1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas “ persiapan pasien untuk pemeriksaan penunjang”.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang................................................................................4
B. Rumusan masalah...........................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian sputum..........................................................................6
B. Jenis pemeriksaan sputum..............................................................6
C. Klasifikasi sputum..........................................................................7
D. Manfaat pemeriksaan sputum.........................................................8
E. Cara pengambilan sputum..............................................................8
F. Cara pengiriman spesimen..............................................................11
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika pengambilan sputum........11
H. Interpretasi pemeriksaan sputum....................................................13
I. Peran perawat dalam pengambilan sputum....................................14
A. Kesimpulan.....................................................................................16
B. Saran...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji
laboratorim yaitu pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien.
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita.
Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak, sekret vagina,
dan sebagainya untuk menentukan diagnosa disertai dengan uji lainnya
sebagai penunjang. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan
dengan tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan
risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan
pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit
yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi,
serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode
pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi
kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik,
sampai robotik. Hal ini berarti peralatan pun berkembang dari yang
sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat
meningkat.
Ada beberapa penyakit saluran penapasan yang mulai banyak menyerang
masyarakat indonesia. Seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia,
bronkitis kronis, dan sebagainya. Oleh karena hal tersebut, perlu dilakukan
tes terhadap spesimen guna menentukan penyakit-penyakit tersebut yaitu
dengan menggunakan dahak atau sputum.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari sputum?
2. Apa saja jenis pemeriksaan sputum?
3. Bagaimana klasifikasi sputum?
4. Apa manfaat dari pemeriksaan sputum?
5. Bagaimana cara pengambilan sputum?
6. Bagaimana cara pengiriman spesimen?
7. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan ketika pengambilan sputum?
8. Bagaimana interpretasi pemeriksaan sputum?
9. Apa peran perawat dalam pemeriksaan sputum?
4
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sputum.
2. Mengetahui jenis pemeriksaan sputum.
3. Mengetahui klasifikasi sputum.
4. Mengetahui manfaat dari pemeriksaan sputum.
5. Mengetahui cara pengambilan sputum.
6. Mengetahui cara pengiriman spesimen.
7. Mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sputum.
8. Memahami interpretasi pemeriksaan sputum.
9. Mengetahui peran perawat dalam pengambilan sputum.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru, bronkus, dan trakea
melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan expectoratorian. Orang
dewasa normal bisa memproduksi mucus (sekret jaringan) sejumlah 100
ml dalam saluran napas setiap hari.
Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal dari
tenggorokan, hidung atau mulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan
kepada pasien yang dahaknya akan diperiksa.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada
pembentukan sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru.
Membrane mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi
dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan
sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa di atasnya,
sedangkan cairan sputum yang bercampur air liur encer dan terdapat
gelembung busa diatasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian
bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari
tenggorokan.
6
5. Sitologi
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya
keganasan (karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan
sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat
sel-sel malignan. Sel-sel manignan menunjukan adanya karsinoma,
tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor
yang terdapat tidak meruntuhkan sel.
6. Tes kuantitatif
Pengumpulan spatum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif
harus sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan
saliva, lender, pus atau bukan.
Jika bahan yang di eksporat berwarna kuning-hijau biasanya
menandakan infeksi parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan
kualitatif, klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sekret .
Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam, jumlah serta karakter isinya
dicatat dan diuraikan.
C. Klasifikasi sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada
pembentukan sputum itu sendiri.
7
D. Manfaat pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis
etiologi berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat
menjelaskan organisme penyebab penyakit pada berbagai pneumonia
bacterial, tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan
sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma
paru-paru. Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam
mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat
sel-sel malignan atau tidak. Aktifitas ini juga digunakan untuk mengkaji
sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil). Pemeriksaan sputum
secara periodic mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik,
kortikosteroid, dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang, karena
preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Secara umum, kultur
sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas
obat dan sebagai pedoman pengobatan. Jika sputum tidak dapat keluar
secara spontan, klien sering dirangsang untuk batuk dalam dengan
menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh, glikol propilen yang
mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan dengan nebulizer ultrasonic.
E. Pengambilan sputum
1. Tujuan
Mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan pewarnaan basil tahan asam.
2. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernapasan
(apabila diperlukan).
3. Waktu
Diperlukan 3 kali pengambilan sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu:
Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali
datang.
Sputum pagi (P), keesokan harinya ketika penderita datang lagi
dengan membawa sputum pagi (sputum pertama setelah
bangun tidur).
Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium,
penderita diminta megeluarkan sputumnya lagi.
4. Persiapan alat
a. Sputum pot (tempat lidah) yang tertutup.
b. Botol bersih dengan penutup.
c. Hand scoon.
d. Formulir dan etiket.
e. Perlak.
8
f. Pengalas.
g. Bengkok.
h. Tissue.
5. Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva
ataupun campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara
mengeluarkan sputum.
6. Prosedur tindakan
a. Menyiapkan alat.
b. Memberitahu pasien.
c. Mencuci tangan.
d. Mengatur posisi duduk (fowler).
e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan
bengkok.
f. Memakai hand scoon.
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang
sudah disiapkan (sputum botol).
h. Mengambil 5cc bahan, lalu memasukkan ke dalam botol.
i. Membersihkan mulut pasien.
j. Merapikan pasien dan alat.
k. Melepas hand scoon.
l. Mencuci tangan.
7. Pelaksanaan
a. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal
tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama.
Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan
atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut
pada klien:
1) Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan
cara mendapatkan spesimen sputum.
2) Jangan menyentuh bagian dalam wadah spesimen.
3) Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah
sputum.
4) Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila
memungkinkan.
5) Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila
klien merasa nyeri saat batuk.
6) Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-
10ml) sputum cukup analisis).
7) Cuci tanagn dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain
yang sesuai.
b. Berikan privasi klien.
9
c. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan spesimen.
1) Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (misalnya
posisi Fowler-tinggi atau semi pada tepi tempat tidur atau
kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan ekspansi paru
yang maksimum.
2) Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau
untuk klien yang tidak dapat melakukannya, pasang sarung
tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien.
3) Minta lien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukkan
sekresi. Inhalasi yang dlaam memberikan udara yang cukup
untuk mendorong sekresi keluar dari jalan udara ke dalam
faring.
4) Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan
sputum kedalamnya, pastikan sputum tidak kontak dengan
bagian luar wadah. Memasukkan sputum ke dalam wadah akan
mencegah penyebarab mikroorganisme ke tempat lain.
5) Bantu klien untuk mengulang batuk sampai terkumpul jumlah
sputum yang cukup.
6) Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah.
Menutup wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme
secara tidak sengaja ke tempat lain.
7) Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian
luar dengan disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan
untuk membersihkan seluruh bagian luar wadah dengan sabun
cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan handuk
kertas.
8) Lepas dan buang darung tangan
d. Pastikan klien merasa nyaman
1) Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur,
bila dibutukan.
2) Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan
ekspansi paru secara maksimal, bila di perlukan.
e. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium
1) Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip
permintaan laboratorium. Tempelkan label dan lampirkan
permintaan laboratorium pada wadah spesimen. Identifikasi
dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen
dapat membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
2) Atur agar spesimen dikirim sefera ke laboratorium atau di
dinginkan. Kultur bakteri harus segera dimulai sebelum
organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan berkembang
baik sehingga memberikan hasil positif palsu.
f. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.
10
Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan
klien. Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi
(kental, lengket, atau encer), adanya hemoptisis (darah pada
sputum), bau sputum, tindakan yang perlu dilakukan untuk
mendapatkan sputum (misalnya drainase postural), jumlah sputum
yang dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang
dialami klien.
11
malam sebelum pengambilan sputum sputum. Sebelum mengeluarkan
sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien
harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari batukan pertama
(first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan
kuat (dengan pernapasan dada) batukkan kuat sputum dari bronkus trakea
mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril bemulut
besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air
liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus seperti,
darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah keluarkan lakukan
perawatan mulut. Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril
guayakolat (expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis
saat malam sebelum pegambilan sputum.
12
3. Lung biopsy
Biopsy paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan
paru-paru untuk pemeriksaan. Jaringan biasanya diperiksa di bawah
mikroskop, dan dapat dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk
kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan oleh ahli patologi. Biopsy
adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya
penyakit atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan
transplantasi organ. Resiko yang dapat ditimpulkan oleh kesalahan
proses biopsy adalah infeksi dan pendarahan. Jaringan yang akan
diambil untuk biopsy dapat berasal dari bagian tubuh manapun,
diantaranya kulit, perut, ginjal, hati, dan paru-paru.
13
3) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan BTA
positif dan biakan positif.
b. Tuberculosis paru BTA (-)
1) Hasil pemeriksaan dahak tiga kali menunjukan BTA negative,
gambaran klinik dan kelainan radioogik menunjukan
tuberculosis aktif.
2) Hasil pemeriksaan dahak tiga kali menunjukan BTA negative
dan biakan M. Tuberculosis positif.
14
kontaminasi, yang dapat menyebabkan hasil tes tidak akurat. Prosedur
keperawatan atau petunjuk laboratorium sering tersedia bila perawat
tidak terbiasa dengan prosedur tersebut. Bila ada pertanyaan tentang
prosedur, perawat dapat menghubungi petugas laboratorium untuk
mendapatkan pengarahan sebelum mengumpulkan spesimen.
4. Perhatian informasi yabg relevan pada slip permintaan laboratorium,
contohnys, pengobatan yang sedang digunakan klien yang dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan.
5. Bawa spesimen ke laboratorium dengan segera. Spesimen yang segar
memberikan hasil yang lebih akurat.
6. Laporkan hasil pemeriksaan laboratorium yan abnormal kepada tenaga
kesehatan pada waktunya sesuai dengan tingkat kelaparan hasil
abnormal.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea
melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan
sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran
mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi
dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Sputum
yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber,
warna, volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri.
B. Saran
Pengambilan spesimen berupa sputum berguna dalam penentuan diagnosa
dan untuk mengetahui penyakit saluran pernapasan seperti tuberkulosis
pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis kronis, dan sebagainya. Spesimen
yang telah diambil untuk sampel kemudian diperiksa di laboratorium secara
kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, ataupun
parasitologi klinik. Sehingga apabila ada hal-hal yang dirasakan kurang baik
pada saluran pernapasan, hendaknya segera melakukan pengecekan untuk
mengetahui apakah ada gangguan atau penyakit dalam saluran pernapasan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17