Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SESI 1

ARS 304 HUKUM KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

Dosen :
R. Fresley H, SH, MH, MARS

Disusun oleh :
Ashrinda Jussinur
20210309203

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO (World Health Organization), definisi rumah sakit adalah integral
dari satu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
paripurna (Komprehensif), penyembuhan penyakit (Kuratif) dan pencegahan penyakit
(Preventif) kepada masyarakat.1 Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
tenaga kesehatan dan pusat peneliti medik.2
Rumah Sakit sebagai suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan
yang setiap hari berhubungan dengan pasien merupakan suatu institusi yang sangat
kompleks dan berisiko tinggi (high-risk), terlebih dalam kondisi lingkungan regional dan
global yang sangat dinamis perubahan-perubahannya seperti saat sekarang ini. Tidak
jarang kita mendengar keluhan-keluhan masyarakat bahwa Rumah Sakit tidak
memberikan pelayanan yang baik, bahkan beberapa Rumah Sakit dituntut secara hukum
karena dinilai memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan harapan pasien dan
keluarga. Dalam rangka memberikan perlindungan hukum kepada Rumah Sakit
diperlukan perangkat hukum yang mempunyai nilai hukum yang kuat, sah, dan diakui
oleh negara, serta sebagai landasan dalam mengatur Rumah Sakit secara menyeluruh
maka diberlakukan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Mengenai Rumah Sakit
(UU RS). Keberadaan undang-undang ditujukan agar dapat memberikan kepastian dan
perlindungan hukum untuk meningkatkan, mengarahkan dan memberikan dasar bagi
pengelolaan rumah sakit.3
Pelayanan kesehatan dalam segala bentuknya akan senantiasa berhubungan dengan
aspek-aspek hukum, baik itu berupa hubungan hukum antara penyedia pelayanan
(khususnya dokter) dan pengguna jasa (pasien), maupun antara negara/pemerintah
sebagai penanggungjawab pelayanan kesehatan dan warga masyarakat. Dengan adanya
ketentuan-ketentuan yang berlaku menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan4 Hak warga negara sebagai penerima pelayanan kesehatan tersebut
diharapkan dapat terlindungi, begitu pula untuk penyedia pelayanan Kesehatan yang
diatur dalam etika pemberian pelayanan Kesehatan, norma disiplin khususnya profesi
dokter, serta hukum yang mengatur pemberian pelayanan kesehatan

1.2 Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dengan adanya permasalahan yang akan dibahas
sebagai berikut:
a. Bagaimana etika dalam pemberian pelayanan kesehatan?
b. Bagaimana norma disiplin dalam pelayanan kesehatan
c. Bagaimana hukum dalam pelayanan kesehatan?
d. Bagaimana pelaksanaan etika, disiplin dan hukum di rumah sakit?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Etika dalam pemberian pelayanan Kesehatan

Menurut K. Bertens definisi dari etika adalah nilai moral dan norma yang
menjadi pedoman, baik bagi suatu individu maupun suatu kelompok, dalam
mengatur tindakan atau perilaku. Dengan kata lain, pengertian ini disebut juga
sebagai sistem nilai di dalam hidup manusia, baik perorangan maupun
bermasyarakat.5 Pelayanan kesehatan adalah semua upaya dan kegiatan pencegahan
dan pengobatan penyakit. Segala upaya dan kegiatan meningkatkan dan memulihkan
kesehatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencapai masyarakat yang
sehat. Tujuan pelayanan kesehatan adalah tercapainya derajat kesehatan masyarakat
yang memuaskan harapan dan derajat kebutuhan masyarakat (Consumer
saticfaction) melalui pelayanan yang efektif oleh pemberi pelayanan yang juga akan
memberikan kepuasan dalam harapan dan kebutuhan pemberi pelayanan (Provider
satisfaction) dalam institusi pelayanan yang diselenggrakan secara efisien
(Institusional satisfaction). Dengan demikian pelayanan kesehatan yang terbaik
adalah yang memberikan kepuasan terhadap masyarakat, bahkan melebihi harapan
masyarakat.
Etika Profesi Kedokteran pada awalnya Galenus (Roma), Imhotep (Mesir) dan
Hippocrates (Yunani) merupakan para ahli bidang kedokteran yang mempelopori
terbentuknya tradisi-tradisi dalam dunia kedokteran. Kemudian dijadikan sebagai
suatu etika profesi kedokteran. Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga
medis dalam membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman
dalam melakukan penelitian di bidang medis. Sikap etis dan professional dokter:
- Autonomy (menghormati hak pasien)
- Beneficence (melakukan tindakan untuk kebaikan pasien)
- Non maleficence (tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien)
- Justice (bersikap adil dan jujur)
- Altruisme (pengabdian profesi)

Etika profesi merupakan suatu kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika
profesi pada saat mereka memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat
yang memerlukan. Etik profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku dokter
dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat dan mitra
kerja. Rumusan perilaku dokter sebagai anggota profesi disusun oleh organisasi
profesi bersama pemerintah menjadi satu kode etik profesi yaitu Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) (MKEK, 2002 & 2012) 6,7. Kode Etik
Kedokteran Indonesi terdiri dari:
1. Kewajiban Umum
2. Kewajiban dokter terhadap pasien
3. Kewajiban dokter terhadap teman sejawat
4. Kewajiban dokter terhadap diri sendiri
Kode Etik Kedokteran Indonesia disusun dengan mempertimbangkan
International Code of Medical Ethics dengan landasan idiologi Pancasila dan
landasan strukturil Undang-Undang Dasar 1945. Kode Etik Kedokteran Indonesia
mengatur hubungan antar manusia yang mencakup kewajiban umum seorang
dokter, hubungan dokter dengan pasiennya, kewajiban dokter terhadap sejawatnya
dan kewajiban dokter terhadap diri sendiri. Pelanggaran terhadap butir-butir Kode
Etik Kedokteran Indonesia ada yang merupakan pelanggaran etik semata-mata dan
ada pula yang merupakan pelanggaran etik dan sekaligus pelanggaran hukum.
Pelanggaran etik tidak selalu berarti pelanggaran hukum, sebaliknya pelanggaran
hukum tidak selalu merupakan pelanggaran etik kedokteran

2.2 Norma disiplin dalam pelayanan Kesehatan


Definisi norma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah aturan atau
ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai
panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan bisa diterima. Norma
juga bisa didefinisikan sebagai aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai
tolak ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu.
Norma memiliki sejumlah fungsi penting dalam kehidupan 8. Oleh karena itu,
setiap masyarakat wajib mematuhi norma. Berikut adalah fungsi dari norma:
- Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan nilai yang berlaku
- Menciptakan ketertiban dan keadilan dalam masyarakat.
- Membantu mencapai tujuan bersama masyarakat.
- Menjadi dasar untuk memberikan sanksi kepada warga masyarakat yang
melanggar norma.
- Mencegah terjadinya benturan kepentingan dalam kehidupan masyarakat

Disiplin merupakan bentuk kepatuhan profesi dokter terhadap aturan-aturan


yang telah ditetapkan. Disiplin menjaga kewibawaan dan kehormatan profesi
sehingga masyarakat penerima layanan kesehatan semakin yakin dan mempercayai
profesi Dokter. Rumah sakit, atau pemberi layanan yaitu dokter tidak dapat
menjanjikan kesembuhan pasien tetapi hanya menjajikan untuk memberikan
perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien melalui standard pelayanan,
ketrampilan dan disiplin profesi. Disiplin profesi menjadi salah satu kewajiban
kepada masyarakat yang didasari dari tanggung jawab moral profesi (moral
responsibility). Disiplin kedokteran menjadi salah satu unsur profesionalisme,
seperti yang dikutip oleh William M Sullivan bahwa Hubungan dokter dengan
pasien adalah hubungan yang berdasarkan kepercayaan (fiduciary), pasien
memberikan kepercayaan penuh kepada profesi dokter sebagai clinical privilege,
sehingga dokter mempunyai tanggung jawab moral untuk memberikan standar
tertinggi dari kompetensinya (Moral responsibility high standard of competence).
Dalam memenuhi tanggung jawab moral tersebut profesi kedokteran mengatur
profesi secara internal melaui selfcredentialing dan self-licensing sebagai bentuk
dari disiplin profesi. Disiplin kedokteran memberikan kontribusi yang besar dalam
mencegah terjadinya Malpraktek medis, disiplin mencegah terjadinya pengabaian
tanggung jawab profesi (dereliction of that duty) sehingga tidak terjadi kerugian
pada pasien sebagai penerima layanan
2.3 Hukum dalam pelayanan Kesehatan

Kamus Besar Bahasa Indonesia menuliskan empat definisi hukum, yaitu


Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh
penguasa pemerintah atau otoritas, Undang-undang yaitu peraturan dan sebagainya
untuk mengatur kehidupan masyarakat, Patokan (kaidah, ketentuan), dan Keputusan
(pertimbangan) yang ditentukan oleh hakim dalam pengadilan vonis. Utrecht dalam
bukunya berjudul Pengantar dalam Hukum Indonesia yang dikutip oleh C.S.T. Kansil
memberikan pengertian hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-
perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan
karena itu harus ditaati oleh masyarakat.
Dasar Pembagian Jenis-jenis hukum. Hukum kemudian terbagi lagi tergantung
dari dasar pembagiannya seperti sumbernya, bentuknya, sifatnya, dan lain-lain:
A. Macam Hukum Menurut Sumbernya
Jenis hukum juga bisa dilihat dari sumber atau asal hukum diciptakan. Hal ini
mengingat bahwa hukum yang berlaku dalam suatu negara tidak begitu saja lahir,
ada dan berlaku. Beberapa jenis hukum berdasarkan sumbernya:
- Undang-undang. Undang-undang adalah peraturan yang dibuat oleh
perangkat negara berwenang atas dasar-dasar tertentu dan memiliki sifat
yang mengikat
- Kebiasaan (custom). Bisa juga disebut dengan adat adalah perbuatan yang
dilakukan masyarakat secara berulang sehingga terbentuk menjadi hukum
yang berlaku di masyarakat tersebut.
- Yurisprudensi. Yurisprudensi adalah sumber hukum yang berasal dari
keputusan pengadilan atau putusan hakim terdahulu yang dianggap tepat
sehingga diikuti oleh pengadilan setelahnya.
- Traktat. Merujuk pada perjanjian antar negara. Jenis hukum ini lahir atas
adanya perjanjian antar negara yang telah disahkan dan berlaku mengikat
negara bersangkutan serta setiap warga negaranya.
- Doktrin. Jenis hukum ini berasal dari pendapat para ahli atau ilmuwan
hukum yang dianggap memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan
hukum.
B. Jenis Hukum Menurut Bentuknya
- Hukum tertulis, yakni hukum yang dituliskan dan tercantum pada
berbagai perundangan. Contohnya seperti Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, KUHP, dan lain-lain.
- Hukum tidak tertulis, yakni kebiasaan yang masih hidup dalam keyakinan
masyarakat. Meski hukum ini tidak tertulis, ia memiliki sifat yang juga
mengikat dan wajib untuk ditaati oleh masyarakatnya. Contohnya adalah
hukum adat.
C. Jenis Hukum Menurut Sifatnya
- Hukum yang memaksa. Sesuai namanya jenis hukum ini memiliki
ketentuan-ketentuan hukum yang memaksa dan memiliki sanksi tegas
bagi siapapun yang melanggarnya. Contohnya adalah hukum pidana.
- Hukum yang mengatur. Sementara hukum mengatur berarti hukum yang
sifatnya sebatas mengatur dan tidak memiliki sanksi tegas apabila terdapat
ketentuan yang tidak dijalankan. Contohnya adalah hukum perdata.
Hukum kesehatan adalah semua peraturan hukum yang berkaitan langsung pada
pemberian kesehatan dan penerapannya pada hukum perdata, hukum administrasi,
dan hukum pidana. Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya.
Hukum kesehatan terdiri dari banyak disiplin, diantaranya: hukum kedokteran, hukum
keperawatan, hukum farmasi, hukum apotik, hukum kesehatan masyarakat, hukum
perobatan, dan lain-lain. Masing-masing disiplin ini umumnya telah mempunyai etik
profesi yang harus diamalkan anggotanya. Begitu pula rumah sakit sebagai suatu
institusi dalam pelayanan kesehatan juga mempunyai etika yang di indonesia
terhimpun dalam etik rumah sakit indonesia (ERSI) 9. Hukum kesehatan pada saat ini
dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu hukum kesehatan publik (public health
law) dan hukum kedokteran (medical law).
Hukum kedokteran merupakan bagian inti atau bagian terpenting dari hukum
kesehatan yang di dalamnya mengatur hubungan antara dokter dan pasien. Hubungan
antara dokter dengan pasien adalah hubungan seorang yang memberikan pengobatan
terhadap orang yang membutuhkannya. dari hukum kesehatan karena selalu terdapat
persinggungan antara hukum kedokteran dengan bidang-bidang hukum lainnya.
Dilihat dari segi hukum, hukum kedokteran pada dasarnya bertumpu pada dasar hak
manusia yang melekat sejak lahir. Dasar pertama adalah hak atas pemeliharaan
kesehatan (the right to health care), dan hak kedua adalah hak untuk menentukan
nasib sendiri (the right to self determination) yaitu hak untuk menentukan pilihan atau
nasib sendiri. Dari kedua unsur tersebut hukum kedokteran berdiri, karena apabila kita
membahas hukum kedokteran tidak mungkin kita melupakan kaitan antara hak
manusia dan kesehatan.10
Hubungan Etik dengan Hukum Kesehatan adalah dalam etika mengatur sesuatu
yang sebaiknya dilakukan oleh manusia. Terhadap perilaku yang tidak etis selayaknya
diberikan sanksi yang sudah ditentukan sebelumnya oleh dirinya sendiri dan teman
sejawatnya. Sebaliknya hukum memberikan batasan untuk bertindak yang ditentukan
oleh masyarakat. Apabila dilanggar maka orang tersebut berisiko untuk mendapat
sanksi eksternal seperti hukuman atau pencabutan izin prakteknya.

2.4 Pelaksanaan Etika, Disiplin, dan Hukum di Rumah Sakit

Etika rumah sakit adalah etika terapan (applied ethics) atau etika praktis
(practical ethics) yaitu moralitas atau etika umum yang diterapkan pada isu-isu
praktis seperti, perlakuan terhadap etnik-etnik minoritas, keadilan untuk kaum
perempuan, penggunaan hewan untuk bahan makanan atau penelitian, pelestarian
lingkungan hidup, aborsi, eutanasi, dan sebagainya. Sehingga etika Rumah Sakit
adalah etika umum yang diterapkan pada pengoperasian rumah sakit. Rumah Sakit
dalam menjamin perlindungan hukum bagi dokter agar tidak menimbulkan kesalahan
medik dalam menangani pasien, sekaligus pasien mendapat perlindungan hukum dari
suatu tanggungjawab rumah sakit dan dokter/ tenaga Kesehatan. Dalam pemberian
pelayanan kepada pasien dan bermitra dengan dokter Rumah Sakit memiliki hak dan
kewajiban yang diatur sesuai dengan Kode Etik Rumah Sakit (KODERSI)
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit (KEHRS) dapat dikatakan sebagai suatu
badan yang secara resmi dibentuk dengan anggota dari berbagai disiplin perawatan
kesehatan dalam rumah sakit yang bertugas untuk menangani berbagai masalah etik
yang timbul dalam rumah sakit.
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit dapat menjadi sarana efektif dalam
mengusahakan saling pengertian antara berbagai pihak yang terlibat seperti dokter,
pasien, keluarga pasien dan masyarakat tentang berbagai masalah etika hukum
kedokteran yang muncul dalam perawatan kesehatan di Rumah Sakit. Berdasarkan
PMK No 42 tahun 2018 Tugas, fungsi dan Kewenangan dari Komite Etik dan Hukum
Rumah Sakit ini adalah11:
a. Menyusun Panduan Etik dan Perilaku (Code of Conduct)
b. Membina penerapan Etika Pelayanan, Etika Penyelenggaraan, dan hukum
perumahsakitan
c. Mengawasi pelaksanaan penerapan Etika Pelayanan dan Etika
Penyelenggaraan
d. Memberikan analisis dan pertimbangan etik dan hukum pada pembahasan
internal kasus pengaduan hukum
e. Mendukung bagian hukum dalam melakukan pilihan penyelesaian sengketa
(alternative dispute resolution) dan/atau advokasi hukum kasus pengaduan
hukum
f. Menyelesaikan kasus pelanggaran etika pelayanan yang tidak dapat
diselesaikan oleh komite etika profesi terkait atau kasus etika antar profesi di
Rumah Sakit.

Disiplin profesi yang mengatur komunikasi (reasonable communication) antara


dokter dengan pasien contohnya dalam Rumah Sakit yaitu pelibatan pasien dalam
tindakan medis dalam bentuk Informed Consent, dokter selalu memberikan
keterangan yang jujur kepada pasien, dokter memberikan keterangan sesuai dengan
hasil pemeriksaan dan kejujuran dokter dalam menentukan jasa medis. Disiplin
profesi yang paling mendasar sehubungan dengan komunikasi adalah memegang
teguh rahasia kedokteran (medical secrecy).Untuk mencegah isu malpraktek medis,
beberapa tahap usaha sudah dilakukan dari menyusun tata kelola Rumah Sakit
(Hospital Bylaws), meningkatkan profesionalisme, menjalin hubungan yang baik
dengan masyarakat dalam public teaching, selalu meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan (good clinical governance) dan melaksakanan keamanan pasien (patient
safety). Disiplin profesi adalah bagian dari profesionalisme yang juga tidak bisa
dilepaskan dari langkah-langkah lainnya dalam upaya pencegahan malpraktek medis.
BAB III
KESIMPULAN

Dokter sebagai tenaga profesional bertanggung jawab dalam setiap


tindakan medis yang dilakukan terhadap pasaien. Dalam menjalankan tugas
profesionalnya didasarkan pada niat baik yaitu berupaya dengan sungguh-
sungguh berdasarkan pengetahuannya yang dilandasi dengan sumpah dokter,
kode etik kedokteran dan disiplin ilmu profesinya untuk menyembuhkan atau
menolong pasien. Dalam hukum kedokteran, hubungan dokter dengan pasien
adalah bentuk dari perjanjian upaya (Inspan ningverbintennis) dimana pasien
mengharapkan dokter untuk melakukan tindakan tertentu dengan tujuan untuk
menyembuhkan penyakitnya. Perkembangan hukum kedokteran di Indonesia
diharapkan dapat selaras dengan hukum yang lain. Artinya, hukum kedokteran di
Indonesia harus merupakan consensus antara ahli hukum dan ahli kedokteran
sehingga akan lebih fleksibel di dalam proses perkembangannya serta
pengetahuan mengenai etika kedokteran, disiplin profesi, serta hukum Kesehatan
perlu ditingkatkan pada organisasi dokter agar terhindar dari malpraktek maupun
sengketa medis.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Definisi Rumah Sakit: WHO. 1947.Available from:


www.who.int. [22 Desember 2017].
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
159b/MEN.KES/PER/II/1988
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
5. Bertens, K. 2003. Keprihatinan Moral Telaah atas Masalah Etika. Yogyakarta:
Kanisius
6. Majelis Kehormatan Etik kedokteran Indonesia Ikatan Dokter Indonesia (MKEK-
IDI) (2002) Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik
Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Etik kedokteran Indonesia,
Jakarta: IDI
7. MKEK-IDI (2012) Kode Etik Kedokteran Indonesia, Jakarta: IDI.
8. Burhan, Asmawati. Buku Ajar Etika Umum. Yogyakarta: Deepublish, 2019.
9. Hanafiah, M. Jusuf dan Amri Amir, Etika Kesehatan dan Hukum Kedokteran
Jakarta, EGC, 1999.
10. Hatta, Moh. 2013. Hukum Kesehatan dan Sengketa Medik Edisi 1. Liberty.
Yogyakarta
11. Permenkes No. 42 Tahun 2018 tentang Kode Etik dan Hukum Rumah Sakit [JDIH
BPK RI] BN.2018/No.1291, peraturan.go.id : 16 hlm.

Anda mungkin juga menyukai