Anda di halaman 1dari 12

AREA LIABILITAS POTENSIAL, MALPRAKTIK, NEGLECTED,

DELEGASI, INFORMED CONSENT

Oleh

Tim Kelompok 10 :
Lavernas Jean Restyca Sari Laia (190204021)
Desny Pretty Natalia Zai (190204047)
Pauliza (190204036)

Kelas : 1.1 PSIK

Dosen Pembimbing : Ns. Jek Amidos Pardede, M. Kep, Sp.Kep.J

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
T.A 2019
KATA PENGANTAR
Puji r syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan I ini tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap agar makalah ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Medan, Oktober 2019

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................................1
1.2.1 Tujuan Umum........................................................................................1
1.2.2 Tujuan Khusus.......................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................2

2.1 Area Liabilitas Potensial.........................................................................................3


2.2 Malpraktik..............................................................................................................3
2.3 Neglected.......................................................................................................4
2.4 Delegasi.........................................................................................................4
2.5 Informed Consent............................................................................................5

BAB III PENUTUP.................................................................................................................8

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................8
3.2 Saran........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat menginginkan perubahan
mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi
bagian dari upaya mencapai tujuan asuhan medis, kini perawat menginginkan pelayanan
keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan.
Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah sebagian besar bentuk hubungan
perawat dengan manajemen organisasi tempat kerja. Jika praktik keperawatan dilihat
sebagai praktik profesi, maka harus ada otoritas atau kewenangan, ada kejelasan batasan
dan siapa melakukan apa. Karena diberi kewenangan maka perawat bisa digugat. Perawat
harus bertanggung jawab terhadap tiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi
telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi
pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien
sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap
tindakan yang dilakukan.

1.2 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui deskripsi aspek legal keperawatan, dasar hukum keperawatan,
standar praktik keperawatan serta tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.
1.2.1 Tujuan Umum
a. Mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip legal etis pada pengambilan
keputusan dalam konteks keperawatan
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui area liabilitas potensial, malpraktik,
neglected, delegasi dan informed consent.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Area Liabilitas Potensial

Pertanggung jawaban (liabilitas) adalah tanggung jawab hukum atas


tindakan seseorang atau kegagalan untuk bertindak secara tepat. Tindak pidana dapat
berupa pelanggaran yang disengaja untuk melakukan tindakan yang dilarang maupun
kelalaian untuk tidak melakukan suatu tindakan yang diharuskan oleh hukum.

Perawat mungkin bertanggung jawab jika klien mendapat obat yang salah dan
mendapat bahaya (suatu "tindakan pelanggaran"). Contoh tindak pidana pelanggaran
lain dalam keperawatan adalah berpartisipasi dalam aborsi ilegal, berpartisipasi dalam
eutanasia ("mercy killing"), dan melakukan praktik keperawatan tanpa izin atau di
luar batasan legal praktik keperawatan Anda.

Perawat juga bertanggung jawab jika klien tidak memperoleh obat yang
diresepkan dan mendapat bahaya ("tindakan kelalaian"). Tindak pidana kelalaian
mencakup tidak memberi terapi sesuai program, tidak melaporkan penganiayaan anak
atau penganiayaan lansia, dan tidak melaporkan penyakit menular tertentu atau
gigitan hewan.

2.2 Malpraktik

Malpraktik adalah penanganan yang tidak tepat, mencederai, atau salah


terhadap klien, yang mengakibatkan penyakit atau cedera. Bahaya yang muncul dari
tindakan atau kelalaian tindakan individu yang memiliki lisensi dapat disebut
malpraktik. Perawat dianggap melakukan malpraktik jika perilaku mereka
menyimpang dari standar perilaku yang normal atau yang diharapkan dilakukan oleh
individu yang berlatar belakang pendidikan dan memiliki pengalaman sama dalam
situasi yang serupa.

2
Tenaga kesehatan profesional harus memenuhi standar yang lebih tinggi
dibanding individu yang tidak terlatih. Standar praktik didefinisikan oleh Nurse
Practice Art negara bagian, kebijakan dan prosedur instansi tertulis, serta standar
asuhan tertulis, seperti rencana asuhan keperawatan dan testimoni saksi ahli.

 Malpraktik dalam Keperawatan


Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan malpraktik.
Malpraktik lebih spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang,
misalnya perawat, dokter, atau penasihat hukum. Vestal, K.W. (l995) mengatakan
bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktik, apabila penggugat dapat
menunjukkan hal-hal dibawah ini :

a. Duty - Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibannya yaitu,


Kewajiban mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk
menyembuhkan setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya
berdasarkan standar profesi. Hubungan perawat-klien menunjukkan,
bahwa melakukan kewajiban berdasarkan standar keperawatan.
b. Breach of the duty –Pelanggaran terjadi sehubungan dengan
kewajibannya, artinya menyimpang dari apa yang seharusnya dilalaikan
menurut standar profesinya. Contoh pelanggaran yang terjadi terhadap
pasien antara lain, kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang
ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
c. Injury – Seseorang mengalami cedera (injury) atau kemsakan (damage)
yang dapat dituntut secara hukum, misalnya pasien mengalami cedera
sebagai akibat pelanggaran. Kelalaian nyeri, adanya penderitaan atau
stress emosi dapat dipertimbangkan sebagai, akibat cedera jika terkait dengan
cedera fisik.
d. Proximate caused – Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau
terk dengan cedera yang dialami pasien. Misalnya, cedera yang terjadi secara
langsung berhubungan. dengan pelanggaran kewajiban perawat
terhadap pasien).

3
Sebagai penggugat, seseorang harus mampu menunjukkan bukti pada
setiap elemen dari keempat elemen di atas. Jika semua elemen itu dapat dibuktikan,
hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi malpraktik dan perawat berada pada tuntutan
malpraktik.

2.3 Neglected

Neglected (kelalaian) didefinisikan sebagai bahaya yang dilakukan terhadap


klien akibat melalaikan kewajiban, prosedur, atau tindakan kewaspadaan umum.
Kelalaian merupakan salah satu penyebab paling umum pengajuan tuntutan hukum
oleh klien layanan kesehatan. Kelalaian menggambarkan kegagalan untuk melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan oleh individu yang berakal sehat pada situasi
serupa. Kelalaian mempertimbangkan tingkat pendidikan dan pengalaman Anda.
Dengan demikian, kelalaian diimbangi dengan apa yang akan dilakukan oleh perawat
yang berlatar belakang pendidikan dan pengalaman yang sama dalam situasi serupa.
Perawat dapat dikatakan lalai dan dituntut atas kerusakan karena salah satu alasan
berikut:

 Melakukan prosedur keperawatan yang belum diajarkan.


 Gagal mengikuti protokol standar yang telah ditentukan oleh kebijakan
fasilitas dan manual prosedur.
 Tidak melaporkan peralatan yang rusak atau tidak berfungsi.
 Gagal memenuhi standar perawatan yang aman untuk klien, sesuai ketetapan.
 Gagal mencegah cedera pada klien, tenaga kesehatan lain, dan pengunjung.

2.4 Delegasi

Delegasi merupakan suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal


kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu.
 Alasan pendelegasian dilakukan, diantaranya adalah:
1. Memungkinkan atasan dapat mencapai lebih, dari pada mereka menangani
setiap tugas sendiri.
2. Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien.
3. Atasan dapat memusatkan tenaga kepada suatu tugas yang lebih
diprioritaskan.
4
4. Pendelegasian memungkinkan manager perawat mencapai hasil yang lebih
baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
5. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan
berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi untuk
belajar dari kesalahan atau keberhasilan.
 Beberapa kegiatan dalam delegasi wewenang adalah:
1. Manager perawat menetapkan dan memberikan tugas dan tujuannya
kepada orang yang diberi pelimpahan;
2. Manager melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai
tujuan;
3. Perawat yang menerima delegasi baik eksplisit maupun implisit
menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab.
4. Manajer perawat menerima pertanggung jawaban (akuntabilitas) atas hasil
yang telah dicapai.
 Cara manager melakukan delegasi, antara laia:
1. Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis
2. Membuat perencanaan ke depan dan mencegah masalah
3. Memberikan "reward" atas hasil yang dicapai
4. Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan bawahan
5. Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan.

2.5 Informed Consent


Informed consent berarti bahwa uji, terapi dan medikasi telah dijelaskan
kepada individu, beserta hasil, kemungkinan komplikasi dan prosedur alternatif.
Sebelum semua klien menerima terapi rutin, prosedur diagnostik khusus, prosedur
invasif, terapi medis atau bedah khusus, atau terapi percobaan, ia harus memberikan
informed consent (persetujuan tindakan). Dokter dan semua tenaga kesehatan harus
merasa bahwa pemahaman klien terhadap tindakan yang akan dilakukan dan
kemungkinan hasil yang diharapkan atau hasil yang menyimpang sudah cukup
memuaskan. Semua penyuluhan harus didokumentasikan.

5
Klien atau wali hakim harus memahami dan menandatangani formulir
persetujuan sebelum pelaksanaan semua prosedur. Pada situasi darurat ekstrem
tertentu, tidak satu orang pun ada untuk memberi persetujuan. Pada kasus ini,
prosedur dapat dilakukan tanpa persetujuan tertulis maupun persetujuan verbal secara
khusus. Meskipun demikian, masing-masing fasilitas memiliki protokol khusus yang
harus dipatuhi. Sebagai contoh, jika klien yang tidak sadar masuk ruang UGD dan
membutuhkan intervensi bedah segera sebelum keluarga ditemukan, beberapa fasilitas
membolehkan dua dokter untuk menandatangani persetujuan darurat. Dalam beberapa
kasus, perintah pengadilan untuk memberi terapi harus diperoleh.
Individu yang akan melakukan prosedur bertanggung jawab penuh untuk
memperoleh persetujuan. Sebagai perawat, Anda harus mengonfirmasi bahwa
persetujuan yang telah ditandatangani berada dalam rekam medis klien sebelum
melakukan semua prosedur. Pada kasus pembedahan serius atau prosedur yang
mengancam jiwa, dokter biasanya yang harus meminta dan memperoleh persetujuan.
Mahasiswa tidak boleh meminta persetujuan atau menjadi saksi atas persetujuan
yang diberikan.

Tujuan Informed Consent:


 Memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya
tidak diperlukan dan secara medik tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan
tanpa sepengetahuan pasiennya.
 Memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat
negatif, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan
medik ada melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/Menkes/Per/III/2008 Pasal 3 ).

Dasar Hukum Informed Consent:


 UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 56 tentang Kesehatan
 Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1998 Tentang tenaga Kesehatan
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159 b/Menkes/SK/Per/II/1998 Tentang RS
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 749A/Menkes/Per/IX/1989 tentang Rekam
medis/ Medical record

6
 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 585/Menkes/Per/IX/1989 Tentang Persetujuan
Tindakan Medis
 Kep Menkes RI No. 466/Menkes/SK dan standar Pelayanan Medis di RS
 Fatwa pengurus IDI Nomor: 139/PB/A.4/88/Tertanggal 22 Februari 1988 Tentang
Informed Consent.

7
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kami, dapat disimpulkan:
1. Liabilitas potensial adalah tanggung jawab hukum atas tindakan seseorang atau
kegagalan untuk bertindak secara tepat.
2. Malpraktik adalah penanganan yang tidak tepat, mencederai, atau salah terhadap
klien, yang mengakibatkan penyakit atau cedera.
3. Neglected adalah bahaya yang dilakukan terhadap klien akibat melalaikan kewajiban,
prosedur, atau tindakan kewaspadaan umum
4. Delegasi adalah suatu pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada
orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu.
5. Informed Consent adalah bahwa uji, terapi dan medikasi telah dijelaskan kepada
individu, beserta hasil, kemungkinan komplikasi dan prosedur alternatif.
3.2  Saran
1. Dalam memberikan pelayanan keperawatan, hendaknya berpedoman pada kode etik
keperawatan dan mengacu pada standar praktek keperawatan.
2. Perawat harus memiliki kredibilitas tinggi dan senantiasa meningkatkan
kemampuannya untuk mencegah terjadinya malpraktek dan neglected.

8
DAFTAR PUSTAKA

Widiarti, Dwi, dkk (Penterjemah). 2014. Buku Ajar Keperawatan Dasar Volume 1. Jakarta.
EGC.

Oktafiani, Fransiska. 2017. Pendelegasian dalam Keperawatan.


https://www.slideshare.net/mobile/FransiskaOktafiani/pendelegasian-dalam-keperawatan

Ramadhan, Solihin. 2014. Informed consent dan penelitian kesehatan. Makalah.


https://www.academia.edu/9789427/Makalah_Informed_Consent_dan_Penelitian_Kesehatan

Sunardi, Muhammad. Malpraktek dalam Keperawatan.


https://docplayer.info/69442006-Makalah-malpraktek-dalam-keperawatan.html

Anda mungkin juga menyukai