Anda di halaman 1dari 13

ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

PERSENTASI DARI KELOMPOK 10 AKAN DIMULAI


NAMA
ANGGOTA:
-REINALDO TRISLAMAT
NAZARA

-NATASHA FATIA HUMAIRA

-WINDARI HALAWA
JUDUL PRESENTASI:

“SANKSI DAN ETIKA PELAYANAN


MEDIS/KEDOKTERAN.”
PENGERTIAN SANKSI DAN ETIKA

Etika adalah aturan bertindak atau berperilaku dalam suatu masyarakat tertentuatau
komunitas. Aturan bertindak ini ditentukan oleh setiap kelompok masyarakat, danbiasanya
bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi, serta tidak tertulis.

Sanksi adalah tindakan menghukum seseorang yang melanggar aturan. Peraturan atau
undang-undang adalah tanda bahwa seseorang melakukan sesuatu tentang apa yang harus
dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan
.
SANKSI DAN ETIKA PELAYANAN
KESEHATAN
Macam-macam sanksi dan etika pelayanan medis:

Sanksi dan Etika pelayanan medis

Sanksi dan Etika kedokteran

Hubungan hukum dokter dan pasien dalam pelayanan kesehatan medis


A. SANKSI ETIKA PELAYANAN
KESEHATAN MEDIS

A.1. Etika pelayanan medis

Pelayanan kesehatan medis adalah suatu tindakan pemberian obat-obatan dan jasa kepada
masyarakat oleh pemerintah dalam rangka tanggung jawabnyakepada publik, baik diberikan secara langsung
maupun melalui kemitraan

Tujuan pelayanan kesehatan medis adalah menyediakan obat-obatan dan pelayanan jasa yang
terbaikbagi masyarakat. Obat-obatan dan pelayanan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apayang
dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang terbaik
adalah yang memberikan kepuasan terhadap masyarakat, kalua perlu melebihi harapan masyarakat .
A.2.SANKSI ETIKA PELAYANAN KESEHATAN MEDIS

Pada dasarnya, dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien
dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.

Hal ini ditegaskan dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan (“UU Kesehatan”). Ini artinya, rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan dilarang menolak pasien yang dalam keadaan darurat serta wajib memberikan
pelayanan untuk menyelamatkan nyawa pasien.
A.3. CARA MENGATASI PERMASALAHAN ETIKA PELAYANAN MEDIS

Dalam praktek pelayanan kesehatan saat ini di Indonesia, seharusnya kita


selalu memberi perhatian terhadap berbagai dilema di atas. Atau dengan kata lain,
para pemberi pelayanan kesehatan harus mempelajari norma-norma etika yang
bersifat universal, karena dapat digunakan sebagai penuntun tingkah lakunya.
Akan tetapi norma-norma tersebut juga terikat situasi sehingga menerima norma-
norma tersebut sebaiknya tidak secara kaku. Bertindak seperti ini menunjukan
suatu kedewasaan dalam beretika. Dialog menuju konsensus dapat membantu
memecahkan dilema tersebut. Harus ada kedewasaan untuk melihat dimana kita
berada dan tingkatan hirarki etika manakah yang paling tepat untuk diterapkan.
B. Sanksi dan Etika kedokteran
B.1.ETIKA KEDOKTERAN

Etika kedokteran merupakan seperangkat perilaku anggota profesi kedokteran dalam


hubungannya dengan klien / pasien, teman sejawat dan masyarakat umumnya serta merupakan
bagian dari keseluruhan proses pengambilan keputusan dan tindakan medis ditinjau dari segi
norma-norma / nilai-nilai moral. Etika hukum kedokteran adalah penerapan, penelaran moral
pada masalah yang dihadapi dokter dalam berprofesi sebagai dokter.
Tujuan dari etika profesi dokter adalah untuk mengantisipasi atau mencegah terjadinya
perkembangan yang buruk terhadap profesi dokter dan mencegah agar dokter dalam menjalani
profesinya dapat bersikap professional maka perlu kiranya membentuk kode etik profesi
kedokteran untuk mengawal sang dokter dalam menjalankan profesinya tersebut agar sesuai
dengan tuntutan ideal. Tuntunan tersebut kita kenal dengan kode etik profesi dokter.
B.2. SANKSI YANG DIBERIKAN KEPADA SEORANG DOKTER

“Kewajiban dokter dan Sanksi terhadap Dokter yang memberikan pelayanan medis
kepada pasien menurut: UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009/UNDANG-
UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004”

Hukum kedokteran memiliki ruang lingkup seperti di bawah ini:


1. Peraturan perundang–undangan yang secara langsung dan tidak langsung mengatur masalah
bidang kedokteran, contohnya UUPK.
2. Penerapan ketentuan hukum administrasi, hukum perdata dan hukum pidana yang tepat
untuk hal tersebut.
3. Kebiasaan yang baik dan diikuti secara terus menerus dalam bidang kedokteran, perjanjian
internasional, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan dalam
praktik kedokteran, menjadi sumber hukum dalam bidang kedokteran.
4. Putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, menjadi sumber hukum
dalam bidang kedokteran.
C. Hubungan hukum dokter dan pasien
dalam pelayanan kesehatan medis
Ditinjau dari aspek sosiologis, hubungan hukum dokter dan pasien dewasa ini mengalami
perubahan, semula kedudukan pasien dianggap tidak sederajat dengan dokter, karena dokter
dianggap paling tahu terhadap pasiennya, dalam hal ini kedudukan pasien sangat pasif, sangat
tergantung kepada dokter. Namun dalam perkembangannya hubungan antara dokter dan pasien
telah mengalami perubahan pola, di mana pasien dianggap sederajat kedudukannya dengan
dokter.

Hubungan hukum dokter dan pasien dalam pelayanan kesehatan medis yaitu:

1. Kepercayaan tidak lagi tertuju pada dokter pribadi, akan tetapi pada keampuhan ilmu dan
teknologi kesehatan
2. Masyarakat menganggap bahwa tugas dokter tidak hanya menyembuhkan, akan tetapi lebih
ditekankan pada perawatan
3. Ada kecenderungan untuk menyatakan bahwa kesehatan bukan lagi merupakan keadaan
tanpa penyakit, akan tetapi lebih berarti kesejahteraan fisik, mental dan social.
KESIMPULAN
Secara umum kita telah mengetahui bahwa peranan pelayanan kesehatan yaitu sebagai
organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,
dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Upaya kesehatan tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan
untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu
pelayanan kepada perorangan. Tetapi dinamika yang terjadi saat ini yaitu begitu banyak
penyalahgunaan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh para tim medis maupun oknum-
oknum tertentu yang mana hal tersebut didasari oleh lemahnya moralitas sehingga merugikan
masyarakat terutama masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.
Hubungan hukum dokter dan pasien dalam pelayanan kesehatan bahwa hubungan antara
dokter dan pasien terdapat 2 (dua) pola hubungan, yaitu pola hubungan vertikal yang
paternalistik dan pola hubungan horizontal yang kontraktual. Dalam hubungan vertikal,
kedudukan antara dokter sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan tidak sederajat dengan
pasien sebagai pengguna/penerima jasa pelayanan kesehatan, sedangkan dalam pola hubungan
horizontal yang kontraktual, kedudukan antara penerima jasa layanan kesehatan dan pemberi
jasa pelayanan kesehatan mempunyai kedudukan yang sederajat.
SEKIAN HASIL PRESENTASI DARI
KELOMPOK KAMI

Anda mungkin juga menyukai