Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGAMBILAN SPESIMEN SPUTUM

Dosen pembimbing : Istichomah, S. Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh: Nur Aida


Elina Fitasari

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas “ persiapan pasien untuk pemeriksaan penunjang”.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari teman dan dosen
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Yogyakarta, 13 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................2

DAFTAR ISI........................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang................................................................................4
B. Rumusan masalah...........................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian sputum..........................................................................6
B. Jenis pemeriksaan sputum..............................................................6
C. Klasifikasi sputum..........................................................................7
D. Manfaat pemeriksaan sputum.........................................................8
E. Cara pengambilan sputum..............................................................8
F. Cara pengiriman spesimen..............................................................11
G. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika pengambilan sputum........11
H. Interpretasi pemeriksaan sputum....................................................13
I. Peran perawat dalam pengambilan sputum....................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................16
B. Saran...............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................17

                                                                                      

               

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji
laboratorim yaitu pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien.
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita.
Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak, sekret vagina,
dan sebagainya untuk menentukan diagnosa disertai dengan uji lainnya
sebagai penunjang. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan
dengan tujuan tertentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan
risiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan
pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit
yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi,
serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik.  Metode
pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi
kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik,
sampai robotik. Hal ini berarti peralatan pun berkembang dari yang
sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat
meningkat.
Ada beberapa penyakit saluran penapasan yang mulai banyak menyerang
masyarakat indonesia. Seperti  tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia,
bronkitis kronis, dan sebagainya. Oleh karena hal tersebut, perlu dilakukan
tes terhadap spesimen guna menentukan penyakit-penyakit tersebut yaitu
dengan menggunakan dahak atau sputum.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari sputum?
2. Apa saja jenis pemeriksaan sputum?
3. Bagaimana klasifikasi sputum?
4. Apa manfaat dari pemeriksaan sputum?
5. Bagaimana cara pengambilan sputum?
6. Bagaimana cara pengiriman spesimen?
7. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan ketika pengambilan sputum?
8. Bagaimana interpretasi pemeriksaan sputum?
9. Apa peran perawat dalam pemeriksaan sputum?

4
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sputum.
2. Mengetahui jenis pemeriksaan sputum.
3. Mengetahui klasifikasi sputum.
4. Mengetahui manfaat dari pemeriksaan sputum.
5. Mengetahui cara pengambilan sputum.
6. Mengetahui cara pengiriman spesimen.
7. Mengetahui hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sputum.
8. Memahami interpretasi pemeriksaan sputum.
9. Mengetahui peran perawat dalam pengambilan sputum.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru, bronkus, dan trakea
melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan expectoratorian. Orang
dewasa normal bisa memproduksi mucus (sekret jaringan) sejumlah 100
ml dalam saluran napas setiap hari.
Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal dari
tenggorokan, hidung atau mulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan
kepada pasien yang dahaknya akan diperiksa.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada
pembentukan sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru.
Membrane mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi
dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan
sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa di atasnya,
sedangkan cairan sputum yang bercampur air liur encer dan terdapat
gelembung busa diatasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian
bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari
tenggorokan.

B. Jenis pemeriksaan sputum


1. Pewarna gram
Pemeriksaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi
tentang jenis mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
2. Kultur sputum
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi spesifik
guna menegakkan diagnosis definitive.
3. Sensitivitas
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik
dengan mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan
organisme yang terdapat pada sputum.
4. Basil tahan asam (BTA)
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya
Mycobacterium tuberculosa, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri
ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam.

6
5. Sitologi
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya
keganasan (karsinoma) pada paru-paru. Sputum mengandung runtuhan
sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat
sel-sel malignan. Sel-sel manignan menunjukan adanya karsinoma,
tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor
yang terdapat tidak meruntuhkan sel.
6. Tes kuantitatif
Pengumpulan spatum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif
harus sering dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan
saliva, lender, pus atau bukan.
Jika bahan yang di eksporat berwarna kuning-hijau biasanya
menandakan infeksi parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan
kualitatif, klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sekret .
Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam, jumlah serta karakter isinya
dicatat dan diuraikan.

C. Klasifikasi sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada
pembentukan sputum itu sendiri.

Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya.


 Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan,
kemungkinan berasal dari saluran napas bagian bawah.
 Sputum banyak sakali & purulen → proses supuratif (eg. Abses
paru)
 Sputum yang terbentuk perlahan & terus meningkat → tanda
bronchitis/bronkhiektasis.
 Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
 Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini
dikarenakan adanya verdoperoksidase yang dihasilkan oleh PMN
dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita
bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang
melebar dan terinfeksi.
 Sputum merah muda & berbusa → tanda edema paru akut.
 Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronchitis kronik
 Sputum berbau busuk → tanda abses paru/bronkhiektasis.

7
D. Manfaat pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis
etiologi berbagai penyakit pernapasan. Pemeriksaan mikroskopik dapat
menjelaskan organisme penyebab penyakit pada berbagai pneumonia
bacterial, tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi jamur. Pemeriksaan
sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma
paru-paru. Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam
mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat
sel-sel malignan atau tidak. Aktifitas ini juga digunakan untuk mengkaji
sensitivitas (di mana terdapat peningkatan eosinofil). Pemeriksaan sputum
secara periodic mungkin diperlukan untuk klien yang mendapat antibiotik,
kortikosteroid, dan medikasi imunosupresif dalam jangka panjang, karena
preparat ini dapat menimbulkan infeksi oportunistik. Secara umum, kultur
sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk pemeriksaan sensitivitas
obat dan sebagai pedoman pengobatan. Jika sputum tidak dapat keluar
secara spontan, klien sering dirangsang untuk batuk dalam dengan
menghirupkan aerosol salin yang sangat jenuh, glikol propilen yang
mengiritasi, atau agen lainnya yang diberikan dengan nebulizer ultrasonic.

E. Pengambilan sputum
1. Tujuan
Mendapatkan spesimen sputum yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan pewarnaan basil tahan asam.
2. Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernapasan
(apabila diperlukan).
3. Waktu
Diperlukan 3 kali pengambilan sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu:
 Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita pertama kali
datang.
 Sputum pagi (P), keesokan harinya ketika penderita datang lagi
dengan membawa sputum pagi (sputum pertama setelah
bangun tidur).
 Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium,
penderita diminta megeluarkan sputumnya lagi.
4. Persiapan alat
a. Sputum pot (tempat lidah) yang tertutup.
b. Botol bersih dengan penutup.
c. Hand scoon.
d. Formulir dan etiket.
e. Perlak.

8
f. Pengalas.
g. Bengkok.
h. Tissue.
5. Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva
ataupun campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara
mengeluarkan sputum.
6. Prosedur tindakan
a. Menyiapkan alat.
b. Memberitahu pasien.
c. Mencuci tangan.
d. Mengatur posisi duduk (fowler).
e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan
bengkok.
f. Memakai hand scoon.
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang
sudah disiapkan (sputum botol).
h. Mengambil 5cc bahan, lalu memasukkan ke dalam botol.
i. Membersihkan mulut pasien.
j. Merapikan pasien dan alat.
k. Melepas hand scoon.
l. Mencuci tangan.
7. Pelaksanaan
a. Jelaskan kepada klien apa yang akan anda lakukan, mengapa hal
tersebut perlu dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama.
Diskusikan bagaimana hasilnya akan digunakan untuk perawatan
atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan instruksi berikut
pada klien:
1) Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan
cara mendapatkan spesimen sputum.
2) Jangan menyentuh bagian dalam wadah spesimen.
3) Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah
sputum.
4) Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila
memungkinkan.
5) Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila
klien merasa nyeri saat batuk.
6) Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-
10ml) sputum cukup analisis).
7) Cuci tanagn dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain
yang sesuai.
b. Berikan privasi klien.

9
c. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan spesimen.
1) Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (misalnya
posisi Fowler-tinggi atau semi pada tepi tempat tidur atau
kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan ekspansi paru
yang maksimum.
2) Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau
untuk klien yang tidak dapat melakukannya, pasang sarung
tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien.
3) Minta lien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukkan
sekresi. Inhalasi yang dlaam memberikan udara yang cukup
untuk mendorong sekresi keluar dari jalan udara ke dalam
faring.
4) Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan
sputum kedalamnya, pastikan sputum tidak kontak dengan
bagian luar wadah. Memasukkan sputum ke dalam wadah akan
mencegah penyebarab mikroorganisme ke tempat lain.
5) Bantu klien untuk mengulang batuk sampai terkumpul jumlah
sputum yang cukup.
6) Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah.
Menutup wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme
secara tidak sengaja ke tempat lain.
7) Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian
luar dengan disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan
untuk membersihkan seluruh bagian luar wadah dengan sabun
cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan handuk
kertas.
8) Lepas dan buang darung tangan
d. Pastikan klien merasa nyaman
1) Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur,
bila dibutukan.
2) Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan
ekspansi paru secara maksimal, bila di perlukan.
e. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium
1) Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip
permintaan laboratorium. Tempelkan label dan lampirkan
permintaan laboratorium pada wadah spesimen. Identifikasi
dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen
dapat membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
2) Atur agar spesimen dikirim sefera ke laboratorium atau di
dinginkan. Kultur bakteri harus segera dimulai sebelum
organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan berkembang
baik sehingga memberikan hasil positif palsu.
f. Dokumentasikan semua informasi yang relevan.

10
Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan
klien. Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi
(kental, lengket, atau encer), adanya hemoptisis (darah pada
sputum), bau sputum, tindakan yang perlu dilakukan untuk
mendapatkan sputum (misalnya drainase postural), jumlah sputum
yang dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang
dialami klien.

F. Cara pengiriman spesimen


Baik spesimen yang dikirim dalam pot maupun wadah harus disertai
dengan data/keterangan, baik mengenai kriteria spesimen maupun pasien.
Ada 2 data yang harus disertakan, yaitu:
1. Data 1
Pot/wadah dilabel dengan menempelkan label pada dinding luar pot.
Proses direct labelling yang berisi data, nama, umur, jenis kelamin,
jenis spesimen, jenis tes yang diminta dan tanggal pengambilan.
2. Data 2
Formulir/kertas/buku yang berisi data keterangan klinis, dokter yang
mengirim, riwayat anamnesis, riwayat pemberian antibiotic terakhir
(minimal 3 hari harus dihentikan sebelum pengambilan spesimen),
waktu pengambilan spesimen, keterangan lebih lanjut mengenai
biodata pasien.

Jadi, data mengenai spesimen harus jelas, label dan formulir.


Spesimen tidak akan diterima apabila:
- Tidak dilengkapi dengan data yang sesuai.
- Jumlah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kurang.
- Cara pengambilan tidak sesuai dengan prosedur yang ada.

G. Hal-hal yang perlu diperhatikan


Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dala lebih besar. Atau juga
bisa diambil sputum sewaktu.
Waktu yang diperlukan untuk pengambilan sputum adalah 3 kali
pengambian sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu sputum sewaktu (S),
yaitu ketika penderita pertama kali datang, sputum pagi (P), keesokan
harinya ketika penderita datang lagi dengan membawa sputum pagi
(sputum pertama setelah bangun tidur), sputum sewaktu (S), yaitu saat
penderita tiba di laboratorium, penderita diminta mengeluarkan sputumnya
lagi.
Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh menyikat gigi. Adar sputum
mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada

11
malam sebelum pengambilan sputum sputum. Sebelum mengeluarkan
sputum, pasien disuruh untuk berkumur-kumur dengan air dan pasien
harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari batukan pertama
(first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam dan
kuat (dengan pernapasan dada) batukkan kuat sputum dari bronkus trakea
mulut wadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril bemulut
besar dan berpenutup (Screw Cap Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air
liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus seperti,
darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah keluarkan lakukan
perawatan mulut. Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril
guayakolat (expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis
saat malam sebelum pegambilan sputum.

Teknik lain untuk mengeluarkan sputum,


Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:
1. Aspirasi transtracheal (transtraceal aspirasi atau cuci transtraceal).
Teknik untuk mengumpulkan sampel dari eksudat bronkial untuk
pemeriksaan histologis dan mikrobiologi. Sebuah jarum dimasukkan
melalui kulit di atasnya trakea dan melalui ligamentum krikotiroid.
Sebuah kateter dimasukkan ke dalam trakea dan diteruskan ke tingkat
bifurkasi trakea. Indikasi:
Injeksi transtracheal dilakukan untuk memblokir saraf laring berulang
untuk laringoskopi terjaga, serat optic dan atau untuk intubasi
retrograde. Penghapusan tanggapan gag refleks atau laringoskopi atau
bronkoskopi. Digunakan untuk membantu menghindari Valsava
seperti tegang yang dapat mengikuti yang lain “terjaga” intubasi
(pasien dibius dan ventilasi spontan).
2. Bronchial lavage (Bronchoalveolar lavage)
Bronchoalveolar lavage (BAL) merupakan prosedur medis dimana
bronkoskop dilewatkan melalui mulut atau hidung ke paru-paru dan
cairan yang disemprotkan ke bagian kecil dari paru-paru. Biasanya
dilakukan untuk mendiagnosa penyakit paru-paru. Secara khusus,
umumnya digunakan untuk mendiagnosa infeksi pada orang dengan
masalah sistem kekebalan tubuh, pneumonia pada orang pada
ventilator, beberapa jenis kanker paru-paru, dan jaringan parut pada
paru-paru (penyakit paru interstitial). Cara paling umum untuk sampel
komponen cairan lapisan epitel (ELF) dan untuk menentukan
komposisi protein saluran udara paru, dan sering digunakan dalam
penelitian imunologi sebagai sarana sel sampling atau tingkat pathogen
di paru-paru. Contoh ini termasuk sel T dan tingkat populasi virus
influenza.

12
3. Lung biopsy
Biopsy paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan
paru-paru untuk pemeriksaan. Jaringan biasanya diperiksa di bawah
mikroskop, dan dapat dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk
kultur. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan oleh ahli patologi. Biopsy
adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya
penyakit atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan
transplantasi organ. Resiko yang dapat ditimpulkan oleh kesalahan
proses biopsy adalah infeksi dan pendarahan. Jaringan yang akan
diambil untuk biopsy dapat berasal dari bagian tubuh manapun,
diantaranya kulit, perut, ginjal, hati, dan paru-paru.

H. Interpretasi pemeriksaan sputum


Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum
biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada
pembentukan sputum itu sendiri.
Klasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya:
1. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan,
kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal
dari saluran napas bagian bawah.
2. Sputum banyak sekali & purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
3. Sputum yang terbentuk perlahan & terus meningkat → tanda
bronchitis/bronkhiektasis
4. Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
5. Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini
dikarenakan adanya verdoperolsidase yang dihasilkan oleh PMN
dalam sputum. Sputum hijau ini sering ditemukan pada penderita
bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang
melebar dan terinfeksi.
6. Sputum merah muda & berbusa → tanda edema paru akut.
7. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronchitis kronik.
8. Sputum berbau busuk → tanda abses paru/bronkhiektasis.

Sedangkan bagi interpretasi untuk penyakit TBC, berdasar hasil


pemeriksaan dahak (BTA), TB paru dibagi atas:
a. Tuberculosis paru BTA (+) adalah :
1) Sekurang – kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukan
hasil BTA positif.
2) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan BTA
positif dan kelainan radiologic menujukan gambaran
tuberculosis aktif.

13
3) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukan BTA
positif dan biakan positif.
b. Tuberculosis paru BTA (-)
1) Hasil pemeriksaan dahak tiga kali menunjukan BTA negative,
gambaran klinik dan kelainan radioogik menunjukan
tuberculosis aktif.
2) Hasil pemeriksaan dahak tiga kali menunjukan BTA negative
dan biakan M. Tuberculosis positif.

I. Peran perawat dalam pemeriksaan sputum


Perawat mempunyai kontribusi dalam pengkajian status kesehatan klien
dengan menyimpulan spesimen cairan tubuh. Semua klien rawat inap
menjalani paling sedikit satu kali pengumpulan spesimen laboratorium
selama di rawat di fasilitas pelayanan kesehatan. Pemeriksaan
laboratorium pada spesiemen seperti urine, darah, feses, sputum, dan
drainase luka memberikan informasi tambahan yang penting untuk
mendiknosis maslah kesehatan dan mengukur respons terhadap terapi.
Perawat sering di berikan tanggung jawab untuk mengungkumpulkan
spesimen. Tergantung pada jenis spesimen dan keterampilan yang di
perlukan, perawat dapat mendelekasikan tugas ini kepada UAP di bawah
pengawsan perawat professional.
Tanggung jawab perawat dalam pengumpulan spesimen meliputi hl-hal di
bawah ini :
1. Berikan kenyamanan, prifasi,dan keamanan bagi klien. Klien mungkin
merasa malu atau tidak nyaman saat pengambilan spesimen. Perawat
harus menjaga prifasi klien semaksimal mungkin dan menanganani
spesimen secara terpisah. Perawat tidak boleh menghakimi dan
sensitive terhadap kemungkinan kepercayaan social dan budaya yang
dapat memengaruhi keinginan klien untuk berpartisipasi dalam
pengumpulan spesimen.
2. Jelaskan tujuan pengumpulan spesimen dan prosedur pengambilan
spesimen. Klien ungkin cemas terhadap prosedur, terutama bila di
rasakan oleh klien sebagai gangguan atau klien takut terhadap
pemeriksaan yang belom di ketahuinya. Keteranga yang jelas akan
membuat klien mau bekerjasama dalam pengumpulan spsimen.
Dengan instruksi yang tepat, banyak klien yang mmapu
mengumpulkan spesimen mereka sendiri, yang meningkatkan
kemandirian dan mengurangi atau menghindari rasa malu.
3. Gunakan prosedur yang benar untuk mendapatkan spsimen atau
pastikan klien atau staf mengikuti prosedur yang benar. Tehknik
aceptik digunakan dalam mengumpulkan spesimen untuk mencegah

14
kontaminasi, yang dapat menyebabkan hasil tes tidak akurat. Prosedur
keperawatan atau petunjuk laboratorium sering tersedia bila perawat
tidak terbiasa dengan prosedur tersebut. Bila ada pertanyaan tentang
prosedur, perawat dapat menghubungi petugas laboratorium untuk
mendapatkan pengarahan sebelum mengumpulkan spesimen.
4. Perhatian informasi yabg relevan pada slip permintaan laboratorium,
contohnys, pengobatan yang sedang digunakan klien yang dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan.
5. Bawa spesimen ke laboratorium dengan segera. Spesimen yang segar
memberikan hasil yang lebih akurat.
6. Laporkan hasil pemeriksaan laboratorium yan abnormal kepada tenaga
kesehatan pada waktunya sesuai dengan tingkat kelaparan hasil
abnormal.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea
melalui  mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan
sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran
mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi
dengan  meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab  penyakit.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Sputum
yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber,
warna, volume, dan konsistensinya karena kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan
sputum itu sendiri.

B. Saran
Pengambilan spesimen berupa sputum berguna dalam penentuan diagnosa
dan untuk mengetahui penyakit saluran pernapasan seperti tuberkulosis
pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis kronis, dan sebagainya. Spesimen
yang telah diambil untuk sampel kemudian diperiksa di laboratorium secara
kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, ataupun
parasitologi klinik. Sehingga apabila ada hal-hal yang dirasakan kurang baik
pada saluran pernapasan, hendaknya segera melakukan pengecekan untuk
mengetahui apakah ada gangguan atau penyakit dalam saluran pernapasan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatni, Ratna, dkk. 2014. Praktik Laboratorium Keperawatan, Jakarta:


Penerbit Erlangga.
Kusyati, Eni, dkk. 2013. Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan
Dasar. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Cyanmenth Hemoglobin. 2014. Pengambilan Spesimen Sputum.
https://id.scribd.com/doc/220445192/Pengambilan-Sampel-Sputum. (di
akses pada tanggal 13 Maret 2020)
J Ariyanto. 2018. Sputum. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=http://repository.unimus.ac.id/1873/4/12.%2520B
AB%2520II.pdf&ved=2ahUKEwj9qMm3-
qjoAhXLSH0KHRrND6gQFjADegQIAxAB&usg=AOvVaw06R7e5Pkbx
LQgMC6lgVMYD.

17

Anda mungkin juga menyukai