hanya dilakukan pada enam gigi yang dianggap mewakili baik regio anterior
maupun regio posterior dari seluruh gigi di dalam rongga mulut dan pemeriksaan
karies, gigi hilang, gigi ditambal menggunakan indeks DMF-T (RISKEDAS,
2013).
Pemeriksaan OHI-S pada seluruh siswa dari SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03, dan MI Fatahillah dilakukan sebelum dan sesudah sikat gigi
bersama. Penelitian pada ketiga sekolah dasar, didapatkan hasil penilaian indeks
debris mengalami penurunan, seperti yang tertera pada tabel 4.4, tabel 4.5, dan
tabel 4.6. Penurunan debris indeks ini disebabkan oleh karena saat sikat gigi
hanya bisa menghilangkan komponen lunak namun pada calculus indeks tidak
mengalami perubahan karena kalkulus tidak dapat dihilangkan hanya dengan
kegiatan menyikat gigi (Hermawan dkk, 2015). Hasil ini juga menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan signifikan antara nilai OHI-S sebelum dan sesudah
sikat gigi bersama yang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa
untuk untuk membersihkan gigi setelah diberikan materi cara menyikat gigi
dengan baik dan benar. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak
berhubungan dengan indeks kebersihan mulut, dimana semakin baik tingkat
pengetahuan pada anak maka semakin baik pula indeks OHI-S, sehingga
kemungkinan materi penyuluhan yang disampaikan dapat diterima dengan baik
oleh siswa di ketiga sekolah dasar tersebut (Sari dkk, 2015; Thioriyz, 2010).
44
Indeks karies DMF-T dan def-t juga dilakukan, hasil pada tabel 4.7
menunjukkan bahwa indeks DMF-T memiliki kategori yang rendah dan def-t
memiliki kategori yang sangat tinggi, hal ini didukung dengan penelitian di Brazil
dan Iran pada tahun 2013 bahwa skor DMF-T rendah pada anak usia dibawah 14
tahun dan skor DMF-T tinggi pada anak usia di bawah 14 tahun, hal ini
disebabkan karena pada usia tersebut, anak-anak masih berada pada fase geligi
pergantian. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan
dalam bidang perawatan gigi baik preventif maupun kuratif, hal ini kemungkinan
disebabkan karena pada masa anak-anak cenderung membiarkan giginya yang
terserang karies bila tidak ada rasa sakit dan tidak langsung berobat ke dokter gigi.
Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan F/f yakni tidak adanya
gigi yang ditumpat dalam pemeriksaan DMF-T dan def-t (Rattu, 2013).
Indeks OHI-S dan indeks DMF-T dan def-t dilakukan uji korelasi
menggunakan uji Pearson, untuk melihat apakah terdapat hubungan antara
kebersihan rongga mulut dan karies pada siswa di ketiga sekolah dasar tersebut.
Uji korelasi OHI-S dengan DMF-T, dan OHI-S dengan def-t menunjukkan hasil
yang beragam. Ada beberapa data yang tidak signifikan didapat pada data uji
korelasi OHI-S dengan DMF-T di SDN Sukojember 01 dan SDN Sukojember 03.
Uji korelasi OHI-S dan def-t di SDN Sukojember 01 juga didapatkan hasil yang
tidak signifikan. Hasil yang tidak signifikan pada uji korelasi ini dikarenakan
responden masih berada pada fase gigi geligi pergantian. Penelitian Mahmood dan
Rohman B. dalam Rattu (2013), serta beberapa penelitian juga menjelaskan
bahwa tidak terdapat hubungan indeks OHI-S sebagai indikator kebersihan mulut
dengan indeks DMF-T sebagai indikator karies karena dalam penelitian tersebut
beberapa anak memiliki kebersihan mulut yang buruk namun skor kariesnya
rendah selama konsumsi gula terkontrol.
45
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Nilai post test pada siswa SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan
MI Fatahillah mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pre test,
yang menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan setelah dilakukan
penyuluhan.
5.1.2 Skor OHIS pada siswa SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI
Fatahillah mengalami penurunan dari sebelum sikat gigi dan sesudah sikat
gigi, yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan mengenai
kebersihan gigi dan mulut terutama mengenai cara menyikat gigi.
5.1.3 Indeks DMF-T sangat rendah dan def-t sangat tinggi karena siswa SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah sedang dalam fase
geligi pergantian.
5.1.4 Hubungan skor OHI-S dan skor DMF-T/ det-t beragam karena siswa dalam
fase geligi pergantian.
5.2 Saran
5.2.1 Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan plaque indeks dalam
menghitung skor kebersihan rongga mulut untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik.
5.2.2 Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan sampel yang tidak
dalam fase geligi pergantian.
46
i
i
DAFTAR PUSTAKA
Carranza F.A., Newman M.G., dan Takei H.H. 2015. Carranza’s Clinical
Periodontology 12th Edition. Philadelphia: W. B. Saunders Company.
Dewi, R. K., Herwanda, dan Novota, C. F. 2017. Gambaran Status Karies Gigi
(Indeks DMF-T) pada Pasien Thalasemia Beta Mayor di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Volume 2, Nomor 2 (Mei
2017): 71 – 77.
Djumingin, Sulastriningsih. R. Vivi & Bakhtiar. 2014. Penilaian Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia, Teori dan Penerapannya. Makassar:
Badan Penerbit UNM.
Embisa, Yurnila A., Tendean, Lydia., Zuliari, Kustina. 2016. Pengaruh konsumsi
buah nanas (Ananas comosus (L) Merr) terhadap penurunan indeks plak
pada ank usia 10-12 tahun di SD Inpres 4/82 pandu. Jurnal e-Gigi. Vol.
4, No. 2, juli-desember 2016.
Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Cetakan 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Haryanti D.D., Adhani R., Aspriyanto D., dan Dewi I.R. 2014. Efektivitas
Menyikat Gigi Metode Horizontal, Verticaldan Roll terhadap Penurunan
Plak pada Anak Usia 9-11 Tahun. Dentino (Jur. Ked.Gigi).Vol. 2 (2): 150
-154.
47
Haryani, S., Sahar, J., Dan Sukihananto. 2016. Penyuluhan Kesehatan Melalui
Media Cetak Berpengaruh Terhadap Perawatan Hipertensipada Usia
Dewasa Di Kota Depok. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 19
No.3, November 2016, Hal 161-168.
48
Novita, C. F., Andriany, P., Dan Maghfirah, S. I. 2016. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Kebersihan Gigi Dan Mulut Dengan Tingkat
Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa SD Usia 10-12 Tahun. Syiah Kuala
Dent Soc.Vol 1 (1): 73 – 78.
Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta;
2010.
Oktavilia, W. D., Probosari, N., dan Sulistiyani. 2014. Perbedaan OHI-S DMF-T
dan def-t Pada Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Letak Geografis Di
Kabupaten Situbondo. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no.1), Januari,
2014.
Putri MH, Herijulianti E, Nurjanah N. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras
dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta. ECG; 2011. p: 1,56 – 77, 107 –
109.
Pay, Mery Novaria., Sri Widiati.,dan Niken Widyanti Sriyono. 2016. Identikasi
faktor yang mempengaruhi perilaku anak dalam pemeliharaan kebersihan
gigi dan mulut: Studi pada Pusat Pengembangan Anak Agape Sikumana
Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia: Vol.2 No.1.
Pratiwi, Diah Ajeng., Henry Setyawan Susanto., Ari Udiyono. 2016. Gambaran
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (Ukgs) dan Skor
Plak Murid (Studi pada Sekolah Dasar dan Sederajat di Wilayah Kerja
Puskesmas Padangsari Kota Semarang). E-journal: Vol.IV No. 4
Prasko., Bambang Sutomo dan Bedjo Santoso. 2016. Penyuluhan Metode Audio
Visual dan Demonstrasi Terhadap Pengetahuan Menyikat Gigi pada Anak
Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan Gigi Vol.03 No.2
49
Rahmawati, I., Julita, H., Agus, P. 2011. Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut Pada
Anak Sekolah Dasar. Berita Kedokteran Masyarakat. 27(4): 180-186.
Rattu, A.J.M., Wicaksono, D., Wowor, V.E. 2013. Hubungan antara Status
Kebersihan Mulut dengan Karies Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Manado.
Safitri, Novita. 2015. Gambaran Perbedaan Sikat Gigi Konvensional dan Sikat
Gigi Khusus Orthodonti terhadap Penurunan Indeks Plak Pengguna
Orthodonti Cekat Pada Mahasiswa/i Poltekkes Tanjungkarang Tahun 2015.
Jurnal UGM: Vol.1
Sariningsih, Endang. 2014. Merawat Gigi Anak Sejak Usia Dini. Jakarta:
Gramedia.
50
LAMPIRAN
A. Daftar Hadir
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
B. Lembar Pemeriksaan UKGS
65
C. Dokumentasi
66
D. Metode Penyuluhan di Sekolah Dasar
67
Suatu hari ada gigi–gigi yang bernama Denta, Denti, dan Dento sedang
bermain di “Taman Manis”. Taman Manis banyak terdapat makanan manis,
seperti es krim, donat, permen, serta coklat. Mereka bertiga sangat senang dan
menikmati semua makanan yang tersedia di Taman Manis sampai mereka lupa
waktu. Beberapa lama kemudian mereka merasa kekenyangan dan baru
menyadari tubuh mereka sudah kotor, berlumuran coklat, es krim, dan permen.
Mereka tidak sadar kalau ada kuman yang mengejar mereka. Karena ketakutan
akhirnya mereka berlari menyelamatkan diri dan menemukan sebuah pohon ajaib.
Akhirnya mereka masuk ke dalam pohon ajaib tersebut. Pada ranting pertama
terdapat sebuah ruangan yang membuat mereka tertarik karena ruangan tersebut
bersinar. Dalam ruangan tersebut mereka bertemu dengan superodol dan
supersikat, ketiga sahabat tersebut disuruh untuk rajin menggosok gigi dua kali
sehari. Karena penasaran akhirnya ketiga sahabat tersebut bertanya kepada
supersikat dan superodol “Kapan waktu yang tepat untuk menggosok gigi?”.
Supersikat dan superodol menjawab “Pagi setelah sarapan dan malam sebelum
tidur.”. Kemudian, mereka naik ke batang yang lebih tinggi yaitu batang kedua.
Di sana ketiga sahabat tersebut disuruh makan makanan bergizi, yaitu 4 sehat 5
sempurna (nasi, lauk, sayur, buah, dan susu). Sayur seperti bayam, kangkung,
wortel. Buah seperti jeruk, pisang, mangga. Dan jangan lupa banyak-banyak
untuk minum air putih agar tubuh sehat dan gigi selalu terlindungi. Mereka
bertanya pada makanan sehat tersebut, “Bagaimana cara menjaga kesehatan gigi
selain rajin menggosok gigi 2 kali sehari dan makan makanan bergizi?” Makanan
bergizi pun menjawab, “Naiklah ke batang ketiga di sana kalian akan menemui
seseorang yang akan membantu kalian untuk menjaga kesehatan gigi kalian.
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan di batang ketiga ketiga sahabat tersebut
bertemu dengan seorang dokter gigi dan dokter gigi tersebut menyarankan mereka
untuk pergi ke dokter gigi 6 bulan sekali. Dan akhirnya, sampailah mereka pada
ujung pohon ajaib. Setelah diperiksa oleh dokter gigi tersebut akhirnya ketiga
sahabat tersebut kembali sehat, bersih, dan kuat.
68
E. Analisa Data Hasil Uji SPSS
SDN Sukojember 01
Test Statisticsb
posttest –
pretest
Z -3,225a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
SDN Sukojember 03
Test Statisticsb
postes –
pretest
Z -3,247a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,001
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Tes
MI fatahillah
Test Statisticsb
postest –
pretest
Z -2,754a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,006
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
69
SDN Sukojember 1 kelas 1
Test Statisticsa
postest –
pretest
Z -4,463b
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
70
SDN Sukojember 1 kelas 4
Test Statisticsa
sesudah –
sebelum
Z -5,240b
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
71
SDN Sukojember 3 kelas 1
Test Statisticsa
sesudah -
sebelum
Z -2,943b
Asymp. Sig. (2- ,003
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
72
SDN Sukojember 3 kelas 4
Test Statisticsb
sesudah -
sebelum
Z -2,388a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,017
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
73
MI Fatahillah
Test Statisticsb
Sesudah -
Sebelum
Z -3,751a
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
1. MI Fatahillah
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
74
Uji Beda OHI Sebelum dan Sesudah Menyikat Gigi
Test Statisticsa
Z -3,736b
Correlations
N 18 18
N 18 18
75
Correlations
N 18 18
N 18 18
2. SDN Sukojember 1
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
76
3. SDN Sukojember 3
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
1. MI Fatahillah
Test Statisticsa
Z -3,751b
77
2. SDN Sukojember 1
Test Statisticsa
OHISesudah – OHISebelum
Z -11,428b
3. SDN Sukojember 3
Test Statisticsa
Z -6,966b
78
Uji Korelasi OHI-S dengan DMF-t dan def-t
1. MI Fatahillah
Correlations
OHIS DMFt
N 18 18
N 18 18
Correlations
OHIS deft
N 18 18
N 18 18
79
2. SDN Sukojember 1
Correlations
N 196 196
N 196 196
Correlations
N 196 196
N 196 196
80
3. SDN Sukojember 3
Correlations
N 70 70
N 70 70
Correlations
N 70 70
N 70 70
81
PENYULUHAN GUNA MENINGKATKAN PENGETAHUAN KESEHATAN
GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DESA SUKOJEMBER
KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER
Oleh:
KELOMPOK PENYULUHAN PUTARAN 1
Koordinator : Qurrotulaini Wahyu P. (141611101035)
Anggota : I Putu Erlangga (111611101096)
Yuniko Dimas A. (141611101068)
Nadia Farhatika (141611101014)
Arie Puspa Ningtyas (141611101003)
Nanik Rahmawati (141611101006)
Anindhita Virliana J. (141611101029)
Zulfah Al-Faizah (141611101017)
Pembimbing:
drg. Hestieyonini H., M.Kes
drg Kiswaluyo, M.Kes
Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes
Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kes
drg. Surartono Dwiatmoko, M.M
drg. Elyda Akhya M., MIPH
i
KATA PENGANTAR
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapang Putaran 1 Kelompok Penyuluhan yang
berjudul “Penyuluhan Guna Meningkatkan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut
Pada Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember”. Laporan
ini disusun atas kegiatan yang telah dilakukan selama praktikum di Desa Sukojember
Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis
menyampaikan terima kasih yang tiada terhingga kepada:
1. drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M. Kes, selaku Kepala Bagian IKGM
(Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat) FKG Universitas Jember,
2. drg. Kiswaluyo, M. Kes, selaku dosen pembimbing,
3. Dr. drg. Ristya Widi E., M.Kes selaku dosen pembimbing,
4. Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M.Kes selaku dosen pembimbing,
5. drg. Surartono Dwiatmoko, M.M selaku dosen pembimbing,
6. drg. Elyda Akhya M., MIPH selaku dosen pembimbing,
7. dr. Alfi selaku kepala Puskesmas dan drg. Sari Yuniarti selaku dokter gigi
Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember,
8. Seluruh staf Puskesmas, Bidan, dan Kepala Dusun Cangkring, Dusun
Krajan Timur, dan Dusun Leces 1 Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk
Kabupaten Jember,
9. Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember,
10. Teman-teman praktik Pemberdayaan Dan Pendidikan Kesehatan
Masyarakat Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat putaran 1.
ii
Laporan ini masih memiliki kekurangan, karenanya saran dan kritik demi
perbaikan laporan ini sangat diharapkan penulis. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi semua pihak. Amin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................................. i
Kata Pengantar .......................................................................................... …….ii
Daftar Isi............................................................................................................. iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 3
1.3 Tujuan............................................................................................................ 3
1.4 Manfaat.......................................................................................................... 3
BAB 2. MATERI KEGIATAN
2.1 Faktor penyebab rampan karies...................................................................... 4
2.2 Pencegahan Karies Rampan ………………………………………………... 7
BAB 3. METODELOGI
3.1 Metode dan Media Penyuluhan...................................................................... 8
3.2 Sasaran........................................................................................................... 9
3.3 Pelaksanaan.................................................................................................... 9
3.4 Topik Kegiatan............................................................................................... 9
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kegiatan ………………………………………………………........... 10
4.1.1 Penyuluhan RA Fatahillah Dusun Krajan Timur................................... 10
4.1.2 Penyuluhan PAUD Al-Mustarsyidi………........................................... 10
4.1.3 Penyuluhan TK Fatahillah……………................................................. 10
4.2 Hasil Data Kegiatan ....................................................................................... 11
4.3 Pembahasan ……………………………………………………………... 11
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan...................................................................................................... 17
5.2 Saran................................................................................................................ 17
iv
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 18
LAMPIRAN....................................................................................................... 19
v
BAB 1. PENDAHULUAN
1
yang memberikan makan manis, lengket dan minum susu dalam botol hingga
anak tertidur turut memperparah karies rampan yang diderita (Asse, 2010).
Karies rampan sering menimbulkan banyak keluhan yang sering dialami
oleh anak seperti salah satunya adalah rasa sakit. Rasa sakit menyebabkan anak
seringkali menangis atau rewel. Rasa sakit disebabkan oleh akibat dari adanya
sensifitifitas dentin atau sudah terjadi iritasi pada pulpa. Selain rasa sakit, anak
akan mengalami kesulitan makan yang nantinya akan menyebabkan berkurangnya
asupan nutrisi yang masuk pada tubuh, sehingga menghambat tumbuh
kembangnya. Karies rampan juga memicu adanya bau khas seperti bau gas H2S
yang disebabkan oleh karena adanya plak dan debris yang telah terakumulasi
dengan bakteri. Hal yang paling dominan dari karies rampan adalah estetika
penderita menjadi terganggu oleh karena karies rampan sering mengenai gigi
depan (Sutandi, 2002; Asse, 2010).
Adanya karies rampan perlu segera ditanggulangi pada anak yang sedang
dalam masa tumbuh kembang. Penanggulangan karies rampan harus dilakukan
secara sistematis dan komprehensif serta sesuai dengan prinsip pencegahan dan
perawatan secara menyeluruh berdasarkan urutan prioritas. Menyikat gigi secara
teratur dua kali sehari pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur serta
konsultasi ke dokter gigi rutin enam bulan sekali dapat menjadi upaya pencegahan
agar bakteri penyebab karies tidak lebih berkembang ke daerah yang luas dan
karies dapat terhindar (Sutandi, 2002). Selain itu, pengetahuan masyarakat akan
pentingnya tindakan berobat ke dokter gigi masih dikategorikan rendah
(Sumanti, 2013). Untuk mendukung pernyataan di atas, kami melakukan
penelitian pendahuluan untuk mengetahui tindakan berobat gigi pada masyarakat.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan pada Desa
Sukojember Kecamatan Jelbuk yang terdiri dari Dusun Cangkring, Leces 1, dan
Krajan Timur, didapatkan hasil kuesioner tindakan berobat gigi pada masyarakat
tersebut. Masyarakat dusun Cangkring dengan jumlah populasi 89 orang,
berdasarkan kuesioner tindakan berobat gigi 33 orang termasuk dalam kategori
buruk, 42 orang termasuk dalam 45 kategori sedang, dan 14 orang termasuk
dalam kategori baik. Masyarakat dusun Leces 1 dengan jumlah populasi 80 orang,
2
berdasarkan kuesioner tindakan berobat gigi 35 orang termasuk dalam kategori
buruk, 30 orang termasuk dalam kategori sedang, dan 15 orang termasuk dalam
kategori baik. Masyarakat dusun Krajan Timur dengan jumlah populasi 81 orang,
berdasarkan kuesioner tindakan berobat gigi 35 orang termasuk dalam kategori
buruk. 29 orang termasuk dalam kategori sedang, dan 17 orang termasuk dalam
kategori baik.
Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menjadikan hal tersebut sebagai
dasar untuk melakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan tujuan untuk
meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya tindakan berobat gigi pada
masyarakat di Desa Sukojember meliputi Dusun Cangkring, Dusun Leces 1, dan
Dusun Krajan Timur melalui kegiatan promotif.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan dan tindakan masyarakat
tentang pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Dusun Cangkring,
Dusun Leces 1, Dusun Krajan Timur, Desa Sukojember, Kecamatan Jelbuk
Kabupaten Jember?
1.3 Tujuan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan tindakan masyarakat tentang
pentingnya kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Dusun Cangkring, Dusun
Leces 1, Dusun Krajan Timur, Desa Sukojember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten
Jember.
1.4 Manfaat
Masyarakat Dusun Cangkring, Dusun Leces 1, Dusun Krajan Timur, Desa
Sukojember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember mendapatkan pengetahuan
tentang kesehatan gigi dan mulut.
3
BAB 2. MATERI KEGIATAN
Etiologi karies rampan ini tidak berbeda dengan karies pada umumnya,
mengenai jaringan keras gigi ialah email, dentin dan sementum. Tanda
terjadinya karies adalah adanya demineralisasi bagian anorganik gigi diikuti oleh
kerusakan bahan organik. Proses demineralisasi ini terjadi karena adanya asam
yang dihasilkan dari proses fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme
(Sadimin, 2017).
4
sendiri-sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mariati (2015) bahwa setiap
anggota keluarga harus mempunyai sikat gigi sendiri-sendiri karena sikat gigi
yang digunakan bersama-sama bisa menimbulkan perkembangbiakan bakteri
dalam mulut. Di samping itu, sikat gigi yang digunakan bersama-sama akan
mudah rusak sehingga untuk membersihkan sisa-sisa makanan akan kurang
bersih dan makanan yang masih menempel di permukaan gigi dapat
menyebabkan terjadinya rampan karies (Sadimin, 2017).
Belum adanya kebiasaan rutin menyikat gigi atau berkumur air putih
setelah mengkonsumsi makanan manis dan melekat juga menyebabkan substrat
melekat lebih lama di permukaan gigi. Akibatnya gigi akan dalam keadaan asam
yang lebih lama dan rampan karies lebih mudah terjadi. Hal ini
menunjukkanbahwa karies merupakan penyakit multifaktorial yang mengenai
jaringan keras gigi. Jika terjadi tumpang tindih pada faktor gigi, saliva, substrat
dan waktu maka karies akan terjadi. Terlebih pada kasus gigi rampan karies,
faktor waktu memegang peranan yang sangat berpengaruh, di mana semakin
lama durasi waktu substrat melekat di permukaan gigi, maka semakin besar
kemungkinan rampan karies terjadi. Semakin lama jarak antara waktu terakhir
gigi terpapar substrat dengan kegiatan menyikat gigi, maka kemungkinan
terjadinya rampan karies juga akan semakin besar (Sadimin, 2017).
5
2.1.3 Pencegahan karies rampan menurut Syaifudin
1. Setelah diberi makan, bersihkan gusi anak dengan kain atau lap bersih.
Bersihkan atau sikat gigi anak jika giginya sudah erupsi.
2. Jangan membiarkan anak tertidur sambil minum melalui botol yang
berisi susu formula atau jus buah atau larutan yang manis.
3. Jika anak membutuhkan dot untuk pemberian makan yang regular
pada malam hari atau hingga tertidur, berilah anak dot bersih yang
direkomendasikan oleh dokter gigi atau dokter anak. Jangan pernah
memasukkan dot dengan minuman yang manis.
4. Mulai berkunjung ke dokter gigi sejak tahun pertama kelahiran secara
teratur. Jika anak mempunyai masalah dengan giginya, segera
periksakan ke dokter gigi.
5. Jika air yang diberikan kepada anak tidak mengandung fluoride,
tanyakan dokter gigi apa yang sebaiknya diberikan pada anak.
Proses rampan karies sama dengan proses karies biasa, hanya terjadinya
lebih cepat. Rampan karies pada anak akibat pemberian susu dengan botol ini
dikenal dengan nama karies botol. Karies botol dikenal dengan beberapa istilah
seperti: nursing bottle caries, baby bottle caries, baby bottle tooth decay.
Tingkat keparahan rampan karies mengikuti suatu pola tertentu menurut kategori
Dilley, dkk (1980), ialah: 1). Gigigigi insisivus sentralis rahang atas permukaan
labial, palatinal, mesial dan distal, 2). Gigi-gigi insisivus lateralis rahang atas
permukaan labial, palatinal, mesial dan distal, 3). Gigi-gigi molar pertama
rahang atas dan rahang bawah permukaan oklusal, 4). Gigi-gigi caninus rahang
atas dan rahang bawah permukaan labial, palatinal, mesial dan distal, 5). Gigi-
gigi molar kedua rahang atas dan rahang bawah permukaan oklusal, 6). Gigi-gigi
insisivus rahang bawah. Konsumsi makanan dan minuman yang bersifat
kariogenik akan memperkuat terjadinya rampan karies. Faktor luar yang
merupakan predisposisi dan pendukung terjadinya karies pada anak-anak antara
6
lain anak masih tergantung pada orang dewasa dalam hal kesehatan mulutnya.
Belum ada kesadaran anak dalam menjaga kebersihan mulut dan belum adanya
pengetahuan pada anak-anak tentang makanan/minuman yang merupakan faktor
resiko karies (Anggraini, 2011).
7
BAB 3. METODELOGI
8
3.1.2 Demonstrasi:
Cara menyikat gigi yang baik dan benar dengan menggunakan phantom.
3.3 Sasaran
Sasaran penyuluhan yaitu wali murid RA Fatahillah dusun Krajan Timur,
wali murid PAUD Al- Mustarsyidi dusun Leces 1,wali murid TK Fatahillah dusun
Cangkring Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk, Jember.
3.4 Pelaksanaan
1. Hari/tanggal : Rabu, 29 Agustus 2018.
Pukul : 08.00 – 10.00 WIB.
Tempat : RA Fatahillah, Dusun Krajan Timur
PAUD Al- Mustarsyidi, Dusun Leces 1
2. Hari/tanggal : Kamis, 30 Agustus 2018.
Pukul : 08.00 – 10.00 WIB.
Tempat : TK Fatahillah Dusun Cangkring
9
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
10
d. Cara mencegah rampan karies
e. Penanggulangan rampan karies
f. Cara dan waktu menggosok gigi yang baik dan benar
g. Waktu periksa rutin ke dokter gigi 6 bulan sekali
Jumlah pertanyaan sebanyak enam ,antara lain :
a. Bagaimanakah pasta gigi yang aman digunakan untuk anak-anak?
b. Bagaimanakah solusi dari anak-anak yang sudah terkena rampan
karies?
c. Apakah gigi yang rampan karies boleh dicabut?
d. Mengapa gigi anak tetap berlubang padahal sudah menggosok gigi
sebelum tidur dan sesudah sarapan?
e. Bagaimanakah cara menyikat gigi pada anak yang giginya baru
tumbuh?
f. Apabila tidak ada kasa untuk membersihkan gusi, bahan apa yang bisa
digunakan untuk membersihkan gusi?
11
4.2 Hasil Data Kegiatan
Peserta penyuluhan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
4.3 Pembahasan
Sasaran penyuluhan kami adalah kelompok ibu-ibu wali murid
TK/RA/PAUD yang terdapat di Desa Sukojember, Kecamatan Jelbuk, yakni wali
murid RA Fatahillah, wali murid PAUD Al- Mustarsyidi, wali murid TK
Fatahillah. Penyuluhan ini dilaksanakan pada hari Rabu dan kamis, 29-30 Agustus
2018. Tiga tempat TK tersebut dihadiri sebanyak 44 orang yang terdiri dari RA
Fatahillah di Dusun Krajan Timur sebanyak 15 orang, PAUD Al- Mustarsyidi di
dusun Leces 1 sebanyak 20 orang, dan TK Fatahillah di Dusun Cangkring
berjumlah 9 orang.
Pelaksanaan penyuluhan dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa
poster, serta penggunaan phantom dan sikat gigi untuk demo cara menyikat gigi
yang baik dan benar pada setiap penyuluhan yang bertujuan untuk mempermudah
penyampaian materi agar lebih tepat sasaran. Kegiatan penyuluhan sebagian besar
mendapat respon yang baik dari ibu-ibu wali murid TK dan PAUD. Tim penyuluh
memberikan materi penyuluhan yaitu materi kesehatan gigi dan mulut, meliputi:
pengertian rampan karies (gigi susu berlubang), faktor penyebab rampan karies,
proses terjadinya rampan karies, cara mencegah rampan karies, penanggulangan
rampan karies, cara dan waktu menggosok gigi yang baik dan benar, dan waktu
periksa rutin ke dokter gigi 6 bulan sekali. Materi tersebut diambil berdasarkan
hasil survey awal pada hari pertama yang menunjukkan permasalahan kesehatan
yang ada di Desa Sukojember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember adalah
kesehatan gigi dan mulut.
12
Peserta penyuluhan aktif dan antusias sehingga ada timbal balik yang baik
antara pemateri dengan sasaran penyuluhan saat penyajian materi. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta
penyuluhan pada saat sesi tanya jawab. Keaktifan dari peserta penyuluhan dapat
dilihat dari jumlah pertanyaan yang paling banyak muncul. Peserta yang bertanya
di dusun Krajan Timur sebesar 5 orang, dusun Leces 1 sebesar 6 orang, dan dusun
Cangkring sebesar 2 orang yang bertanya mengenai materi yang diberikan. Selain
itu, keantusiasan dari peserta penyuluhan dapat dilihat juga beberapa pertanyaan
lainnya yang diajukan mengenai kesehatan gigi dan mulut di luar materi yang
diberikan.
Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan sehingga dapat
mengubah tindakan seseorang di bidang kesehatan gigi dan mulut dalam
kehidupan sehari-hari, terutama ibu-ibu yang dapat berperan aktif dalam
mengajarkan cara menjaga kesehatan gigi dan mulut kepada anaknya dan anggota
keluarga lainnya.
Penyuluhan di RA Fatahillah dusun Krajan Timur dimulai pukul 08.00 WIB.
Sebelum memulai penyuluhan, bapak ketua yayasan mengajak para wali murid
untuk melaksanakan kegiatan rutin setiap bel masuk berbunyi yakni istighosah
bersama. Setelah melaksanakan istighosah, kemudian dilanjutkan dengan
pembukaan dan perkenalan para penyuluh dan peserta. Setelah itu dilanjutkan
dengan sesi penyuluhan materi kesehatan gigi dan mulut mengenai rampan karies
kepada para wali murid. Acara berlangsung lancar dan tidak ada kendala. Para
peserta menyimak dengan baik dan aktif bertanya. Beberapa peserta juga tidak
sungkan untuk mempraktikan cara menggosok gigi dengan phantom. Peserta juga
aktif bertanya perihal kesehatan gigi dan mulutnya. Total pertanyaan yang
diajukan peserta berjumlah 5 pertanyaan.
Penyuluhan pada PAUD Al- Mustarsyidi dusun Leces 1 berjalan baik dan
dimulai dengan tepat waktu. Acara pertama yaitu pembukaan dan sambutan
kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi penyuluhan mengenai rampan
karies. Kendala yang terdapat selama melakukan penyuluhan yaitu terdapat
beberapa murid takut dan menangis sehingga sedikit tidak kondusif pada awal
13
pemberian materi. Namun situasi kembali kondusif setelah para murid dikenalkan
dengan alat peraga penyuluhan dan wali murid juga sangat antusias dan kooperatif
dalam mengikuti materi. Hal tersebut dibuktikan dari 6 pertanyaan yang diajukan
oleh peserta penyuluhan. Secara keseluruhan penyuluhan ini berjalan lancar.
Penyuluhan pada RA Fatahillah dusun Cangkring dilakukan tepat waktu
yang dimulai pukul 08.00. Peserta yang datang pada acara penyuluhan sebanyak
9 orang dari 10 orang wali murid yang terdaftar. Acara dilaksanakan di masjid
dekat dari RA Fatahillah yang diawali dengan pembukaan kemudian dilanjutkan
dengan pemaparan materi rampan karies dan cara melakukan sikat gigi yang baik
dan benar. Setelah dilakukan pemaparan materi, dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab. Kendala yang terdapat dalam melakukan penyuluhan di dusun ini adalah
para wali murid cenderung pasif dalam merespon materi yang diberikan. Namun
ada 2 orang yang memberikan respon dengan mengajukan 2 pertanyaan pada sesi
tanya jawab. Secara keseluruhan, penyuluhan berjalan dengan lancar dan kondusif
hingga akhir acara.
Beberapa kendala yang ditemukan dalam melakukan penyuluhan yaitu:
1. Wali murid yang hadir tidak sesuai dengan jumlah keseluruhan murid di
TK oleh karena banyak bekerja di pagi hari.
2. Wali murid pada RA Fatahilah dusun Cangkring cenderung pasif dalam
merespon materi yang diberikan.
Berdasarkan materi yang diberikan dari kegiatan penyuluhan pada tiga
dusun yang berbeda di desa Sukojember, kecematan Jelbuk didapatkan 3 hal
utama yang menjadi pokok permasalahan yang berkaitan dengan masalah
kesehatan gigi dan mulut. Permasalahan yang pertama adalah apabila seorang
anak sudah terlanjur terkena rampan karies, penanggulangan apa yang dapat
diberikan. Anak yang sudah terlanjur terkena rampan karies dianjurkan untuk
segera ke dokter gigi untuk melakukan perawatan, mengubah perilaku menggosok
gigi yang baik dan benar yaitu menggosok gigi 2 kali sehari pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur, serta diet makanan manis yang diikuti oleh kebiasaan
mengosok gigi atau berkumur setelah makan. Selain itu perawatan harus tetap
dilakukan meskipun gigi susu hanya sisa akar.
14
Permasalahan yang kedua adalah pasta gigi apa yang aman diberikan pada
anak-anak. Pasta gigi yang aman digunakan untuk anak-anak adalah pasta gigi
yang mengandung fluor (fluor adalah zat yang melindungi gigi dari kerusakan).
Selain itu untuk anak-anak lebih dianjurkan untuk menggunakan pasta gigi yang
mengandung rasa-rasa agar anak lebih tertarik untuk menggosok gigi.
Permasalahan ketiga adalah tentang akibat pencabutan gigi pada gigi yang
terkena rampan karies sebelum gigi tetap tumbuh. Apabila pencabutan dilakukan
sebelum gigi permanen tumbuh maka akan menyebabkan terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan rahang untuk tempat tumbuhnya gigi tetap,
sehingga gigi tetap akan tumbuh secara tidak beraturan dan menyebabkan gigi
berantakan.
Ketiga permasalahan muncul karena kurangnya pengetahuan masyarakat
dari ketiga dusun mengenai tindakan berobat kesehatan gigi dan mulut yang
berkaitan dengan rampan karies. Berdasarkan hasil dari survey, ketiga dusun
tersebut menunjukkan bahwa tindakan berobat kesehatan gigi dan mulut pada
masyarakat desa masih sangatlah rendah, terbukti dari hasil kuisioner yang
menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih membiarkan giginya sembuh
sendiri dan lebih memilih membeli obat sakit gigi ke warung. Hal tersebut
menunjukkan masyarakat belum cukup pengetahuan untuk berobat ke dokter jika
sakit gigi. Mereka hanya menempelkan obat koyo atau obat gosok jika sakit gigi
dan bahkan beberapa masyarakat belum pernah ke dokter gigi karena mereka
mengaku tidak ada keluhan sebagai alasan untuk memeriksakan gigi secara rutin
ke dokter gigi. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai tindakan berobat
kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi 3 faktor yaitu faktor predisposisi
(predisposing factors) yang meliputi pengetahuan, sikap, tradisi, sistem nilai,
tingkat pendidikan, sosial ekonomi; faktor pemungkin (enabling factors) yang
meliputi ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, akses pelayanan, mutu
pelayanan; dan faktor penguat (reinforcing factors) meliputi sikap dan perilaku
orangtua atau keluarga, tokoh masyarakat, tokoh agama, petugas kesehatan, dan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan (Sumanti, 2013).
Adanya penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan tindakan dan pengetahuan
15
masyarakat dari ketiga dusun mengenai kesehatan gigi dan mulut terutama
rampan karies sehingga dapat melakukan upaya pencegahan dan melakukan
perawatan sedini mungkin pada unit pelayanan kesehatan terdekat.
16
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan penyuluhan mengenai rampan karies dan cara
menyikat gigi yang baik dan benar yang telah dilakukan adalah terjadi
peningkatan tindakan dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan
gigi dan mulut pada kelompok wali murid dusun Cangkring, dusun Leces 1, dan
dusun KrajanTimur, Desa Sukojember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember.
5.2 Saran
Kegiatan penyuluhan tentang rampan karies dan cara menyikat gigi yang
baik dan benar diharapkan dapat memberikan dampak positif berupa perubahan
perilaku masyarakat menjadi lebih tahu dan sadar akan pentingnya kesehatan gigi
dan mulut. Penyuluhan diharapkan dilakukan dengan metode lain yang lebih
menarik antusiasme kelompok wali murid. Materi-materi penyuluhan yang lebih
bervariasi juga diharapkan dapat disampaikan kepada masyarakat, sehingga dapat
diperoleh hasil yang sesuai dengan harapan, serta pengetahuan warga dalam
bidang kesehatan menjadi lebih luas.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mariati, N.T. 2015. Pencegahan dan Perawatan Karies Rampan. Manado. Jurnal
Biomedik (JBM), 7;1
Dilley GJ, Dilley DH, Machen JB. 1980. Prolonged Nursing Habits Approfile and
theirs families. J. Dent Child 47 ; 26-32
Asse R. 2010. Kesehatan Gigi dan Dampak Sosialnya (Catatan dari Maratua).
From kesehatan. kompasiana.com:
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/11/23/kesehatan-gigi-
dandampak-sosialnya-catatan-dari-maratua-320506.html (sitasi 29 Agustus
2018).
Kumala P, dkk. 2006. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta; EGC.
Radifah, S. 2004. Hubungan Sikap dan Pengetahuan Masyarakat tentang
Pencabutan Gigi di Kabupaten Bone. Skripsi. Program Sarjana Universitas
Hasanuddin Makassar.
Sumanti V, Widarsa T, Duarsa PD. Faktor yang berhubungan dengan partisipasi
orangtua dalam perawatan kesehatan gigi anak di Puskesmas Tegalalang.
Public Health and Preventive Medicine Archive 2013; 1(1): 39-42.
Sutandi, Heriandi. 2002. Penanggulangan Karies Rampan serta Keluhannya pada
Anak. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. vol 9(1): 5-8.
18
LAMPIRAN
Gambar 1. Poster Penyuluhan Cara Menyikat Gigi yang baik dan benar.
19
Gambar 2. Poster Penyuluhan Rampan Karies
20
Lampiran B. Dokumentasi Kegiatan
21
Gambar 5,6 dan 7. Penyuluhan di TK Fatahillah Dusun Cangkring, Desa Sukojember,
Kecamatan Jelbuk
22
Gambar 8 dan 9. Penyuluhan di TK Al-Mustarsyidi Dusun Leces Kecamatan Desa
Sukojember, Kecamatan Jelbuk
23
Lampiran C. Daftar Hadir Penyuluhan
24
Gambar 11. Dusun Cangkring, Desa Sukojember, Kecamatan Jelbuk.
25
Gambar 12. Dusun Krajan, Desa Sukojember, Kecamatan Jelbuk.
26
PROGRAM PELATIHAN KADER DOKTER GIGI KECIL DI SDN
SUKOJEMBER 01, SDN SUKOJEMBER 03, DAN MI FATAHILLAH 02
WILAYAH KERJA PUSKESMAS JELBUK
TAHUN 2018
Oleh :
Pembimbing :
drg. Hestieyonini H., M. Kes
drg. Kiswaluyo, M. Kes
Dr. drg. Ristya Widi E. Y., M. Kes
Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M. Kes
drg. Surartono Dwiatmoko, M. M
drg. Elyda Akhya M., MIPH
1
KATA PENGANTAR
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Putaran 1 Kelompok
Dokter Gigi Kecil yang berjudul “Program Pelatihan Kader Dokter Gigi Kecil di
SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02 Wilayah Kerja
Puskesmas Jelbuk Tahun 2018”. Laporan ini disusun atas kegiatan yang telah
dilakukan di Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. drg. Hestieyonini Hadnyanawati, M. Kes, selaku Kepala Bagian IKGM (Ilmu
Kesehatan Gigi Masyarakat) FKG Universitas Jember.
2. drg. Kiswaluyo, M. Kes, selaku dosen pembimbing.
3. Dr. drg. Ristya Widi Endah Yani, M. Kes, selaku dosen pembimbing.
4. Dr. drg. Ari Tri Wanodyo H., M. Kes, selaku dosen pembimbing.
5. drg. Surartono Dwiatmoko, M. M, selaku dosen pembimbing.
6. drg. Elyda Akhya M., M. M, selaku dosen pembimbing.
7. dr. Alfi selaku kepala Puskesmas Jelbuk dan drg. Sari Yuniarti selaku dokter
gigi Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.
8. Seluruh staf Puskesmas, Bidan, dan Kepala Dusun Cangkring, Krajan Timur,
dan Leces 1 Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten jember.
9. Masyarakat Desa Sukojember Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
10.Teman-teman Praktik Kerja Lapangan (PKL) putaran 1.
Laporan ini masih memiliki kekurangan, oleh karenanya saran dan kritik
terkait perbaikan laporan sangat diharapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Penulis
i2
DAFTAR ISI
ii3
4
5.2 Saran...................................................................................................... 37
Daftar Pustaka.................................................................................................. 38
Lampiran...........................................................................................................40
4iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
Salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut yaitu dengan
diadakannya program pembentukan kader-kader dokter gigi kecil. Hal ini
merupakan salah satu bagian dari usaha kesehatan gigi sekolah. Kader dokter gigi
kecil adalah seorang individu yang teroganisir dalam kurun waktu tertentu dan
selama itu kualitasnya terus ditingkatkan guna mencapai tujuan peningkatan
kesehatan gigi dan mulut (Kementrian Kesehatan RI, 2012).
Pemilihan dan pelatihan kader dokter gigi bertujuan sebagai penggerak
hidup bersih dan sehat baik lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat di
sekitarnya. Kader dokter gigi kecil yang telah dipilih dan dilatih diharapkan
memiliki peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang kesehatan
khususnya kesehatan gigi dan mulut serta dapat menyampaikannya kepada orang
lain khususnya teman seusianya (Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Kader dokter gigi kecil yang dipilih adalah siswa siswi sekolah dasar yang
aktif, berprestasi, berwatak pemimpin, bertanggung jawab, bisa memahami
informasi baru yang diberikan, berpenampilan bersih, berperilaku baik, berbudi
pekerti baik, dan suka menolong (Departemen Kesehatan RI, 2001). Peserta
pelatihan kader dokter gigi kecil diharapkan dapat mengajarkan kepada teman-
temannya tentang cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Oleh sebab itu,
kegiatan dokter gigi kecil ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman siswa sehingga timbul motivasi agar siswa tersebut lebih aktif dalam
berperan menjadi kader dokter gigi kecil.
2
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perbedaan pengetahuan dan keterampilan kader dokter gigi kecil
sebelum dan sesudah pemberian materi kesehatan gigi dan mulut melalui
program pelatihan dokter gigi kecil di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember
03, dan MI Fatahillah 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
2. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan keterampilan kader dokter gigi
kecil sebelum dan sesudah pemberian materi kesehatan gigi dan mulut melalui
program pelatihan dokter gigi kecil di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember
03, dan MI Fatahillah 02 Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember.
3
BAB 2. MATERI KEGIATAN
2.1.1 Bibir
Bibir ialah bagian dari rongga mulut yang tampak dari luar, terdiri dari
bibir atas dan bibir bawah. Fungsi dari bibir antara lain:
a. Menjaga makanan dan minuman agar tidak sampai tercecer keluar mulut.
b. Merasakan panas dan dinginnya makanan/minuman.
c. Membantu berbicara.
d. Membentuk mimik dan kecantikan wajah (Kemenkes RI, 2012).
2.1.2 Lidah
Lidah terdiri dari otot-otot yang dilapisi oleh selaput lendir. Otot-otot
tersebut dapat digerak-gerakkan. Fungsi utama lidah adalah sebagai alat perasa
serta pengecap makanan, untuk menjilat, berbicara, pengecap makanan, dan dapat
membantu menelan (Kemenkes RI, 2012).
4
2.1.3 Gusi
Gusi merupakan jaringan lunak di sekitar mahkota gigi. Gusi termasuk
jaringan penyangga gigi. Pada umumnya gusi berwarna merah muda, akan tetapi
ada pula gusi yang berwarna kehitam-hitaman atau kecoklat-coklatan, ini
disebabkan karena adanya zat pigmen di dalam gusi itu. Fungsi gusi adalah untuk
melindungi serat-serat halus yang mengikat akar gigi kepada tulang rahang
(Kemenkes RI, 2012).
2.1.4 Gigi
Gigi merupakan struktur yang keras menyerupai tulang dan tertanam pada
rahang atas dan rahang bawah manusia dan berfungsi sebagai alat pengunyahan
(mastikasi), proses pengucapan (fonetik), dan berperan dalam penampilan (estetik)
(Harshanur dkk, 2012).
Gigi terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Mahkota gigi yaitu bagian gigi yang tampak dalam rongga mulut.
b. Akar gigi yaitu bagian gigi yang tertanam di tulang rahang, bagian ini
tertutup oleh gusi (Kemenkes RI, 2012).
5
untuk melindungi bagian-bagian dalam gigi dari rangsangan panas dan
dingin (Agi dkk., 2016).
b. Dentin: merupakan bagian gigi yang berada di bawah email yang berwarna
lebih kuning dari email dan memiliki kemampuan untuk memperbaiki
bagiannya yang rusak, karena dentin dibentuk oleh pulpa. Pada dentin
terdapat ujung-ujung saraf yang berasal dari pulpa, dan fungsi lain dari
dentin adalah melindungi pulpa (Harshanur dkk, 2012).
c. Pulpa: merupakan tempat saraf dan pembuluh darah yang memberi
kehidupan pada gigi. Pulpa berfungsi untuk membentuk dentin primer
pada masa pembentukan gigi, jika terjadi kerusakan odontoblas, sel pulpa
dapat membentuk sel yang hampir serupa dengan odontoblas, yang
fungsinya dapat mengganti dentin yang rusak (Tarigan, 2004).
d. Sementum adalah bagian yang melapisi seluruh permukaan akar gigi.
e. Jaringan periodontal (serat selubung akar gigi) adalah serabut-serabut
yang menyelubungi akar gigi yang melekat pada sementum dan alveolar.
Berfungsi untuk menahan tekanan agar tidak langsung mengenai tulang.
6
setengah rahang terdapat 8 buah gigi, yaitu 2 gigi seri, 1 taring, 2 premolar
(gigi geraham kecil) dan 3 buah geraham besar. Gigi premolar (geraham
kecil) menggantikan 2 gigi geraham kecil (Harshanur dkk., 2012).
7
Gambar 2.4 Macam gigi yang ada di rongga mulut
8
Gambar 2.5 Cara Menyikat Gigi yang Benar
Menyikat gigi idealnya dilakukan 2 kali yaitu pada saat pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur dengan menggunakan pasta gigi yang
mengandung fluor. Menyikat gigi setidaknya 2-3 menit dengan gerakan yang
tidak terlalu keras karena dapat menyebabkan terkikisnya email pada gigi.
Sebaiknya mengganti sikat gigi tiap tiga bulan sekali atau bila bulu sikat sudah
mekar (Kemenkes RI, 2012).
9
2.4 Makanan Penyebab Gigi Berlubang
Makanan manis dan lengket banyak mengandung gula. Makanan yang
mengandung gula dapat menyebabkan gigi berlubang. Makanan yang dapat
menyebabkan gigi berlubang atau karies disebut makanan kariogenik. Semua
makanan karbohidrat bisa menyebabkan kerusakan gigi, terutama makanan yang
mengandung gula. Makanan yang mengandung gula adalah permen, es krim,
coklat dan aneka kue. Makanan ini dapat menyebabkan gigi berlubang
dikarenakan dalam makanan ini mengandung kadar gula yang lebih tinggi di
bandingkan makanan lainnya, karena gula merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri. Bakteri tersebut akan menghasilkan asam sehingga dapat
menyebabkan gigi berlubang. Makanan dapat menyebabkan gigi berlubang,
namun tidak perlu takut untuk mengkonsumsinya asalkan rajin membersihkan dan
merawat gigi dengan baik dan benar yaitu dengan cara menyikat gigi atau
berkumur-kumur setelah makan makanan tersebut (Riani dan Saraswati, 2005).
10
yang lengket. Di samping itu frekuensi konsumsi makanan kariogenik juga
mempunyai kontribusi terhadap tingkat kariogenitas makanan. Namun apabila
setelah mengkonsumsi makanan kariogenik anak segera mengkonsumsi air putih,
menggosok gigi atau mengkonsumsi sayur dan buah segar maka resiko terjadinya
karies gigi dapat diturunkan (Hidayanti, 2007).
Konsumsi buah dan sayuran segar yang kaya akan vitamin, mineral, serat
dan air dapat melancarkan pembersihan sendiri pada gigi, sehingga luas
permukaan plak dapat dikurangi dan pada akhirnya dapat karies gigi dapat
dicegah. Buah-buahan segar seperti apel, bengkoang, pear, semangka serta
sayuran seperti wortel dan lain-lain dapat merangsang fungsi pengunyahan dan
meningkatkan sekresi air ludah. Buah-buahan segar berperan sangat efektif untuk
membantu kebersihan gigi apabila dikonsumsi sesudah makan (Hidayanti, 2007).
11
-
c. Ekskavator
Alat dengan bagian ujungnya menyerupai sendok kecil. Bentuk ujungnya
mempunyai berbagai ukuran, mulai dari nomor no. l s/d no. 6. Alat ini berfungsi
membersihkan jaringan karies yang lunak dan kotoran-kotorannya atau sisa
makanan yang terdapat di dalam gigi yang berlubang.
e. Nierbeken
Alat yang berbentuk menyerupai ginjal. Alat ini berfungsi untuk tempat
meletakkan alat-alat kedokteran gigi.
12
2.7 Macam- macam Penyakit Gigi
2.7.1 Karies Gigi (Gigi Berlubang)
Karies gigi merupakan kerusakan jaringan keras gigi hingga membentuk
lubang. Kerusakan ini diawali dengan tumbuhnya bercak putih pada permukaan
gigi, yang lama kelamaan membentuk lubang. Proses terjadinya karies gigi
dimulai dengan bakteri yang ada di dalam plak bersama sisa makanan akan
bereaksi menghasilkan asam yang nantinya akan menyebabkan kerusakan
jaringan keras gigi.
13
dapat menyebabkan radang pada gusi, gigi goyang dan bau mulut (Carranza F.A,
dkk, 2006).
14
oleh kondisi yang memengaruhi seluruh tubuh (seperti obat-obatan, reaksi alergi,
atau infeksi) (Yogasedana, 2015).
Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) adalah jenis yang lebih spesifik dari
stomatitis, muncul dengan ulkus yang dangkal dan nyeri yang biasanya ada di
bibir, pipi, gusi, atap atau dasar mulut. Rentang diameter ulkus ini dari bintik kecil
hingga 1 inchi (2,5 cm) atau lebih 1. Walaupun penyebab SAR tidak diketahui,
yang diduga adalah defisiensi nutrisi, khususnya vitamin B12, folat, atau besi.
Stomatitis generalisata atau stomatitis kontak dapat terjadi akibat penggunaan
berlebihan dari alkohol, merica, makanan panas, atau produk tembakau.
Sensitivitas terhadap obat kumur, pasta gigi, dan lipstik, dapat mengiritasi lapisan
mulut. Paparan terhadap logam berat, seperti merkuri, timah, bismut, dapat
menyebabkan stomatitis (Yogasedana, 2015).
15
dapat disebabkan oleh berkurangnya produksi saliva, penggunaan obat-
obatan (obat antihipertensi), terapi radiasi dan kemoterapi. Adanya kebiasaan
merokok dapat menyebabkan iritasi kronis dan panas yang mengakibatkan
perubahan vaskularisasi dan sekresi kelenjar liur. Seperti yang diketahui, di
dalam saliva terdapat komponen anti Candida seperti lisozim, histatin,
laktoferin, dan calprotectin, sehingga apabila produksi saliva berkurang seperti
pada keadaan xerostomia dan perokok, maka Candida dapat mudah berkembang
(Hidayat dkk, 2016).
16
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1.2 Variabel
a. Variabel Bebas : Pre-test pengetahuan dan keterampilan dokter gigi kecil
b. Variabel Terikat: Post-test pengetahuan dan keterampilan dokter gigi kecil
17
3.2 Sasaran Penelitian
Sasaran dari program “Dokter Gigi Kecil”, yaitu:
1. Sasaran langsung
Sasaran kegiatan adalah siswa-siswi kelas III, IV, dan V SDN Sukojember
01, SDN Sukojember 03, dan Madrasah Ibtidaiyah Fatahillah 02, Desa
Sukojember, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember. Dari masing-masing
sekolah diwakili oleh 6 siswa yang terdiri dari 2 siswa kelas III, 2 siswa
kelas IV dan 2 siswa kelas V. Pemilihan peserta dokter gigi kecil ini
dilakukan oleh guru masing-masing kelas berdasarkan prestasi siswa.
Peserta yang dipilih adalah siswa yang berprestasi dan dapat berinteraksi
dengan baik di setiap kelas.
2. Sasaran tidak langsung
Keluarga dan teman-teman siswa yang telah mengikuti program “Dokter
Gigi Kecil”.
18
3.3.1 Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan Pelatihan Dokter Gigi Kecil tanggal 29 Agustus 2018 dan 30
Agustus 2018 di Desa Jelbuk, Kecamatan Jelbuk, Kabupaten Jember.
3 07.00-07.40 Pre-test
5 08.20-09.15 Post-test
3 07.00-07.40 Pre-test
5 08.20-09.15 Post-test
19
3. SDN Sukojember 03, Dusun Leces 1
No Jam (WIB) Uraian Kegiatan Penanggungjawab
5 08.20-09.15 Post-test
20
dan latihan secara khusus tentang upaya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut, cara pencegahan
penyakit gigi dan mulut sejak dini serta pengenalan alat-alat dasar kedokteran gigi.
Dari kegiatan ini diharapkan peserta dapat berperan sebagai mediator informasi
tentang kesehatan gigi dan mulut bagi lingkungannya.
3.6.2 Pre-test
Pada awal kegiatan dimulai dengan melakukan pre-test terlebih dahulu
pada dokter gigi kecil dengan 10 soal selama 10 menit tentang kesehatan gigi
secara umum yang telah dipersiapkan pada selembar kertas dengan pilihan ganda.
Setelah pre-test pengetahuan, dokter gigi kecil akan melakukan pre-test
keterampilan cara menyikat gigi dengan alat bantu phantom yang dilakukan
dengan gerakan dan juga lisan. Pre-test bertujuan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan dan keterampilan awal peserta dokter gigi kecil tentang kesehatan
gigi dan mulut sebelum diberikan materi pelatihan dokter gigi kecil.
Hasil pre-test pengetahuan dilakukan penilaian dengan cara jumlah benar
dibagi jumlah soal dikali 100% dan hasil pre-test keterampilan akan dilakukan
penilaian dengan cara penilaian checklist dan poin yang terdiri dari 10 nomor
kriteria penilaian, dimana setiap 1 nomor terdapat 5 poin penilaian diantaranya
apabila siswa melakukan dengan benar mendapat 10 point, jika hanya melakukan
21
3 kriteria yang benar mendapat 6 poin, dua kriteria benar 3 poin, satu kriteria
benar 1 poin, dan jika tidak melakukan sama sekali 0 poin. Seluruh nilai dari
setiap nomor cheklist akan dijumlahkan dengan total nilai benar semua 100. pre-
test dan post-test kemudian dikategorikan menjadi:
a. Bila jawaban benar 76-100% : Baik
b. Bila jawaban benar 56-75% : Cukup
c. Bila jawaban benar ≤ 55% : Kurang
(Dewi dan Farida, 2018)
22
3.6.4 Post-test
Tahapan post-test dilakukan setelah kader dokter gigi kecil dilatih dan
mendapatkan materi pengetahuan serta keterampilan dari operator. Post-test
dibedakan menjadi post-test pengetahuan dan post-test keterampilan. Pada post-
test pengetahuan dokter gigi kecil diberikan soal yang sama seperti pre-test
dengan 10 soal selama 10 menit. Post-test keterampilan dilakukan dengan cara
dokter gigi kecil mempraktikkan dan menjelaskan kembali cara sikat gigi
dihadapan operator, selanjutnya penilaian post-test pengetahuan dan keterampilan
sama dengan cara penilaian pre-test sebelumnya dan nantinya akan digolongkan
berdasarkan tingkat kepemahamannya sebagai berikut:
a. Bila jawaban benar 76-100% : Baik
b. Bila jawaban benar 56-75% : Cukup
c. Bila jawaban benar ≤ 55% : Kurang
(Dewi dan Farida, 2018)
Apabila pada hasil post-test masih terdapat dokter gigi kecil yang
menjawab salah, operator akan mengkoreksi kesalahan tersebut dan menjelaskan
kembali dengan jawaban yang benar, sebelum dokter gigi kecil mempraktikkan
kepada teman-teman yang lain pada saat sikat gigi bersama. Kader dokter gigi
kecil disematkan pin agar terlihat berbeda saat melakukan sikat gigi bersama
dengan teman lainnya yang bukan dokter gigi kecil. Post-test bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari dokter
gigi kecil tentang kesehatan gigi dan mulut.
23
kemudian mampu menjelaskan kepada siswa-siswi yang lainnya sehingga seluruh
siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang kesehatan gigi dan mulut.
24
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambar 4.1 Jumlah Nilai Benar dalam Soal Pengetahuan Gigi dan Mulut Kader Dokter
Gigi Kecil di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02
25
Grafik gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa nilai paling banyak benar
didapatkan dari soal nomor 5 dan 6 dimana seluruh kader dokter gigi kecil dapat
menjawab soal tersebut dengan benar baik dari pre-test maupun post-test.
Pertanyaan nomor 5 berisi tentang jenis makanan apa saja yang baik untuk
kesehatan gigi dengan jawaban yang benar adalah buah dan sayur. Pertanyaan
nomor 6 berisi tentang bagian mana saja yang harus disikat saat menyikat gigi
dengan jawaban paling benar adalah seluruh bagian gigi. Nilai paling banyak
salah dari pre-test berada pada soal nomor 2 dengan presentase 0% untuk pre-test
dan 39 % untuk post test. Pertanyaan dari soal nomor 2 berisi tentang kegunaan
dari gigi seri dimana jawaban paling benar adalah untuk memotong makanan.
Tabel 4.1 Tabel Hasil Nilai Minimal dan Maksimal Pengetahuan Gigi dan Mulut Kader
Dokter Gigi Kecil di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI
Fatahillah 02
Pre-test Post-test
Nama Sekolah
Minimal Maksimal Minimal Maksimal
MI Fatahillah 2 40 80 70 90
SDN Sukojember 1 40 70 60 100
SDN Sukojember 3 40 70 70 100
Data tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa nilai minimal yang didapatkan
kader dokter gigi kecil pada saat dilakukan pre-test pengetahuan adalah 40 untuk
setiap sekolah, sedangkan nilai tertinggi didapatkan 80 untuk MI Fatahillah 02,
nilai 70 untuk SDN Sukojember 01 dan SDN Sukojember 03. Nilai minimal yang
didapatkan kader dokter gigi kecil pada saat dilakukan post-test adalah 70 untuk
MI Fatahillah 02, nilai 60 untuk SDN Sukojember 01, dan nilai 70 untuk SDN
Sukojember 03. Nilai maksimal yang didapatkan adalah 90 untuk MI Fatahillah -2
dan nilai 100 untuk SDN Sukojember 01 dan SDN Sukojember 03. Data tersebut
dapat menunjukkan bahwa seluruh kader dokter gigi kecil dapat memahami dan
melakukan keterampilan sesuai materi yang diberikan saat pelatihan. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai pre-test dan post-test.
26
Tabel 4.2 Rata-Rata Nilai Pengetahuan Gigi dan Mulut Kader Dokter Gigi Kecil di SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02
Data di atas menunjukkan bahwa seluruh kader dokter gigi kecil dapat
memahami pengetahuan mengenai ilmu kedokteran gigi sesuai materi yang
diberikan saat pelatihan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai
rata-rata pre-test terhadap post-test sebesar 21,67% pada SDN Sukojember 01,
33,33% pada SDN Sukojember 03 dan 18,33% pada MI Fatahillah 02.
Tabel 4.3 Kategori Penilaian Pengetahuan Gigi dan Mulut Kader Dokter Gigi Kecil di
SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02
Kategori (%)
Sekolah Nilai
Baik Cukup Kurang
Pre-test 0 66,67 33,33
SDN Sukojember 01
Post-test 50 50 0
Pre-test 0 66,67 33,33
SDN Sukojember 03
Post-test 66,67 33,33 0
Pre-test 33,33 33,33 33,33
MI Fatahillah 02
Post-test 83,33 16,67 0
Tabel 4.3 menunjukkan kategori pengetahuan dokter gigi kecil dari ketiga
sekolah yaitu SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02.
Hasilnya ialah nilai pre-test SDN Sukojember 01 adalah 0% dalam kategori baik,
66,67% dalam kategori cukup dan 33,33% masuk dalam kategori kurang. Hasil
post-test yang didapat siswa pada SDN Sukojember 01 adalah 50% dalam kriteria
baik dan 50% dalam kriteria cukup. SDN Sukojember 03 memperoleh hasil nilai
pre-test dalam kriteria baik sebesar 0%, cukup 66,67%, dan kurang 33,33%,
selanjutnya untuk hasil post-test 66,67% masuk dalam kriteria baik dan 33,33%
dalam kriteria cukup. Hasil kriteria penilaian pre-test MI Fatahillah 02
menunjukkan 33,33% masuk dalam kriteria baik, 33,33% masuk kriteria cukup,
dan 33,33% masuk dalam kriteria kurang, sedangkan hasil post-test menunjukkan
sebesar 83,33% siswa masuk dalam kriteria baik dan 16,67% siswa masuk dalam
kriteria cukup. Hasil penilaian pengetahuan dokter gigi kecil ini diperoleh dari
27
total 18 kader dokter gigi kecil dari SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03,
dan MI Fatahillah 02 dengan rincian 2 orang dari masing-masing kelas yaitu kelas
3, 4 dan 5 pada tiap sekolah.
Gambar 4.2 Jumlah Nilai Keterampilan Gigi dan Mulut Kader Dokter Gigi Kecil di SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02
Tabel 4.4 Tabel Nilai Minimal dan Maksimal Keterampilan Gigi dan Mulut Kader Dokter
Gigi Kecil di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02
Pre-test Post-test
Nama Sekolah
Minimal Maksimal Minimal Maksimal
MI Fatahillah 2 38 44 78 92
SDN Sukojember 1 26 40 78 88
SDN Sukojember 3 38 50 84 92
28
Tabel 4.4 menunjukkan nilai minimal dan maksimal hasil penilaian
keterampilan dokter gigi kecil dari ketiga sekolah yaitu SDN Sukojember 01,
SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02. Hasilnya ialah nilai pre-test minimal
MI Fatahillah 02 adalah 38, SDN Sukojember 01 adalah 26, dan SDN Sukojember
03 adalah 38 dengan nilai terendah berada pada SDN Sukojember 01. Nilai pre-
test tertinggi didapatkan oleh MI Fatahillah 02 dan SDN Sukojember 03 dengan
nilai sama yaitu 38. Nilai tertinggi pre-test didapatkan oleh SDN Sukojember 03
dengan nilai 50, dilanjutkan oleh MI Fatahillah 02 dengan nilai 44 dan SDN
Sukojember 01 dengan nilai 40. MI Fatahillah 02 dan SDN Sukojember 01
mendapatkan nilai keterampilan post-test terendah diantara ketiga SD/MI dengan
nilai 78 dibandingkan dengan SDN Sukojember 03 dengan nilai terendah 84. Nilai
post-test tertinggi didapatkan oleh MI Fatahillah 02 dan SDN Sukojember 03
dengan nilai 92, sedangkan SDN Sukojember 01 mendapatkan nilai keterampilan
paling tinggi adalah 88. Data tersebut membuktikan bahwa nilai terbaik diperoleh
oleh SDN Sukojember 03 yang memiliki nilai yang tinggi dibandingkan kedua
SD/MI yang lainnya.
Tabel 4.5 Rata-Rata Nilai Keterampilan Gigi dan Mulut Kader Dokter Gigi Kecil di SDN
Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02
Rerata Nilai Rerata Nilai Persentase Kenaikan
Sekolah
Pre-test Post-test Nilai (%)
SDN Sukojember 01 34,67 82,3 48,17
SDN Sukojember 03 41,83 88,83 47
MI Fatahillah 02 40,67 87,33 46,66
Data di atas menunjukkan bahwa seluruh kader dokter gigi kecil dapat
memahami dan melakukan keterampilan sesuai materi yang diberikan saat
pelatihan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata pre-test
terhadap post-test.
29
Tabel 4.6 Hasil Kategori Penilaian Keterampilan Menyikat Gigi Kader Dokter Gigi Kecil
di SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02
Kategori (%)
Sekolah Nilai
Baik Cukup Kurang
Pre-test 0 0 100
SDN Sukojember 01
Post-test 100 0 0
Pre-test 0 0 100
SDN Sukojember 03
Post-test 100 0 0
Pre-test 0 0 100
MI Fatahillah 02
Post-test 100 0 0
Tabel 4.6 menunjukkan hasil penilaian keterampilan dokter gigi kecil dari
ketiga sekolah berdasarkan kriteria pada SDN Sukojember 01, SDN Sukojember
03, dan MI Fatahillah 02. Hasilnya ialah nilai pre-test SDN Sukojember 01 adalah
100% masuk dalam kategori kurang, sedangkan hasil post-test yang didapat siswa
adalah 100% dalam kriteria baik. SDN Sukojember 03 memperoleh hasil nilai
pre-test adalah 100% dalam kriteria kurang, sedangkan untuk hasil post-test
adalah 100% masuk dalam kriteria baik. Hasil kriteria penilaian pre-test MI
Fatahillah 02 menunjukkan 100% masuk dalam kriteria kurang, sedangkan hasil
kriteria post-test menunjukkan 100% masuk dalam kriteria baik. Hasil penilaian
keterampilan dokter gigi kecil dari ketiga sekolah berdasarkan kriteria ini
diperoleh dari total 18 kader dokter gigi kecil dari SDN Sukojember 01, SDN
Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02 dengan rincian 2 orang dari masing-masing
kelas yaitu kelas 3, 4 dan 5 pada tiap sekolah.
30
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk pada Pre-test dan Post-test Pengetahuan
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic Df Sig.
pengetahuan 1,00 ,913 18 ,098
2,00 ,918 18 ,117
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Kelompok Statistic Df Sig.
keterampilan 1,00 ,923 18 ,145
2,00 ,902 18 ,061
Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Levene-test Kader Dokter Gigi Kecil pada Pre-test dan
Post-test Pengetahuan
Test of Homogeneity of Variances
31
Pada uji homogenitas Levene-test hasil pre-test dan post-test didapatkan
signifikansi p=0,644. Data hasil pre-test dan post-test pengetahuan tersebut
menunjukkan hasil p>0,05 yang menandakan bahwa data tersebut homogen.
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Levene-test Keterampilan Kader Dokter Gigi Kecil
pada Pre-test dan Post-test
Test of Homogeneity of Variances
Tabel 4.11Hasil Uji Paired Samples Test pada Pre-test dan Post-test Pengetahuan
Kader Dokter Gigi Kecil SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI
Fatahillah 02
Paired Samples Test
Pengetahuan Sig. (2-tailed)
Pre-test – Post-test 0,000
Tabel 4.12 Hasil Uji Paired Samples Test pada Pre-test dan Post-test Keterampilan
Kader Dokter Gigi Kecil SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03 dan MI
Fatahillah 02
Paired Samples Test
Keterampilan Sig. (2-tailed)
Pre-test – Post-test 0,000
32
Berdasarkan hasil perhitungan Uji Paired Samples Test, di mana hasil
signifikansinya <0,05. Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna
antara hasil pre-test keterampilan dan post-test keterampilan.
Setalah diketahui bahwa terdapat perbedaan yang bermakana antara hasil
pre-test dan post-test pada pengetahuan maupun keterampilan maka dilakukan
pula uji korelasi dengan uji statistik parametrik Pearson Correlation untuk
mengetahui korelasi antar kelompok tersebut. Hasil data bisa dilihat pada Tabel
4.13.
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi Pearson dari Pre-Test Pengetahuan dan Pre-Test
Keterampilan Kader Dokter Gigi Kecil
N Correlation Coefficient Sig.
Pre-test Pengetahuan-Keterampilan 18 -0,069 0,787
Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi Pearsondari Post-Test Pengetahuan dan Post-Test
Keterampilan Kader Dokter Gigi Kecil
N Correlation Coefficient Sig.
Post-test Pengetahuan-Keterampilan 18 -0,061 0,809
4.3 Pembahasan
Tahap awal dalam kegiatan pengkaderan dokter gigi kecil di Kecamatan
Jelbuk ini adalah pemilihan kader dokter gigi kecil yang dilakukan 2 hari sebelum
pelaksanaan pelatihan kader dokter gigi kecil. Cara pemilihan kader dokter gigi
kecil adalah sesuai dengan ketentuan dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2001 mengenai program kesehatan anak usia sekolah yaitu 6-19
tahun yang mana terbagi menjadi dua bagian usia pra remaja 6-10 tahun (sekolah
33
dasar) dan remaja 11-19 tahun (SMP-SMA). Usia pra-remaja cenderung diwakili
oleh anak sekolah dasar kelas 3, 4, dan 5. Oleh karena itu kader dokter gigi kecil
diambil dari kelas 3, 4 dan 5 masing-masing dua orang dalam setiap tingkatannya.
Seluruh kader dokter gigi kecil dipilihkan oleh walikelas masing-masing kelas
dalam setiap sekolah yang bersangkutan.
Kader dokter gigi kecil yang sudah dipilih oleh masing-masing walikelas
dipanggil dan disatukan dalam ruangan khusus untuk mendapatkan materi
pembekalan dokter gigi kecil dari operator, sebelum diberikan materi pembekalan
kader dokter gigi kecil di test terlebih dahulu (pre-test) pengetahuan dan
keterampilan mereka tentang kesehatan gigi dan mulut begitu pula setelah
diberikan materi pembekalan (post-test).
Hasil dari pre-test dan post-test pengetahuan dari 18 siswa kader dokter
gigi kecil pada SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02
dapat dilihat pada gambar 4.1. Tabel 4.2 menunjukkan hasil rata-rata pre-test
kader dokter gigi kecil. Rerata pre-test tertinggi terdapat pada sekolah MI
Fatahillah 02, sedangkan untuk nilai rata-rata post-test tertinggi terdapat pada
SDN Sukojember 03. Hasil yang baik ini dimungkinkan karena terdapat faktor-
faktor di sekitar yang mendukung seperti lingkungan sekolah yang lebih
menekankan mengenai perilaku hidup sehat, dukungan dari orang tua, dukungan
guru, dan juga teman – teman di sekolah yang sadar akan pentingnya kesehatan
gigi dan mulut. Pengetahuan mengenai kesehatan berpengaruh terhadap perilaku
sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Persentase kenaikan nilai dari pre-test ke post-test yang paling besar terjadi di
SDN Sukojember 03. Hal ini mungkin terjadi karena saat dilakukan pemberian
materi oleh operator, para kader dokter gigi kecil terlihat sangat antusias dan
bersemangat. Selain itu, pada SDN Sukojember 03 tersebut, operator menjelaskan
materi dengan sedikit menggunakan bahasa daerah yakni bahasa Madura sehingga
mempermudah kader dokter gigi kecil menerima dan memahami materi
dibandingkan dengan SD Sukojember 01 dan MI Fatahillah 02 dimana operator
menggunakan bahasa Indonesia. Meskipun MI Fatahillah 02 memiliki nilai rerata
pengetahuan tertinggi, tetapi kemampuan siswa dalam menangkap informasi baru
34
masih tertinggal dibandingkan siswa SDN Sukojember 01 dan SDN Sukojember
03. Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) memiliki 6 tingkatan yaitu tahu,
memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Siswa SDN Sukojember 03
dimungkinkan memiliki tingkat pemahaman materi baru yang lebih cepat. Selain
itu keaktifan siswa untuk bertanya pada siswa SDN Sukojember 03 juga lebih
tinggi, hal ini menunjukkan besarnya ketertarikan siswa terhadap materi yang
disampaikan.
Pada hasil pre-test dan post-test pengetahuan soal nomor 2 dan 3
mendapatkan persentase jawaban salah terbanyak, pada hasil pre-test nomor 2
jawaban salah sebanyak 100% sedangkan pada post-test nomor 2 jawaban salah
sebanyak 61%. Hasil pre-test pada nomor 3 jawaban salah sebanyak 67%,
sedangkan pada post-test nomor 3 jawaban salah sebanyak 56%. Terjadi
penurunan persentase jawaban salah pada soal pre-test dan post-test nomor 2 dan
3, nilai persentase jawaban salah pada nomor 2 dan 3 terlihat lebih tinggi
dibandingkan dengan nomor yang lain namun terdapat penurunan persentase
jawaban salah antara post-test dan pre-test. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan pengetahuan pada siswa sebelum mendapatkan materi dan sesudah
mendapatkan materi. Tetapi, persentase jawaban salah pada nomor 2 dan 3 tetap
tinggi dibandingkan dengan nomor yang lain. Hal ini dikarenakan mungkin sulit
bagi siswa untuk memahami jenis-jenis dan manfaat dari setiap gigi atau
dikarenakan perbedaan bahasa yang digunakan untuk penyebutan setiap gigi. Hal
ini dapat dijadikan koreksi untuk kedepannya menggunakan bahasa yang biasa
dikenal oleh siswa.
Rerata nilai pre-test dan post-test keterampilan tertinggi menurut tabel 4.5
didapatkan oleh SDN Sukojember 03. Hal ini dimungkinkan karena para siswa
SDN Sukojember 03 sudah memahami materi tentang kebersihan gigi dan mulut
sebelumnya. Selain itu, dukungan dari para guru di sekolah sangat tinggi, hal ini
dibuktikan dengan setiap kegiatan yang dilakukan di sekolah akan dilaporkan ke
wali murid masing- masing. Sedangkan nilai pre-test dan post-test keterampilan
pada SDN Sukojember 01 memiliki nilai yang paling rendah. Hal ini
dimungkinkan karena mayoritas orang tua siswa memiliki kesibukan bekerja
35
diluar rumah sehingga pendidikan yang didapat dari lingkungan keluarga masih
kurang. Secara gasis besar orang tualah yang memiliki tanggung jawab utama
terhadap pendidikan anak. Selain itu, karena berkembangnya pengetahuan secara
pesat, menyebabkan orang tua tidak mampu mengikuti perkembangan ilmu yang
sangat cepat berubah. Ditambah pula dengan kesibukan orang tua mencari nafkah
menyebabkan peran orang tua kurang menjadi oran tua yang sulit untuk menuruti
keinginan anak (Arikunto, 2013). Selain itu, salah satu faktor internal penghambat
keterampilan yakni adanya perbedaan persepsi antara materi yang disampaikan
dengan pemahaman yang diterima oleh siswa, sehingga siswa mengalami
kesulitan dalam mengenali atau menafsirkan hal yang dirasakan, dilihat dan
didengar (Pingge dan Wangid, 2016).
Gambar grafik 4.2 menunjukan perbedaan nilai atau poin yang didapatkan
oleh semua kader dokter gigi kecil pada tiap-tiap nomor sebelum dan sesudah
dilakukan pemberian materi keterampilan menyikat gigi. Namun, pada hasil post-
test nomor 6, 7, dan 10 masih menunjukkan persentase keterampilan yang kurang
dibandingkan dengan nomor yang lain. Nomor 6 mengevaluasi kemampuan
dokter gigi kecil dalam menyikat gigi rahang atas posterior bagian palatal kanan
dan kiri dengan gerakan “mencungkil” dari arah gingiva ke gigi, nomor 7
mengenai gerakan menyikat gigi rahang bawah posterior bagian lingual kanan dan
kiri dengan gerakan “mencungkil” dari arah gingiva ke gigi, nomor 10 mengenai
langsung, baik dari tingkah laku ataupun perbuatan. Dalam pandangan psikologis,
anak menyerap semua pengalaman dan memindahkan ke dalam pengalaman
pribadinya tanpa evaluasi dan seleksi ketat. Semua diterima sebagai sesuatu yang
wajar tanpa keraguan (Utami, 2017).
36
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Siswa dari SDN Sukojember 01, SDN Sukojember 03, dan MI Fatahillah 02
Desa Sukojember yang terpilih sebagai peserta pelatihan dokter gigi kecil
menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan setelah
diberikan materi pelatihan tentang kesehatan gigi dan mulut.
2. Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan adanya perbedaan hasil
pengetahuan dan keterampilan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan
tentang kesehatan gigi dan mulut.
3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan keterampilan
kader dokter gigi kecil sebelum dan sesudah pemberian materi kesehatan gigi
dan mulut
5.2 Saran
1. Perlu dilaksanakan pelatihan dokter gigi kecil secara rutin untuk
meningkatkan lagi pengetahuan siswa mengenai gigi dan mulut dan
membentuk kader-kader baru yang diharapkan mampu untuk membantu
menyebarkan pengetahuan dan keterampilannya untuk meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut di lingkungan sekitarnya.
2. Perlu dilaksanakan pemantauan terhadap perkembangan kader dokter gigi
kecil sehingga pengetahuan dan keterampilan kader dokter gigi kecil tentang
kesehatan gigi dan mulut menjadi lebih baik.
37
DAFTAR PUSTAKA
Arianto., Zahroh, S., Priyadi N. Perilaku Menggosok Gigi Siswa Sekolah Dasar
Kelas V dan VI di Kecamatan Sumberejo. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia. 2014. 9(2): 127-135.
Dewi, M. A. A., Yeni F. 2018. Tingkat Pengetahuan Pasien Rawat Jalan tentang
Penggunaan Antibiotika di Puskesmas Wilayah Karanganyar.Journal of
Pharmaceutical Science and Clinical Research. 1:27-35.
Hidayanti, L., Nur, L., Kamiel, R. 2007. Peran Buah Dan Sayur Dalam
Menurunkan Keparahan Karies Gigi Pada Anak. Tasikmalaya : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Siliwangi .
Hidayat, Rahmat, Astrid, Tandiari. 2016. Kesehatan Gigi dan Mulut :Apa yang
Sebaiknya Anda Tahu. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
38
Kementrian Kesehatan RI. 2012. Buku Panduan Pelatihan Kader Kesehatan Gigi
dan Mulut di Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Manson, J.D., B.M. Eley. 2013. Buku Ajar Periodonti. Edisi kedua. Jakarta:
Hipokrates
Riani, D., Saraswati. 2005. Peranan Pola Makan terhadap Karies Gigi pada Anak.
Jurnal PDGI. 55(1): 14-18
Suciari, A. 2015. Hubungan Peran Orang Tua dalam Membimbing Menyikat Gigi
dengan Kejadian Karies Gigi Anak Prasekolah di TK Az-zahra
Gedangan Sidoarjo. Skripsi. Surabaya: Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga.
Utami, W.D. 2017. Peran Orangtua terhadap Perilaku Meniru (Modeling) Anak
dalam Konsep Psikologi Perkembangan di Desa Belanti Kecamatan Sirah
Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir. Skripsi. Palembang:
Fakultas lmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Raden
Fatah.
Yogasedana, I., M., A., Ni W., M., Michael, A., L. 2015. Angka Kejadian
Stomatitis Apthosa Rekuren (SAR) Ditinjau Dari Faktor Etiologi Di
RSGMP FK Unsrat Tahun 2014. Jurnal E-Gigi. 3(2) : 278-284.
39
LAMPIRAN
Nama :
Asal sekolah/Kelas :
Umur :
Tanggal :
Jenis kelamin :
BERILAH TANDA SILANG ( X ) PADA SALAH SATU JAWABAN YANG
PALING BENAR !
1. Apa nama lapisan terluar gigi yang 5. Manakah jenis makanan berikut ini
paling keras dan berwarna putih? yang baik untuk kesehatan gigi?
a. Pulpa a. Buah dan sayur
b. Email b. Coklat dan biskuit
c. Dentin c. Permen
2. Apa fungsi dari gigi seri? 6. Bagaimana cara menyikat gigi yang
a. Menghaluskan makanan agar benar?
mudah ditelan a. Menyikat seluruh gigi
b. Merobek makanan b. Hanya menyikat gigi depan
c. Memotong makanan c. Hanya menyikat gigi belakang
3. Apa fungsi dari gigi geraham? 7. Kapan dan berapa kali sehari waktu
a. Menghaluskan makanan menyikat gigi yang benar?
b. Merobek makanan a. 2x sehari, yaitu saat mandi
c. Memotong makanan pagi dan mandi sore
4. Berapakah jumlah gigi susu? b. 2x sehari, yaitu setelah sarapan
a. 15 b. 32 c. 20 pagi dan malam sebelum tidur
c. 1x sehari, yaitu sebelum
berangkat ke sekolah
40
8. Apakah nama alat yang digunakan
untuk melihat gigi yang akan
diperiksa?
a. Sonde
b. Kaca mulut
c. Pinset
9. Apakah nama alat yang digunakan
untuk mengambil bahan kedokteran
gigi?
a. Kaca mulut
b. Pinset
c. Sonde
10. Kapan waktu yang dianjurkan
untuk mengunjungi dokter gigi?
a. Apabila sakit gigi saja
b. Setiap bulan
c. Setiap 6 bulan sekali
41
Lampiran 2. Pre-test dan post-test keterampilan menyikat gigi
PRE-TEST DAN POST-TEST
KETERAMPILAN MENYIKAT GIGI DOKTER GIGI KECIL
Nama : Asal :
Sekolah/Kelas : Tanggal :
Umur :
Jenis Kelamin :
Melakukan
Melakukan Tidak
No. Kriteria dengan
tapi Salah Melakukan
Benar
1. Menyikat gigi anterior bagian labial RA
dan RB dengan gerakan vertikal dari arah
gingiva ke gigi
2. Menyikat gigi posterior kanan bagian
bukal RA dan RB dengan gerakan
membulat dari arah gingiva ke gigi
3. Menyikat gigi posterior kiri bagian bukal
RA dan RB dengan gerakan membulat
dari arah gingiva ke gigi
4. Menyikat permukaan oklusal gigi
posterior RA kanan dan kiri dengan
gerakan maju mundur
5. Menyikat permukaan oklusal gigi
posterior RB kanan dan kiri dengan
gerakan maju mundur
6. Menyikat gigi RA posterior bagian
palatal kanan dan kiri dengan gerakan
“mencungkil” dari arah gingiva ke gigi
42
Melakukan
Melakukan Tidak
No. Kriteria dengan
tapi Salah Melakukan
Benar
7. Menyikat gigi RB posterior bagian
lingual kanan dan kiri dengan gerakan
“mencungkil” dari arah gingiva ke gigi
8. Menyikat gigi RA anterior bagian palatal
dengan gerakan “mencungkil” dari arah
gingiva ke gigi
9. Menyikat gigi RB anterior bagian lingual
dengan gerakan “mencungkil” dari arah
gingiva ke gigi
10. Menyikat dorsum lidah 2-3x dengan arah
gerakan dari posterior ke anterior
TOTAL NILAI
Catatan:
1. Apabila “melakukan dengan benar” semua kriteria pada tiap nomor, maka akan
diberikan poin 10.
2. Apabila “melakukan tapi salah”, jika salah 1 kriteria maka diberi poin 6, jika
salah 2 kriteria diberi nilai 3, jika salah 3 kriteria maka dianggap “tidak
melakukan” dan diberi poin 0.
3. Masing-masing nomor memiliki maksimal 10 poin.
4. Total nilai merupakan penjumlahan dari semua poin dari tiap-tiap nomor
dengan maksimal nilai 100.
43
Lampiran 3. Analisis Data SPSS
44
3.5 Uji beda pre-test dan post-test pengetahuan menggunakan statistik
parametrik T-paired test
3.6 Uji beda pre-test dan post-test keterampilan menggunakan statistik parametrik
T-paired Test
3.7 Uji korelasi data pre-test pengetahuan dan pre-test keterampilan menggunakan
Pearson
Correlations
prepengetahuan preketerampilan
prepengetahuan Pearson Correlation 1 -,069
Sig. (2-tailed) ,787
N 18 18
preketerampilan Pearson Correlation -,069 1
Sig. (2-tailed) ,787
N 18 18
45
3.8 Uji korelasi data post-test pengetahuan dan post-test keterampilan
menggunakan Pearson
Correlations
postpengetahuan postketerampilan
postpengetahuan Pearson Correlation 1 -,061
Sig. (2-tailed) ,809
N 18 18
postketerampilan Pearson Correlation -,061 1
46
Lampiran 4. Desain Sertifikat dan Pin
47
Lampiran 5. Daftar Hadir Kader Dokter Gigi Kecil
48
Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan
a. SDN Sukojember 01
b.SDN Sukojember 03
49
c.MI Fatahillah
50
Lampiran 5. Tabulasi Data
Nama Umur Pre-test Pengetahuan Post-test Pengetahuan
Asal Sekolah Kelas JK Nilai Nilai
Siswa (tahun) Soal Ke- Soal Ke-
MI Fatahillah 2 A 10 P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B 11 L 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 40 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 70
C 11 L 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 80 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 80
D 12 L 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 80 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 80
E 11 P 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 60 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 90
F 12 P 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 60 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 80
0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 50 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 80
61,67 80
SDN Sukojember 01 G 10 L 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 60 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 80
H 8 P 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 60 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 60
I 10 L 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 40 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 70
J 11 P 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 70 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
K 9 P 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 50 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 70
L 8 L 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 70 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
58,33 80
SDN Sukojember 03 M 9 P 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 50 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 70
N 9 L 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 50 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90
O 8 P 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 40 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 70
P 8 P 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 40 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90
Q 10 L 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 60 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 90
R 10 P 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 70 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 100
51,67 85
Total Jawaban Benar per Soal 6 0 6 8 18 18 12 16 9 10 13 7 8 17 18 18 15 18 15 18
Presentase Jawaban Benar (%) 33 0 33 44 100 100 67 89 50 56 72 39 44 94 100 100 83 100 83 100
Presentase Jawaban Salah (%) 67 100 67 56 0 0 33 11 50 44 28 61 56 6 0 0 17 0 17 0
51
Nama Umur Pre-test Keterampilan Post-test Keterampilan
Asal Sekolah Kelas Siswa (tahun) JK Soal Ke- Nilai Soal Ke- Nilai
MI Fatahillah 2 A 10 P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
B 11 L 10 6 3 10 10 0 0 0 0 0 39 10 10 10 10 10 10 6 10 6 10 92
C 11 L 10 6 6 10 10 0 0 0 0 0 42 10 10 10 10 10 6 6 6 10 0 78
D 12 L 10 6 3 10 10 0 0 0 0 0 39 10 10 10 10 10 6 6 6 10 10 88
E 11 P 6 6 6 10 10 0 0 3 3 0 44 10 10 10 10 10 10 10 10 10 0 90
F 12 P 10 6 6 10 10 0 0 0 0 0 42 10 6 6 10 10 10 6 10 10 6 84
6 6 6 10 10 0 0 0 0 0 38 10 10 10 10 10 6 6 10 10 10 92
40,67 87,33
SDN Sukojember 01 G 10 L 6 3 3 10 10 0 0 0 0 0 32 10 10 10 10 10 3 3 6 6 10 78
H 8 P 6 6 3 10 10 0 0 0 0 0 35 10 10 10 10 6 6 6 10 3 10 81
I 10 L 6 6 6 10 10 0 0 0 0 0 38 10 10 10 6 6 10 6 10 10 6 84
J 11 P 3 3 0 10 10 0 0 0 0 0 26 10 10 10 10 10 6 6 6 6 10 84
K 9 P 6 6 6 6 10 0 0 0 6 0 40 10 10 10 6 10 6 6 10 10 10 88
L 8 L 6 6 6 6 10 0 0 0 3 0 37 10 10 10 10 10 6 6 10 10 0 82
34,67 82,83
SDN Sukojember 03 M 9 P 10 6 6 10 10 0 0 0 0 0 42 10 10 10 10 10 6 6 10 10 10 92
N 9 L 6 6 6 10 10 0 0 0 0 0 38 10 10 10 10 10 10 6 10 6 6 88
O 8 P 10 6 6 10 10 0 0 0 0 0 42 10 10 10 10 10 6 6 10 10 10 92
P 8 P 3 6 6 10 10 0 0 3 3 0 41 10 10 10 10 10 6 6 6 6 10 84
Q 10 L 6 6 6 10 10 0 0 0 0 0 38 10 10 10 10 10 10 3 6 6 10 85
R 10 P 10 10 10 10 10 0 0 0 0 0 50 10 10 10 10 10 6 6 10 10 10 92
41,83 88,83
Total Jawaban Benar per Soal 130 106 94 172 180 0 0 6 15 0 180 176 176 172 172 129 106 156 149 138
Presentase Jawaban Benar (%) 72 59 52 96 100 0 0 3 8 0 100 98 98 96 96 72 59 87 83 77
Presentase Jawaban Salah (%) 28 41 48 4 0 100 100 97 92 100 0 2 2 4 4 28 41 13 17 23
52