Anda di halaman 1dari 37

ANALISIS TINDAKAN MEDIS DOKTER

TERHADAP PASIENNYA YG MENIMBULKAN


KEMATIAN PASIEN (STUDI KASUS PUTUSAN
MAHKAMAH AGUNG NO. 365/ PID/2012/MA)
Anggota Kelompok

01 dr. Indah 02 dr. Irhamni


Permata Sari Istiqomah

03 dr. Khotimah Dwi 04 dr. Kristina


Safitri
MATERI I
Ketentuan perbuatan pidana thd kelalaian yg
dilakukan tenaga kesehatan dokter yg mnybabkan
kematian pd pasien terdpt dalam Pasal 359 Jis. Pasal
361 KUHP, Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan
Hukum Pidana.
Masalah?
Deskripsi 1. Bgaimana penerapan pidana
thd kelalaian yg dilakukan oleh dr.

masalah yang yg myebabkan kematian pd pasien


perkara No. 365 K/ Pid/ 2012/ MA

akan dibahas
?
2. Bgaimna pertimbangan hakim
dlm menjatuhkan hukuman thp
pelaku tindak pidana yg
mnyebabkan kematian pd pasien
perkara No. 365 K/ Pid/ 2012/ MA
?
MATERI II
 Malapraktik atau malpractice, atau malapraxis
artinya praktik yg buruk (bad practice).
Malpraktek (malapraktek) atau malpraktik
terdiri dari suku kata mal dan praktik atau
PENGERTIAN praktek.

MALPRAKTEK
 Istilah malpraktik yg sudah sangat dikenal oleh para tenaga kesehatan sebenarnya
hanyalah merupakan suatu bentuk Medical Malpractice, yaitu Medical
Negligence yg dlm bahasa Indonesia disebut sbg Kelalaian Medik.

 Malpractice diartikan kealpaan profesi. Malpraktik kedokteran adalah istilah


hokum (Kartono Muhamad), yang artinya praktik kedokteran yang buruk atau
jelek, karena salah atau menyimpang dari yang semestinya dan lain sebagainya
Malpraktek terdiri dari 4 unsur yg ditetapkan
utk membuktikan bhw malpraktek/kelalaian tlah
terjadi yaitu;

 Kewajiban (duty): pd saat terjadinya cedera


terkait dgn kewajibannya yaitu kewajiban
UNSUR-UNSUR mempergunakan segala ilmu dan
MALPRAKTEK kepandaiannya utk menyembuhkan/setidak-
tidaknya meringankan beban penderitaan
pasiennya berdasarkan standar profesi.
 Tidak melaksanakan kewajiban (Dereliction of that duty) : pelanggaran tjdi
sehubungan dgn kewajibannya, artinya menyimpang dari apa yg seharusnya
dilakukan menurut standar profesinya.

 Sebab-akibat (Direct causation): pelanggaran thd kewajibannya menyebabkan


atau terkait dengan cedera yg dialami pasien.

 Cedera (Damage) : seseorang mengalami cedera atau kerusakan yg dpt dituntut


secara hukum.
Malpraktek merupakan kelalaian yg dilakukan oleh nakes dlm menjalankan yg tdk sesuai
dengan standar pelayanan medik, shgga pasien menderita luka, cacat, atau meninggal
dunia. Unsur-unsur malpraktek sebagai berikut :

 Adanya kelalaian
Kelalaian adalah kesalahan yang terjadi karena kurang kehati-hatian, kurangnya
pemahaman, serta kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan akan profesinya, padahal
diketahui bahwa mereka dituntut untuk selalu mengembangkan ilmunya.
 Dilakukan oleh Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, Tenaga Kesehatan terdiri dari tenaga
medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
gizi, tenaga keterampilan fisik, dan tenaga keteknisan medis. Yang dimaksud tenaga
medis adalah dokter atau dokter spesialis.

 Tidak sesuai standar pelayanan medik


Standar pelayanan medik yang dimaksud adalah standar pelayanan dalam arti luas, yang
meliputi standar profesi dan standar prosedur operasional.
 Pasien menderita luka, cacat, atau meninggal dunia
Adanya hubungan kausal bahwa kerugian yang dialami pasien merupakan akibat
kelalaian tenaga kesehatan. Kerugian yang dialami pasien yang berupa luka (termasuk
luka berat), cacat, atau meninggal dunia merupakan akibat langsung dari kelalaian tenaga
kesehatan
Suatu tindakan medis tidak bertentangan
dengan hukum apabila dipenuhi ketiga syarat
berikut (Wiradharma, 2014):
 Mempunyai indikasi medis ke arah
suatu tujuan perawatan yang kongkret;
ASPEK HUKUM  Dilakukan menurut ketentuan yang
berlaku di dalam ilmu kedokteran, dan;
MALPRAKTEK  Telah mendapat persetujuan pasien.
 Aspek hukum malpraktek terdiri dari 3 (tiga) hal sebagai berikut
(Wiradharma, 2014) :
 Penyimpangan dari standar Profesi Medis;
 Kesalahan yang dilakukan dokter, baik berupa kesengajaan ataupun
kelalaian ;
 Akibat yang terjadi disebabkan oleh tindakan medis yang
menimbulkan kerugian materiil atau non materiil maupun fisik atau
mental
 Jenis-jenis malpraktek menurut Syahrul Machmud (2008);
 Malpraktek Etik
Malpraktek Etik adalah dokter melakukan tindakan yang bertentangan dengan
etika kedokteran, sedangkan etika kedokteran yang dituangkan dalam kode etik
kedokteran Indonesia (KODEKI) merupakan seperangkat standar etis, prinsip,
aturan atau norma yang berlaku untuk dokter.

 Malpraktek Yuridis
Malpraktek Yuridis terbagi;
a) Malpraktek dalam hukum administrasi atau Administrative
Malpractice jika dokter melanggar hukum tata usaha Negara.
b) Malpraktek dalam Hukum Perdata atau Civil malpractice jika dokter
tidak melaksanakan kewajibannya, yaitu memberikan prestasinya
sebagaimana yang telah disepakati.

c) Malpraktek dalam hukum pidana (criminal malpraktek) jika perbuatan


yang dilakukan maupun tidak dilakukan memenuhi rumusan undang-
undang hukum pidana. Perbuatan tsb dpt berupa perbuatan positif
(melakukan sesuatu) maupun perbuatan negatif (tidak melakukan
sesuatu) yg merupakan perbuatan tercela (actus reus), dilakukan dengan
sikap batin yang salah (mens rea) berupa kesengajaan atau kelalaian
DASAR HUKUM  Berlakunya UU No 8 Tahun 1999 ttg
Perlindungan Konsumen (UUPK),

PERLINDUNGAN maka hukum positif yg berlaku bagi


Perlindungan konsumen adalah UUPK.

TERHADAP
PASIEN
 Pasal 64 Tentang Aturan Peralihan, dinyatakan bahwa: “Segala ketentuan
peraturan perundang-undangan yang bertujuan melindungi konsumen yang
telah ada pada saat undang-undang ini diungkapkan secara khusus dan atau/
atau tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang”.
Penjelasan Pasal 64 dicantumkan beberapa peraturan perundang-undangan
yg dimaksud; UU No 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan. Dengan demikian
maka dalam mengimplementasikan Undang-Undang Perlindungan
Konsumen sebagai perlindungan hukum bagi pasien selaku konsumen jasa
pelayanan kesehatan, berlaku;
 UU Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
 UU Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
 Peraturan perundang-undangan lainnya termasuk pula Keputusan
Menteri Kesehatan R.I. Nomor: 434/MENKES/SK/X/1993 ttg
Pengesahan Dan Pemberlakuan Kode Etik Kedokteran Indonesia.
Tanggung jawab karena kesalahan dalam
hukum perdata tidak hanya cukup ditentukan
oleh ada tidaknya pelanggaran kewajiban
hukum yang telah dilakukan dokter, tetapi juga
TANGGUNG adanya kerugian akibat dari pelanggaran yang
terjadi.
JAWAB HUKUM Perlu dibuktikan adanya hubungan kausal
AKIBAT antara kesalahan dengan kerugian yang
KELALAIAN ditimbulkannya. Apabila tidak dapat dibuktikan
adanya hubungan kausal tersebut, berarti tidak
TINDAKAN terjadi kesalahan atau kelalaian dalam tindakan
PROFESIONAL medis.
Prinsip pertanggungjawaban hukum perdata, setiap orang yang bersalah
melakukan kelalaian sehingga menimbulkan kerugian pada orang lain,
maka ia wajib mengganti kerugian. Kelalaian yang dilakukan dapat sesuatu
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1234 KUH Perdata tentang subjek
perikatan.

Malpraktek kedokteran bisa masuk lapangan hukum pidana, jika


memenuhi syarat-syarat tertentu dalam tiga aspek: a) syarat dalam
perlakuan medis; perlakuan medis yang menyimpang, b) syarat dalam sikap
batin dokter; syarat sengaja atau culpa dalam perlakuan medis, c) syarat
mengenai hal akibat; syarat timbulnya kerugian bagi kesehatan atau nyawa
pasien .
 Kesalahan profesional yang perlu dibuktikan dalam pertanggungjawaban
pidana biasanya dihubungkan dengan masalah :
 Kelalaian;
 Persetujuan dari pasien yang bersangkutan.
 Kelalaian dalam hukum pidana (culpa) dalam tk. culpa levessima
(kealpaan ringan) dan culpa lata (kealpaan kasar), memiliki dua unsur:
 Kemungkinan pendugaan terhadap akibat.
 Tidak hati-hati mengenai apa yang diperbuat atau tidak diperbuat.
 Pembuktian adanya culpa (kealpaan) dalam hukum pidana terdiri dari 2
unsur :
 Pelaku adalah dokter yang harus dapat menduga akibat dari
tindakannya.
 Tindakan dokter dalam melakukan penelitian kedokteran, dengan
menggunakan pasien sebagai subjeknya tidak dengan hati-hati atau
lalai.
 Pertanggungjawaban pidana dapat dijerat dalam Pasal 90, Pasal 359, Pasal
360 ayat (1) dan (2) serta Pasal 361 KUHP. Salah satunya Pasal 360
KUHP menyebutkan:
a) Barangsiapa karena kekhilafan menyebabkan orang luka berat,
dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 1 tahun.
b) Barang siapa karena kekhilafan menyebabkan orang luka sedemikian
rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat
menjalankan jabatan atau pekerjaannya sementara, dipidana dengan
pidana penjara selama-lamanya 9 bulan atau pidana dengan pidana
kurungan selama-lamanya 6 bulan atau pidana denda setinggi-
tingginya empat ribu lima ratus rupiah.
 Pasal 90 KUHP dijelaskan mengenai luka berat atau luka parah yakni :

a)Penyakit atau luka yang tidak boleh diharap akan sembuh lagi dengan sempurna
atau dapat mendatangkan bahaya maut. Jadi luka atau sakit bagaimana besarnya,
jika dapat sembuh kembali dengan sempurna dan tidak mendatangkan bahaya
maut itu bukan luka berat.

b)Terus menerus tidak cakap lagi melakukan jabatan atau pekerjaan. Kalau hanya
buat sementara saja bolehnya tidak cakap melakukan pekerjaannya itu tidak
masuk luka berat. Penyanyi misalnya jika rusak kerongkongannya, sehingga tidak
dapat menyanyi selama-lamanya itu masuk luka berat.
c) Kehilangan salah satu pancaindera.
d) Verminking atau cacat sehingga jelek rupanya.
e) Verlamming (lumpuh) artinya tidak bisa menggerakkan anggota
badannya.
f) Pikirannya terganggu melebihi empat minggu.
g) Menggugurkan atau membunuh bakal anak kandungan ibu.
UU No. 36 tahun 2009 ttg Kesehatan tidak dicantumkan pengertian
tentang Malpraktek, namun di dalam Ketentuan Pidana pada Bab XX diatur
di dalam Pasal 190 berbunyi:

 Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan


yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan
kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan
pertama terhadap pasien dalam keadaan gawat darurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak Rp.200.000.000 (dua ratus juta rupiah).
 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan
terjadinya kecacatan atau kematian, pimpinan fasilitas pelayanan
kesehatan dan/atau tenaga kesehatan tersebut dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak satu
miliar rupiah.
Sabtu, 10 April 2010, pkl. 22.00 WITA tempat
di Ruang OP RSU. Prof. Dr. R. D. Kandouw
Malalayang Kota Manado, dr. Dewa Ayu
Sasiary Prawani (Terdakwa I), dr. Hendry
Simanjuntak (Terdakwa II) dan dr. Hendy
ANALISIS Siagian (Terdakwa III) sbg dokter pd RS Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado mlakukan OP Cito
KASUS Secsio caesarea thd korban Siska Makatey.
Hal2 yg dipertimbangkan:

 Hasil rekam medis No. 041969 yg tlh dibaca olh


saksi ahli dr. Erwin Gidion Kristanto, SH. Sp.F.
bhw pd saat korban masuk RSU Prof. R. D.
Kandou Manado, keadaan umum korban lemah
dan sttus penyakit berat.

 Sblm mlakukn OP cito secsio caesarea thd


korban tdk mnyampaikn kpd pihak keluarga ttg
kmungkinan yg dpt trjd thd korban.
 Perbuatan mlakukn OP thd korban yg kmudian trjd
emboli udara yg masuk ke dlm bilik kanan jantung yg
menghambat darah masuk ke paru2 kmudian trjd
kegagalan fungsi paru dan kegagalan fungsi jantung;

 Perbuatan terdakwa2 mempunyai hubungan kausal


dengan meninggalnya korban
Tindak Pidana!!

 Ancaman pidana dlm pasal 359


KUHP, Pasal 361 KUHP, Pasal 55
ayat (1) KUHP.
Tindak Pidana!!
 Putusan PN Manado No.
90/PID.B/2011/ PN.MDO
mnyatakan terdakwa2 terbukti
scara sah dan meyakinkan bersalah
mlakukn tindak pidana “perbuatan
yg krn kealpaannya mnyebabkn
matinya org lain”.
Tindak Pidana!!
 Menjatuhkan pidana thd
terdakwa2 dgn pidana penjara
masing2 selama 10 bulan.
Kesimpulan
Tindakan yg beresiko tinggi dan mengancam
nyawa diperlukan edukasi dan persetujuan dr
pihak keluarga. Apabila trjd hal2 yg tdk
diinginkan keluarga dpt menerima dgn
lapang dada.
Kesimpulan
Tuntutan pidana dpt dikenakan ketentuan pasal2
krn kesengajaan/ kealpaan yg mengakibatkan org
lain mati, sakit/luka dan pasal2 ttg pengguguran
kandungan.
Saran
• Bagi Majelis Hakim
• Bagi aparat penegak hukum
• Bagi dokter atau tenaga kesehatan lain
• Bagi Pasien
Terima Kasih
Semoga kalian bisa mendapatkan ilmu yang
bermanfaat dari presentasi ini.

Anda mungkin juga menyukai