Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 7 MODUL 1
PENSINYALAN SEL

Disusun oleh: kelompok 3


Khansa Salsabilla Kusefti Hana 2010026021
Tiara Andi Padang 2110026027
Ryan Aswin Timotius 2110026028
Puspa Dewi Arindi 2110026029
Nadia Dwi Santi 2110026030
Muhammad Fasya Rajwa 2110026031
Salshabrina Oktazhafira Hidayat 2110026032
Husna Ayuana 2110026033
Andi Merry Andani 2110026034
Ismah Yanty Hidayah 2110026035
Alicia 2110026036
Ayu Rafika Pratiwi 2110026038

Tutor:
Dr. drg. Lilies Anggarwati A, Sp. Perio

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Pensinyalan Sel” pada waktunya. Laporan ini kami susun dari berbagai
sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. Dr. drg. Lilies Anggarwati A, Sp. Perio selaku tutor kelompok 3
yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil
(DKK).
2. Bapak Alhawaris, S.Si., M.Kes selaku dosen penanggung jawab
kuliah modul ini yang telah mengajar dan membimbing kami.
3. Teman-teman kelompok 3 yang telah menyampaikan pemikiran
dan usulannya sehingga Diskusi Kelompok Kecil (DKK) 1 dan 2 dapat
berjalan dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil Diskusi
Kelompok Kecil (DKK).
4. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Mulawarman angkatan 2021 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami
sebutkan satu per satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan
ini sangat terbatas. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil
Diskusi Kelompok Kecil (DKK) ini.

Samarinda, 11 Agustus 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 2

A. Latar Belakang ...................................................................... 2

B. Tujuan ................................................................................... 4

C. Manfaat ................................................................................. 4

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN ............................................................. 4

A. Skenario ................................................................................ 6

B. Identifikasi dan Klarifikasi Istilah Asing ................................ 6

C. Identifikasi Masalah............................................................... 6

D. Analisis Masalah ................................................................... 8

E. Strukturisasi Konsep ............................................................ 10

F. Learning Objectives ............................................................. 10

G. Sintesis ................................................................................ 11

BAB III PENUTUP .................................................................................. 27

A. Kesimpulan ......................................................................... 27

B. Saran ................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 28

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja dan
membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi antara satu dengan yang lain.
Koordinasi tersebut dapat terjadi dengan adanya pensinyalan sel. Pensinyalan sel
merupakan sistem yang kompleks dari komunikasi yang mengatur kegiatan seluler dasar
dan mengkoordinasikan tingkatan sel. Kemampuan sel untuk melihat dan benar
menanggapi mikro mereka adalah dasar dari pembangunan, memperbaiki jaringan, dan
kekebalan serta jaringan normal homeostatis.
Pensinyalan sel atau komunikasi sel merupakan kemampuan sel untuk berinteraksi
antara sel satu dengan yang lain, serta memungkinkan sel merespons dengan cara yang
tepat terhadap stimulus atau rangsangan dari lingkungan tertentu. Mekanisme yang terjadi
baik pada sinyal antarsel maupun sinyal intraseluler telah diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan koordinasi selular dalam fungsi perkembangan dan jaringan spesifik.
Proses komunikasi sel terjadi melalui tiga proses utama, yaitu reception (penerimaan),
transduksi dan respon. Reception merupakan sel target yang mendeteksi datangnya sinyal
molekul dari bagian luar sel. Transduksi, pengikatan sinyal molekul akan mengubah
protein reseptor dengan beberapa cara. Respon, proses transduksi sinyal akhirnya memicu
respon seluler spesifik.
Kesalahan dalam pengolahan informasi selular bertanggung jawab atas penyakit
seperti kanker, automunitas dan diabetes.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kami, yaitu:
1. Mahasiswa/I mampu menjelaskan tentang komunikasi sel.
2. Mahasiswa/I mampu menjelaskan jenis-jenis pensinyalan sel.
3. Mahasiswa/I mampu menjelaskan komponen pensinyalan sel.
4. Mahasiswa/I mampu menjelaskan mekanisme pensinyalan sel.
5. Mahasiswa/I mampu menjelaskan factor yang mempengaruhi pensinyalan sel.
6. Mahasiswa/I mampu menjelaskan gangguan pada pensinyalan sel.
7. Mahasiswa/I mampu menjelaskan manifestasi klinis apabila pensinyalan sel terjadi
gangguan.

4
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari laporan hasil diskusi kelompok kami adalah
mahasiswa serta pembaca dapat memahami dan menjelaskan semua aspek darimateri
pensinyalan sel yang meliputi definisi komunikasi sel, jenis-jenis pensinyalan sel,
komponen yang terlibat, mekanisme, faktor yang mempengaruhi, hingga gangguan yang
dapat terjadi dalam pensinyalan sel agar dapat diterapkan kedepannya dalam jangka
panjang.

5
BAB I
PEMBAHASAN
2.1 Skenario

Skenario

Di Perpustakaan Kampus….

Mahasiswa 1: Akhir-akhir ini saya perhatikan Pak Madhan, pengelola perpustakaan di


kampus kita sering sakit-sakitan ya bro. Sering kali beliau mengeluh
sakit pada beberapa area tubuhnya.

Mahasiswa 2: Maklum lah bro, umur beliau yang sudah menginjak kepala lima, sangat
rentan menderita berbagai penyakit, terutama penyakit degeneratif.
Sebagai mahasiswa medis tahun ke-3, sepatutnya kita sudah paham
bahwa pasti terdapat masalah pada komunikasi antar sel di dalam tubuh
beliau yang diperantarai baik oleh sinyal elektrik maupun kimiawi.

Mahasiswa 1: Iya ya Bro. Tentunya komunikasi antar sel tersebut sangat dipengaruhi
oleh proses atau mekanisme pensinyalan sel (cell signaling), baik antar
sel yang berdekatan (juxtakrin, autokrin, parakrin) maupun yang
berjauhan (endokrin). Dalam pensinyalan sel tersebut tentu saja
melibatkan sejumlah jenis ligan dengan berbagai tipe reseptor pada sel,
baik reseptor-reseptor pada permukaan sel maupun reseptor intraseluler.
Apabila pensinyalan sel terganggu, maka bisa berpotensi menimbulkan
penyakit. Tidak hanya penyakit-penyakit degeratif saja sih menurutku,
namun bisa juga penyakit infeksi.

2.2 Identifikasi Istilah Asing


1. Penyakit degenaratif
 Kondisis Kesehatan yang menyebabkan organ atau jaringan memburuk seiring
waktu.
 Disebabkan oleh penuaan dan tidak menular
2. Komunikasi antar sel
 Proses penyampaian informasi dari sel sinyal ke sel target
 Mengatur pengoraganisasian dan pengembangan menjadi sebuah jaringan
 Mengawasi aktivitas dari sel tersebut

6
3. Juxtakrin
 Komunikasi antar sel yang melibatkan sel-sel yang letaknya berdekatan
4. Autokrin
 Jenis molekul yang mengikat sel-sel produksi
5. Parakrin
 Hormon yang dihasilkan oleh sel yang sel targetnya berada disebelahnya
6. Sinyal elektrik
 Sinyal yang sangat cepat diantarkan sepanjang syaraf yang berbentuk potensial aksi
yang dimana sinyalnya dapat mendorong komunikasi antar sel.
7. Sinyal kimiawi
 Hasil komunikasi dari sel parakrin.
8. Reseptor intraseluler
 Reseptor yang berada didalam nucleus atau sitoplasma.
9. Ligan
 Molekul kimia baik berupa organik/ nanorganik yang berada dilingkungan sel.
 Sinyal untuk mengontrol sintesis protein dan juga berperan sebagai first messenger.
 Molekul sederhana yang berperan sebagai pasangan elektron.
10. Penyisalan Sel
 Bagian dari sistem komunikasi yang sangat kompleks.
11. Endokrin
 Kelenjar yang memproduksi hormon untuk mengatur fungsi tubuh.
 Pensinyalan jarak jauh,, melalui aliran darah.

2.3 Identifikasi Masalah


1. Apa saja jenis pensinyalan sel?
2. Apa saja fungsi dari pensinyalan sel?
3. Bagaimana mekanisme pensinyalan sel?
4. Komponen apa saja yang terlibat dalam proses pensinyalan sel?
5. Apa saja tipe reseptor?
6. Apa peran dari sinyal eletrik dan sinyal kimiawi?
7. Bagaimana komunikasi antar sel dari sinyal kimiawi?
8. Sinyal elektrik, hasil dari komunikasi antar sel apa?
9. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan gangguan pada pensinyalan sel?

7
10. Apa saja contoh penyakit degeneratif?
11. Mengapa pada lansia rentan menderita berbagai penyakit?

2.4 Analisa Masalah


1. Apa saja jenis pensinyalan sel
a) Pensinyalan endokrik (jarak jauh).
b) Pensinyalan autokrin (jarak dekat).
c) Pensinyalan parakrin.
d) Pensinyalan sinaptik.
2. Apa saja fungsi dari pensinyalan sel?
a) Berperan penting dalam proses perbaikan jaringan.
b) System kekebalan tubuh.
c) Mengawasi pertumbuhan dan pembelahan serta mengkoordinasi aktivitas sel.
d) Pengaturan dan pengendalian aktivitas sel untuk mempertahankan homeostatis.
e) Mengatur reproduksi, osmoregulasi pada jaringan maupun organ.
3. Bagaimana mekanisme pensinyalan sel?
1) Penerimaan oleh reseptor.
2) Transduksi : penguatan pesan agar di respon dengan baik oleh sel T. Tahap
pengikatan molekul sampai terjadinya tahap respon sel.
3) Respon sel.
4. Komponen apa saja yang terlibat dalam proses pensinyalan sel?
Terdapat 4 komponen dasar :
1) Stimulus dalam bentuk sinyal.
2) Reseptor.
3) Transduser.
4) Sensor, efektor, dan respon sel.
5) Mediator (pembuluh darah).
5. Apa saja tipe reseptor?
a) Reseptor intraseluler : tidak berada pada membran plasma, melainkan ada pada
sitoplasma.
b) Reseptor permukaan sel : tersisip pada membran plasma.
- G protein reseptor.
- Reseptor Tirosin Kinase.
- Reseptor saluran ion.
8
6. Apa peran dari sinyal eletrik dan sinyal kimiawi?
Berefek terhadap aktivitas pensinyalan sel. Berada di syaraf otak,diterima dan
diteruskan oleh neuron ke sel lain.
Sinyal eletrik dapat berupa uara dari radio, video dari kamera video sedangkan
sinyal kimiawi seringkali adalah hormon atau molekul sederhana lainnya seperti
protein, ion-ion, nukleotida, asam amino, asam lemak, gas terlarut.
7. Bagaimana komunikasi antar sel dari sinyal kimiawi?
Berkomunikasi satu sama lain melalui pesan kimiawi. Didalam jaringan, pesan
kimiawi berpindah dari sel ke sel melalui celah tanpa masuk ke dalam vairan
ekstraseluler. Berasal dari sinyal parakrin.
8. Sinyal elektrik, hasil dari komunikasi antar sel apa?
Respon dari sebuah sel yang berlangsung di jantung dan otak.
9. Faktor apa saja yang dapat menyebabkan gangguan pada pensinyalan sel?
a) Terjadi mutase pada reseptor yang mengganggu proses pensinyalan sel.
b) Penyakit yang menyebabkan gangguan pada fungsi tubuh sehinggan fungsi
tubuh tidak normal.
c) Pada saat usia tua, sel tidak bekerja secara optimal, sehingga memiliki penyakit
degeneratif.
d) Autoimun, Ketika sel tubuh menyerang sel itu sendiri.
10. Apa saja contoh penyakit degeneratif?
1) TBC
2) Hepatitis
3) Ebola
4) Rubella
5) Osteoporosis
6) Stroke
7) Hipertensi
8) Penyakit jantung
9) Diabetes
10) Kanker
11) Alzheimer
12) Infeksi saluran kemih
11. Mengapa pada lansia rentan menderita berbagai penyakit?

9
Diakibatkan adanya penuaan dan juga berhubungan dengan penurunan kekebalan
tubuh seiring bertambahnya usia, fisiologi organ tubuh juga memburuk, serta
lambatnya regenerasi tulang.

2.5 Strukturisasi Konsep

2.6 Learning Objective

1. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan tentang komunikasi sel.


2. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis pensinyalan sel.
3. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan komponen pensinyalan sel.
4. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan mekanisme pensinyalan sel.
5. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan factor yang mempengaruhi
pensinyalan sel.
6. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan gangguan pada pensinyalan sel.
7. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis apabila
pensinyalan sel mengalami gangguan.

2.7 Belajar Mandiri


Pada step ini setiap anggota kelompok belajar secara mandiri untuk menemukan
jawaban dari learning objective yang sebelumnya sudah disepakati bersama.

10
2.8 Sintesis
1. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan tentang komunikasi sel.
Komunikasi sel adalah proses penyampaian informasi sel dari sel pensinyal
menuju ke se target untuk mengatur perkembangan dan pengorganisasiannya menjadi
jaringan. Mengawasi pertumbuhan dan pembelahannya dan mengkoordinasikan
aktivitasnya.
Komunikasi sel berperan penting dalam menyelenggarakan homeostasis karena
tubuh harus senantiasa memantau adanya perubahan-perubahan lalu
mengkoordinasikan respons yang sesuai sehingga perubahan yang terjadi dapat
diredam. Untuk itu sel-sel tubuh harus mampu berkomunikasi satu dengan lainnya
Komunikasi antar sel diperlukan antara lain untuk :
1) Mengatur perkembangan dan organisasi sel dalam suatu jaringan
2) Mengontrol pertumbuhan dan pembelahan sel
3) Melakukan koordinasi fungsi antar sel dan jaringan contoh komunikasi antara sek
syaraf dengan sel otot rangka untuk melakukan kontraksi.

Dalam tubuh manusia terdapat dua jenis komunikasi antar sel, yaitu: wired
system (komunikasi melalui saraf atau listrik) dan non-wired system (komunikasi
kimiawi). Sedangkan komunikasi intra sel adalah komunikasi yang terjadi di dalam sel.
Komunikasi melalui saraf atau listrik merupakan komunikasi yang cepat dengan
hitungan milidetik, informasi yang dihantarkan sepanjang sel saraf berbentuk potensial
aksi. Penghantaran informasi dari sel saraf ke sel target berlangsung melalui sinaps,
yang dikenal sebagai transmisi sinaps. Sedangkan komunikasi kimiawi berlangsung
lebih lambat namun efeknya lebih lama. Komunikasi sel berperan penting dalam
menyelenggarakan homeostasis karena tubuh harus senantiasa memantau adanya
perubahan-perubahan nilai berbagai parameter, lalu mengkoordinasikan respons yang
sesuai sehingga perubahan yang terjadi dapat diredam.
Komunikasi antar sel dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Komunikasi sel secara langsung (kontak fisik) :
a. Melalui taut celah
Cara komunikasi antar sel yang paling intim adalah melalui taut celah.Sebuah
terowongan kecil yang menjembatani sitoplasma dua sel yang bersebelahan pada
beberapa jenis jaringan. Melalui taut celah, ion dan molekul kecil secara langsung

11
dipertukarkan antara sel bersebelahan yang berinteraksi tanpa pernah masuk ke
CES.
b. Melalui hubungan langsung saat penanda permukaan
Beberapa sel seperti sel sistem imun,memiliki penenda khusus di membran
permukaannya yang memungkinkan sel tersebut berhubungan langsung dengan sel
lain yang memiliki penanda yang cocok untuk interaksi sesaat. Mekanisme ini
merupakan cara sel imun penghancur sel pada sistem pertahanan tubuh secara
spesifik mengenali dan secara selektif menghancurkan hanya sel yang tidak
diinginkan,misalnya sel kanker. Sementara sel tubuh yang sehat tidak berpengaruh.
Komunikasi sel secara tidak langsung (melalui molekul sinyal) :
Pada setiap kasus molekul sinyal di sintensis oleh sel sel pengendali khusus untuk
menjalankan fungsi tertentu. Setelah dibebaskan kedalam CES melalui stimulasi
yang sesuai, messenger kimiawi ekstrasel ini bekerja pada sel sel khusus lainnya,sel
sasaran perantara ,dengan mekanisme tertentu.
Ada 4 jenis komunikasi sel secara tidak langsung
- Parakrin/autokrin
- Neurotransmitter
- Hormon
- Neurohormon

12
2. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan jenis-jenis pensinyalan sel.

1) Pensinyalan endokrin
 Pensinyalan jarak jauh yang membutuhkan molekul sinyal dalam bentuk
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin.
 Hormon = messeger kimiawi
 Sel target umumnya berada jauh dari sel penghasil sinyal, dimana sinyal dibawa
melalui pembuluh darah.
 Darah mengangkut messeger kimiawi tersebut ke bagian bagian tubuh lainnya.
Jadi hanya sel sasaran hormon tertentu yang memiliki reseptor membran untuk
berikatan dengan hormon ini. Sel yang bukan sasaran hormon tidak
dipengaruhi.
2) Pensinyalan neurohormon
 Hormon yang dibebaskan ke dalam darah oleh neuron neurosekretorik.
 Neuron neurosekretorik ini adalah sel yang berbentuk seperti saraf tetapi dia
berfungsi untuk menghasilkan hormon.
 Neuron neurosekretorik tidak secara langsung mempersarafi sel sasaran melalui
celah sinaps, tapi dia membebaskan messeger kimiawi yaitu sebuah
neurohormon ke dalam darah ke sel sasaran yang jauh
 Contohnya vasopresin, neurohormon yang diproduksi oleh sel saraf yang ada di
otak untuk merangsang retensi air oleh ginjal selama pembentukan urine
3) Pensinyalan parakrin
 Messeger kimiawi lokal yang memberikan efek hanya pada sel sel sekitar dalam
lingkungan dekat tempat sekresinya
 Sinyal yang dikeluarkan akan memberikan efek kepada sel yang ada di
sebelahnya saja
 Contohnya adalah histamin yang dibebaskan dari sel jaringan ikat sewaktu
respons peradangan pada jaringan yang terserang atau cedera. Efeknya dilatasi
atau pelebaran pembuluh darah untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan.
4) Autokrin
Terjadi ketika dimana molekul sinyal yang dilepaskan mempengaruhi dirinya
sendiri atau sel itu sendiri. Banyak faktor pertumbuhan bertindak dengan cara ini

13
dan sering mengeluarkan faktor pertumbuhan yang merangsang pertumbuhan dan
pekembangbiakannya sendiri.

5) Pensinyalan sinaps
Neuron neuron berkomunikasi secara langsung dengan sel sel yang dipersarafi
dengan membebaskan neurotransmitter tang merupakan messeger kimiawi. Jadi sel
saraf ini melepaskan neurotransmitter ke dalam celah sinaps yaitu ruang sempit
antara 2 sel saraf.

3. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan komponen pensinyalan sel.

1) Stimulus

Stimulus dalam bentuk molekul sinyal yaitu molekul kimia organik dan
nonorganik di lingkungan sel. Beberapa molekul sinyal kimia dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelas: molekul sinyal cell-impermeant, cell- permeant, dan
cellassociated.

14
Gambar. Tiga kelas dari molekul sinyal. (Kurniawan, 2015)

Molekul sinyal cell-impermeant terutama berikatan dengan reseptor yang


berhubungan dengan membran sel. Ratusan molekul yang disekresikan telah
diidentifikasi, meliputi neurotransmiter, protein seperti faktor neurotropik, dan hormon
peptide seperti glukagon, insulin, dan berbagai hormone reproduktif. Molekul sinyal
ini bertahan dalam waktu pendek, karena molekul tersebut dimetabolisme dengan cepat
atau karena diinternalisasi oleh endositosis ketika molekul tersebut pertama kali
bertemu dengan reseptor.

Molekul sinyal cell-permeant dapat melewati membran plasma untuk bekerja


secara langsung pada reseptor-reseptor yang ada di dalam sel. Contohnya meliputi
beberapa steroid (glukokortikoid, estradiol, dan testoteron) dan hormon tiroid
(tiroksin), dan retinoid. Molekul sinyal ini relatif tidak larut pada cairan aueous dan
seringkali ditransportasikan di darah dan cairan ekstraselular lewat ikatan dengan
protein karier spesifik. Dalam bentuk ini, molekul ini akan bertahan dalam aliran darah
dalam waktu berjamjam atau bahkan sampai berhari-hari.

Kelompok ketiga dari molekul sinyal kimia, molekul sinyal cell-associated,


disusun pada permukaan ekstraselular dari membran plasma. Sebagai hasilnya,
molekul-molekul ini bekerja hanya pada sel-sel lainnya yang kontak secara fisik dengan
sel yang membawa sinyal. Contohnya meliputi protein seperti integrin dan neural cell
adhesion molecules (NCAMs) yang mempengaruhi pertumbuhan aksonal. Molekul
sinyal yang berikatan dengan membran lebih sulit untuk dipelajari, akan tetapi penting
dalam perkembangan neuronal dan keadaan lainnya dimana kontak fisik antarsel akan
memberikan informasi tentang identitas selular.

2) Reseptor
Penerima sinyal yaitu reseptor. Reseptor terletak pada permukaan luar membran
sel maupun sitoplasma dan nukleus, mempunyai daya ikat tinggi dan bersifat
khusus pada molekul sinyal kimia. Fungsi reseptor adalah mengirimkan informasi
dari lingkungan luar sel ke bagian dalam sel dengan cara mengubah bentuk saat
berikatan dengan ligan yang spesifik.

15
a. Reseptor pada membrane sel. Jenis reseptor pada membran sel terdiri dari
tiga macam yaitu:

1) Reseptor Protein G
Reseptor terkait protein G adalah reseptor berupa protein
membran yang bekerja bersamaan dengan protein lain (biasanya enzim).
Pendeteksian sinyal berupa cahaya, bau dan deteksi hormon serta
neurotransmitter tertentu. Aktivasi enzim seperti adenilil siklase yang
akan menghasilkan sejumlah second messenger yang menentukan
respon seluler terhadap sinyal yang datang.

2) Reseptor Tirosin Kinase


Reseptor membran yang memiliki bagian protein di sisi
sitoplasmik yang berperan sebagai enzim (tirosin kinase). Kinase adalah
enzim yang mengkatalisis transfer gugus fosfat. Fungsi untuk
mengaktalisis transfer gugus fosfat (fosforilasi) dari ATP ke asam amino
tirosin pada protein substrat. Contoh pada factor pertumbuhan yang
merangsang sel untuk tumbuh dan bereproduksi.

16
3) Reseptor Saluran Ion
Reseptor saluran ion adalah suatu jenis reseptor membran yang
memiliki bagian yang dapat berfungsi sebagai gerbang atau pintu masuk
ketika reseptor berubah bentuk. Protein membran berupa ion-channel
protein yang membuka ketika berikatan dengan ligan dan menutup
ketika ligan terlepas dari reseptor. Pengikatan ligan menyebabkan
terbukanya saluran ion sehingga ion-ion dari cairan ekstraseluler dapat
masuk ke dalam sitosol sel target. Perubahan konsentrasi menyebabkan
perubahan potensial elektrik membran plasma.
Contoh:

 pada sel saraf: saluran ion Na+ dan K+ pada sel saraf terbuka ketika
hormon asetilkolin berikatan dengan reseptornya.
 Pada sel otot: pengikatan asetilkolin mengakibatkan masuknya ion
Ca+ dan menghasilkan kontraksi otot.

17
b. Reseptor Intraseluler
Reseptor intraseluler adalah jenis reseptor berupa reseptor yang
terletak di sitoplasma atau inti sel target. Sinyal kimiawi masuk ke dalam
sel melewati membran sel. Molekul sinyal berukuran cukup kecil sehingga
dapat melewati fosfolipid membran atau molekul sinyal berupa lipid
sehingga terlarut dalam membran.
Contoh:

 Hormon steroid dan hormon tiroid (lipid) seperti testosteron.

 Molekul gas oksida nitrat (NO)17.

3) Transduser
Transduser melakukan transduksi sinyal dari luar sel menjadi kegiatan
biokimiawi di dalam sel.

18
4) Sensor dan efektor dan respon sel
a. Sensor
Sensor intraseluler mendeteksi sinyal yang datang dari jalur pensinyalan yang
berbeda dan menggunakan informasi untuk merangsang efektor yang
membawa proses seluler yang berbeda.
b. Efektor
Efektor adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan proses
seluler yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan jalur pensinyalan.
Informasi yang disediakan oleh sistem pensinyalan menginstruksikan efektor
untuk mengontrol berbagai proses seluler. Beberapa efektor ini adalah entitas
tunggal, seperti saluran ion atau enzim yang mengatur proses metabolisme.
Namun, ada mekanisme efektor yang lebih kompleks yang seringkali menjadi
target dari beberapa jalur pensinyalan.
Efektor ini kemudian bertanggung jawab untuk mengendalikan berbagai proses
seluler:

 Eksositosis
 Fagositosis
 Transkripsi gen
 Ciliary beating16
 Pemodelan ulang aktin

c. Respon Sel
Respon sel ditimbulkan dari pembentukan sinyal transduksi menuju nucleus.

5) Ligan
Ligan adalah molekul yang berikatan secara spesifik dengan molekul lain
sehingga menyebabkan terjadinya perubahan bentuk pada protein reseptor.

4. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan mekanisme pensinyalan sel.

Terdapat 3 tahap dalam proses pensinyalan sel yaitu penerimaan (reception),


transduksi (pengelolaan sinyal) dan respon sel.

19
1) Penerimaan (Reception)
Pada tahap ini terjadi proses pendeteksian molekul sinyal yang datang dari luar
sel. Berdasarkan sifat molekul sinyal, penerimaan dapat dilakukan oleh protein
reseptor yang terdapat di membran sel seperti reseptor hormon epinefrin, dan
reseptor yang terdapat di sitoplasma atau reseptor intraseluler seperti reseptor
hormon steroid.
Pada pensinyalan sel dengan reseptor terikat membran, sinyal kimiawi
terdeteksi ketika molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor yang terletak di
permukaan sel maupun di dalam sel. Contoh nya adalah pada ligan yang berupa
hormon epinefrin yang terdapat di cairan ekstraseluler terikat pada reseptor
spesifik pada membran sel target (sel hati dan sel otot rangka).
2) Transduksi (Pengelolaan Sinyal)
Transduksi atau pengolahan sinyal merupakan urutan perubahan dalam sederet
molekul yang berbeda dan disebut jalur transduksi sinyal. Pada tahap ini terjadi
perubahan sinyal menjadi suatu bentuk yang dapat menimbulkan respon seluler
spesifik. Pada umumnya terdapat beberapa langkah yaitu sejumlah kecil molekul
sinyal dapat menentukan respon sel yang spesifik dan dapat mengahasilkan respon
seluler yang besar (penguatan sinyal).
3) Respon
Produksi respon seluler spesifik. Sinyal transduksi tadi nantinya memicu
respons seluler tertentu. Responnya dapat berupa hampir semua aktivitas seluler
seperti katalisis oleh enzim (misalnya, glikogen fosforilase), penataan ulang
sitoskeleton, atau aktivasi gen spesifik dalam nukleus. Proses pensinyalan sel

20
membantu memastikan bahwa aktivitas penting seperti ini terjadi di sel yang tepat,
pada waktu yang tepat, dan dalam koordinasi yang tepat dengan aktivitas sel-sel
lain dari organisme

5. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan factor yang mempengaruhi


pensinyalan sel.

Kehidupan sel secara terus menerus dimonitor, dikelilingi, dan diatur oleh
aktivitasnya sendiri dan juga sesuai dengan komposisinya. Sel-sel juga berkomunikasi
secara sengaja dengan mengirimkan sinyal yang dapat diterima dan diterjemahkan oleh
sel yang lainnya, misalkan bau buah-buahan bagi manusia dan sebagian hewan
merupakan tanda adanya makanan. Sinyal yang terjadi pada sel termasuk di dalamnya
adalah sinyal kimiawi sederhana, gas, protein, cahaya, dan reaksi kimia. Sel memiliki
banyak protein reseptor untuk mendeteksi sinyal dan jalur yang rumit untuk
menterjemahkan sinyal tersebut menjadi sebuah respon.Selain interaksi dan
komunikasi yang mengharuskan sel-sel saling terhubung secara fisik, maka bentuk
komunikasi juga dapat terjalin dengan adanya sinyal yang dapat berfungsi untuk
menjalankan mekanisme tertentu dalam tubuh makhluk hidup.

Sinyal untuk komunikasi tersebut dilakukan dengan dikeluarkannya protein


yang berperan sebagai pemicu reseptor pada bagian sel yang lain sebagai kode untuk
memulai dilakukannya suatu mekanisme tertentu dalam sel.

Organisme dan virus yang bersifat patogen, banyak di antaranya dapat


mengganggu pensinyalan, dapat menyebabkan beberapa cacat ini. Sebagian besar
penyakit serius pada manusia, seperti: hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan
berbagai bentuk penyakit mental, tampaknya muncul dari modifikasi fenotipik yang
tidak kentara dari jalur pensinyalan. Modifikasi/Remodeling fenotipik seperti itu
mengubah perilaku sel sehingga fungsi normalnya terganggu, dan menyebabkan
penyakit.

6. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan gangguan pada pensinyalan


sel.

a. Gangguan Pensinyalan (Penyakit Infeksi)

21
 Sejumlah mikroorganisme patogem memberikan efek yang dapat merusak
atau menganggu komunikasi sel dengan memodifikasi proses pensinyalan
 Sejumlah mikroorganisme juga menggunakan reseptor permukaan sel
sebagai pintu masuk intraselular untuk merusak, menggunakan nutrisi, atau
bereplikasi pada sel sasaran
b. Gangguan pensinyalan (Penyakit Degeneratif)
 Perombakan ulang signalsom (komponen komponen pensinyalan sel)
menyebabkan munculnya sejumlah penyakit degenerative
Ada 2 macam:
1) Fenotip
2) Genotip
c. Mutasi sel somatic
Dimana gen dalam sel tunggal mengalami mutase yang memungkinkan
terjadinya perubahan dalam sel signalsome. Contoh : kanker.
d. Mutasi pada sel sel benih
Yang diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya sehingga
menyebabkan timbulnya penyakit pada generasi berikutnya
e. Thyroid-stimulating hormone (TSH)
Thyroid-stimulating hormone (TSH) memberikan dampak klinis jika
berikatan dengan thyroid-stimulating hormone receptor (TSHR). Ikatan TSH-
TSHR akan memberikan dampak klinis terhadap jaringan dan organ tempat
Terjadinya ikatan tersebut. Ikatan tersebut bisa terjadi pada kelenjar tiroid dan
jaringan ekstratiroid. Pada kelenjar tiroid, TSHR menyebabkan tirosit
mengenali dan merespon TSH yang disekresikan oleh sel tirotropik pada
hipofisis. Hal in mengatur proliferasi tirosit, produksi dan sekresi hormone
tiroid. Gangguan transduksi sinyal dari TSH menyebabkan kelainan tiroid,
Seperti gondok, hipotiroid, dan hipertiroid, yang memiliki manifestasi klinis
yang kompleks.

22
f. Retinitis Pigmentosa (RP)
Retinitis Pigmentosa (RP) merupakan penyakit bawaan yang ditandai
oleh degenerasi retina progresif dan akhirnya mengalami kebutaan. RP dapat
disebabkan oleh mutasi pada gen yang menyandikan rhodopsin (pigmen visual
sel batang). Mutasi ini menyebabkan lipatan yang tidak tepat dari protein
rhodopsin dan eliminasi dari sel sebelum mencapai membran plasma. Mutasi
lain dapat menyebabkan sintesis molekul rhodopsin yang tidak dapat
mengaktifkan protein G-nya dan dengan demikian tidak dapat meneruskan
sinyal ke bagian ujung dari efektor. RP hasil dari mutasi yang mengarah pada
hilangnya fungi reseptor yang dikodekan.

g. Adenoma
Adenoma adalah sejenis tumor jinak yang disebabkan oleh mutasi.
Mutasi ini mengubah struktur protein pensinyalan sehingga memiliki efek yang
berlawanan, biasanya berupa peningkatan fungi. Tidak seperti sel-sel tiroid

23
normal yang mengeluarkan hormon tiroid hanya sebagai respons terhadap
stimulasi oleh hormon hipofisis TSH, sel-sel adenoma tiroid ini mengeluarkan
sejumlah bear hormon tiroid tapa harus dirangsang oleh TSH. Reseptor TSH
dalam sel-sel ini mengandung pengganti asam amino yang mempengaruhi
struktur loop intraseluler protein ketiga. Reseptor TSH secara konstitutif
mengaktifkan protein G pada permukaan bagian dalamnya, mengirimkan sinyal
secara terus menerus melalui jalur yang mengarah tidak hanya pada sekresi
hormon tiroid yang berlebihan tetapi pada proliferasi sel berlebihan yang
menyebabkan tumor.

7. Mahasiswa/i mampu memahami dan menjelaskan manifestasi klinis apabila


pensinyalan sel mengalami gangguan.

a) Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah kondisi klinis yang disebabkan oleh peningkatan
konsentrasi hormon tiroid. tirotoksikosis mengacu pada manifestasi klinis akibat
sirkulasi yang berlebihan dari hormone tiroid. Penyebab paling umum dari
hipertioroidisme adalah penyakit Graves, toksik gondok multinodular, dan
adenoma toksik. Pasien hipertiroid yang tidak diobati akan berisiko menurunnya
kualitas hidup, dan menimbulkan komplikasi berupa penurunan berat badan, Oleh
karena itu, diperlukan terapi untuk mengontrol kadar hormon tiroid pada batasan
normal, salah satunya dengan obat antitiroid.

24
b) Penyakit kolera
Penyakit kolera yang disebabkan oleh bakteri gram negative Vibrio
cholerae yang mensekresikan toxin kolera sehingga menyebabkan penderita
dehidrasi, muntah-muntah, dan kejang-kejang pada otot. Toxin kolera
mengaktifkan jalur sinyal cAMP.
c) Penyakit klamidia
Penyakit klamidia yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis yang
dapat bertahan hidup dalam tubuh manusia dengan cara menghambat proses
fagositosis makrofag. Manifestasi kinik untuk infeksi klamidia pada perempuan
dapat berupa sindroma urethral akut,bartolinitis,servisitis,infeksi salurn genital
bagian atas (atau penyakit radang panggul)

25
d) Listeriosis
Listeriosis yang disebabkan oleh Listeria monocytogenes, merupakan
bakteri gram posistif pathogen yang dapat bertahan hidup dalam makrofag dengan
cara meloloskan diri melalui membran fagosolisosom.
e) Tuberkulosis
Tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis
yang dapat bertahan hidup dengan menghentikan sinyal Ca2+ yang berperan dalam
proses pematangan fagosom dimana makrofag menggunakannya untuk
membunuh mikroorganisme infeksius.
f) Resistensi insulin
Gangguan pensinyalan neuronal akibat resistensi insulin
mengakibatkan ketidakmampuan sel neuron di otak untuk merespon
neurotransmiter atau hormonal secara tepat dan kondisi tersebut selanjutnya
akan menimbulkan gangguan plastisitas neuron di otak.
Pensinyalan insulin melalui aktivasi reseptor insulin di badan sel dan
terminal sinaps neuron memiliki peran penting dalam mekanisme pembentukan
memori dan fasilitasi plastisitas sinaps di hipokampus dalam proses
belajar. Gangguan pensinyalan neuronal tersebut yang dapat terjadi akibat
adanya resistensi insulin dapat mengakibatkan terjadinya gangguan transmisi
neuronal dan plastisitas sinaps dan gangguan kognitif.

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pensinyalan adalah bagian sebuah sistem komunikasi yang sangat kompleks pada
tingkat selular yang mengatur aktivitas dan koordinasi antar sel. Adapun yang terkait dalam
pensinyalan sel antara lain transduksi sinyal, respon seluler terhadap sinyal, komunikasi sel
dan penerimaan sinyal.
Dengan sistem pensinyalan inilah sel-sel dalam tubuh kita dapat berkomunikasi satu
dengan lainnya. Komunikasi antar sel inilah yang mengharmonisasikan komponen dalam
tubuh mulai dari tingkatan sel untuk dapat mencapai suatu tujuan tertentu terkait dengan
sistem regulasi, pertahanan tubuh, serta pertumbuhan.

3.2 Saran
Dengan disusunnya laporan ini, diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami
mengenai Pensinyalan Sel. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak. Dalam
laporan ini kami memohon maaf jika terdapat tulisan atau bahasa kami yang kurang
berkenan. Dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran atas laporan kami agar
dapat membangun dan memotivasi sehingga bisa membuat laporan lebih baik lagi.

27
DAFTAR PUSTAKA

AA.NB. Lanang Suraharja..(2015). INFEKSI KLAMIDIA TRACHOMATIS SEBAGAI


SALAH SATU PENYEBAB OKLUSI TUBA FALOPI.

Gade, M. (2014). Struktur, Fungsi Organel Dan Komunikasi Antar Sel. Jurnal Al Ulum: LPPM
Universitas Al Washliyah Medan, 2(1), 1-9.

Kurniati, T. (2020). Biologi Sel.

Lauralee, Sherwood.( 2014). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem

Ma’ruf, A., & Kes, M. (2016). INOVASI PENGENDALIAN PENYAKIT DAN


PENINGKATAN PRODUKSI TERNAK MELALUI KOMUNIKASI SEL SECARA
FISIOLOGI VETERINER.

Nurhayati, P., Irham, A. M., Pramana, I. D. B. K. W., & Harahap, H. S. (2022). HbA1c Sebagai
Kandidat Biomarker untuk Prediksi Progesivitas Gangguan Kognitif Terkait Diabetes Melitus
Tipe 2. Jurnal Kedokteran, 11(1), 732-738.

Putra, A. (2019). Basic Molecular Stem Cell.

Srikandi, Ni. (2020). Hipertiroidismee Graves Disease: Case Report. Bali: Jurnal Kedokteran
Raflesia).

Susilowati, R. P. (2019). Kajian Sel dan Molekuler (Hubungannya dengan Penyakit pada
Manusia).

28

Anda mungkin juga menyukai