Anda di halaman 1dari 15

MALPRAKTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA DAN

HUKUM PERDATA INDONESIA

Wili Dekatama Ramoon/Hanafi Arief/Faris Ali Sidqi

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN (UNISKA)


Email: wilideramoon@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang malpraktek dan


melakukan pembahasan dalam perspektif hukum pidana dan hukum perdata di
Indonesia. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif, yaitu
penelitian yang berfokus pada norma dan penelitian ini memerlukan bahan hukum
sebagai data utama. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
pertanggungjawaban pidana dapat dikenakan atas malpraktek yaitu Pasal 90, Pasal
359, Pasal 360 ayat (1) dan (2) serta Pasal 361. Yang dikenakan pasal ini
salahsatunya adalah dokter, bidan, ahli-obat, yang sebagai orang ahli dalam
pekerjaan mereka masing-masing dianggap harus lebih berhati-hati dalam
melakukan pekerjaannya. Adapun dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009
Tentang Kesehatan tidak dicantumkan pengertian tentang Malpraktek, namun
didalam Ketentuan Pidana diatur pada Bab XX diatur didalam Pasal 190. Dalam
Hukum Perdata Indonesia atas malpraktek pada hakikatnya ada 2 (dua) bentuk
pertanggungjawaban dokter sebagai bentuk perlindungan terhadap pasien jika
terjadi malpraktek. Korban malpraktek dapat menggugat dokter atas perbuatannya
dalam pelaksanaan perjanjian terapeutik berdasarkan Pasal 1366 KUH Perdata.
Pertanggungjawaban seorang dokter yang telah melakukan malpraktek dalam hal
ini dapat dilihat dalam Pasal 1367 BW yang membawa akibat bahwa yang bersalah
(yaitu yang menimbulkan kerugian pada pihak lain) harus membayar ganti rugi
(schadevergoeding). Perlindungan hukum terhadap korban malpraktek kedokteran
sebagai konsumen dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 19 Ayat (1) UU No 8 Tahun
1999. Berdasarkan ketentuan Pasal 19 Ayat (1), kerugian yang diderita korban
malpraktek sebagai konsumen jasa akibat tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter sebagi pelaku usaha jasa dapat dituntut dengan sejumlah ganti rugi. Bentuk
perlindungan hukum terhadap korban malpraktek kedokteran yang diatur dalam UU
No 36 Tahun 2009 yaitu berupa pemberian hak kepada korban malpraktek untuk
menuntut pertanggungjawaban dokter yang melakukan malpraktek kedokteran.
Adapun bentuk perlindungan hukum terhadap korban malpraktek kedokteran yang
diatur dalam UU No. 29 Tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran, yaitu berupa
pemberian hak kepada korban malpraktek untuk melakukan upaya hukum
pengaduan kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

Kata kunci : Tanggungjawab Dokter, Dokter, Malpraktek


ABSTRACT
This study aims to describe malpractice and conduct a discussion in the
perspective of criminal law and civil law in Indonesia. The type of research used is
normative legal research, namely research that focuses on norms and this research
requires legal materials as the main data. In the Criminal Code, criminal liability
can be imposed on malpractice, namely Article 90, Article 359, Article 360
paragraphs (1) and (2) and Article 361. One of the subjects imposed by this article
is a doctor, midwife, medical expert, who as experts in their respective jobs are
considered to have to be more careful in doing their jobs. As for Law Number 36
of 2009 concerning Health, there is no definition of Malpractice, but in the Criminal
Provisions regulated in Chapter XX, it is regulated in Article 190. In Indonesian
Civil Law on malpractice, in essence there are 2 (two) forms of doctor's
responsibility as a form of protection against malpractice. patient in case of
malpractice. Victims of malpractice can sue doctors for their actions in the
implementation of therapeutic agreements based on Article 1366 of the Civil Code.
The responsibility of a doctor who has committed malpractice in this case can be
seen in Article 1367 BW which has the result that the guilty (i.e. causing harm to
the other party) must pay compensation (schadevergoeding). Legal protection for
victims of medical malpractice as consumers can be seen in the provisions of Article
19 Paragraph (1) of Law No. 8 of 1999. Based on the provisions of Article 19
Paragraph (1), the losses suffered by victims of malpractice as consumers of
services are due to medical actions carried out by doctors as perpetrators. service
businesses can be sued for a number of damages. The form of legal protection for
victims of medical malpractice as regulated in Law No. 36 of 2009 is in the form
of granting rights to malpractice victims to demand accountability from doctors
who commit medical malpractice. The form of legal protection for victims of
medical malpractice is regulated in Law no. 29 of 2009 concerning Medical
Practice, which is in the form of granting rights to malpractice victims to make legal
remedies for complaints to the Chairperson of the Indonesian Medical Discipline
Honorary Council.

Keywords: Doctor's Responsibility, Doctor, Malpractice

PENDAHULUAN kedokteran ini bertujuan untuk


Dokter sebagai anggota mengutamakan kepentingan dan
profesi yang mengabdikan ilmunya keselamatan pasien, menjamin bahwa
untuk kepentingan umum, profesi kedokteran harus senantiasa
mempunyai kebebasan dan dilaksanakan dengan niat yang luhur
kemandirian yang berorientasi kepada
nilainilai kemanusiaan sesuai dengan
kode etik kedokteran. Kode etik
dan dengan cara yang benar.1 Dewasa serta keluarganya yangsedang
ini sistem pelayanan medis yang menderita sakit. Namun seperti kita
dilakukan oleh tenaga kesehatan ketahui, dokter tersebut sebagai
sebagai penyembuh banyak manusia biasa yang penuh dengan
diperbincangkan masyarakat, dan kekurangan dalam melaksanakan
penilaian serba positif terhadap tugas kedokterannya yang penuh
profesi kesehatan mulai luntur dengan resiko. Seperti pasien yang
dikarenakan dalam upaya memiliki kemungkinan cacat atau
penyembuhan yang dilakukan tenaga meninggal dunia setelah ditangani
kesehatan tidak semuanya sesuai dokter dapat saja terjadi, walaupun
yang diinginkan oleh pasien, yaitu dokter telah melakukan tugasnya
kesembuhan. Dalam praktek sesuai standar profesi atau standar
kedokteran sering terjadi kesalahan pelayanan medik yang baik. Keadaan
yang dapat menimbulkan suatu tindak semacam ini biasa disebut sebagai
pidana, misalnya saja kesalahan resiko medik, namun terkadang
diagnosis dan kesalahan dalam dimaknai lain oleh pihak-pihak diluar
melakukan operasi, seperti yang lebih profesi kedokteran sebagai medical
dikenal dengan istilah malpraktek. malpractice.2
Seorang dokter sebelum Tanggungjawab hukum dapat
melakukan praktek kedokterannya dibedakan dalam tanggungjawab
atau pelayanan medis telah hukum administrasi, tanggungjawab
melakukan pendidikan dan pelatihan hukum perdata dan tanggungjawab
yang cukup panjang. Sehingga hukum pidana. Terhadap
masyarakat khususnya pasien banyak pelanggaran-pelanggaran hukum
sekali digantungkan harapan hidup tersebut yang dilakukan oleh profesi
dan/atau kesembuhan dari pasien dokter ini dapat dilakukan tindakan

1 2
S. Soetrisno, 2010, Malpraktek Medik Dan Syahrul Machmud, 2008, Penegakan
Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Hukum Dan Perlindungan Hukum Bagi
Sengketa, (Tangerang: Penerbit PT Telaga Dokter Yang Diduga Melakukan Medikal
Ilmu Indonesia), hlm. V Malpraktek, ( Bandung: Penerbit Mandar
Maju) hal. 1.
atau dengan kata lain dilakukan METODE PENELITIAN
penegakan hukum.3 Tanggungjawab Dalam melakukan suatu
administrasi timbul apabila dokter penelitian ilmiah jelas harus
atau tenaga kesehatan lain melakukan menggunakan metode sebagai ciri
pelanggaran terhadap hukum khas keilmuan. Metode mengandung
Administrasi Negara yang berlaku, makna sebagai cara mencari
misalnya menjalankan praktek dokter informasi dengan terencana dan
tanpa lisensi atau sistimatis. Langkah-langkah yang
izinnya,menjalankan praktek dengan diambil harus jelas serta ada batasan-
izin yang sudah kadaluarsa dan batasan yang tegas guna menghindari
menjalankan praktek tanpa membuat terjadinya penafsiran yang terlalu
catatan medik. Sedangkan tanggung luas.5 Dalam penelitian ini penulis
jawab hukum perdata timbul karena menggunakan pendekatan yuridis
adanya hubungan hukum antara normatif, yaitu suatu penelitian yang
dokter dan pasien, hubungan tersebut berdasarkan pada penelitian
disebut perjanjian atau transaksi kepustakaan guna memperoleh data
terapeutik. Bila terjadi sengketa maka sekunder di bidang hukum. Adapun
yang berselisih adalah antar digunakannya metode penelitian
perorangan atau bersifat pribadi, hukum normatif, yaitu melalui studi
maka pasien atau keluarganya dapat kepustakaan adalah untuk menggali
mengajukan gugatan terhadap dokter asas asas, norma, teori dan pendapat
yang telah melakukan wanprestasi hukum yang relevan dengan masalah
atau perbuatan melawan hukum penelitian melalui inventarisasi dan
tersebut ke Pengadilan. Berbeda mempelajari bahan-bahan hukum
halnya dengan pertanggungjawaban primer, sekunder, dan tertier. Sumber
hukum pidana, dimana penegakan Data Bahan hukum primer, yaitu
hukumnya dilakukan oleh aparat bahan hukum yang
penegak hukum yang berwenang. 4 mempunyaikekuatan mengikat, yaitu

3 5
Ibid, hal. 175 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi, 1986,
Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: CV.
4
Ibid. hal. 109 Rajawali), hal. 27
berupa peraturan perundang- hukum atau kamus bahasa lain.
undangan seperti:6 1) Undang- Teknik Pengumpulan Data Seluruh
Undang Dasar Negara Republik bahan hukum dikumpulkan dengan
Indonesia Tahun 1945; 2) Kitab menggunakan studi literatur dengan
Undang-undang Hukum Pidana alat pengumpulan data/ berupa studi
(KUHP); 3) Undang-Undang dokumen dar berbagai sumber yang
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun dipandang relevan.
2004 Tentang Praktek Kedokteran; 4) PEMBAHASAN
Undang-Undang Republik A. Tanggung jawab Dokter atas
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tindakan Malpraktek
yang menggantikan Undang-Undang Kesehatan merupakan Hak
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun Azasi Manusia (HAM) dan
1992 Tentang Kesehatan; 5) Undang- merupakan salah satu unsur dari
Undang Republik Indonesia Nomor upaya pemerintah untuk
44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit; mensejahterahkan masyarakatnya
6) Kode Etik Kedokteran Indonesia; yang tertuang dalam pembukaan
7) Kode Etik Rumah Sakit. Bahan UUD 1945 yaitu demi mewujudkan
hukum sekunder adalah yang kesejahteraan umum. Dengan tubuh
memberikan penjelasan terhadap yang sehat maka kesejahteraan
bahan hukum primer, meliputi buku, tersebut akan menjadi lebih baik lagi.
hasil penelitian, pendapat hukum, Untuk lebih mewujudkan usaha
dokumen-dokumen lain yang ada kesejahteraan tersebut, pemerintah
relefansinya dengan masalah yang membuat suatu aturan yang konkret
diteliti. Bahan hukum tersier adalah mengenai kesehatan. Hal ini
bahan hukum penunjang yang dilakukan agar tidak adanya multi
memberikan petunjuk dan pengertian tafsir dari berbagai pihak dalam
terhadap bahan hukum primer dan memberikan pemahaman mengenai
sekunder, meliputi kamus-kamus kesehatan mengingat kesehatan

6
Bambang Sunggono, Metodologi Peneliti
an Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), hal. 116
tersebut tidak dapat dilihat dari satu menjadi sakit sementara atau
sisi saja akan tetapi dari sisi yang lain tidak dapat menjalankan
juga. Pembentukan perundang- jabatan atau pekerjaannya
undangan di bidang pelayanan sementara, dipidana dengan
kesehatan diperlukan, hal ini pidana penjara
dilakukan supaya tindak pidana selamalamanya Sembilan
malpraktek dapat dijerat dengan bulan atau pidana dengan
ketentuan yang tegas. Motif yang ada pidana kurungan selama-
pada pembentuk perundangundangan lamanya enam bulan atau
untuk menyusun peraturan-peraturan pidana denda setinggi-
mengenai bidang-bidang kehidupan tingginya empat ribu lima
tertentu sangat bervariasi. ratus rupiah.
Dalam Kitab Undang-Undang Jika berdasarkan pasal-pasal
Hukum Pidana, pertanggungjawaban tersebut diatas, jika diterapkan pada
pidana dapat dijerat dalam Pasal 90, kasus. Malpraktek yang dilakukan
Pasal 359, Pasal 360 ayat (1) dan (2) oleh dokter, ada 3 unsur yang
serta Pasal 361 Kitab Undang- menonjol yaitu :
Undang Hukum Pidana.7 Salah 1) Dokter telah melakukan
satunya Pasal 360 KUHP kesalahan dalam
menyebutkan : melaksanakan profesinya
a. Barangsiapa karena 2) Tindakan dokter tersebut
kekhilafan menyebabkan dilakukan karena kealpaan
orang luka berat, dipidana atau kelalaian
dengan pidana penjara 3) Kesalahan tersebut akibat
selama-lamanya satu tahun. dokter tidak mempergunakan
b. Barang siapa karena ilmu penegtahuan dan tingkat
kekhilafan menyebabkan keterampilan yang seharusnya
orang luka sedemikian dilakukan berdasarkan standar
rupasehingga orang itu profesi

7
Anny Isfandyarie, Op. cit, hal. 6.
4) Adanya suatu akibat yang cakap melakukan
fatal yaitu meninggalnya pekerjaannya itu tidak masuk
pasien atau pasien menderita luka berat. Penyanyi misalnya
luka berat.8 jika rusak kerongkongannya,
Pada pasal 360 memiliki sehingga tidak dapat
perbedaan dengan pasal 359, yakni menyanyi selama-lamanya itu
pada pasal 359 dijelaskan akibat dari masuk luka berat.
perbuatan yang menyebabkan (3) Tidak lagi memakai
“kematian” orang sedangkan dalam (kehilangan) salah satu
pasal 360 adalah : pancaindera.
a) Luka berat (4) Verminking atau cacat
Di dalam pasal 90 KUHP sehingga jelek rupanya.
dijelaskan mengenai luka berat atau (5) Verlamming (lumpuh) artinya
luka parah yakni :9 tidak bisa menggerakkan
(1) Penyakit atau luka yang tidak anggota badannya.
boleh diharap akan sembuh (6) Pikirannya terganggu
lagi dengan sempurna atau melebihi empat minggu.
dapat mendatangkan bahaya Menggugurkan atau
maut. Jadi luka atau sakit membunuh bakal anak
bagaimana besarnya, jika kandungan ibu.
dapat sembuh kembali dengan b) Luka yang menyebabkan
sempurna dan tidak jatuh sakit (ziek) atau
mendatangkan bahaya maut terhalang pekerjaan sehari-
itu bukan luka berat. hari.
(2) Terus menerus tidak cakap Sedangkan karena salahnya
lagi melakukan jabatan atau (kurang hati-hatinya) menyebabkan
pekerjaan. Kalau hanya buat orang luka ringan tidak dikenakan
sementara saja bolehnya tidak pasal ini. Pasal 361 menyatakan:“Jika

8 9
Sugandhi, 1981, KUHP dan Penjelasannya, R.Soesilo , 2007, Kitab Undang-Undang
(Surabaya: Usaha Nasional), hal 23 Hukum Pidana, (Bogor: POLITEIA), hal. 98
kejahatan yang diterangkan dalam mengapa mengapa peristiwa itu
bab ini dilakukan dalam melakukan terjadi. Jadi tujuan pembuktian ini
sesuatu jabatan atau pekerjaan, maka adalah untuk mencari dan
hukuman dapat ditambah dengan menemukan kebenaran materil,
sepertiganya dan sitersalah dapat bukan mencari kesalahan terdakwa.
dipecat dari pekerjaannya, dalam Berdasarkan Pasal 184
waktu mana kejahatan itu dilakukan KUHAP yang dapat digunakan
dan hakim dapat memerintahkan sebagai alat bukti yang sah
supaya keputusannya itu adalah keterangan saksi, keterangan
diumumkan”.Yang dikenakan pasal ahli, surat, petunjuk dan keterangan
ini misalnya dokter, bidan, ahli-obat, terdakwa. Berdasarkan Pasal 183
sopir, kusir dokar, masinis yang KUHAP hakim dapat menjatuhkan
sebagai orang ahli dalam pekerjaan pidana dengan syarat ada dua alat
mereka masing-masing dianggap bukti yang sah dan keyakinan hakim
harus lebih berhati-hati dalam yang diperoleh dari dua alat bukti
melakukan pekerjaannya. Apabila tersebut atau sistem pembuktian
mereka itu mengabaikan peraturan- menurut teori ‘negative wetelijk’,
peraturan atau keharusan-keharusan karena menggabungkan antara unsur
dalam pekerjaannya, sehingga keyakinan hakim & unsur alat-alat
menyebabkan mati (pasal 359) atau bukti yang sah menurut UU. Didalam
luka berat (pasal 360), maka akan Undang-undang Nomor 36 tahun
dihukum lebih berat. Sehubungan 2009 Tentang Kesehatan Kesehatan
dengan aturan tindak pidana tidak dicantumkan pengertian tentang
malpraktik maka diperlukan Malpraktek, namun didalam
pembuktian terhadap tindak pidana Ketentuan Pidana pada Bab XX diatur
malpraktik tersebut. Pembuktian didalam Pasal 190 yang berbunyi:
dalam hal malpraktik merupakan (1) Pimpinan fasilitas pelayanan
upaya untuk mencari kepastian yang kesehatan dan/atau tenaga
layak melalui pemeriksaan dan kesehatan yang melakukan
penalaran hukum tentang benar praktik atau pekerjaan pada
tidaknya peristiwa itu terjadi dan fasilitas pelayanan kesehatan
yang dengan sengaja tidak perbuatan malpraktek menurut
memberikan pertolongan ketentuan pidana yang terdapat pada
pertama terhadap pasien pasal 190 diatas.
dalam keadaan gawat darurat B. Perlindungan Hukum Bagi
sebagaimana dimaksud dalam Pasien Korban Malpraktek
Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 dalam Kajian Hukum Positif di
ayat (2) dipidana dengan Indonesia
pidana penjara paling lama 2 Perlindungan hukum adalah
(dua) tahun dan denda paling memberikan pengayoman kepada hak
banyak Rp.200.000.000 (dua asasi manusia yang dirugikan orang
ratus juta rupiah). lain dan perlindungan tersebut
(2) Dalam hal perbuatan diberikan kepada masyarakat agar
sebagaimana dimaksud pada mereka dapat menikmati semua hak-
ayat (1) mengakibatkan hak yang diberikan oleh hukum atau
terjadinya kecacatan atau dengan kata lain perlindungan hukum
kematian, pimpinan fasilitas adalah berbagai upaya hukum yang
pelayanan kesehatan dan/atau harus diberikan oleh aparat penegak
tenaga kesehatan tersebut hukum untuk memberikan rasa aman,
dipidana dengan pidana baik secara pikiran maupun fisik dari
penjara paling lama 10 gangguan dan berbagai ancaman dari
(sepuluh) tahun dan denda pihak manapun.10 Perlindungan
paling banyak satu miliar hukum adalah perlindungan akan
rupiah. harkat dan martabat, serta pengakuan
Pada pasal 63 Undang- terhadap hak-hak asasi manusia yang
Undang Nomor 36 Tahun 2009 jelas dimiliki oleh subyek hukum
diatur mengenai upaya penyembuhan berdasarkan ketentuan hukum dari
penyakit dan upaya untuk pemulihan kesewenangan atau sebagai kumpulan
kesehatan sebagai tolak ukur peraturan atau kaidah yang akan dapat

10
Satjipto Rahardjo. 1983, Permasalahan
Hukum di Indonesia, (Bandung: Alumni),
hal. 74.
melindungi suatu hal dari hal lainnya. PENUTUP
Berkaitan dengan konsumen, berarti A. Kesimpulan
hukum memberikan perlindungan 1. Hukum Pidana tidak mengatur
terhadap hak-hak pelanggan dari secara jelas tentang ancaman
sesuatu yang mengakibatkan tidak pidana tentang perbuatan
terpenuhinya hak-hak tersebut.11 melawan hukum dibidang
Menurut Setiono, perlindungan kesehatan yang dikenal dengan
hukum adalah tindakan atau upaya malpraktek tersebut. Meskipun
untuk melindungi masyarakat dari sebenarnya ada beberapa
perbuatan sewenang-wenang oleh peraturan hukum seperti
penguasa yang tidak sesuai dengan beberapa pasal konvensional
aturan hukum, untuk mewujudkan dalam KUHP yang tidak secara
ketertiban dan ketentraman sehingga ekspilisit menyebut ketentuan
memungkinkan manusia untuk tentang malpraktik namun
menikmati martabatnya sebagai dapat digunakan sebagai dasar
12
manusia. Pengertian perlindungan tuntutan pidana. Dalam Kitab
menurut ketentuan Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Hukum
Undang-Undang Nomor 13 Tahun Pidana, pertanggungjawaban
2006 tentang Perlindungan Saksi dan pidana dapat dijerat dalam Pasal
Korban menentukan bahwa 90, Pasal 359, Pasal 360 ayat (1)
perlindungan adalah segala upaya dan (2) serta Pasal 361. Yang
pemenuhan hak dan pemberian dikenakan pasal ini
bantuan untuk memberikan rasa aman salahsatunya adalah dokter,
kepada Saksi dan/atau Korban yang bidan, ahli-obat, yang sebagai
wajib dilaksanakan oleh LPSK atau orang ahli dalam pekerjaan
lembaga lainnya sesuai dengan mereka masing-masing
ketentuan Undang-Undang ini. dianggap harus lebih berhati-

11 12
Philipu M. Hadjon, 1987, Perlindungan Setiono, 2004, Rule of Law (Supremasi
Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, (Surabaya: Hukum). (Surakarta: Magister Ilmu Hukum
Bina Ilmu), hal. 25 Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret), hal. 3
hati dalam melakukan 3. Pertanggungjawaban yang
pekerjaannya. Apabila mereka dapat digugat oleh pasien
itu mengabaikan peraturan- korban malpraktek terhadap
peraturan atau keharusan- dokter itu, adalah
keharusan dalam pekerjaannya, pertanggungjawaban atas
sehingga menyebabkan mati kerugian yang disebabkan
(pasal 359) atau luka berat karena wanprestasi (prestasi
(pasal 360), maka akan yang buruk) dalam perjanjian
dihukum lebih berat. Didalam terapeutik dan
Undang-undang Nomor 36 pertanggungjawaban atas
tahun 2009 Tentang Kesehatan kerugian yang disebabkan oleh
tidak dicantumkan pengertian perbuatan melawan hukum
tentang Malpraktek, namun di (onrechtmatige daad) oleh
dalam Ketentuan Pidana diatur dokter, yaitu perbuatan yang
pada Bab XX diatur didalam bertentangan dengan kewajiban
Pasal 190. profesi. Korban malpraktek
2. Perlindungan hukum dapat menggugat dokter atas
merupakan pengayoman atas perbuatannya dalam
hak asasi seseorang yang pelaksanaan perjanjian
dirugikan oleh orang lain dan terapeutik berdasarkan Pasal
perlindungan tersebut diberikan 1366 KUH Perdata.
kepada masyarakat agar mereka 4. Pertanggungjawaban seorang
dapat menikmati semua hak- dokter yang telah melakukan
hak yang diberikan oleh hukum. malpraktek dapat dilihat dalam
Dalam hukum perdata Pada Pasal 1367 BW yang membawa
hakikatnya ada 2 (dua) bentuk akibat bahwa yang bersalah
pertanggungjawaban dokter (yaitu yang menimbulkan
dalam hukum perdata sebagai kerugian pada pihak lain) harus
bentuk perlindungan terhadap membayar ganti rugi
pasien jika terjadi malpraktek. (schadevergoeding). Dalam
Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang memberikan ganti rugi atas
Perlindungan Konsumen tidak kerugian yang timbul karena
diatur dengan jelas mengenai kesalahan maupun kelalaian
pasien atau korban malpraktek, dokter, baik melalui gugatan
tetapi pasien atau korban ganti rugi secara perdata
malpraktek dalam hal ini juga maupun penggabungan
merupakan seorang konsumen. penuntutan hukum pidana dan
5. Perlindungan hukum terhadap gugatan ganti rugi dalam proses
korban malpraktek kedokteran hukum pidana ke pengadilan.
sebagai konsumen dapat dilihat bentuk perlindungan hukum
dalam ketentuan Pasal 19 Ayat terhadap korban malpraktek
(1) Undang-Undang Nomor 8 kedokteran yang diatur dalam
Tahun 1999. Berdasarkan Undang-Undang No. 29 Tahun
ketentuan Pasal 19 Ayat (1) UU 2009, yaitu berupa pemberian
Perlindungan Konsumen, hak kepada korban malpraktek
kerugian yang diderita korban untuk melakukan upaya hukum
malpraktek sebagai konsumen pengaduan kepada Ketua
jasa akibat tindakan medis yang Majelis Kehormatan Disiplin
dilakukan oleh dokter sebagi Kedokteran Indonesia, yang
pelaku usaha jasa dapat dituntut dapat juga secara bersamaan
dengan sejumlah ganti rugi. melakukan upaya hukum secara
6. Bentuk perlindungan hukum hukum pidana maupun hukum
terhadap korban malpraktek perdata ke pengadilan serta
kedokteran yang diatur dalam pemberian wewenang kepada
Undang-Undang 36 Tahun Majelis Kehormatan Disiplin
2009 tentang Kesehatan, yaitu Kedokteran Indonesia
berupa pemberian hak kepada (MKDKI) untuk mengeluarkan
korban malpraktek untuk keputusan menjatuhkan sanksi
menuntut pertanggungjawaban disiplin kepada dokter yang
dokter yang melakukan terbukti bersalah.
malpraktek kedokteran,
B. Saran Anny Isfandyarie, 2005, Malpraktek
dan Resiko Medik Dalam
1. Adanya penerapan pidana
Kajian Hukum Pidana,
bagi para dokter yang (Jakarta: Prestasi Pustaka)
melakukan malpraktek, maka
Adami Chazawi, 2007, Malpraktik
ke depan diharapkan untuk Kedokteran, (Malang:
Bayumedia),
meminimalisir malpraktek di
Indonesia dan Kedepan Amir Illyas, 2010, Hukum Korporasi
Rumah Sakit, (Makassar:
diharapkan, pemangku
Rangkang education)
kebijakan membuat suatu
Amri Amir, 1997, Bunga Rampai
produk hukum yang lebih
Hukum Kesehatan, (Jakarta:
khusus mengatur tentang Widya Medika), Cet. ke-1
pidana malpraktek agar
Agus Irianto, 2006, Analisis Yuridis
kiranya untuk mejamin Kebijakan
Pertanggungjawaban Dokter
kepastian hukum untuk
Dalam Malpraktek, Surakarta:
penerapan pidana bagi para FHUI Universitas Sebelas
Maret)
dokter yang melakukan
malpraktek. Agus Gufron (ed), 2006,
Tanggungjawab Hukum dan
2. Diharapkan pemerintah selalu
Sanksi bagi Dokter, Jilid II,
memberikan perlindungan (Jakarta : Prestasi Pustaka),
Cet. ke-1,
hukum bagi korban
malpraktek yang dilakukan Ahmadi Sofyan (ed), 2005,
Malpraktek Dan Resiko Medik
oleh dokter dan melaksanakan
Dalam Kajian Hukum Pidana,
semua produk aturan yang (Jakarta : Prestasi Pustaka)
mengatur tentang
Barda Nawawi Arief, 2001, Masalah
perlindungan hukum bagi Penegakan Hukum dan
Kebijakan Penanggulangan
korban, salah satunya
Kejahatan, (Bandung: PT.
mengupayakan gani rugi Citra Aditya Bakti)
kepada korban malpraktek.
C.S.T Kansil dan Christine S.T
DAFTAR PUSTAKA Kansil, 2007, Pokok-Pokok
Hukum Pidana, (Jakarta: PT
Buku
Pradnya Paramitha)
Danny Wiradharma, 1996, Hukum Safitri Hariayani, 2005, Sengketa
Kedokteran, (Jakarta: Binarupa Medik Alternatif Penyelesaian
Aksara Perselisihan Antara Dokter
Dengan Pasien. (Jakarta :
Dewi Setyowati (ed), 2007, Batas Diadit Media).
Pertanggungjawaban Hukum
Malpraktik Dokter Dalam Soeparto, Pitono,dkk, 2008, Etik Dan
Transaksi Terapeutik, Hukum Dibidang Kesehatan,
(Surabaya : Srikandi, Cet. ke- (Surabaya: Airlangga
1), University)

Huriawati Hartanto (ed), 2007, S. Soetrisno, 2010, Malpraktek Medik


Dinamika Etika Dan Hukum Dan Mediasi Sebagai
Kedokteran Dalam Tantangan Alternatif Penyelesaian
Zaman, (Jakarta : EGC), Cet. Sengketa, (Tangerang:
ke-1 Penerbit PT Telaga Ilmu
Indonesia)
Hermien Hadiati, 1983, Hukum dan
Masalah Medik, (Surabaya: Sugandhi, 1981, KUHP dan
Airlangga University Press) Penjelasannya, (Surabaya:
Usaha Nasional)
M.Yusuf Hanafiah dan Amri Amir,
1999, Etika Kedokteran Dan Syahrul Machmud, 2008, Penegakan
Hukum Kesehatan, (Jakarta: Hukum Dan Perlindungan
Kedokteran EGC) Hukum Bagi Dokter Yang
Diduga Melakukan Medikal
Moeljatno, 2007, Kitab Undang- Malpraktek, ( Bandung:
Undang Hukum Pidana, Penerbit Mandar Maju)
(Jakarta: Bumi Aksara)
Philipu M. Hadjon, 1987,
Nonny Yogha Puspita (ed), 2006, Perlindungan Hukum Bagi
Tanggugjawab Hukum Dan Rakyat Di Indonesia,
Sanksi Bagi Dokter, Jilid I, (Surabaya: Bina Ilmu),
(Jakarta : Prestasi Pustaka),
Wila Chandrawila Supriadi, 2001,
Oemar Seno Adji, 1991, Etika Hukum Kedokteran, (Bandung:
Profesional dan Hukum Mandar Maju),
Pertanggungjawaban Pidana
Dokter : Profesi Dokter, Peraturan Perundang-undangan
(Jakarta : Erlangga),
Undang-Undang Dasar Negara
R. Abdoel Djamali, 2006, Pengantar
Hukum Indonesia, (Jakarta, PT Republik Indonesia 1945
Raja Grafindo Persada)
Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP)

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 29 Tahun 2004 Tentang

Praktek Kedokteran

Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 36 Tahun 2009 yang
menggantikan Undang-
Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 44 Tahun 2009 Tentang

Rumah Sakit

Kode Etik Kedokteran Indonesia

Kode Etik Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai