Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan hukum kesehatan dan bidang hukum apapun atau tidak
dapat dilepaskan dari sistem hukum yang dianut oleh suatu negara atau
masyarakat. Dalam hubungan perkembangan hukum tersebut tidak lepas dari
perkembangan ilmu-ilmu lain seperti kesehatan (kedokteran) maka dengan
sendirinya hukum kesehatan berkembang seiring dengan perkembangan manusia,
maka hukum kesehatan (public health law) lebih banyak mengatur hubungan
hukum dalam pelayanan kesehatan atau hukum kesehatan dapat dibatasi pada
hukum yang mengatur antara pelayanan kesehatan dokter, rumah sakit, puskemas
dan tenaga-tenaga kesehatan lain dengan pasien.
Baik negara yang menganut hukum kodifikasi maupun negara yang
menganut sistem hukum kebiasaan, hukum kesehatan mempunyai obyek yang
sama, yaitu pasien. Hukum yang melindungi pasien inilah yang merupakan obyek
atau inti satu-satunya dalam sistem hukum kesehatan internasional yang berlaku
antar bangsa-bangsa yang bertumpu pada asas yang berbunyi: the enjoyment of
the highest annainable standard of health is amount of the fundamented rights of
every human being (dasar kehidupan yang sangat besar dapat dicapai adalah
kesehatan dan merupakan salah satu dasar keberadaan dari setiap orang).
Bertolak dari dasar tersebut maka perkembangan bidang hukum ini di tiap negara
tidak sama, bergantung dari titik berat orientasinya yang berkembang sejalan
dengan perkembangan peradaban manusia. Dilihat dari segi hukum dalam artinya
baik sebagai sesuatu yang adil (keadilan).
Hukum Kedokteran bertumpu pada 2 (dua) hak manusia yang sifatnya
asasi, yang merupakan hak dasar sosial, yaitu hak atas perawatan kesehatan (the
right to health care), yang ditopang oleh hak untuk menentukan nasib sendiri (the
right to self determination), dan hak atas informasi (the right to information) yang
merupakan hak dasar individual. Hak dasar manusia inilah yang lazim dikenal
sebagai hak asasi manusia bertolak dari idea yang berfokus pada manusia sebagai
individu dalam mencapai tujuan pokok dari hidup manusia. Hukum kesehatan

yang pada saat ini sebenarnya terbagi atas dua bagian yaitu diantaranya Hukum
Kesehatan Publik (public health law) dan Hukum Kedokteran (medical law),
untuk hukum kesehatan publik lebih menitikberatkan pada pelayanan kesehatan
masyarakat atau mencakup pelayananan kesehatan rumah sakit, sedangkan untuk
hukum kedokteran lebih memilih atau mengatur tentang pelayanan kesehatan pada
individual atau seorang saja akan tetapi semua menyangkut tentang pelayanan
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penyimpangan pancasila dalam kesehatan ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui penyimpangan pancasila dalam kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN
Setiap dokter harus memberikan pelayanan yang terbaik dan
professional yang sesuai dengan sila sila Pancasila
Seorang dokter dikatakan professional apabila dalam melakukan pekerjaannya
sebagai seorang dokter, pelayanannya diakui oleh masyarakat sekitarnya dan dia
bisa hidup dari profesi kedokterannya tersebut. Untuk dapat memberikan
pelayanan yang terbaik dan professional ini seorang dokter membutuhkan
pedoman yang bisa dijadikan acuan untuk menjalankan pelayanan kedokteran
yang menjadi profesinya tersebut, dan pedoman yang bisa digunakan adalah
Pancasila yang telah dijadikan pedoman dan pandangan hidup bangsa oleh bangsa
Indonesia yang nilai nilai luhurnya juga diterapkan dalam kode etik kedokteran
Indonesia.
Berikut adalah contoh pengamalan sila sila Pancasila dalam memberikan
pelayanan kedokteran kepada pasien, antara lain adalah :
a. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Perwujudan daripada Ketuhanan Yang Maha Esa berupa sikap dan
pandangan hidup, taat dan takzim kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
dibimbing oleh ajaran ajarannya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
b. Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Wujud daripada Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah seorang dokter
harus mengakui dan memperlakukan pasien sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini, seorang dokter harus
memenuhi hak dan kewajibannya sebagai dokter serta harus mematuhi etik
kedokteran.
Selain itu seorang dokter harus mengakui persamaan derajat, hak, dan
kewajiban asasi tiap pasien tanpa membedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan social, warna kulit dan sebagainya.

c. Sila ketiga : Persatuan Indonesia


Perwujudan dari Persatuan Indonesia adalah dengan mengutamakan
kepentingan dan keselamatan pasien dari pada kepentingan pribadi, dan
mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam pemberian pelayanan kedokteran
kepada para pasien di rumah sakit. Tim ini dapat berupa dokter, bidan, perawat,
dan tenaga kesehatan lainnya.
d. Sila

keempat

Kerakyatan

yang

Dipimpin

oleh

Hikmat

Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan


Wujud dari pengamalan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan adalah seorang dokter tidak
boleh memaksakan kehendak kepada pasiennya, dan menghargai serta
menjunjung tinggi setiap hasil keputusan dan kesepakatan.
e. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Perwujudan dari Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah
seorang dokter harus mengembangkan sikap adil terhadap semua pasiennya,
menghormati hak setiap orang, suka bekerja keras, meratakan kemajuan dan
mendukung keadilan sosial.
Setiap dokter harus senantiasa berupaya memberikan pelayanan
yang sesuai dengan standar profesi yang tertinggi berdasarkan ilmu
keterampilan yang dimilikinya.
Yang dimaksud dengan ukuran tertinggi dalam melakukan profesi kedokteran
adalah yang sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, sarana yang tersedia, etika
kedokteran, hukum dan agama.Ilmu kedokteran yang menyangkut segala
pengetahuan dan ketrampilan yang telah diajarkan dan dimiliki harus dipelihara
dan dipupuk, sesuai dengan fitrah dan kemampuan dokter tersebut. Etika umum
dan etika kedokteran harus diamalkan dalam melaksanakan profesi secara tulus
ikhlas, jujur dan rasa cinta terhadap sesama manusia, serta penampilan tingkah
laku, tutur kata dan berbagai sifat lain yang terpuji, seimbang dengan martabat
jabatan dokter.
Dokter mempunyai tanggung jawab yang besar, bukan saja terhadap manusia
lain dan hukum, tetapi terpenting adalah terhadap keinsyafan bathinnya sendiri,

dan akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pasien dan keluarganya akan
menerima hasil usaha dari seorang dokter, jika ia percaya akan keahlian dan
keterampilan dokter itu dan kesungguhannya, sehingga mereka tidak menjadi
masalah bila usaha penyembuhan yang dilakukan gagal. Dengan demikian agar
kegagalan dalam proses penyembuhan bisa diperkecil seorang dokter dalam
melakukan pelayanannya harus dengan ilmu dan keterampilannya yang sebaik
baiknya.
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter harus
selalu menjaga hubungan baik antara dokter dengan pasiennya
Seluruh Kode Etik Kedokteran Indonesia mengemukakan betapa luhur
pekerjaan profesi seorang dokter. Meskipun dalam melaksanakan pekerjaannya
dokter memperoleh imbalan, namun hal ini tidak dapat disamakan dengan usaha
penjualan jasa lainnya.Pelaksanaan profesi kedokteran tidak ditujukan untuk
memperoleh keuntungan pribadi, tetapi lebih didasari sikap perikemanusiaan dan
mengutamakan kepentingan pasien. Oleh karena itu, demi kelancaran dalam
proses pemberian pelayanan kedokteran kepada setiap pasiennya diperlukan suatu
hubungan yang baik antara dokter dengan pasiennya. Sehingga menjaga hubungan
baik dengan pasiennya mutlak diperlukan oleh setiap dokter.
Setiap Dokter harus menghindarkan dirinya dari sikap dan
perbuatan yang tidak sesuai dengan sila sila Pancasila
Seorang dokter harus sadar bahwa pengetahuan dan ketrampilan profesi
yang dimilikinya adalah karena karunia dan kemurahan Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu sebagai warga Negara Indonesia yang baik sikap dan perbuatan
perbuatan yang tidak sesuai dengan Pancasila harus dihindari. Untuk itu, hal - hal
yang harus benar-benar di perhatikan oleh seorang dokter adalah :
a. Mempergunakan gelar kesarjanaan yang dimiliki menurut undang-undang,
dan sesuai dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia dan perundangundangan yang berdasarkan sila sila Pancasila.
b. Tidak
dibenarkan
seorang
dokter
membedakan

pasien

pasiennya,bersikap acuh dan menelantarkan pasiennya yang kurang

mampu dan hanya memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien


yang kaya.
c. Seorang dokter harus memiliki kepedulian dan rasa kemanusiaan yang
tinggi serta harus bijak dan adil serta menghargai pendapat orang lain
dalam setiap pengambilan keputusan.
d. Mengamalkan sila sila Pancasila dalam kehidupan sehari hari dan
dalam memberikan pelayanan kedokteran.
Penyimpangan sila pertama dalam kesehatan
Study kasus korupsi di lingkungan puskesmas
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis Dalam
banyak hal mengenai kesehatan adalah hal yang tidak dominan dalam
kehidupan masyarakat.Namun tanpa kesehatan masyarakat tak bisa berbuat apaapa. Dalam kaitannya antara pelaksanaan ketuhanan yang maha esa dalam
kesehatan masyarakat. Sesuai sila pertama pancasila yang mengatakan bahwa
ketuhanan yang maha esa mengandung artian yang sangat luas.karena hal yang
dibahas adalah kaitannya dengan kesehatan masyarakat maka definisinya sebagai
berikut diantaranya dalam pelaksanaan ketuhanan yang maha esa dalam kesehatan
masyarakat adalah dalam setiap pelayanan kesehatan yang diberikan terhadap
masyarakat tidak boleh sampai menyimpang dari ajaran agama. Namun
penyimpangan dalam pelayanan ini masih sering saja terjadi. Beberapa fakta yang
berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang menyimpang dari konsep ketuhanan
yang maha esa. kasus korupsi yang terjadi di dalam hal pemberian layanan
kesehatan kepada masyarakat. Untuk contohnya adalah korupsi yang terjadi dalam
lingkungan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terjadi di puskesmas.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Pemerintah memberikan banyak upaya dalam penyelenggaraan pemeliharaan serta
meningkatkan kesehatan untuk masyarakat. Salah satunya dengan memberikan
pelayanan kesehatan di puskesmas. Dengan adanya puskesmas yang ada di tingkat
kecamatan memberikan akses yang mudah untuk masyarakat mendapatkan
pelayanan yang murah, cepat, dan mudah daripada harus ke rumah sakit yang

tentunya memerlukan biaya yang lebih mahal serta pelayanan yang agak sulit
dalam prosedur administrasinya. Puskesmas yang dikenal karena jaraknya yang
terjangkau oleh masyarakat sering menjadi tujuan pertama dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan ini.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan ini termasuk
didalamnya adalah dokter, perawat, bidan, maupun mantri yang telah mengerti
penanganan dalam bidang kesehatan.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan. Sebagai contoh dalam kasus ini adalah puskesmas yang berada
dekat dengan masyarakat. Letaknya yang berada di tingkat kecamatan
memudahkan masyarakat menjangkaunya. Tidak seperti rumah sakit yang
letaknya di kota kabupaten tentunya menyulitkan masyarakat yang rumahnya jauh
dari kota kabupaten. Bagi kecamatan yang jauh dari ibukota kabupaten,
puskesmas

sangatlah

diperlukan

untuk

pelayanan

kesehatan.

Puskesmas, ialah sarana kesehatan masyarakat yang berada pada tingkat


kecamatan. Kedekatan inilah yang menjadi tujuan pertama masyarakat sebelum
dirujuk ke rumah sakit. Pelayanan dirumah sakit pun juga memerlukan surat
rujukan dari puskesmas untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit. Indikasi
korupsi yang dilakukan pihak puskesmas terhadap pelayanan kepada masyarakat,
korupsi (korruptie, bahasa Belanda) mengandung arti kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, penyuapan, penggelapan, kerakusan, amoralitas, dan
segala penyimpangan dari kesucian. Dalam konteks politik, korupsi berarti setiap
tindakan penyelewengan dan penyalahgunaan wewenang. Jelas, ia adalah benalu
dalam tetumbuhan kenegaraan yang sedang berkembang dan bermekaran. Korupsi
memang bukan barang langka di negeri ini. Barangkali bangsa ini sudah terjangkit
dalam stadium kronis, yaitu bukan endemik saja, tetapi sudah menjadi sistemik.
Bung Hatta bahkan dulu pernah mengatakan bahwa korupsi telah menjadi seni
dan bagian dari budaya Indonesia. Sulit rasanya bagi kita, khususnya pejabat
publik, untuk mengatakan haram terhadap perilaku korup dalam kehidupan sehari-

hari. Salah satu indikasinya adalah dalam proses pengadaan obat untuk puskesmas
itu sendiri. Biasanya puskesmas akan mengadakan tender pengadaan obat untuk
puskesmas untuk persediaan obat yang puskesmas butuhkan. Akan ada distributor
ataupun sales yang akan dating dan menawari obat yang mereka butuhkan. Tender
yang diadakan adalah sesuai dengan prosedur pengadaan barang dan ini adalah
sah menurut hukum dan tidak terjadi penyimpangan. Namun biasanya pihak
pemenang tender akan memberikan bingkisan terima kasih kepada pihak yang
gtelah memenangkan tender itu. Dalam hal ini adalah kepala puskesmas yang
berwenang untuk memberikan keputusan terhadap pemenang tender yang dipilih.
Setelah tender dimenangkan oleh salah satu pihak, maka ucapan terima kasih ini
akan diberikan. Ucapan ini biasanya dalam bentuk bingkisan ataupun berupa
uang. Padahal dalam undang-undang dikatakan bahwa pejabat negara dilarang
menerima bingkisan apapun dari orang/ badan usaha tanpa tujuan dan maksud
yang jelas.
Tentu saja hal ini sangat bertentangan dengan undang-undang yang tidak
mengizinkan pejabat Negara untuk menerima bingkisan apapun dalam bentuk
apapun. Indikasi inilah yang menjadi pemicu adanya korupsi kecil-kecilan yang
terjadi dalam puskesmas yang menyimpang dari prinsip ketuhanan yang maha
esa.
Ada juga korupsi yang lain ialah penggunaan obat untuk kepentingan
pribadi namun tidak dicatat dalam daftar pemakaian obat. Meskipun ini sifatnya
ringan namun hal ini akan menjadi sebuah budaya korupsi yang tidak akan hilang
dari

Negara

Indonesia.

Padahal akibatnya sangat serius bagi masa depan bangsa. Lawrence E Harrison
(2000) mengungkapkan, budaya korupsi adalah penyebab terjadinya kemunduran
dan keterbelakangan suatu masyarakat. Syauqi Beik, sastrawan Arab terkemuka,
menyatakan, Sebuah bangsa akan hancur ketika moralitasnya hancur. Hal itu
dipertegas Edward Gibbon secara empiris-historis berkenaan dengan runtuhnya
kekaisaran Romawi, yang mengemukakan, kemerosotan moral adalah penyebab
hancurnya

bangsa-bangsa

di

dunia.

Memang korupsi yang terjadi dalam puskesmas itu sifatnya kecil, namun apabila
hal itu terus terjadi tidak menutup kemungkinan mengakibatkan kerugian Negara
8

yang tidak kecil. Meskipun ini diluar prosedur pelayanan untuk masyarakat,
namun hal ini tentunya menjadi akar dalam berbagai penyimpangan yang ada di
puskesmas karena tidak menutup kemungkinan hal-hal diluar prosedur
dimanfaatkan

sebagai

lahan

basah

untuk

korupsi

Menteri Agama Maftuh Basyuni menegaskan, sentuhan moral agama diperlukan


untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan penyimpangan perilaku
dari aparatur pemerintah seperti korupsi. Solusi yang diperlukan adalah sentuhan
moral, di antaranya melalui pengawasan dengan pendekan Agama (PPA), kata
Menag Maftuh Basyuni pada acara pembukaan workshop tentang pengawasan
dengan Pendekatan Agama (PPA) tahun 2008, di Kantor Departemen Agama,
Jakarta.
Menurutnya, selain faktor kesempatan, akar permasalahan berbagai bentuk
penyimpangan adalah faktor moral dan akhlak yang substansinya berada di luar
jangkauan sistem manajemen. Karena itu, lanjut Maftuh, pengawasan yang
bersifat represif atau audit adalah dalam rangka menghapus penyebab
penyimpangan yang bernama kesempatan. Sangat penting dilakukan hal-hal
yang berkaitan dengan moral dan akhlak, yakni dengan menghapus niat untuk
berbuat menyimpang melalui penyadaran diri selalu diawasi oleh Allah SWT.
Kesadaran bangkitnya potensi ketuhanan itu, diperoleh melalui pemahaman
terhadap nilai-nilai agama. Apabila para aparatur negara sudah sadar akan potensi
ketuhanan, maka tidak ada lagi niat untuk menyimpang, tandasnya. Pada
kesempatan acara itu, dia mengimbau jajaran di lingkungan Depag terus berusaha
untuk menginternalisasi nilai-nilai agama dalam setiap langkah kehidupan pribadi,
bermasyarakat,

berbangsa

dan

bernegara.

Seperti yang tertera dalam UU RI No.21 2001 tentang pemberantasan tindak


pidana korupsi pasal 13, setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada
pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan/wewenang yang melekat pada
jabatan/kedudukannya/oleh

pemberi

hadiah/janji

dianggap

melekat

pada

jabatan/kedudukan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)


tahun dan/denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah). Sehingga bagi pemberi hadiah atau bingkisan atau janji ataupun parcel

dapat juga dipidana atas pemberiannya kepada pejabat ataupun pegawai negeri
yang memiliki kekuasaan ataupu wewenang yang terdapat didalamnya.
Solusi dalam masalah ini adalah tiap-tiap kepala puskesmas mempunyai
rekening bank tunggal yang apabila dilakukan pemeriksaan akan terlihat jelas
darimana asal semua transaksi yang masuk yang berasal dari luar gaji sebagai
kepala puskesmas. Audit untuk kasus ini akan lebih mudah karena auditor tidak
perlu memeriksa rekening yang lain sehingga audit menjadi lebih cepat selesai.
Untuk pemenang tender ataupun pihak mana saja yang ingin menang atas tender
pengadaan obat atau tender apa saja yang berkaitan dengan puskesmas, apabila
ada indikasi penyuapan ataupun pemberian bingkisan yang dirasa mempunyai
maksud tertentu didalamnya, maka dapat diperkarakan dalam pengadilan atas
dugaan suap. Sehingga bingkisan, hadiah ataupun janji yang diberikan kepada
kepala puskesmas tidak akan ada karena adanya dakwaan yang bisa diperkarakan
di meja hijau.(hanya sebuah contoh kasus/perumpamaan)

Penyimpangan sila kelima dalam kesehatan


Keadilan dalam kesehatan masih belum bisa dirasakan oleh masyarakat
Indonesia apalagi golongan menengah kebawah. Banyak rumah sakit yang
menyandera pasienya hanya karena mereka tidak mampu membayarnya, padahal
mereka sudah memperlihatkan surat bahwa mereka tergolong keluarga tidak
mampu tetapi pihak rumah sakit tak mau menggubrisnya.
Contoh Kasus
RS Wahidin Tolak Pasien Bayi Tanpa Batok Kepala
Makassar (ANTARA News) - Bayi perempuan yang lahir tanpa batok
kepala terpaksa dibawa pulang oleh kedua orang tuanya, Jumat, karena ditolak
oleh rumah sakit rujukan RS Wahidin Makassar. Bayi itu lahir di Puskesmas
Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar pada hari Rabu 22 Agustus
sekitar pukul 19.00 Wita dari pasangan Subaedah (istri 20) dan Akbar Hasan
(suami 25). Bayi pertama perempuan dan merupakan anak keempat pasangan
suami itri itu belum sempat mendapat pelayanan khusus karena RS Wahidin yang
10

menjadi rujukan tidak menerima bayi tersebut. Alasannya, kedua orang tua bayi
itu tidak memiliki kartu Bantuan Tunai Langsung (BTL). Sampai hari Jumat
(24/8) pukul 16.00 Wita bayi malang itu masih dapat bertahan hidup. Dokter
Emilia Handayani, kahumas RS Wahidin mengatakan pihak rumah sakit harus
mengikuti prosedur penerimaan pasien yang tidak mampu. "Setiap pasien tidak
mampu harus menyertakan kartu BTL dan bukan sekadar keterangan miskin dari
kelurahan atau camat. Banyak orang yang mampu tetapi berpura-pura miskin dan
memiliki kartu BTL," katanya. Selain itu, katanya, sudah ada instruksi dari
pemerintah untuk menghentikan bantuan pelayanan untuk keluarga miskin sejak
Juni 2007, karena tunggakan pemerintah untuk membiayai pelayanan kesehatan di
RS Wahidin sudah di atas Rp10 miliar.
"Sampai saat ini, RS Wahidin belum mendapat bayaran, jadi bagaimana
kami bisa melayani lagi, sementara biaya operasional sangat terbatas," katanya.
Dia menambahkan, pihak rumah sakit sebelumnya tidak menolak pasien dari
keluarga miskin sepanjang memiliki kartu BTL dan bukti-bukti pendukung bahwa
pasien berasal dari keluarga tidak mampu.
Subaedah (ibu bayi itu) mengatakan sangat terkejut ketika mengetahui
anak perempuan yang selama ini diharapkannya memiliki kelainan.
Proses persalinan yang dibantu bidan Reni itu, kata Subaedah, berjalan tidak
seperti persalinan ketiga anak laki-lakinya sebelumnya.
"Sebelum bayi saya keluar, sekitar satu ember air bercampur lendir keluar dari
mulut rahim. Setelah itu keluar barulah bayi saya keluar dengan normal," ujar
Subaedah dengan raut wajah sedih.
Lanjutan kasus :
Bayi Tanpa Batok Kepala Meninggal Setelah Ditolak RS Wahidin
Makassar (ANTARA News) - Bayi perempuan yang lahir tanpa batok
kepala, akhirnya menghembuskan nafas terakhir Jumat sore saat bayi tersebut
hendak dirujuk ke Rumah Sakit Labuangbaji karena ditolak di RS rujukan
Wahiddin Sudirohusodo, Makassar. Anak ke empat pasangan Subaedah (20) dan
Akbar Hasan (25) itu meninggal dunia dalam perjalan menuju rumah sakit
Labuangbaji setelah bertahan hidup selama dua hari. "Kami hanya pasrah saja,

11

mungkin ini kehendak yang di atas," ujar Akbar yang setiap harinya berprofesi
sebagai pengayuh becak itu.
Jenazah bayi yang lahir dengan berat badan 2,8 kg dan panjang 48 cm di
Puskesmas Pattingalloang, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar itu langsung
dikebumikan di pekuburan umum Kabupaten Maros, Sulsel Jumat malam sekitar
pukul 19.00 Wita.
Bayi tanpa batok kepala itu semula dirujuk ke RS Wahidin, sebuah rumah
sakit negeri terbesar di Kawasan Timur Indonesia, namun pihak RS menolak
merawat bayi itu karena orangtuanya tidak dapat menunjukkan karta tanda bukti
penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) keluarga miskin. Dr Emilia Handayani,
Kahumas RS Wahidin mengatakan, pihak rumah sakit harus mengikuti prosedur
penerimaan pasien yang tidak mampu.
"Setiap pasien tidak mampu harus menyertakan kartu BLT dan bukan
sekedar keterangan miskin dari kelurahan atau camat, karena banyak orang yang
mampu tetapi berpura-pura miskin dan untuk membuktikannya, harus ada kartu
BLT," ujarnya.
Selain itu, katanya, sudah ada instruksi dari pemerintah untuk
menghentikan pelayanan untuk keluarga miskin sejak bulan Juni 2007 karena
tunggakan pemerintah untuk membiayai pelayanan kesehatan di RS Wahidin
sudah di atas Rp10 miliar.
"Sampai saat ini, RS Wahidin belum mendapat bayaran, jadi bagaimana
kami bisa melayani lagi, sementara biaya operasional sangat terbatas," katanya.
Dia menambahkan, pihak rumah sakit sebelumnya tidak menolak pasien dari
keluarga miskin sepanjang memiliki kartu BLT dan bukti-bukti pendukung bahwa
pasien berasal dari keluarga tidak mampu. Akbar, ayah bayi itu mengatakan,
kendati tidak memiliki kartu BLT, dirinya sudah mengikhlaskan kepergian anak
pertama perempuannya itu. "Kita sudah berusaha namun Tuhanlah yang
menentukan semuanya," .[1]
Pembahasan Kasus
Dulu sering kita mendengar adanya pasien yang ditolak dirawat oleh rumah
sakit dengan alasan tidak mempunyai biaya buat pengobatan seperti pada kasus

12

yang diambil dari situs kantor berita Antara (ANTARA NEWS) dengan judul
Bayi Tanpa Batok Kepala Meninggal Setelah Ditolak RS W di tertanggal 25
Agustus 2007. Dari berita tersebut berisikan bayi perempuan yang lahir tanpa
batok kepala, akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Jumat sore saat bayi
tersebut hendak dirujuk ke RS L karena ditolak di RS W. Bayi tersebut meninggal
dunia dalam perjalanan menuju RS L setelah bertahan hidup selama dua hari.
Jenazah bayi yang lahir dengan langsung dikebumikan di pekuburan umum.
Bayi tanpa batok kepala itu semula dirujuk ke RS W, sebuah rumah sakit negeri,
namun pihak RS menolak merawat bayi itu karena orangtuanya tidak dapat
menunjukkan karta tanda bukti penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT)
keluarga miskin.
Pada kasus di atas penyimpangan etika dan hukum dari instansi kesehatan
terhadap bayi tersebut meliputi beberapa aspek antara lain :
1. Sumpah dokter yang berbunyi kesehatan penderita senantiasa akan
saya utamakan.
2. Deklarasi Lisabon 1981 yang menjelaskan tentang hak-hak pasien
tentang hak dirawat dokter
3. Undang-undang Kesehatan no 23 tahun 1992 yang telah dirubah
menjadi UU no.36 tahun 2009 tentang kesehatan yang berisikan :
a) Pasal 2 : Pembangunan kesehatan diselenggarakan berasaskan
perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan
merata, perikehidupan dalam keseimbangan, serta kepercayaan
akan kemampuan dan kekuatan sendiri penjelasan pasal 2
bagian d yang berbunyi asas adil dan merata berarti bahwa
penyelenggaraan

kesehatan

harus

dapat

memberikan

pelayanan yang adil dan merata kepada segenap lapisan


masyarakat dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
b) Pasal 4 : setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
c) Pasal 7 pemerintah bertugas menyelenggarakan upaya
kesehatan terjangkau oleh masyarakat. penjelasan pasal 7
upaya kesehatan yang merata dalam arti tersedianya sarana
pelayanan di seluruh wilayah sampai daerah terpencil yang

13

mudah di jangkau oleh seluruh masyarakat, termasuk fakir


miskin, orang terlantar dan orang kurang mampu.
d) Pasal 57 : sarana kesehatan dalam penyelenggaraan kegiatan
tetap memperhatikan fungsi social.
e) Penjelasan pasal 57 ayat 2 : fungsi sosial sarana kesehatan
adalah bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan setiap sarana
kesehatan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
oleh masyarakat harus memperhatikan kebutuhan pelayanan
kesehatan golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak
semata-mata mencari keuntungan.
Asas pokok Etika Kedokteran
1. Otonomi
a. Hal ini membutuhkan orang orang yang kompeten,dipengaruhi oleh
kehendak dan keinginannya sendiri dan kemampuan ( kompetensi ).
Memiliki pengertian pada tiap-tiap kasus yang dipersoalkan memiliki
kemampuan untuk menanggung konsekuensi dari keputusan yang secara
otonomi atau mandiri telah diambil.
b. Melindungi mereka yang lemah, berarti kita dituntut untuk memberikan
perlindungan dalam pemeliharaan, perwalian, pengasuhan kepada anakanak, para remaja dan orang dewasa yang berada dalam kondisi lemah dan
tidak mempunyai kemampuan otonom ( mandiri ).
c. Bersifat dan bersikap amal, berbudi baik
Dasar ini tercantum pada etik kedokteran yang sebenarnya bernada negatif;
PRIMUM NON NOCERE ( = janganlah berbuat merugikan / salah ).Hendaknya
kita bernada positif dengan berbuat baik dan apabila perlu kita mulai dengan
kegiatan yang merupakan awal kesejahteraan para individu / masyarakat.
2. Keadilan
Azas ini bertujuan untuk menyelenggarakan keadilan dalam transaksi dan
perlakuan antar manusia, umpamanya mulai mengusahakan peningkatan keadilan
terhadap si individu dan masyarakat dimana mungkin terjadi resiko dan imbalan

14

yang tidak wajar dan bahwa segolongan manusia janganlah dikorbankan untuk
kepentingan golongan lain. ( kodeki, MKEK,2002,hal.47 )
Dari kasus itu seharusnya RS W tetap menerima pasien bayi ditinjau dari segi
etika dan hukum bukan menolak pasien lantaran tidak mempunyai biaya berobat.
Padahal RS W merupakan salah satu rumah sakit negeri (milik pemerintah).
Sehingga soal pembiayaan dana seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah
bukan RS W sesuai dengan pasal 7 UU Kesehatan no 36 tahun2009.
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari pada waktu menjabat sebagai Menteri
Kesehatan waktu itu pernah mengingatkan manajemen rumah sakit untuk tidak
menolak pasien dari keluarga miskin. Bila menolak, bisa dilaporkan ke polisi
dengan tuduhan cukup berat.Siti Fadilah mengatakan, tidak ada alasan bagi rumah
sakit pemerintah menolak pasien dari keluarga miskin. Pasalnya, pemerintah
sudah menyediakan jaminan pembayaran biaya perawatan kesehatan paling
sedikit Rp 2,6 triliun untuk rumah sakit. Belum lagi dana-dana dari alokasi
lain.Alasan administrasi juga tidak bisa dipakai untuk menolak pasien. Rumah
sakit tidak dibenarkan menolak pasien dengan alasan kartu Asuransi Kesehatan
untuk Keluarga Miskin (Askeskin) tidak berlaku lagi. Rawat dulu, urusan
administrasi bisa dibereskan, ujarnya.Siti Fadilah juga mengingatkan, pemerintah
tetap menyediakan jaminan pembayaran perawatan kesehatan masyarakat miskin.
Memang saat ini tidak lagi menggunakan nama Askeskin. Sekarang
pemerintah menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).Rumah
sakit jangan menolak gara-gara Askeskin menjadi Jamkesmas. Apalagi, sampai
menolak pasien yang hidupnya bergantung pada tindakan medis. Nanti saya
laporkan ke polisi karena pembunuhan berencana, ujarnya. (situs alumniKalabahu-lbh Jakarta yahoo group mengutip kompas tanggal 9 April 2008.
Semoga dari pemberitaan di atas tidak ada lagi pasien yang ditolak rumah sakit
akibat tidak mempunyai biaya.

Sila 2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


a. Positif
15

Contoh Kasus :
Merdeka.com
Seperti diceritakan Yati, anaknya beberapa kali diberi uang usai menjadi
penonton di Dahsyat. Menurutnya, Olga juga ramah menyapa para penggemarnya.
Anak saya Agus kan sudah kenal, kalau pulang suka dikasih ongkos, ungkap
Yati

kepadamerdeka.com,

Jumat

(27/3).

Yati juga mengaku pernah mendengar kebaikan Olga lain kepada penonton
Dahsyat yang sedang membutuhkan. Dia (Olga) memang suka berbagi, apalagi
kalau

sudah

kenal,

tuturnya.

Di kalangan artis semua juga tahu soal kedermawanan Olga. Seperti dikatakan
Vico Mr Bean Indonesia yang pernah diberikan uang oleh Olga usai mengisi acara
di salah satu stasiun televisi.
Aku dikasih uang Rp 100 ribu, Rp 50 ribu dua lembaran. Enggak hanya
aku, kru, temen artis yang baru sampai satpam juga dikasih, katanya.
Saat itu, kata Vico, terkejut Olga sangat dermawan. Saya kaget saya tanya
uangnya kok dibagi-bagiin Olga, tapi dia hanya senyum, ujar Vico.
Kini setelah kepergiannya, semua orang hanya bisa mengenang segala kebaikan
dan kemuliaan hati seorang Olga Syahputra.
Dari berita diatas bahwa memberi tanpa melihat siapa yang memberi dan
siapa yang menerima. Karena dijaman sekarang ini tingginya individualisme
dikalangan masyarakat. menunjukkan sikap yang saling tolong menolong.
b. Negatif
Contoh Kasus : Pembuanngan Pasien di Lampung
Sekretaris Badan Kesehatan Partai Gerindra (Kesira) Batara Sirait menilai
kasus pembuangan pasien di Lampung merupakan kejahatan kemanusiaan. Aksi
keji itu telah bertentangan dengan Pancasila.
Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan oleh negara.
Kasus pembuangan pasien yang terjadi di Lampung merupakan kejahatan
kemanusiaan. Partai Gerindra sangat menyayangkan terjadinya hal seperti itu
karena bertentangan dengan Pancasila sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, kata Batara dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu

16

(12/2/2014). (http://news.liputan6.com/read/825425/gerindra-kasus-pembuanganpasien-langgar-pancasila)
Dari berita di atas melanggar sila kedua karna tidak adanya keadilan bagi
orang yang tidak mampu dan tidak adanya perlindungan oleh Negara. Seseorang
yang ingin sembuh dan bisa hidup seprti biasa tapi ketika berobat dan dirawat
dirumah sakit tersebut saat tidak bisa membayar pasien dibuang begitu saja.
Sudah jelas bahwa sila kedua ini mengajarkan bahwa kita harus saling tolong
menolong.

BAB III
KESIMPULAN

17

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dasar negara Republik


Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara
Republik Indonesia, maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan pancasila
sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kermasyarakatan dan kehidupan
kenegaraan. Pancasila mencakupberbagai aspek dalam kehidupan tanpa terkecuali
pada bidang kesehatan. Dalam bidang kesehatan dapat termasuk kedalam sila-sila
dalam pancasila yang hal tersebut merupakan landasan dalam melakukan konsep
kesehatan, dasar kesehatan, sistem kesehatan serta praktek kesehatan dengan
tujuan untuk meningkatkan taraf hidup maasyarakat Indonesia. Oleh karena itu
tenaga kesehatan memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien adalah sebuah
kewajiban. Ketulusan melayani pasien ataupun masyarakat merupakan salah satu
dalam implementasi dari sila yang terkandung dalam pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

18

Bayles, M. D. Profesional ethics. 2nd ed. Belmont, Calif.: Wadsworth, 1989.


Gunawan, dr, 1991. Memahami Etika Kedokteran. Kanisius: Yogyakarta.
Komalawati, D Veronica, SH, M.H., 1989. Hukum dan Etika dalam Praktek
Dokter.
Taher, Tarmizi, M.D., 2003. Medical Ethics. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
http://news.liputan6.com/read/825425/gerindra-kasus-pembuangan-pasienlanggar-pancasila

19

20

Anda mungkin juga menyukai