Anda di halaman 1dari 7

LEARNING OBJECTIVE

BLOK 6 PROFESIONALISME

DISUSUN OLEH:

Nama : Resti Nursalsabila


Stambuk : N10121057
Kelompok :2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
1. Landasan dokter dapat menghentikan penanganan
Menurut Ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata tersebut dikuatkan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia, menyebutkan bahwa ketentuan mengenai
hal tertentu ini menyangkut objek hukum atau bendanya (dalam hal ini
pelayanan medis) yang perlu ditegaskan ciri-cirinya. Objeknya adalah
usaha penyembuhan. Dokter harus berusaha semaksimal mungkin
menyembuhkan penyakit pasien. Secara yuridis, umumnya termasuk
inspanningsverbintennis, yaitu dokter tidak memberikan jaminan kepastian
dalam menyembuhkan penyakit tersebut, tetapi dengan ikhtiar dan
keahliannya dokter diharapkan dapat membantu dalam upaya
penyembuhan.
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesi Nomor 4 Tahun 2011 tentang
Disiplin Profesi Dokter dan Dokter gigi, Bab II butir 16. Menyatakan
bahwa Dokter dan Dokter gigi tidak boleh melakukan penolakan atau
memutuskan hubungan terapeutik Dokter atau Dokter Gigi dan pasien,
semata-mata karena alas an keluhan pasien terhadap pelayanan Dokter
atau Dokter Gigi, finansial, suku, ras, gender, politik, agama, atau
kepercayaan. Melainkan Dokter dan Dokter Gigi dibenarkan untuk
menolak, mengakhiri pelayanan kepada pasiennya, atau memutuskan
hubungan Dokter atau Dokter Gigi dan pasien dengan beberapa alasan:
 Pasien melakukan intimidasi terhadap Dokter atau Dokter Gigi
 Pasien melakukan kekerasan terhadap Dokter atau Dokter gigi
 Pasien berperilaku merusak hubungan saling percaya tanpa alasan

Dalam hal tersebut, Dokter atau Dokter Gigi wajib memberitahu secara
lisan atau tertulis kepada pasiennya dan menjamin kelangsungan
pengobatan pasien dengan cara merujuk ke Dokter atau Dokter Gigi lain
dengan menyertakan keterangan medis, hal ini juga sesuai dengan UU No.
29 Tahun 2004 tentang praktek kedokteran yang menyatakan bahwa
kewajiban dokter untuk merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai
keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan.

Sumber :

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Standar Pendidikan Profesi Dokter.


Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

Mannas, Y. A. 2018. Legal Relations Between Doctors And Patients And


The Accountability Of Doctors In Organizing Health Services.
Jurnal Cita Hukum. Vol. 6(1):163-182. Viewed on 22 August
2022. From Doi : 10.15408/jch.v6i1.8274

2. Hak dan kewajiban dokter dan pasien


Diatur dalam uu no. 29 tahun 2004 pasal 50 dan 51
 Hak dan kewajiban dokter atau dokter gigi pasal 50

3. Aturan apa saja yang mengatur perlindungan pada dokter


Sampai saat ini, belum terdapat adanya undang-undang atau aturan khusus
yang memberikan perlindungan secara hukum bagi dokter, yang terdapat
hingga sekarang merupakan perlindungan hukum dokter secara tersirat
dalam UU NO. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 50 UU No. 29
tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang memiliki focus perlinudngan
hukum terhadap dokter saat pasien yang menjadi korban. Bentuk
perlindungan hukum yang didapatkan oleh dokter dalam menjalankan
tugas profesinta yaitu perlindungan secara hukum preventif dan
perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif merujuk
kepada Pasal 50 UU Praktik Kedokteran, sedangkan perlindungan hukum
represif merujuk pada Pasal 29 UU Kesehatan.
Aturan perlindungan dokter
 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran; Pasal 50 Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan
praktik kedokteran mempunyai hak : a. memperoleh perlindungan
hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional;
 Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 24
(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus
memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional.
Pasal 27 (1) Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan
pelindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya.
Pasal 29 Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian
dalam menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus
diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi. Dalam Pasal ini, yang
dimaksudkan dengan penyelesaian melalui Mediasi adalah, apabila
timbul sengketa antara tenaga kesehatan, pemberi pelayanan
penerima pelayanan kesehatan. Tujuan dilakukannya mediasi
untuk menyelesaikan sengketa di luar pengadilan oleh mediator
yang disepakati oleh pasa pihak
 Pasal 24 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan Pasal 24 (1) Perlindungan hukum
diberikan kepada tenaga kesehatan yang melakukan tugasnya
sesuai dengan standar profesi tenaga kesehatan. Tujuan dari
Perlindungan hukum dalam Pasal ini adalah untuk memberikan
rasa aman terhadap tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugas
profesinya. Standar Operating Procedure (SOP). Seorang dokter
dapat memperoleh perlindungan hukum sebagai alsan pembenar ia
menjalankan profesinya, sepanjang ia melaksanakan tugas sesuai
Standar Operating Prosedure (SOP)

Sumber :
Rompis, M. G. M. 2017. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DOKTER YANG
DIDUGA MELAKUKAN MEDICAL MALPRAKTIK. Vol. 6(4):71-78. Viewed on 22
Aug. 22 from https://media.neliti.com/media/publications/149417-ID-
perlindungan-hukum-terhadap-dokter-yang.pdf

4. Bagaimana komunikasi dokter – pasien - keluarga


Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan
olehkedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa
mengembangkankomunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu
dokter, tampaknya harusdiluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat
membangun hubungan komunikasi yangefektif dengan pasiennya, banyak
hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapatmengetahui dengan baik
kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percayasepenuhnya kepada
dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada prosespenyembuhan pasien
selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman ditangani olehdokter sehingga
akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakinbahwa
semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien
percayabahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah
kesehatannya. Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya
adalah untukmengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat
untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian
lebih efektif dan efisien bagi keduanya.
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan
komunikasiyang digunakan:
 Disease centered communication style atau doctor centered
communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter
dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan
penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala
 Illness centered communication style atau patient centered
communication style.Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan
pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan
pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya
serta apa yang dipikirkannya.
Hubungan pasien-dokter (tenaga kesehatan lainnya)- rumah sakit, dikenal
hubungan terapeutik atau transaksi terapeutik, dimana terjadi suatu ikatan
antara pasien dan dokter dalam hal pengobatan atau perawatan
penyakitnya serta antara pasien dengan rumah sakit dalam hal pelayanan
kesehatan dengan menyediakan sarana dan prasaranan kesehatan yang
terstandar. Pihak dokter dan rumah sakit harus memenuhi kewajibannya
untuk memberikan layanan kesehatan sesuai standar pelayanan, standar
profesi dan standar operasional prosedur kepada pasien baik diminta
maupun tidak diminta, karena prinsipnya dari transaksi terapeutik itu,
pihak health provider dan pihak health receiver yang sama-sama
merupakan subjek hukum yang mempunyai hak dan kewajiban yang setara
sesuai dengan asas hukum equality before the law dan dinyatakan dalam
Pasal 1320 KUH Perdata mengenai syarat sahnya suatu perjanjian.

Sumber :
Konsil Kedokteran Indonesia. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien.
Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

5. Prinsip etik apa yang dilanggar dan yang sesuai


Prinsip etik yang sesuai dengan apa yang dilakukan dokter RD adalah,
beneficence, non-maleficence, autonomy, justice. Dalam prakteknya
dokter RD sudah melakukan sesuai dengan prinsip etik yang diterapkan.
Dalam profesi kedokteran dikenal 4 prinsip moral utama, yaitu:
 Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak
pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to self
determination),
 Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan
tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien;
 Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang
tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal
sebagai “primum non nocere” atau “above all do no harm”,
 Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness
dan keadilan dalam mendistribusikan sumberdaya (distributive
justice)

6. Ciri-ciri professional

Anda mungkin juga menyukai