Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MAL PRAKTIK KEPERAWATAN

Disusun Oleh:
1. Renata Risma Fatehah (2101001)
2. Sri Bening Maharani (2101008)
3. Dian Puspitasari (2101010)
4. Sintia Nova Sari (2101016)
5. Ida Ayu Gede Wahyu Wedanthi (2101023)
6. Lina Islamiati (2101025)
7. Mutmainah Indah Puspitasari (2101026)
8. Sri Diva Evanatasya (2101027)
9. Kharisma Rahmawati (2101028)

PRODI D3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul MAL
PRAKTIK KEPERAWATAN dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah ETIKA
KEPERAWATAN HAN HUKUM KESEHATAN.
Dalam menyelesaikan penyusunan karya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sebagai masukan bagi kami.
Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami sebagai penyusun pada khususnya. Atas segala perhatiannya kami
mengucapkan banyak terima kasih.

Purwodadi,17 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1.Latar Belakang.................................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3.Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
1.4.Manfaat Penulisan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1.Mal Praktik Keperawatan................................................................................................3
2.2.Mal Praktik Dalam Praktik Mandiri................................................................................4
2.3.Mal Praktik Di Rumah Sakit Yang Berhubungan Dengan Peran Perawat......................6
2.4 Contoh Permasalahan Malpraktik....................................................................................7
BAB III PENUTUP..............................................................................................................10
3.1.Kesimpulan......................................................................................................................10
3.2.Saran................................................................................................................................10
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malapraktek atau malpraktik terdiri dari suku kata mal dan Praktik atau praktek. Mal
berasal dari kata Yunani, yang berarti buruk. Praktik (Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Purwadarminta, 1976) berarti menjalankan perbuatan yang tersebut dalam teori atau
menjalankan pekerjaan (profesi). Jadi, malpraktik berarti menjalankan pekerjaan yang
buruk kualitasnya, tidak legal, tidak tepat. Malpraktik tidak hanya terdapat dalam bidang
kedokteran, tetapi juga dalam profesi lain seperti perbankan, pengacara, akuntan publik,
dan wartawan. Dengan demikian, malpraktik medik dapat diartikan sebagai kelalaian atau
kegagalan seorang dokter atau tenaga medis untuk mempergunakan tingkat keterampilan
dan ilmu pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang
cedera menurut ukuran di lingkungan yang sama.
Medik mempunyai arti yang lebih komprehensif dibandingkan kelalaian. Istilah
malpraktik medik memang tidak diketahui secara sempurna dalam suatu aturan Hukum
Positif Indonesia. Dalam Malpraktik medik pun terdapat suatu pelayanan tindakan yang
dilakukan dengan sengaja dan oleh sebab itu berimplikasi terjadinya suatu aturan
ketentuan Undang – undang yang terlanggar, sedangkan arti kelalaian lebih menitik
beratkan kepada ketidak sengajaan (culpa), kurang hati-hati, kurang teliti, acuh tak acuh,
sembrono, tak peduli terhadap kepentingan orangang lain, namun akibat yang timbul
memang bukanlah tujuannya.
Malpraktik medik tercipta untuk menurunkan sistem pembangunan kesehatan medis
pada bagian Standar Operasional Prosedur (SOP), Standar Profesi Kedokteran (SPK) dan
Informed Consent.
Pada hakekatnya kesalahan dan kelalaian petugas kesehatan dalam melaksanakan
suatu profesi medis, merupakan bentuk interpretasi yang amat penting untuk diulas secara
bersama – sama, hal ini dipengaruhi karena timbulnya kesalahan dan kelalaian yang
mengindikasikan dampak merugikan. Selain tercela dan mengurangi bentuk amanah
masyarakat terhadap petugas kesehatan, juga menimbulkan suatu kerugian terhadap
pasien. Seyogyanya di dalam menginterpretasikan suatu eksistensi pelaksanaan profesi
harus diletakkan terlebih dahulu, kesalahan dan kelalaian pengimplementasian profesi
dengan berhadapan pada kewajiban profesi. Oleh karena itu se eloknya harus juga

1
memperhatikan indikator-indikator seperti aspek hukum yang mendasari terjadinya suatu
hubungan hukum antara dokter dan pasien yang bersumber pada perjanjian terapeutik atau
transaksi terapeutik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian malpraktek dalam keperawatan ?
2. Bagaimana pentimgnya konsep etik dalam praktik keperawatan secara mandiri?
3. Apa hubungan antara malpraktek dengan profesi perawat
4. Bagaimana contoh permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan
malpraktik?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memahami malpraktek dalam bidang medis(Medical Negligence)
2. Memahami malpraktek dalam keperawatan pelayanan kesehatan
3. Memahami kajian hukum tentang malpraktek
4. Memahami upaya pencegahan dan menghadapi tuntutan malpraktek
5. Memahami definisi malpraktek
6. Untuk mengetahui dan memahami jenis jenis malpraktek
7. Untuk memahami dan menganalisis khasus malpraktek

1.4 Manfaat Penulisan


1. Makalah ini disusun agar dapat memahami tentang malpraktek yang terjadi di bidang
kesehatan
2. Untuk mengetahui hukum yang mengatur tentang malpraktek

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mal Praktik Keperawatan


Malpraktik adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menerapkan
tingkat ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki dalam memberikan pelayanan,
pengobatan, dan perawatan terhadap seorang pasien.
Banyak perawat yang melakukan praktik di desa tanpa memiliki surat tanda registrasi
dan tanpa memiliki standar pelayanan yang pasti. Mereka melakukan tindakan hanya
sesuai dengan pengalaman yang mereka dapatkan, tanpa memperhatikan standar yang
sudah ditetapkan. Contohnya jika melakukan tindakan suntikan, biasanya jarum suntik
yang sudah digunakan pada satu orang tetap saja digunakan pada pasien lain. Meski
berdalih bahwa jarum suntik yang merega gunakan telah direndam dengan air panas
kemudian digunakan lagi, namun hal tersebut dapat berisiko untuk pasien, karena dapat
menyebabkan infeksi.
Tidak hanya ada dokter saja, perawat pun bisa melakukan malpraktik. Sehingga siapa
saja harus lebih waspada dalam mencari pertolongan medis. Meski demikian,
membuktikan seseorang melakukan malpraktik bukanlah hal yang mudah, terutama bagi
mereka yang tidak memahami profesi kesehatan.

Vestal, K.W. (1995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktik,
penggugat harus dapat menunjukkan hal-hal dibawah ini:
1. Duty – pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibanya yaitu kewajiban
untuk mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan
atau setidak-tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan
stadar profesi.
2. Breach of the duty – pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya
artinya menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan menurut standar
profesinya.
3. Injury – seseorang mengalami injury atau kerusakan (damage) yang dapat
dituntut secara hukum (misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat
pelanggaran, keluhan nyeri, atau adanya penderitaan, atau stres emosi dapat
dipertimbangkan sebagai akibat cedera hanya jika terkait dengan cedera fisik).
3
4. Proximated caused – pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau
terkait dengan injury yang dialami (misalnya cedera yang terjadi secara langsung
berhubungan dengan pelanggaran terhadap kewajiban perawat terhadap pasien).

2.2 Mal Praktik Dalam Praktik Mandiri


Profesi keperawatan sudah tidak asing lagi bagi setiap orang. Perawat tergolong ke
dalam salah satu tenaga kesehatan yang sangat dekat dan berhubungan langsung dengan
klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus berpedoman kepada kode etik perawat
agar perawat dapat terhindar dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan. 
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Kode Etik Keperawatan Indonesia tentang perawat
dan praktik disebutkan bahwa perawat haruslah selalu menjaga kualitas pelayanan
keperawatan yang diikuti dengan sifat jujur serta dapat mengimplementasikan
pengetahuan dan keahlian yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan pasien yang dirawat.
Perawat yang melanggar kode etik keperawatan akan diberi hukuman sesuai sanksi yang
berlaku.
Seiring dengan perkembangan zaman, semakin banyak lulusan keperawatan yang
membuka praktik keperawatan mandiri. Sesuai dengan UU Nomor 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan Bab IV pasal 18 ayat 1, perawat yang melakukan praktik keperawatan harus
memiliki STR (Surat Tanda Registrasi). Konsil keperawatan akan memberikan STR jika
semua persyaratan sudah dipenuhi oleh perawat yang bersangkutan. 
Namun, masih banyak lulusan keperawatan yang membuka praktik mandiri tanpa izin
yang berakibat malpraktek. Seperti contohnya kasus malpraktek yang terjadi di
Probolinggo dengan korban berinisial S (45), warga Desa Sumberduren, Kabupaten
Probolinggo oleh oknum perawat berinisial MNS (34) yang menjalankan praktik
keperawatan secara ilegal (Ahmad Faisol, 2021).
Kuasa hukum dari korban, yaitu Moch. Zaeni menyatakan bahwa, adanya laporan
kepada perawat Dengan inisial MNS tersebut juga membahas tentang pembukaan
kegiatan praktik kesehatan tanpa adanya izin yang resmi atau dapat dikatakan sebagai
praktik ilegal menurut aturan yang ada saat ini. 
Hal tersebut dikuatkan dengan adanya keluhan yang disampaikan oleh masyarakat yang
jumlahnya tidak sedikit. Perawat yang dilaporkan, diduga sudah melakukan kesalahan
berupa melakukan tindak pidana praktik keperawatan. Padahal MNS hanya bertugas
sebagai perawat, bukan bidan ataupun dokter. Diketahui juga bahwa MNS adalah perawat

4
yang tidak mengantongi Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik Perawat.
Berdasarkan hal tersebutlah, MNS akhirnya dilaporkan kepada pihak yang berwajib agar
dapat diusut dan dihakimi. Para pelapor berharap kedepannya praktik kesehatan dapat
dijalankan oleh orang-orang yang memiliki kompeten dan teregistrasi dengan surat izin
praktik serta diawasi oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab agar nantinya hal-hal
seperti ini tidak terjadi lagi. 
Pelapor melaporkan perawat tersebut dengan dasar  UU No. 38 Tahun 20l4 tentang
Keperawatan. Humas Polres Probolinggo tidak membantah adanya pelaporan dari perawat
MNS tersebut terkait dugaan terjadinya malpraktek.  Pelaporan tersebut sudah diterima
oleh Polres Probolinggo dan sedang dilakukan pendalaman materi pengaduan yang
diajukan untuk menentukan langkah selanjutnya. 
Namun, setelah dipertanyakan lebih lanjut dengan menggunakan sambungan telepon,
MNS menentang tuduhan yang diberikan kepada dirinya, ia mengaku kalau dirinya tidak
pernah  membuat papan nama yang menandakan kalau dirinya membuka praktek
pengobatan. MNS menjelaskan bahwa dirinya memang pernah melakukan pemeriksaan
kesehatan sesekali jika dirinya diminta tolong oleh keluarganya, itu dilakukan karena
dirinya merasa memiliki tanggung jawab sebagai lulusan keperawatan.  Tentunya perawat
MNS ini tetap menyalahi aturan kode etik perawat, dimana perawat harus memiliki STR
sebelum melakukan praktik kesehatan. 
Menurut UU Nomor 38 tahun 20l4 tentang Keperawatan pasal 18 ayat (3), untuk
memiliki Surat Tanda Registrasi atau STR yaitu memiliki beberapa dokumen-dokumen
seperti ijazah pendidikan keperawatan, sertifikat kompetensi, surat keterangan sehat baik
fisik maupun mental, surat pernyataan yang menyatakan bahwa perawat tersebut sudah
mengucapkan sumpah/janji profesi, serta membuat sebuah pernyataan yang berisi akan
selalu mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Surat ini sendiri memiliki
masa berlaku selama 5 tahun dan perlu di registrasi ulang setelah 5 tahun
tersebut. Berdasarkan UU juga disebutkan bahwa dibutuhkan juga SIPP untuk membuka
praktik mandiri  yang nantinya diberikan oleh pemkot atau pemkab masing masing. 
Peraturan tersebut diatur dalam UU Nomor 38 tahun 20I4 pasal 19 ayat (4), yaitu dengan
melampirkan salinan dari STR yang masih memiliki masa berlaku, surat rekomendasi
yang dikeluarkan oleh Organisasi Profesi Perawat, serta surat pernyataan yang
menandakan bahwa sudah mempunyai tempat praktik atau surat keterangan yang berasal
dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Keberlakuan SIPP tergantung dengan STR,

5
jika STR masih berlaku maka SIPP juga masih berlaku dan perawat tersebut melakukan
praktik keperawatan di tempat yang tertera dalam SIPP. Selanjutnya, perihal SIPP ini juga
diatur pada  Pasal 22,  dimana SIPP tidak berlaku apabila surat tersebut telah ditarik
karena alasan perundang-undangan, berakhirnya masa berlaku, adanya keinginan dari
perawat itu sendiri dan perawat meninggal dunia.Berbagai kasus yang berhubungan
dengan pelanggaran kode etik kerap kali dijumpai di negara Indonesia, hal ini
mengakibatkan terciptanya reputasi perawat yang buruk di mata masyarakat Indonesia.
Karena ketidakprofesionalan perawat yang salah dalam mengambil tindakan dapat
merusak citra perawat yang sejatinya masih dinilai kurang baik di negara Indonesia. Maka
dari itu, kesimpulannya adalah kode etik merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan
dan haruslah diimplementasikan secara baik di lapangan kerja, salah satunya dengan cara
memberikan edukasi dan penyuluhan kepada perawat sehingga nantinya dapat
menghasilkan perawat yang profesional.

2.3 Mal Praktik Di Rumah Sakit Yang Berhubungan Dengan Peran Perawat
Sesuai pengertian malpraktek yang dikemukakan oleh Ellis dan Hartley (1998) maka
Malpraktek dalam keperawatan adalah suatu batasan yang digunakan untuk
menggambarkan kelalaian perawat dalam melakukan kewajibannya.
Caffee (1991) dan Vestal, K.W. (1995) mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan
perawat berisiko melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian keperawatan (assessment
errors), perencanaan keperawatan (planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan
(intervention errors).
1. Assessment Errors Adalah kesalahan penilaian dalam melakukan asuhan keperawatan
Termasuk kegagalan mengumpulkan data atau informasi tentang pasien secara
memadai atau kegagalan mengidentifikasi informasi yang diperlukan, seperti data
hasil pemeriksaan laboratorium, tanda-tanda vital, atau keluhan pasien yang
membutuhkan tindakan segera. Kegagalan dalam pengumpulan data akan berdampak
pada ketidaktepatan diagnosis. keperawatan dan lebih lanjut akan mengakibatkan
kesalahan atau ketidaktepatan dalam tindakan. Untuk menghindari kesalahan ini,
perawat seharusnya dapat mengumpulkan data dasar secara komprehensif dan
mendasar.
2. Planning Errors Adalah kesalahan dalam melakukan perencanaan asuhan keperawatan.
Secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

6
a. Kegagalan mencatat masalah pasien dan kelalaian menuliskannya dalam rencana
keperawatan.
b. Kegagalan mengkomunikaskan secara efektif rencana keperawatan yang telah
dibuat, misalnya menggunakan bahasa dalam rencana keperawatan yang tidak
dimahami perawat lain dengan pasti.
c. Kegagalan memberikan asuhan keperawatan secara berkelanjutan yang
disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh dari rencana keperawatan.
d. Kegagalan memberikan instruksi yang dapat dimengerti oleh pasien. Untuk
mencegah kesalahan tersebut, jangan hanya menggunakan perkiraan dalam
membuat rencana keperawatan tanpa mempertimbangkannya dengan baik.
Seharusnya, dalam penulisan harus memakai pertimbangan yang jelas
berdasarkan masalah pasien. Bila dianggap perlu, lakukan modifikasi rencana
berdasarkan data baru yang terkumpul. Rencana harus realistis berdasarkan
standar yang telah ditetapkan, termasuk pertimbangan yang diberikan oleh pasien.
Komunikasikan secara jelas baik secara lisan maupun dengan tulisan. Lakukan
tindakan berdasarkan rencana dan lakukan secara hati-hati instruksi yang ada.
Setiap pendapat perlu divalidasi dengan teliti.
3. Intervention Errors Adalah kesalahan dalam melakukan tindakan langsung terhadap
pasien termasuk kegagalan menginterpretasikan dan melaksanakan tindakan
kolaborasi, kegagalan melakukan asuhan keperawatan secara hati-hati, kegagalan
mengikuti/mencatat order/pesan dari dokter atau dari penyelia. Kesalahan pada
tindakan keperawatan yang sering terjadi adalah kesalahan dalam membaca
pesan/order, mengidentifikasi pasien sebelum dilakukan tindakan/prosedur,
memberikan obat, dan terapi pembatasan (restrictive therapy). Dari seluruh kegiatan
ini yang paling berbahaya tampaknya pada tindakan pemberian obat. Oleh karena itu,
perlu adanya komunikasi yang baik di antara anggota tim kesehatan maupun terhadap
pasien dan keluarganya.

2.4 Contoh Permasalahan Malpraktik


1. Infeksi Pasca Operasi Caesar
Kasus malpraktik di Indonesia ini berlokasi di Bintan Utara. Seorang
perempuan berusia 30 tahun mengalami infeksi pasca operasi caesar. Alhasil,
perutnya bahkan berlubang dan mengeluarkan bau busuk. Diketahui perempuan

7
tersebut menjalani rawat inap selama 3 hari pasca operasi caesar. Selama 3 hari
itu pula, rupanya pihak rumah sakit tak memeriksa luka bekas operasi, bahkan tak
mengganti perbannya. Setelah itu, ia mengeluh sakit di bagian perut. Saat dilihat,
ternyata dinding perut istrinya sudah basah dan menimbulkan bau bahkan
berlubang.
2. Kesalahan Menangani Persalinan
Berikutnya, kasus malpraktik di Indonesia ini terjadi di Palembang. Sepasang
suami istri harus menerima kenyataan pahit jika bayi mereka ternyata tewas usai
dilahirkan dengan kondisi leher patah dan kulit terkelupas. Kondisi ini diduga
terjadi karena kesalahan bidan dalam menangani proses persalinan sang istri.
Menurut keterangan, rupanya ini bukan kali pertama ada kasus bayi meninggal di
tangan bidan tersebut. Pihak keluarga pun akhirnya melaporkan hal ini ke pihak
berwajib.
3. Kebutaan Pasca Operasi Usus Buntu
Kali ini nasib tragis dialami seorang anak berusia 14 tahun asal Nusa Tenggara
Timur. Merasakan sakit perut dan dinyatakan usus buntu, ia harus menjadi korban
salah satu kasus malpraktik di Indonesia. Setelah menjalani operasi usus buntu,
mata kanannya malah mengalami kebutaan. Padahal, sebelumnya kedua matanya
baik-baik saja. Awalnya mata kanannya hanya bengkak. Ayah pasien pun
mengeluhkan kondisi mata kanan anaknya yang mulai memburuk. Namun, lama-
kelamaan penglihatan mata kanan sang anak tersebut benar-benar hilang.
4. Salah Obat
Lagi-lagi kasus malpraktik di Indonesia menyebabkan kebutaan. Mulanya, warga
yang berprofesi sebagai petani di Kabupaten Bone ini memeriksakan diri dengan
keluhan sakit di bagian kepalanya. Dokter pun memberikan obat berupa salep
kepada pasiennya dengan cara mengoleskan salep kulit di bagian pinggir mata atas
dan bawah. Tidak lama setelah dioleskan, kedua matanya terasa panas dan tidak
dapat melihat sama sekali.
5. Buta Setelah Lahir
Seorang ibu harus merasakan kesedihan karena terjadinya kasus malpraktik
terhadap anak kembarnya. Dugaan salah satu kasus malpraktik di Indonesia ini
menyebabkan salah satu anaknya menjadi buta. Ibu yang bernama Juliana tersebut
melahirkan 2 anak kembar prematur. Kedua anak yang diberi nama Jared (1,5 kg)

8
dan Jayden (1,3 kg) itu dirawat dalam inkubator selama 42 hari. Kondisi fisik
keduanya baik-baik saja, tapi mata keduanya bermasalah. Mata Jayden mengalami
silinder 2,5 sedangkan Jared lebih parah karena kedua matanya buta. Diduga,
masalah kedua bayi tersebut terjadi karena dokter yang menanganinya kurang
mengontrol bahkan tidak melakukan SOP. Jared diduga mengalami kebutaan fatal
akibat kelebihan oksigen selama berada di inkubator ICU.
6. Hampir Hilangnya Organ Vital Akibat Sunat Laser
Kasus malpraktik di Indonesia selanjutnya, ada bocah laki-laki berusia 11 tahun
yang terancam cacat seumur hidupnya karena kelaminnya terpotong hampir
seluruhnya. Hal ini ia alami saat disunat dengan menggunakan laser oleh seorang
mantri di Jambi. Kasus tersebut disebabkan tindakan ceroboh sang mantri yang
membuat alat kelamin Dendi hampir terpotong semua. Dandy pun langsung
dilarikan ke Rumah Sakit dan meminta pertanggung jawaban penuh dari pihak
mantri tersebut. Meski tidak sampai benar-benar putus, jaringan saraf kelamin
Dandy mengalami kerusakan.
7. Balita Meninggal Usai Disuntik
Kasus malpraktik di Indonesia ini sempat menyita perhatian masyarakat terjadi
pada akhir Oktober 2015. Saat itu, korban bernama Falya Raafan Blegur, anak
kedua pasangan Ibrahim Blegur dan Eri Kusrini meninggal akibat dugaan
malpraktik. Malpraktik ini diduga dilakukan oleh salah seorang dokter di Rumah
Sakit Awal Bros, Bekasi. Falya sempat dirawat di ruang ICU sejak Kamis, 29
Oktober 2015, sebelum akhirnya mengembuskan nafas terkahir pada Minggu 1
November 2015. Pihak keluarga merasa ada sesuatu yang janggal, sehingga
mereka tidak dapat menerima pernyataan dokter bahwa anak kedua mereka telah
tiada. Padahal, beberapa hari sebelumnya, pihak rumah sakit mendiagnosa Falya
mengalami dehidrasi ringan. Menurut pengakuan Ibrahim, anak keduanya itu
sudah mulai ceria dan mulai bermain dengan kakaknya. Bahkan, ia sudah bisa
berlarian. Namun naas, sebelum diperbolehkan pulang, seorang dokter dilaporkan
menyuntikkan cairan ke dalam infusnya. Setelah disuntik, kondisi Falya mendadak
kritis. Sekujur tubuhnya membiru, muncul bintik-bintik, dan keluar busa dari
mulutnya. Tak lama, Falya pun meninggal dunia.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Malpraktik medik dapat diartikan sebagai kelalaian atau kegagalan seorang
dokter atau tenaga medis untuk mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu
pengetahuan yang lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang cedera
menurut ukuran di lingkungan yang sama.
Malpraktik adalah perbuatan yang bertentangan dengan etika disiplin serta
hukum, tidak melaksanakan standar-standar dan pedoman yang dibuat oleh organisasi
profesinya dan pemerintah, dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja atau
karena kelalaian.
3.2 Saran
Dugaan malpraktik antara pasien dengan tenaga kesehatan jika masuk ke
peradilan sangat sensitif bagi tenaga kesehatan untuk menjaga reputasinya sebagai
pelayan kesehatan, apalagi kalau sampai ke pengadilan, untuk itu pemerintah perlu
memberi edukasi dan sosialisasi pada profesi kesehatan sebagai pemberi layanan dan
pasien atau masyarakat penerima layanan.

10
Daftar Pustaka

https://www.kompasiana.com/zakiarama/61bf319717e4ac1a9b3c7e12/
pentingnya-konsep-etik-dalam-praktik-keperawatan-mandiri?page=all#section1
https://www.academia.edu/9293545/makalah_malpraktek

https://www.slideshare.net/AdriyanbinAsmanSayuti/makalah-42083728

https://www.academia.edu/9293545/makalah_malpraktek

Anda mungkin juga menyukai