Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 2


BLOK ELEKTIF HUKUM KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

Di Susun Oleh :
: Putu Indra Maha Yana
Nama
: 018.06.0047
NIM
:A
Kelas
: Elektif Hukum Kesehatan
Blok
Dosen : dr. Ronanarasafa , S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang saya miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 2 yang berjudul ‘Rasa Sakit yang Tertinggal’
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa
(LBM) 2 yang berjudul ‘Rasa Sakit yang Tertinggal‘ meliputi seven jumps step
yang dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan
lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini
kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Ronanarasafa , S.Ked sebagai dosen fasilitator kelompok SGD 4
yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi saya
dalam berdiskusi bersama kelompok.
3. Keluarga yang saya cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.

Mengingat pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas untuk


menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Saya berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 05 Januari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................4

1.1 Skenario..........................................................................................................4
1.2 Deskripsi Masalah..........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
2.1 Pembahasan SGD...........................................................................................5
BAB III..................................................................................................................11
3.1 Keimpulan....................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Skenario
Rasa Sakit yang Tertinggal
Seorang pasien laki-laki berusia 27 tahun merupakan mahasiswa
kedokteran. Pasien tersebut merasakan nyeri perut hebat sejak seminggu yang
lalu setelah menjalani operasi laparotomy dengan indikasi appendicitis akut.
Setelah mengeluhkan hal tersebut kepada kakaknya yang merupakan dokter
spesialis penyakit dalam, kakak pasien pun meminta pemeriksaan radiologi
abdomen ulang kepada dokter bedah yang menangani pasien tersebut. Saat
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran benda asing pada abdomen
berbentuk gunting. Ternyata saat melakukan tindakan operasi, dokter bedah
itu tidak melakukan pengecekan instrument operasi dengan teliti, sehingga
tertinggal sebuah surgical scissor pada perut pasien.
keluarga pasien tidak terima atas kelalaian yang dilakukan dokter
tersebut dan melaporkan ke pihak yang berwajib.
I.2 Deskripsi Masalah
Pada skenario didapatkan beberapa permasalahan, sebagai berikut:
1. Dokter adalah seseorang yang karena keilmuannya berusaha
menyembuhkan orang-orang yang sakit namun pada scenario dokter malah
lalai atau kurang teliti melakukan tindakan oprasi sehingga meninggalkan
instrument oprasi di dalam perut pasien.
BAB II
ISI
II.1 Pembahasan SGD
Jenis-jenis malpraktik?
Ngesti Lestari dan Soedjatmiko membedakan malpraktik medik
menjadi dua bentuk yaitu, malpraktik etika (ethical malpractice) dan
malpraktik yuridis (yuridical malpractice), ditinjau dari segi etika profesi
dan segi hukum.50 Setiap malpraktik yuridik sudah pasti malpraktik etik,
tetapi tidak semua malpraktik etika merupakan malpraktik yuridik.
(Fitriono, 2016) :
a. Malpraktik Etik
Malpraktik etik adalah dokter melakukan tindakan yang
bertentangan dengan etika kedokteran, sedangkan etika kedokteran
yang dituangkan di dalam KODEKI merupakan seperangkat
standar etis, prinsip, aturan atau norma yang berlaku untuk dokter.
b. Malpraktik Yuridik
Soedjatmiko membedakan malpraktik yuridik ini menjadi tiga
bentuk, yaitu : malpraktik perdata (civil malpractice), pidana
(criminal malpractice), dan administratif (administrative
malpractice).
 Malpraktik Perdata (Civil Malpractice) terjadi apabila
terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak dipenuhinya isi
perjanjian (wanprestasi) di dalam transaksi terapeutik oleh
dokter atau tenaga kesehatan lain, atau terjadinya perbuatan
melanggar hukum (onrechmatige daad), sehingga
menimbulkan kerugian kepada pasien.
 Malpraktik Pidana (Criminal Malpractice) terjadi apabila
pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat dokter
atau tenaga kesehatan lainnya kurang hati-hati atau kurang
cermat dalam melakukan upaya penyembuhan terhadap
pasien yang meninggal dunia atau cacat.
 Malpraktik Administratif (Administrative Malpractice)
terjadi apabila dokter atau tenaga kesehatan lain melakukan
pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang
berlaku, misalnya menjalankan praktik dokter tanpa lisensi
atau ijin praktek, melakukan tindakan yang tidak sesuai
dengan lisensi atau ijinnya, menjalankan praktik dengan ijin
yang sudah kadaluarsa, dan menjalankan praktik tanpa
membuat catatan medik.
Cara pembuktian malpraktik?
Cara langsung Pembuktian suatu tindakan tenaga medis dianggap
lalai apabila telah memenuhi tolak ukur 4D, yaitu: (Fatriah, 2017)
a. Duty of Care (kewajiban): kewajiban profesi, dan kewajiban akibat
kontrak dengan pasien. Dalam hubungan perjanjian tenaga
kesehatan dengan pasien, tenaga kesehatan haruslah bertindak
berdasarkan : Adanya indikasi medis, Bertindak secara hati-hati
dan teliti, Bekerja sesuai standar profesi, Sudah ada informed
concent
b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban) Berarti
pelanggaran kewajiban tersebut, sehinga mengakibatkan timbulnya
kerugian kepada pasien artinya tidak memenuhinya standard
profesi medik. Penentuan bahwa adanya penyimpangan dari
standard profesi medik adalah sesuatu yang harus didasarkan atas
fakta-fakta secara kasuistis yang harus dipertimbangkan oleh para
ahli dan saksi ahli.
c. Damage (kerugian) Berarti kerugian yang diderita pasien itu harus
berwujud dalam bentuk fisik, financial, emosional atau berbagai
kategori kerugian lainnya. Di dalam kepustakaan dibedakan
antara :
 Kerugian umum (general damages), termasuk kehilangan
pendapatan yang akan diterima, kesakitan dan penderitaan
(loss of future earnings and pain and suffering)
 Kerugian khusus (special damages), kerugian financial
nyata yang harus dikeluarkan seperti biaya pengobatan.
d. Direct Causation (penyebab langsung) Berarti bahwa harus ada
kaitan kausal antara tindakan yang dilakukan dan kerugian yang
diderita. Penggugat harus membuktikan bahwa terdapat suatu
“breach of duty” dan bahwa penyimpangan itu merupakan sebab
(proximite cause) dari kerugian/ luka yang diderita pasein. Hal ini
adalah sesuatu yang tidak mudah dilakukan oleh pasien.
Prosedur hukum dalam malpraktik kedokteran dan kebijakan rumah
sakit pada skenario?
UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan masa- lah kelalaian tenaga kesehatan pada Pasal 29 dan
Pasal 58. Pasal 29 menentukan bahwa dalam hal tenaga kesehatan diduga
melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya, kela- laian tersebut
harus diselesaikan terlebih dahu- lu melalui mediasi. Pasal 58 mengatur,
mengenai hak setiap orang untuk menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan
kesehatan yang diterimanya. Berdasarkan ketentuan tersebut, terlihat
bahwa penuntutan ganti kerugian ini, baik sebagai diakibatkan karena
kesalahan (kesengajaan) ataupun karena kelalaian dalam pelayanan
kesehatan, dan penuntutan ditujukan kepada seseorang, tenaga kesehatan
maupun kepada pihak penyelenggara kesehatan (rumah sakit). (Setya
Wahyudi, 2011)
Sementera itu berdasarkan UU No. 44 Tahun 2009, penuntutan
kerugian hanya ditujukan ke- pada pihak rumah sakit, yang diakibatkan
secara khusus karena kelalaian tenaga kesehatan di rumah sakit. Dengan
demikian dapat ditafsirkan, bahwa kerugian yang diakibatkan oleh
kesengajaan tenaga kesehatan di rumah sakit, maka tidak dapat dilakukan
penuntutan yang ditujukan kepada rumah sakit. Pihak rumah sakit tidak
akan bertanggung jawab jika kerugian tersebut karena kesalahan dalam
arti kesengajaan tenaga kesehatan di rumah sakit. (Setya Wahyudi, 2011)

BAB III
PENUTUP
III.1 Keimpulan
Malpraktek kedokteran atau malpraktek medik adalah bentuk
malpraktek yang dilakukan oleh pengemban profesi medik atau pengemban
profesi kedokteran. Namun disini yang perlu kita sadari bersama adalah bahwa
dokter hanyalah manusia biasa yang suatu saat bisa lalai dan salah, dokter
paling ahli dibidangnya sekalipun tidak akan luput dari kesalahan dan
kelalaian. Sehingga pelanggaran terhadap kode etik kedokteran mungkin
sekali dapat terjadi, bahkan mungkin sampai pelanggaran norma-norma
hukum.
Parameter pembeda atau pembatas antara mana bentuk tindakan dari
dokter yang hanya melanggar kode etik saja atau mana bentuk tindakan dokter
yang melanggar norma-norma hukum menjadi sangat penting kedudukannya.
Hal ini akan berkaitan dengan ke mana arah penyelesaian dari bentuk tindakan
pelanggaran tersebut. Bentuk pelanggaran oleh dokter yang hanya melanggar
kode etik saja maka penyelesaiannya hanya akan melibatkan organisasi yang
menaungi pengemban profesi dokter di Indonesia, dalam hal ini adalah IDI
(Ikatan Dokter Indonesia). Mereka memiliki kode etik sendiri sehingga
pelanggaran terhadap kode etik tersebut akan diselesaikan dalam lingkup
keorganisasian mereka sendiri. Sementara bila bentuk pelanggaran yang
dilakukan oleh dokter merupakan bentuk pelanggaran yang telah melanggar
norma-norma hukum yang berlaku, maka arah penyelesaiannya tentu akan
melalui ranah hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Riska Andi Fitriono, Budi Setyanto, dan Rehnalemken Ginting, 2016,


PENEGAKAN HUKUM MALPRAKTIK MELALUI PENDEKATAN
MEDIASI PENAL ,FAKULTAS HUKUM : UNS.

Setya Wahyudi, 2011, Tanggung Jawab Rumah Sakit Terhadap Kerugian Akibat
Kelalaian Tenaga Kesehatan dan Implikasinya .Fakultas Hukum : Uniersitas
Jenderal Soedirman

Syarifah Hidayah Fatriah, Budi Sampurna. 2017. Pembuktian Malpraktik.


Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of
Forensic Medicine

Takdir. 2018. Pengantar Hukum Kesehatan. Palopo: Kampus IAIN Palopo.

Anda mungkin juga menyukai