0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
50 tayangan6 halaman
Pemberian obat pada mata umumnya dilakukan dengan tetes mata atau salep. Prosedurnya meliputi persiapan alat dan bahan, identifikasi pasien, penjelasan tindakan, pemberian obat secara hati-hati ke dalam kantung mata, dan pengamatan respon pasien. Tujuannya untuk mengobati infeksi, iritasi, atau kondisi mata lain secara aman dan nyaman bagi pasien.
Pemberian obat pada mata umumnya dilakukan dengan tetes mata atau salep. Prosedurnya meliputi persiapan alat dan bahan, identifikasi pasien, penjelasan tindakan, pemberian obat secara hati-hati ke dalam kantung mata, dan pengamatan respon pasien. Tujuannya untuk mengobati infeksi, iritasi, atau kondisi mata lain secara aman dan nyaman bagi pasien.
Pemberian obat pada mata umumnya dilakukan dengan tetes mata atau salep. Prosedurnya meliputi persiapan alat dan bahan, identifikasi pasien, penjelasan tindakan, pemberian obat secara hati-hati ke dalam kantung mata, dan pengamatan respon pasien. Tujuannya untuk mengobati infeksi, iritasi, atau kondisi mata lain secara aman dan nyaman bagi pasien.
2.1.1 Pengertian, Jenis-Jenis Dan Tujuan Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata. Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibeli bebas , misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor (misalnya visine, dsb). Namun banyak klien menerima resep obat-obatan oftalmic untuk kondisi mata seperti glaukoma dan untuk terapi setelah suatu prosddur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar klien yang menerima obat mata ialah klien lanjut usia. Masalah yang berhubungan dengan usia termasuk penglihatan yang buruk, tremor tangan dan kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol obat, mempengaruhi kemudahan lansia menggunakan obat mata secara mandiri. Perawat atau bidan memberi penjelasan kepada klien dan anggota keluarga tentang teknik yang digunakan dalam pemberian obat mata. (Donnelly. 1987) menganjurkan untuk memperlihatkan klien setiap langkah prosedur pemberian obat tetes mata untuk meningkatkan kepatuhan klien.1 Obat mata dapat digolongkan menjadi a. Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi b. Obat mata golongan kortikosteroid c. Obat mata lainnya1 Tujuan pemberian obat pada mata diantaranya: digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, digunakan untuk menghilangkan iritasi mata. Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata yang luka/ ulkus. Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang atau alergi mata atau juga bengkak yang bisa disebabkan oleh alergi itu sendiri atau oleh virus. Karena infeksi mata oleh virus itu resisten terhadap pengobatan biasanya digunakan obat mata golongan kortikosteroid untuk menghilangkan gejalanya saja. Kalaupun dengan antiseptik hal itu menghindari infksi sekunder. Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata yang disebabkan oleh mikroba dan dengan keluhan bengkak/ radang juga gatal atau alergi. Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi. Prinsip pemberian obat mata 1. Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena itu, perawat atau bidan menghindari obat mata apapun secara langsung ke kornea. 2. Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat atau bidan menghindari menyentuh kelopak mata atau struktur mata yang lain dengan alat tetes mata atau tube salep. 3. Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang terinfeksi. 1 2.1.2 Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat pada mata Indikasi Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikur meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa kontak, alergi atau sehabis berenang. antiseptik dan antiinfeksi. radang atau alergi mata. Kontraindikasi Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter. 2.1.4 Persiapan Alat dan Bahan Alat dan Bahan: 1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep. 2. Pipet. 3. Pinset anatomi dalam tempatnya. 4. Korentang dalam tempatnya. 5. Plestier. 6. Kain kasa. 7. Kertas tisu. 8. Balutan. 9. Sarung tangan. 10. Air hangat/kapas pelembab. a. tetes atau salep mata 1. botol obat dengan tetes mata steril atau tube salep. 2. Patch dan plester mata (bila perlu). 3. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat. 4. Bola kapas atau tisu. 5. Wadah cuci berisi air hangat atau lap. 6. Sarung tangan sekali pakai. b. cakram intraokuler 1. cakram obat. 2. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat. 3. Sarung tangan sekali pakai. 1 2.1.5 Prosedur kerja1 No. Langkah rasional Gambar 1. Tinjau kembali program obat Memastika kelepatan dari dokter, termasuk nama pemberian obat. klien, nama obat, konsentrasi obat, jumlah tetesan obat (jika dalam bentuk cair), waktu dan mata (kanan atau kiri) yang menerima obat. 2. Cuci tangan Mengurangi penularan mikroorganisme.
3. Siapkan peralatan dan suplai Tetes mata tersedia
c. tetes atau salep mata dalam bemtuk botol 7. botol obat dengan tetes mata plastik atau kaca. steril atau tube salep. Salep dignakan dalam 8. Patch dan plester mata (bila tube kecil. perlu). 9. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat. 10. Bola kapas atau tisu. 11. Wadah cuci berisi air hangat atau lap. 12. Sarung tangan sekali pakai. d. cakram intraokuler 4. cakram obat. 5. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat. 6. Sarung tangan sekali pakai. 4. Periksa atau identifikasi klien Memastikan klien yang dengan membaca gelang menerima obat benar. identifikasi atau menanyakan nama klien 5. Jika tercapai patch mata, lepaskan. 6. Kaji kondisi stuktur mata luar. Memberi data dasar yang selanjutnya digunakan untuk menentukan apakah timbul respon lokal terhadap pengobatan juga mengindikasikan perlunya membersihkan mata sebelum obat diberikan. 7. Periksa apakah klien alergi Klien akan megalami terhadap lateks, jika alergi respons gunakan sarung tangan yang hipersensitivitas jika buka lateks. sarung tangan menyentuh membran mukosa. 8. Jelaskan prosedur kepada Klien sering merasa klien. cemas tentang obat yang dimasukan ke mata karena adanya kemungkinan ketidaknyamanan. 9. Atur suplai di sisi tempat tidur Memastikan prosedur dan gunakan sarung tangan. yang lancar dan teratur. Sarunng tangan mengurangi pajanan terhadap drainase yang infeksius. 10. Minta klien untuk berbaring Memudahkan obat terlentang atau duduk dikursi dimasukkan dan dengan kepala sedikit memudahkan drainase hiperekstensi. yang ekluar dari mata. 11. Jika ada krusta (keropeng) Krusta atau drainase atau drainase disepanjang merupakan tempat kelopak mata atau kantus mikroorganisme dalam, buang dengan berkumpul. perlahan. Basahi kerak yang Membasahi krusta kering dan sulit dipindahkan akan mempermudah dengan menggunakan kain pembuangannya, atau bola kapas lembab dengan demikian selama beberapa menit. Selalu mencegah tekanan mengusap dari kantus ke langsung pada mata. kantus luar. 12. Masukan obat tetes, salep atau Kapas atau tisu cakram: mengabsorpsi obat a. Jika memasukkan obat tetes yang keluar dari mata. atau salep, dengan tangan Teknik ini yang tidak dominan, pegang memenjankan kantong bola kapas atau tisu pembersih konjungtiva. Menarik pada tulang pipi klien tepat di kembali (retraksi) bawah kelopak mata. lingkaran tulang mata. b. Jika memasukan obat tetes Mencegah tekanan dan atau salep, dengan tisu atau trauma pada bola mata kapas diletakkan dibawah dan mencegah jari kelopak mata bawah, tekan menyentuh mata. kebawah dengan lembut, Tindakan ini menarik dengan ibu jari atau telunjuk kornea ke atas dan pada lingkaran tulang mata. menjauhi kantong c. Minta klien melihat kelangit- konjungtiva dan langit. mengurangi stimulasi refleks mengedip. d. Memasukkan tetes mata: Membantu mencegah 1. Dengan tangan yang dominan alat tetes mata pada dahi klien, pegang alat menyentuh struktur tetes mata berisi obat kira-kira mata secara tidak sampai 2 cm diatas kantong sengaja sehingga konungtiva. mengurangi resiko 2. Teteskan sejumlah tetesan cedera pada mata dan yang diresepkan ke dalam perpindahan infeksi ke kantong konjungtiva. alat tetes mata. Obat 3. Jika klien mengedip atau mata sudah disterilkan. menutup mata atau jika tetes Kantong konjungtiva mata jatuh dibatas mata luar, biasanya menampung 1 ulangi prosedur. sampai 2 tetes. 4. Ketika memberikan obat yang Memasukkan tetesan dapat menimbulkan efek ke dalam kantong mata sistemik, lindungi jari anda memungkinkan dengan tisu bersih dan beri distribusi yang merata. tekanan lembut pada duktus Efek terapeutik nasolakrimalis klien selama diperoleh hanya jika 30 sampai 60 detik. tetesan mata masuk ke 5. Setelah memasukkan obat, kantong konjungtiva. minta klien untuk menutup Mencegah aliran obat mata dengan lembut. berlebihan ke dalam saluran hidung dan faring. Mencegah absorpsi ke sirkulasi sistemik. Membantu distribusi obat, mendorong obat dari kantong konjungtiva e. Memasukkan salep mata: Obat didistribusi 1. Dengan memegang aplikator merata dalam mata salep diatas batas kelopak mata dan batas kelopak mata, berikan aliran salep tipis mata. mrata disepanjang sisi dalam Mengurangi refleks kelopak mata bawah pada mengedip selama konjungtiva. pemberian salep. 2. Minta klien melihat kebawah. Mendistribusikan obat 3. Berikan aliran tipis salep merata dalam mata dan konjungtiva di sepanjang batas kelopak mata kelopak atas mata. Mendistribusikan obat 4. Minta klien menutup mata lebih lanjut tanpa dan menggosok kelopak menimbulkan trauma dengan lembut dalam gerakan pada mata. memutar menggunakan kapas. Meningkatkan rasa 5. Jika terdapat kelebihan obat nyaman dan mencegah pada kelopak mata, seka obat trauma pada mata tersebut dengan lembut dari Mengurangi peluang bagian dalam ke bagian luar infeksi kantus. 6. Jiak klien menggunakan patchmata, kenakan dengan menempatkan patch yang bersih diatas mata yang diobati, sehingga yang bersih diatas mata yang diobati, sehingga yang bersih diatas mata yang diobati, sehingga yang bersih diatas mata yang diobati, sehingga yang bersih diatas mata yang diobati, sehingga yang bersih diatas mata yang diobati, sehingga yang bersih diatas mata yang diobati, sehingga seluruh mata tertutup. Plester dengan baik tanpa menekan mata. f. Memasang cakram inokuler Memungkinkan 1. Buka kemasan berisi cakram perawat atau bidan obat dengan lembut, tekan menginspeksi adanya cakram pada ujung jari kerusakan atau sehingga cakram melekat pada deformitas cakram jari. sebelelum diberikan. 2. Dengan tangan yang lain, Menyiapkan kantong tarik kelopak mata bawah konjungtiva untuk klien menjauhi matanya. menerima cakram obat. Minta klien melihat ke atas. Menjamin pengantaran 3. Tempatkan cakram didalam obat. kantong konjungtiva, sehingga Menjamin keakuratan cakram mengapung pada pengantaran obat. sklera antara iris dan kelopak mata bawah. 4. Tarik kelopak mata bawah klien keluar dan keatas cakram. Seharusnya tidak bisa melihat cakram pada saat ini. Ulangi tindakan ini jika dapat melihat cakram obat. 13. Keluarkan cakram intraokuler Mengurangi penularan a. Cuci tangan dan kenakan mikroorganisme. sarung tangan. Menyiapkan klien b. Jelaskan prosedur kepada untuk menjalani klien. prosedur. c. Dengan lembut tarik kelopak mata bawah klien untuk memajankan cakram. d. Dengan jri telunjuk dan ibu jari tangan yang lain, jepit cakram obat dan angkat keluar dari mata klien. 14. Buang suplai yang kotor ke Mempertahankan dalam wadah yang tepat. lingkungan yang rapi Lepas dan buang sarung pada sisi tempat tidur tangan dan cuci tangan. dan mengurangi penularan mikroorganisme. 15. Observasi resons klien Mengevaluasi reaksi terhadap pengobatan, terhadap obat. perhatikan tanda dan gejala efek sistemik yang potensial dan kondisi mata. 16. Catat konsentrasi obat, jumlah Pencatatan yang tepat tetesan atau cakram waktu pada waktunya pemberian dan mata yang mencegah kesalahan menerima obat (kanan atau dalam pemberian obat kiri). (misal, pengulangan pemberian dosis obat atau pemberian obat terlewat)