Anda di halaman 1dari 83

UPAYA MENCEGAH MALPRAKTIK HUKUM

PIDANA PROFESI MEDIS DAN KEPERAWATAN


DG PENDEKATAN ETIK DAN SOFT SKILL

DR. AHSAN, S.KP. M.KES


JURUSAN KEPERAWATAN FKUB/ DPW PPNI JATIM
PENDAHULUAN

 Umumnya Nakes dalam menjalankan


tugasnya mempunyai alasan yg mulia, yaitu
untuk mempertahankan tubuh orang agar
tetap sehat atau untuk menyehatkan
orang sakit atau setidaknya mengurangi
penderitaan orang yg sakit.
Upaya Pembangunan Kesehatan
 Hubungan profesi medis dan pasien, dr., drg,
perawat secara langsung memberikan yankes
bagi masyarakat.
 Masyarakat sepakat perbuatan dokter dalam
melaksanakan tugasnya mulia layak
mendapatkan perlindungan hukum sampai batas
tertentu.
 Ada dua fungsi hukum yakni perlindungan,
kepastian bagi mereka yg melaksanakan
kewajiban hubungannya dg pihak lain.
Upaya Pembangunan Kesehatan

1. Keberadaan hukum kes membawa pengaruh sangat


besar thd pembangunan, khususnya di bidang kes.
2. Hukum kes termasuk hukum lex specialis melindungi khusus
tugas profesi kes (provider) dalam program yankes manusia
ke arah tujuan deklarasi Health for All dan perlindungan
secara khusus .Thd pasien (receiver) untuk mendapatkan
yankes.
3. Pemberian yankes, akhir-akhir ini ramai dibicarakan
masyarakat mengenai masalah malpraktik.
Malpraktik dalam pelayanan kesehatan

 Malpraktik : Yankes yg mengecewakan pasien


karena kurang berhasil/ tidak berhasilnya nakes
dalam kesembuhan dikarenakan kesalahan
profesional seorang nakes yg mengakibatkan cacat
hingga kematian pasien.
 Upaya perlindungan hukum yg dilakukan dalam
memberikan perlindungan masyarakat sbg penerima
yankes thd tindakan dr, drg, perawat sbg pemberi
yankes dilakukan pemerintah dg pembuatan UU Kes,
UU Praktik Kedokteran, UU keperawatan sbg salah
satu upaya mengarah terwujudnya derajat kes yg
optimal
UU Nomor 23 Tahun 1992
 UU No 23 Th 1992 sbg mana telah diubah dg
UU No 36 Th 2009 Ttg Kesehatan dan UU No 29
Th 2004 Ttg Praktik Kedokteran, UU 36 Th 2014
ttg Keperawatan merupakan kebijakan umum
kes dapat dilaksanakan semua pihak, sekaligus
menjawab tantangan era globalisasi dg semakin
kompleksnya permasalahan kes, terutama kasus
malpraktik profesi medis.
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

 “kebijakan” diambil “policy” (Inggris) atau “politiek” (Belanda).


 “kebijakan hukum pidana” disebut istilah “politik hukum pidana”.
 Kepustakaan asing istilah “politik hukum pidana” dikenal “penal policy”,
“criminal law policy”, atau “strafrechtspolitiek”.
 Menurut Sudarto, politik hukum adalah :
a. Usaha mewujudkan peraturan yg baik sesuai keadaan dan situasi suatu
saat;
b. Kebijakan negara melalui badan yg berwenang menetapkan peraturan yg
dikehendaki, diperkirakan bisa digunakan mengekspresikan apa yg
terkandung dalam masyarakat untuk mencapai apa yg dicita-citakan
Kebijakan /politik hukum pidana juga merupakan
bagian dari politik kriminal.

 Dalam arti luas, kebijakan hukum pidana


mencakup ruang lingkup kebijakan di bidang
hukum pidana materil, pidana formal, hukum
pelaksanaan pidana
MALPRAKTEK

 Malpraktek medis KBBI adalah paktek


kedoteran/ Keperawatan yg dilakukan salah/
tidak tepat menyalahi UU atau kode etik.
 Malpraktik/malpractice dari kata “mal” berarti
buruk, kata “practice” berarti suatu tindakan
/praktik.
 Secara harfiah, malpraktik diartikan suatu
tindakan medik “buruk” yg dilakukan dokter/
nakes dalam hubungannya dg pasien.
Malpraktek medis menurut J. Guwandi meliputi
tindakan-tindakan sbb :

1. Melakukan sesuatu yg seharusnya tidak boleh


dilakukan seorang nakes
2. Tidak melakukan apa yg seharusnya dilakukan atau
melalaikan kewajiban.
3. Melanggar suatu ketentuan menurut perundang-
undangan.
Hubungan dokter dan pasien terjadi transaksi
terapeutik

 Masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban


 Dokter berkewajiban memberikan pelayanan medis yg
sebaik-baiknya bagi pasien
 Pelayanan medis dapat berupa penegakan diagnosis dg
benar sesuai prosedur, pemberian terapi, tindakan medik
sesuai standar pelayanan, memberikan tindakan yg
memang diperlukan untuk kesembuhan pasien
 Adanya upaya maksimal yg dilakukan dokter
Malpraktik profesi medis/kedokteran bisa masuk
lapangan hukum pidana

1. Syarat sikap batin dokter;

 Setiap orang memiliki kemampuan mengarahkan, mewujudkan


sikap batinnya ke dalam perbuatan. Apabila perbuatan tertentu
dilarang, hal itu disebut kesengajaan.
 Apabila kemampuan itu tidak digunakan sebagaimana mestinya
dalam hal melakukan suatu perbuatan yg kenyatannya dilarang,
sikap batin dinamakan kelalaian (culpa)
 Perbedaan kesengajaan dan kelalaian hanyalah dari sudut
tingkatannya (gradasi) belaka
 Derajat kesalahan-kesengajaan lebih tinggi/besar daripada
kesalahan (culpa)
TIGA ARAH SIKAP BATIN DOKTER/NAKES

a. Wujud perbuatan (terapi);


b. Sifat melawan hukum perbuatan;
c. Akibat dari wujud perbuatan.
Ajaran culpa subjektif

Untuk mangukur adanya culpa, menilai sikap batin orang


lalai dapat dilihat beberapa unsur perbuatan/sekitar
perbuatan, yakni :
1) Apa wujud perbuatan, cara perbuatan, alat melakukan
perbuatan;
2) Sifat tercelanya perbuatan;
3) Objek perbuatan;
4) Akibat yg timbul dari wujud perbuatan
AJARAN CULPA OBJEKTIF

 Pandangan objektif meletakkan syarat lalai atas suatu perbuatan


kewajaran, kebiasaan yg berlaku secara umum
 Dalam kondisi, situasi tertentu, dg syarat sama, seseorang mengambil
pilihan perbuatan sebagaimana orang lain berada dalam kondisi dan
situasi seperti itu juga mengambil pilihan yg sama, di sini tidak ada
kelalaian
 Apabila tidak mengambil pilihan yg sama perbuatan ini mengandung
kelalaian
 Ihwal kesalahan baik arti luas maupun sempit (culpa) adalah
mengenai keadaan batin orang dalam hubungannya dg perbuatan,
akibat perbuatan maupun dg segala keadaan yg berada di
sekitar perbuatan, objek perbuatan, dan akibat perbuatan
Sikap batin dokter dalam culpa malpraktik
kedokteran ditujukan setidak-tidaknya dalam 4
hal

a. Pada wujud perbuatan


b. Pada sifat melawan hukumnya perbuatan
c. Pada pasien (objek perbuatan), dan
d. Pada akibat perbuatan, beserta unsur-unsur
yg menyertainya
2. SYARAT DALAM PERLAKUAN MEDIS

 Wujud, prosedur, alat yg digunakan dalam pemeriksaan, memperoleh


data medis, menggunakan data medis dalam mendiagnosis, cara/
prosedur, wujud, alat terapi, termasuk pula perbuatan perlakuan
pasca terapi
 Syarat lain aspek ini kepada siapa perlakuan medis itu diberikan dokter
 Berarti untuk kasus konkrit tertentu kadang diperlukan syarat lain,
misal kepatutan, pembenaran dari sudut logika umum
 Misal, salah menarik diagnosis(diagnosis salah) tetapi perbuatan itu
dapat dibenarkan apabila ada alasan pembenar
3. SYARAT MENGENAI HAL AKIBAT

 Akibat yg boleh masuk lapangan malpraktik


kedokteran harus akibat yg merugikan pihak
yg ada hubungan hukum dg dokter
 Sifat akibat, letak hukum pengaturannya
menentukan kategori malpraktik kedokteran,
antara malpraktik pidana atau perdata.
 Dari sudut hukum pidana, akibat yg merugikan
masuk dalam lapangan pidana.
 Apabila jenis kerugian disebut dalam rumusan
kejahatan menjadi unsur tindak pidana akibat
kematian atau luka merupakan unsur kejahatan
Ps 359 dan Ps 360 Kitab UU Hukum Pidana
HUKUM PIDANA

 Bila kelalaian/culpa perlakuan medis terjadi,


mengakibatkan kematian / luka sesuai jenis yg ditentukan
dalam pasal ini maka perlakuan medis masuk kategori
malpraktik pidana.
 Kebijakan penanggulangan malpraktik profesi medis /
malpraktik kes ini, telah diatur di dalam UU No 23 Th
1992 Ttg Kesehatan.
 UU No 23 Th 1992 Ttg Kesehatan sudah tidak sesuai
lagi dg perkembangan, tuntutan, kebutuhan hukum
dalam masyarakat sehingga dicabut dan diganti dg UU Ttg
Kes yg baru, yakni UU No 36 Th 2009
Ada 5 pasal yg merumuskan tindak
pidana bidang kesehatan

1) Tindak pidana praktik kedokteran tanpa STR (Pasal 75);


2) Tindak pidana praktik kedokteran tanpa Surat Izin Praktik
(Pasal 76);
3) Tindak pidana menggunakan identitas gelar atau bentuk
lain yg menimbulkan kesan dokter yg memiliki STR dan SIP
(Pasal 78);
4) Tindak pidana dokter praktik yg tidak memasang
papan nama, tidak membuat rekam medis, tidak
berdasarkan standar profesi (Pasal 79);
5) Tindak pidana mempekerjakan dokter tanpa Surat Izin
Praktik (Pasal 80).
UU No 36 Tahun 2009 ttg Tindak Pidana

1. Tidak memberikan pertolongan pertama thd pasien dalam keadaan gawat darurat (Pasal 190 UU
No 36 Th 2009).
2. Tanpa izin melakukan praktik yankes tradisional yg menggunakan alat dan teknologi (Pasal 191
UU No 36 Tahun 2009).
3. Memperjualbelikan organ / jaringan tubuh (Pasal 192 UU No 36 Tahun 2009).
4. Melakukan bedah plastik dan rekonstruksi (Pasal 193 UU No 36 tahun 2009).
5. Melakukan aborsi (Pasal 194 UU No 36 th 2009).
6. Memperjual belikan darah (Pasal 195 UU No 36 tahun 2009).
7. Memproduksi / mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kes yg tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, mutu (Pasal 196 UU no 36 Tahun
2009).
8. Memproduksi /mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yg tidak memiliki izin edar
(Pasal 197 UU No 36 tahun 2009).
9. Melakukan praktik kefarmasian tanpa keahlian dan kewenangan (Pasal 198 UU No 36 tahun
2009).
10. Memproduksi / memasukkan rokok ke dalam wilayah NKRI dg tidak mencantumkan peringatan
kes berbentuk gambar dan melanggar kawasan tanpa rokok (Pasal 199 UU No 36 th 2009).
11. Menghalangi program pemberian air susu ibu eksklusif (Pasal 200 UU No 36 tahun 2009).
12. Dilakukan oleh korporasi (Pasal 201 UU No 36 tahun 2009)
Pasal RUKUHP Tahun 2008 yg relevan dg
tanggung jawab pidana profesi medis:

1. Penganiayaan; Malpraktik kedokteran /profesi medis,


a. Penganiayaan jika ada kesengajaan, baik thd perbuatan maupun akibat perbuatan.
b. Pembedahan tanpa informed consent termasuk penganiayaan.
c. Sifat melawan hukumnya tanpa informed consent sehingga jika ada informed consent,
pembedahan sbg penganiayaan kehilangan sifat melawan hukum.
d. Informed consent merupakan dasar peniadaan pidana, sbg alasan pembenar, bukan alasan
pemaaf.
e. Tindakan medis darurat yg mengabaikan informed consent dapat dibenarkan berdasarkan asas
subsidiariteit dalam hukum.
f. Hukum memberikan jalan mempertahankan kepentingan hukum yg saling berhadapan, tidak
dapat mempertahankan kedua-duanya.
g. Berdasarkan moral, etika sesungguhnya dokter juga dibenarkan melakukan tindakan medis
darurat tanpa informed consent, apabila informed consent memang tidak mungkin diperoleh.
h. Asalkan tindakan medis darurat itu menjadi kompetensi dokter yg sesuai dg standar profesi dan
standar prosedur
2. ABORSI

 Istilah populer menggugurkan kandungan


 Dari sudut hukum menggugurkan kandungan tidak
sama persis artinya dengan praktik aborsi
karena dari sudut hukum (pidana) praktik
aborsi terdapat dua bentuk per-buatan.
1. Perbuatan menggugurkan (afdrijven) kandung-
an
2. Perbuatan mematikan (dood’doen) kandungan
3. Euthanasia

 Euthanasia dari kata eu dan thanatos (Yunani). Eu artinya


baik dan thanatos artinya mati.
 Euthanasia harfiah artinya kematian yg baik atau
kematian yg menyenangkan dari batasan menurut PP No 18
Th 1981 tersebut, lebih konkret syarat adanya kematian
ditentukan tiga hal, terhentinya fungsi otak, fungsi pernapasan,
fungsi jantung.
 Profesor Leenen mengemukakan kasus disebut “pseudo
euthanasia” oleh Chrisdiono euthanasia semu tidak dapat
dimasukkan larangan hukum pidana
Prof Leenen kasus “pseudo euthanasia” Chrisdiono disebut
euthanasiasemu tidak dapat dimasukkan pada larangan hukum pidana :

a. Ada empat bentuk pseudo euthanasia menurut Leenen, yaitu


Pengakhiran perawatan medis karena gejala mati batang otak.
Jantung masih berdenyut, peredaran darah dan pernapasan masih
berjalan, tetapi tidak ada kesadaran karena otak seratus persen
tidak berfungsi, misal akibat kecelakaan berat;
b. Pasien menolak perawatan/bantuan medis thd dirinya. Dasarnya,
dokter tidak dapat melakukan sesuatu jika tidak dikehendaki
pasien;
c. Berakhirnya kehidupan akibat keadaan darurat karena kuasa
tidak terlawan (force majeure). Dalam hal ini terjadi dua
kepentingan hukum yg tidak bisa memenuhi kedua-duanya;
d. Penghentian perawatan pengobatan/bantuan medis yg diketahui
tidak ada gunanya.
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA

 Hakikatnya usaha mewujudkan peraturan per UU pidana agar sesuai dg


keadaan pada waktu tertentu (ius constitutum) dan masa mendatang (ius
constituendum)
 Kebijakan penanggulangan malpraktik profesi medis / malpraktik di
bidang kes ini, diatur di dalam KUHP , diatur di dalam UU No 36 Th
2009
 Utk memberikan perlindungan, kepastian hukum penerima yankes, dr, drg,
perawat (nakes) diperlukan pengaturan penyelenggaraan praktik
kedokteran, yakni UU No 29 Th 2004 Ttg Praktik Kedokteran
Pokok Bahasan
1. Nilai
2. Etik
3. Moral
4. Hukum
5. Shoft skill
Diagram Perilaku
Contoh nilai Pribadi
1. Prestasi 13. Keadilan
2. Petualangan 14. Kebaikan
3. Keberanian 15. Belajar
4. Kreativitas 16. Cinta
5. Dapat diandalkan 17. Perdamaian
6. Penentuan 18. Kesempurnaan
7. Persahabatan 19. Keamanan
8. Kesehatan 20. Kesederhanaan
9. Kejujuran 21. Ketulusan
10. Kemerdekaan 22. Spontanitas
11. Integritas 23. Sukses
12. Intelijen 24. Pemahaman
25. Kekayaan
Pengembangan Dan Transmisi Nilai-Nilai

1. Model atau contoh (teladan)


2. Moralitas diperoleh dari keluarga, ajaran
agama, sekolah, institusi tempatnya bekerja
3. Sesuka hati
4. Penghargaan dan Sanksi;
5. Tanggung jawab untuk memilih;
Klarifikasi Nilai-Nilai (Values)

1. Pilihan:
1) Kebebasan memilih kepercayaan, menghargai
keunikan setiap individu
2) sebagaimana kita ingin diperlakukan.
2. Penghargaan
Merasa bangga dan bahagia
3. Tindakan
Nilai-nilai tsb. Ke dalam
kehidupan/pekerjaan sehari-hari
2. ETIKA
 Etika yunani Ethos Araskar dan David (1978)
berarti “kebiasaan”, “model perilaku”, atau
standar yg diharapkan, criteria tertentu untuk
suatu tindakan.
 Merupakan peraturan, prinsip bagi perbuatan
yg benar.
 Berhubungan dg hal yg baik dan hal yg tidak
baik dan dg kewajiban moral.
Tipe-Tipe Etik
1. Bioetik
 Studi filosofi yg mempelajari ttg kontroversi dalam
etik, menyangkut masalah biologi, pengobatan.
2. Clinical Ethics/Etik Klinik
 Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yg lebih
memperhatikan masalah etik selama pemberian
pelayanan pada klien.
3. Nursing Ethics/Etik Perawatan
 Bagian dari bioetik, yg merupakan studi formal ttg isu

etik, dikembangkan dalam tindakan keperawatan,


dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.
C. Teori Etik
1. Utilitarian :
 Berasal dari bahasa latin yaitu utilis yg berarti
“bermanfaat”.
 Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika
membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sbg
keseluruhan.
 Utilitarianisme, kriteria menentukan baik buruknya
suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the
greatest number”.
2. Deontologi
 Istilah deontologi berasal deon yg berasal dari
Yunani yg artinya kewajiban.
 Teori deontologi menekankan pelaksanaan
kewajiban.
 Pendekatan deontologi berarti aturan atau prinsip.
 Prinsip-prinsip tsb antara lain autonomy, informed
consent, alokasi sumber-sumber, euthanasia.
D. Prinsip-Prinsip Etik
1. Otonomi (Autonomy)
2. Berbuat Baik (Beneficience)
3. Keadilan (Justice)
4. Tidak Merugikan (Nonmaleficience) atau avoid
killing
5. Kejujuran (Veracity)
6. Menepati Janji (Fidelity)
7. Karahasiaan (Confidentiality)
8. Akuntabilitas (Accountability)
MORAL
 Secara umum, etika dan moral adalah sama,
tetapi etik memiliki terminologi yg sedikit
berbeda dg moral.
 Istilah etik mengarahkan terminologinya
penyelidikan filosofis atau kajian ttg
masalah/ dilema tertentu, sedangkan moral
biasanya merujuk pada standar personal ttg
benar atau salah.
PERILAKU ETIK PROFESIONAL

1. Pendekatan Berdasarkan Prinsip


 Sering dilakukan dalam bioetika untuk menawarkan

bimbingan untuk tindakan khusus.


 Beauchamp Childress (1994) empat pendekatan prinsip

dalam etika biomedik antara lain;


a. Sebaiknya mengarah langsung bertindak sbg
penghargaan thd kapasitas otonomi setiap orang
b. Menghindarkan berbuat suatu kesalahan
c. Bersedia dg murah hati memberikan sesuatu yg
bermanfaat dg segala konsekuensinya
d. Keadilan menjelaskan ttg manfaat dan resiko yg dihadapi.
2. Pendekatan Berdasarkan Asuhan

 Karakteristik perspektif dari asuhan meliputi :


a. Berpusat pada hubungan interpersonal dalam asuhan.
b. Meningkatkan penghormatan, penghargaan thd
martabat klien atau pasien sbg manusia.
c. Mau mendengarkan, mengolah saran orang lain sbg
dasar yg mengarah tgg. jawab professional.
d. Mengingat kembali arti tgg. jawab moral yg meliputi
kebajikan seperti: kebaikan, kepedulian, empati,
perasaan kasih-sayang, menerima kenyataan.
(Taylor,1993).
Nilai-Nilai Esensial Dalam Profesi
 “The American Association Colleges of Nursing” 1985
Perkumpulan mengidentifikasikan 7 nilai-nilai esensial
dalam kehidupan profesional, yaitu:
1. Aesthetics (keindahan):
2. Altruism (mengutamakan orang lain):
3. Equality (kesetaraan) :
4. Freedom (Kebebasan ) :
5. Human dignity (Martabat manusia) :
6. Justice (Keadilan) :
7. Truth (Kebenaran) :
Permasalahan Yankes

1. Masyarakat sadar hukum


2. Ketidak puasan
3. Ekspose media masa
4. Komplin / somasi

Macam hukum kesehatan


1. Hk Kedokteran 2. Hk Keperawatan
3. Hk.Kefarmasian 4. Hk.Kebidanan
5. Hk. rumah sakit
Unsur Hukum
a. alat pengatur tata tertib hubungan masyarakat
b. sarana utk mewujudkan keadialan sosial lahir, batin
Sumber Hukum:
a. Undang-undang b. Kebiasaan (convention)
c. Putusan Hakim (Jurisprudensi) d. Traktat (Treaty)
e. Doktrin
Dasar Penggolongan Hukum:
1. Sumber : UU, Kebiasan , Traktat, Yurisprudensi, dokrin
2. Isi : Privat & Publik
3. Sifat : Memaksa & Mengatur
4. Bentuk : Tertulis & Tdk tertulis (Hukum adat & Kebiasaan)
5. Tempat : Nasional, Internasional, Asing
Hak Dalam Hukum
1. Hak Kebendaan (Hak Mutlak): Hak atas benda yg
dapat dipertahankan kpd setiap orang.
2. Hak Perorangan (Hak Relatif): Hak yg hanya
dapat dipertahankan kpd orang tertentu.
Subjek Hukum
Sesuatu yg menurut hukum berhak/ berwenang
utk melakukan perbuatan hukum (pemegang hak &
kewajiban)
Terdiri atas: Manusia dan Badan Hukum
a. Publik : Negara, Pemda, Desa
b. Perdata: Perseroan terbatas, koperasi
Hukum Keperawatan
Perawat
Perlindungan hukum
 Klien Kepastian hukum

Masalah hukum

Solusi dan pemecahan
Perawat Kesepakatan terapeutik  Klien

Perjanjian

Hak dan kewajiban

Terpenuhi Tidak terpenuhi
 
Tidak ada masalah Masalah hukum/Etika
Masalah hukum / etika

Malpraktek
 
Etika Hukum
 
Pelanggaran etika Pelanggaran HK
- Perdata
- Pidana
- Administrasi
Perawat ------ Klien

Masalah

Majelis kehormatan etika
 
Tidak bersalah Bersalah
  
Bebas Etika Yuridik
 
PPNI Cab PDT PDN ADM
Perkembangan jasa yankes

 Kasus dr. S. di Pati 1981, Sidoarjo, 1993


Sifat pelayanan :
 Th 1970 : Charity / amal, kebal HK, menolong
penderitaan, Tanpa imbalan, tidak ada tuntutan,
kegagalan takdir.
 Tahun 1980 : Sosial ekonomi, dermawan kurang,
RS tekor, jalan keluar VIP, subsidi silang.
 Tahun 1990 : PT/BHMN Profit dan non profit,
otonomi, kompetitor. RS.padat tenaga, tekonologi,
persoalan (Ekonomi, etik, HAM, Hukum, teknologi,
sosial, DLL.
Indonesia

1. Pengertian Hukum :
 Kehidupan manusia (Imajiner)
 Kehendak hati (Hk. Rimba)
 Manusia mahluk unik (akal, budi, nafsu)
 Interaksi ( bertentangan kepentingan, pendapat, pertikaian,
ketidak serasian)
 Hidup bermasyarakat ( Norma, peraturan, kesusilaan, sopan
santun, adat, peraturan HK.
 Kontek Profesionalisme (Etika profesi)
Etika dan hukum
1. Etika :
Perbuatan keputusan baik & buruk
berdasarkan pilihan pribadi, tidak ada hukum yg
mengatur
2. Hukum :
Aturan perilaku yg dibuat penguasa
masyarakat ( Negara) yg umumnya berupa
serangkaian norma yg mengatur hubungan
kemasyarakatan.
Lanjutan
 Hukum : Suatu tindakan, karya nyata yg tidak
ada henti-hentinya yg selalu diperbaruhi yg
bertujuan tata keadilan, kesejahteraan
pendukungnya, mempunyai sifat kebudyaan
 Tujuan hukum : Melindungi, mengatur
masyarakat agar tertib, disiplin sehingga
keamanan terjamin, rakyat hidup sejahtera(tata
keadilan & kesejahteraan)
Sifat hukum
 Konservatif, kuno, tetap, tidak berubah, tegas
 Menciptakan keadilan, dinamik, keadilan
disesuaikan perkembangan masyarakat,
keadaan, situasi yg selalu berubah
Tata hukum di Indonesia
1. Rule of Low ( Dasar hukum)
2. Civil Low/ Common of low ( Hukum rakyat)

Ciri Hukum ( Prakoso)


a. Pengakuan hak asasi
b. Peradilan bebas, tidak memihak, tidak dipengaruhi
kekuasaan/ kekuatan apapun
c. Legalitas tindakan negara/ pemerintah, aparatur
dipertanggung jawabkan scr hukum.
Sumber hukum formal
1. UU :
Peraturan kelengkapan negara, mengikat semua
warga yg ditetapkan penguasa
2. Yurisprudensi :
Pengetahuan, fatwa orang bijak dg tujuan tertentu.
yg menjadi keputusan hakim/ pengadilan thd suatu
masalah tertentu.
3. Tractat : Perjanjian / kesepakatan
4. Custom/ Common (Kebiasaan)
Peraturan yg menjadi tradisi masyarakat.
Pembagian Hukum
1. Hukum sipil :
Menitik beratkan hubungan perorangan
- Arti luas HK. dagang,
- Arti sempit Hk. perdata (perorangan,
keluarga, kekayaan, warisan)
2. Hukum publik :
Hubungan negara dg warga negara.
Meliputi Hukum tata negara, pidana,
internasional.
Pengadilan
 MA - PT - PN ( umum)
 MA - PTA - PA (Agama)
 MA - Mahmilti - Mahmil (militer)
 MA - PTUN - P4D(adminstrasi)
KRISIS MALPRAKTEK

Fakta :
 Pasien diwakili pengacaranya

 Cepat menuduh

 Diramaikan media massa

 Ganti rugi milyaran rupiah

 Tidak dasar saling percaya, kekerabatan

 Saling curiga
Kondisi tenaga kesehatan

1. Defensif (mengamalkan ilmu demi hukum)


bukan kebutuhan pasien
2. Terpaksa mengasuransikan diri
3. Medical defence/ medical industri
4. Budaya mengingkar / cuci tangan
5. Menggeser tanggung jawab
Kriteria Malpraktek
Penyimpangan thd :
1. Kewajiban memberikan asuhan profesional
(Duty of care)
2. Lalai / tidak melakukan kewajiban sesuai
standar (Breach of duty)
3. Terjadi kerugian/ cedera (Harm, demage)
4. Ada hubungan sebab akibat (Breach of duty)
Penyebab tuntutan masyarakat

1. Kelalaian ( Negligance)
2. Sikap buruk dilakukan dg sengaja
3. Pelanggaran kontrak yg menjamin hasil
pelayanan ( Breach of contract)
4. Percemaran nama baik (Deformation)
5. Membuka/ membocorkan rahasia
6. Melakukan tindakan tanpa persetujuan
7. Kegagalan dalam mencegah cedera
Penyebab musibah klinis
1. Kesalahan manusia (70%)
2. Kegagalan alat (20%)
3. Faktor Lain (10%)(Desain alat, tidak ada
kebijakan / prosedur yg baik, pelatihan tidak
memadai)
Penyebab utama faktor MANUSIA
Bagaimanapun mutakhirnya suatu alat, sarana,
teknologi, sistem yankes, hanyalah alat. ditangan
manusia, moralitas, peran manusia sangatlah
dominan, yg paling menetukan adalah etika, tgg.
jawab manusia thd manusia yg dilayani
Peran institusi yankes

1. Pemberi kerja ( Employer)


2. Penyedia fasilitas (fasilitator)
3. Pemberi layanan, asuhan kes. (Care
provider)
4. Warga komunitas
Tanggung jawab institusi yankes

1. Merekrut, memilih memelihara, mengembangkan


SDM bermutu (etika pribadi, profesi, perilaku,
kompetensi, kinerja, profesional)
2. Memberi instruksi (Pedoman, standar,prosedur,
Supervisi kinerja)
3. Menyediakan, memelihara, mengembangkan
sarana yg aman, standar mutu, memuaskan
4. Mengembangkan sistem operasional dan
lingkungan aman
Komponen yankes dalam sistem
1. Manajemen : Mendukung(Good clinical care) SDM, sarana,
prasarana, anggaran, peralatan, perlengkapan, material/
obat, logistik, sistem pendukung
2. Para profesional : Kompetensi, standar profesi, kinerja,
asuhan, Standar mutu
a. Technical, profesional quality
b. Effesiensi SDM
c. Menjaga keamanan (management risk)
d. Kepuasan jasa layanan
3. Sinergi pengamalan tgg. jawab, etika dan hukum
a. Amam b. Effektif
c. Costumer oriented d. Tepat waktu
e. Effisien f. Adil
Program utama Good Clinical Governance

1. Contoneous professional development


2. Quality assurance
3. Evidence based practice
4. Clinical effectiveness
5. Clinical risk management
6. Clinical audit

Hasilnya : profesionalisme, berstandar tinggi, bermutu,


memuaskan, akontabilitas.
Clinical risk management
1. Proses sistematis melakukan identifikasi, analisis,
pengendalian, penanganan resiko klinis yg potensial
/aktual
a. Identifikasi & analisis resiko (monitor & evaluasi)
pelaporan, skrining, audit klinis, analisa Keluhan utama
Px.
b. Pengendalian resiko (pedoman protokoler, pendidikan
berkelanjutan, penyempurnaan organisasi, menekan
kesalahan, mencegah keteledoran.
c. Penanganan resiko : respon cepat, komunikasi wajar,
tepat waktu, dukungan staf, rekaman teliti & detail
d. Pembiayaan resiko :proteksi finansial, tuntutan ganti
rugi, asuransi cadangan
2. Tujuan MRK :

a. Mengurangi musibah klinis, menangkal


malpraktek.
b. Mengurangi klaim pembiayaan beban
institusi
c. Obyektivitas optimal
Upaya mencegah malpraktik bidang
keperawatan / kesehatan

 Berita tuntutan malpraktek jadi topik utama


 Berita tidak selalu benar, terbentuk publik opini,
Pelayanan asuhan /pengobatan tidak memuaskan,
cacat, mati karena malpraktek
 Masy. belum faham hasil asuhan pengobatan,
resiko penyakit, tindakan, perlu marketing,
advokasi, sistematik, terarah
 Erosi etika, kepercayaan, ketidak puasan, resiko
tuntutan
Analisa situasi

1. Pemberitaan media, pengaruh opini publik dan bahaya


timbulnya sikap permusuhan (Advensary position) masy.
thd petugas kes. dan RS
 Pola alamiah penyakit DHF (tahap awal, berikut, lanjut)

Pasien meninggal :
a. Persepsi salah : kematian krn kesalahan petugas
b. Persepsi yg benar : Kematian dapat karena
1) Proses penyakit
2) Resiko tindakan ( Shock anaphylactik )
3) Kelalaian petugas
2. Belajar pengalaman negara lain

• Tuntutan malpraktek meningkat,


• petugas takut salah,
• melakukan pemeriksaan,
• pemeriksaan mahal yg seharusnya
tidak perlu,
• biaya kes. meningkat sangat mahal.
Syarat malpraktek ( 4D)

1. Duty ( Kelalaian kewajiban)


2. Deviation from duty (standard performance)
3. Dermage (kerugian)
4. Direct causation (Hub.sebab akibat)
Akibat tuntutan malpraktek

Akibat negatif :
1. Asuransi menolak melindungi petugas kes, RS
2. Biaya asuransi naik 300-750%
3. Defensive medicine : pemeriksaan tambahan yg
tidak perlu
4. Akibat total biaya pengobatan meningkat,
meningkat tuntutan ( Lingkaran setan)
Akibat positif
1. American medical assosiation meneliti :
2. Closed case study sebab-sebab
pencegahan
3. RS Membuat program QA, TQM, Risk
management
4. Pemerintah : Pengendalian biaya
2. Dari sudut petugas
 Nilai materialistik,. dan individulistis dg akibat
honor yg tinggi dan berkurangnya empati
 Penggunaan teknologi / obat canggih menjadikan
biaya mahal
 Masy makin maju & Informasi banyak, kemampuan
komunikasi petugas kurang, tidak dibekali dlm
pendidikan
 Perubahan sikap petugas
 Belum mantapnya penerapan prinsip etika dlm
landasan pelayanan
Tindakan pencegahan
1. Penerapan operasional prinsip etika& HK
 Tujuan etika : rasa aman, berinter aksi
 Tanpa etika yg kuat memakan yg lemah homo momini lupus , Dg
etika yg kuat mengendalikan diri sendiri sehingga yg lemah merasa
aman homo homini socius, manusia yg satu teman dari yg lain
2. Masalah resiko,prinsip dasar hak pasien,etika profesi. Kesadaran
resiko selalu ada (death, disability, desease, discomfort, disatisfaction)
3. Kesadaran bahwa pasien memiliki hak the right for safety, respect,
information, herard,choose
4. Kesadaran kita mempunyai kewajiban etik
(Do good, do no harm, veracity, autonomy, confidentiality, justice
5. Perubahan cara pandang paternalistik menjadi kesetaraan/Mitera
menuju sehat
Cara pandang petugas pada klien

1. Posisi paternalistik 1. Kesetaraan (egaliter)


2. Sikap pendekatan 2. Mitera/ patner menuju
manusia sebagai sehat
mahluk biologis 3. Manusia sbg mahluk
bio,psiko,sosio,kulturo,spiri
3. Fokus desease
tual
4. Pendekatan 4. Fokus manusia seutuhnya
5. Reduksional 5. Pendekatan holistik
Model pencegahan & penaggulangan
Menjamin mutu manajemen resiko

1. Primary prevention ( Menghilangkan resiko)


2. Secindary prevention (Diagnosa dini, terapi dini
dan spesial treatmen)
3. Tertiary prevention ( immidiate respone, limite the
demage, prevention agains recurrence) Back to
basic, bact to ethic, public relation, KIE internal dan
ekternal
Contoh model pendekatan terpadu
1. TQM : indikator SMART
(Spesific, measurable, achivable, relevan, time
framed)
2. Kode Etik RS : Mengutamakan pelayanan yg baik,
bermutu, Berkwajiban melindungi px
penyalagunaan teknologi
3. Kode etik Profesi : Menjunjung tinggi, menghayati,
mengamalkan sumpah profesi, Senantiasa,
melaksanakan profesinya sesuai standar
kompetensi yg tertinggi
4. Hak pasien : Keselamatan, keadilan, tepat waktu,
pelayanan bermutu.
REAL
Relation (Mempunyai
hubungan)
Equipment (Saling menghargai)
Attitude (Perilaku / Sikap)
Leadership (Kepemimpinan)
7 Area Soft Skills : Winning Characteristics*
Silakan klik
di tulisan

* Menurut Patrick O’Brien


dalam bukunya “Making
College Count”
OPERASIONAL TQM

Tingkat nilai abstrak


• Saya senatiasa mengu-
 tamakan kes. pasien
Penjabaran program • Program penggunaan Askep/
 prosedur kepw
Penjabaran • 4 Tepat 1 waspada (Tepat
operansional indikasi,cara,px, waktu,
 waspada efek samping)
Petunjuk perasional • Pedoman askep/ intervensi
 • Hasil evaluasi intervensi askep
Penjabaran audit
(intervensi)
Perilaku Profesional
1. Altruisme : Mendahulukan kepentingan px dari
pada diri sendiri
2. Acontability : Bertanggung jawab atas yankes yg
diberikan
3. Excellen :Kwajiban meningkatkan kemampuan
sepanjang masa
4. Duty : Siap, responsif menjalani profesinya
5. Honor and integrity : Jujur, tulus, terusterang
berinterkasi profesi, pasien
6. Respect for other : hormat pd px, kluarganya, tim
kerja

Anda mungkin juga menyukai