-WINDARI HALAWA
JUDUL PRESENTASI:
Etika adalah aturan bertindak atau berperilaku dalam suatu masyarakat tertentuatau
komunitas. Aturan bertindak ini ditentukan oleh setiap kelompok masyarakat, danbiasanya
bersifat turun-temurun dari generasi ke generasi, serta tidak tertulis.
Sanksi adalah tindakan menghukum seseorang yang melanggar aturan. Peraturan atau
undang-undang adalah tanda bahwa seseorang melakukan sesuatu tentang apa yang harus
dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan
.
SANKSI DAN ETIKA PELAYANAN
KESEHATAN
Macam-macam sanksi dan etika pelayanan medis:
Pelayanan kesehatan medis adalah suatu tindakan pemberian obat-obatan dan jasa kepada
masyarakat oleh pemerintah dalam rangka tanggung jawabnyakepada publik, baik diberikan secara langsung
maupun melalui kemitraan
Tujuan pelayanan kesehatan medis adalah menyediakan obat-obatan dan pelayanan jasa yang
terbaikbagi masyarakat. Obat-obatan dan pelayanan jasa yang terbaik adalah yang memenuhi apayang
dijanjikan atau apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang terbaik
adalah yang memberikan kepuasan terhadap masyarakat, kalua perlu melebihi harapan masyarakat .
A.2.SANKSI ETIKA PELAYANAN KESEHATAN MEDIS
Pada dasarnya, dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien
dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu. Fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
Hal ini ditegaskan dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan (“UU Kesehatan”). Ini artinya, rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan dilarang menolak pasien yang dalam keadaan darurat serta wajib memberikan
pelayanan untuk menyelamatkan nyawa pasien.
A.3. CARA MENGATASI PERMASALAHAN ETIKA PELAYANAN MEDIS
“Kewajiban dokter dan Sanksi terhadap Dokter yang memberikan pelayanan medis
kepada pasien menurut: UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009/UNDANG-
UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2004”
Hubungan hukum dokter dan pasien dalam pelayanan kesehatan medis yaitu:
1. Kepercayaan tidak lagi tertuju pada dokter pribadi, akan tetapi pada keampuhan ilmu dan
teknologi kesehatan
2. Masyarakat menganggap bahwa tugas dokter tidak hanya menyembuhkan, akan tetapi lebih
ditekankan pada perawatan
3. Ada kecenderungan untuk menyatakan bahwa kesehatan bukan lagi merupakan keadaan
tanpa penyakit, akan tetapi lebih berarti kesejahteraan fisik, mental dan social.
KESIMPULAN
Secara umum kita telah mengetahui bahwa peranan pelayanan kesehatan yaitu sebagai
organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,
dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Upaya kesehatan tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan
untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu
pelayanan kepada perorangan. Tetapi dinamika yang terjadi saat ini yaitu begitu banyak
penyalahgunaan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh para tim medis maupun oknum-
oknum tertentu yang mana hal tersebut didasari oleh lemahnya moralitas sehingga merugikan
masyarakat terutama masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.
Hubungan hukum dokter dan pasien dalam pelayanan kesehatan bahwa hubungan antara
dokter dan pasien terdapat 2 (dua) pola hubungan, yaitu pola hubungan vertikal yang
paternalistik dan pola hubungan horizontal yang kontraktual. Dalam hubungan vertikal,
kedudukan antara dokter sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan tidak sederajat dengan
pasien sebagai pengguna/penerima jasa pelayanan kesehatan, sedangkan dalam pola hubungan
horizontal yang kontraktual, kedudukan antara penerima jasa layanan kesehatan dan pemberi
jasa pelayanan kesehatan mempunyai kedudukan yang sederajat.
SEKIAN HASIL PRESENTASI DARI
KELOMPOK KAMI